My Love CEO

By adpray

12.7M 397K 6.6K

"Kalau kamu belum punya pacar, papa akan kenalin kamu ke anak sahabat papa siapa tahu aja dia suka sama kamu... More

Introduce
1. Pagi yang buruk
2. Dasar Nyebelin!
3. WHAT?! Dijodohkan??
4. First date
5. Kebersamaan
6. Lunch with Bulepetan
7. Menemani Oliver
8. The Best Days of Life
Attention
9. Jealous?
10. Fitting
11. The Wedding
12. Special's Day
13. Bule Mesum (15+)
14. After Wedding
15. Apa? Cucu?!
16. Surprise
17. Aloha!
18. Honeymoon
19. Dia Siapa?
20. Trouble (1)
21. Trouble (2)
22. Strange
23. Sekretaris
25. Mr. Jealous
26. One Day in Singapore
27. The Party
28. Mess Up
29. Bad
30. Little Past
31. Pregnant
32. Crazy Oliver
33. Oh No!
34. She's Fine
35. Selamat Tinggal
36. My Love CEO - End.
Visualisasi MY LOVE CEO
Extra Part
Sekuel - Franzel
Pemberitahuan
Hello

24. New House

214K 7.2K 116
By adpray

Selepas makan siang, Oliver dan Karen kembali ke kantor Oliver. Karen masih saja kesal dengan Oliver soal wine yang diminum Oliver saat di restoran tadi.

"Sayang, sudah dong ngambeknya" ucap Oliver sambil menyetir.

"Aku masih kesal sama kamu pokoknya!" Karen mengerucutkan bibirnya dan mengalihkan pandangannya keluar jendela.

"Nanti aku buatin kamu jus anggur deh. Jangan ngambek dong.." Oliver berusaha membujuk Karen yang tidak mau menatapnya.

"Wine sama jus anggur itu beda, Ver" ucap Karen. Ada-ada saja suaminya ini kalau buat jus anggur Karen pasti bisa. Tinggal haluskan buah anggur saja di dalam blender.

"Aku gak bakal kasih kamu wine. Nanti kamu ketagihan, bisa membuat kamu mabuk" ucap Oliver. Ia tidak mau membuat istrinya mabuk.

"Kalau gitu, aku gak mau bantuin jadi sekretaris kamu. Aku mau pulang" ucap Karen ngambek. Oliver benar-benar penuh kesabaran jika Karen sudah merajuk padanya.

"Kok gitu sih, sayang. Apa hubungannya wine sama sekretaris?" Sahut Oliver. Karen kalau sudah marah dan ngambek pasti selalu saja mengaitkannya ke hal-hal yang lain.

"Aku gak mau kembali ke kantor" ucap Karen dengan datarnya.

"Kita pulang saja. Aku bisa seret pekerjaan aku ke rumah" ucap Oliver tak mau kalah dengan senyum kemenangannya.

"Kok gitu sih? Kamu curang!" Sahut Karen kesal. Oliver terkekeh karena Karen tak bisa berkutik lagi.

"Makanya kamu harus turutin aku" ucap Oliver dengan nada tegasnya membuat Karen tak bisa membantahnya.

"Kamu memang nyebelin!" Umpat Karen kesal. Oliver hanya terkekeh.

"Nyebelin gini aku tetap tampan kan?" Karen menoleh ke arah Oliver dan dilihatnya Oliver menaik turunkan alisnya menggoda Karen. Karen mendelik dan kembali memandang jalanan diluar.

"Hahaha.." Oliver tak bisa menahan tawanya melihat Karen yang jengkel dengannya. Menggoda Karen adalah salah satu kesukaannya.

Sudah setengah jam di perjalanan, Karen merasa tidak sampai juga di Kantor Oliver. Perasaan jarak dari Restoran ke kantor Oliver tidak terlalu jauh. Karen menoleh ke samping dan melihat Oliver yang fokus memperhatikan jalanan di depannya.

"Ver, kita kok gak sampai-sampai di Kantor kamu?" Tanya Karen pada Oliver. Oliver menoleh sekilas lalu kembali fokus pada jalanan.

"Tadi katanya kamu mau pulang?" Balas Oliver.

Karen tidak benar-benar mengucapkan kalau dirinya ingin pulang. Ia masih ingat kalau ada pekerjaan Oliver yang harus diselesaikan.

"Ish aku gak serius.." Ucap Karen. Oliver malah menanggapinya dengan serius.

"Gak apa-apa, sayang. Aku tinggal minta Pak Kardi untuk mengambil berkas dan dokumen yang di kantor" sahut Oliver dengan mudahnya.

Karen hanya mendelik kesal suaminya. Suka bertindak seenaknya dan Karen yang harus menuruti kemauannya.

Mobil yang Oliver kendarai masuk ke dalam deretan perumahan elit yang berada di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan.

Karen mengerutkan keningnya. Ia tidak pernah kesini sebelumnya dan terlihat asing baginya. Namun Oliver terus mengendarai mobilnya hingga sampai di salah satu rumah bergaya eropa yang paling luas dan mewah.

Oliver menurunkan kaca mobilnya dan berbicara pada security. Tak lama kemudian security itupun membukakan pintu gerbangnya.

Karen berfikir kalau Oliver mengajaknya berkunjung ke rumah saudara atau temannya. Tetapi, semua saudara Oliver berada di Jerman termasuk kedua orang tuanya dan tak mungkin ini rumah saudaranya. Maka pilihan kedua lebih tepat, yaitu rumah teman lamanya.

"Ayo turun, sayang" Oliver melepaskan sabuk pengamannya dan mengajak Karen turun. Karen masih saja melongo dan menebak-nebak rumah siapa di depannya.

"Ini rumah siapa, Ver?" Tanya Karen begitu ia sudah turun dari mobil.

"Ayo, masuk" Oliver menggandeng lengan Karen untuk segera masuk ke dalam rumah megah itu. Karen hanya mengikuti Oliver yang menggandengnya.

Oliver pun membuka pintu utama rumah itu yang tidak dikunci. Karen menatap takjub dengan desain rumah itu.

"Herzlich Willkommen.." Ucap Oliver tersenyum.

"Selamat datang di rumah kita, sayang" lanjutnya. Karen langsung menoleh menghadap Oliver.

"Ini beneran rumah kamu, Ver?" Tanya Karen menatap Oliver tidak percaya.

"Bukan rumah aku. Tapi rumah kita" sahut Oliver tersenyum manis. Karen tidak menyangka jika Oliver memiliki rumah semegah ini dengan desain ala eropa.

Oliver dan Karen pun masuk ke dalam rumah itu. Baru saja di ruang tamu, tiba-tiba seorang pembantu rumah tangga menghampiri keduanya.

"Selamat siang, Tuan dan Nyonya. Mau minum apa?" Tanyanya ramah menyambut majikannya datang.

"Siang, Bi Inem. Perkenalkan, ini istri saya" ucap Oliver pada Bi Inem. Karen pun mengulurkan tangannya pada Bi Inem.

"Saya Karen, Bi" terlihat Bi Inem yang ragu-ragu ingin membalas uluran tangan majikannya itu.

"I-Inem, Nyonya" sahutnya gugup. Ini merupakan pengalaman pertama bagi Bi Inem mempunyai majikan yang sangat ramah.

"Panggil Karen aja, Bi" ucap Karen tersenyum.

"Ta-tapi.." Ucapnya tergugup seraya melirik Oliver.

"Ikutin aja permintaannya, Bi" sambar Oliver langsung.

"Ba-baik, Tuan" sahut Bi Inem mengerti.

"Saya dan istri saya mau melihat-lihat rumah ini dulu, Bi" pamit Oliver dengan sopan. Bi Inem pun mengangguk ramah dan kembali ke dapur.

"Ver, sejak kapan kamu beli rumah ini sudah lengkap dengan pembantu dan security segala lagi.." Ucap Karen yang malah terlihat takjub dengan suaminya.

"Rumah ini baru jadi sekitar sebulan yang lalu" sahut Oliver.

"Kamu kok gak kasih tau aku kalau kamu punya rumah?" Tanya Karen. Selama ini Karen tidak pernah mengetahui jika Oliver diam-diam membangun rumah. Yang Karen tahu, Oliver hanya tinggal di apartemen.

"Aku mau kasih surprise ke kamu" ucap Oliver dengan senyuman yang mengembang di bibirnya.

Mereka berdua mengobrol sambil berjalan-jalan mengelilingi rumah megah ini.

Karen sangat beruntung memiliki suami seperti Oliver yang membuatnya bahagia. Selalu memberi kejutan yang tak pernah Karen duga.

"Kamu suka desainnya?" Tanya Oliver hati-hati.

"Suka banget. Bergaya klasik khas eropa" sahut Karen berbinar. Ia sangat suka dengan desain rumahnya.

"Itu karena aku keturunan Eropa" ucap Oliver.

"Ya aku tahu" sahut Karen.

"Mau lihat kamar kita?" Tawar Oliver. Karen mengangguk. Oliver pun menuntun Karen menaiki tangga menuju lantai dua tepat letak kamarnya.

Ada sebuah pintu dua di pojok ruangan. Oliver pun mengajak Karen masuk ke dalam kamarnya.

"Ini kamar kita nanti" ucap Oliver. Karen terperana melihatnya. Desain kamarnya benar-benar mirip seperti di istana bahkan sofa dan lemarinya pun persis seperti dalam dongeng.

"Aku merasa seperti barbie.." Ucap Karen duduk di pinggir ranjang. Ia pun memegang bingkai foto yang berisi foto pernikahannya di atas nakas.

Oliver memang benar-benar sudah mempersiapkan ini semua dengan baik.

Oliver terkekeh dan ikut duduk di pinggir ranjang disamping Karen.

"Kamu niat banget bangun rumah ini sampai foto pernikahan kita ada" ucap Karen takjub.

"Aku membangun rumah ini dengan sepenuh hati" sahut Oliver.

Karen menaruh bingkai foto itu diatas nakas dan berkeliling ke penjuru kamar ini. Ia melihat ada dua pintu. Yang satu pintu kamar mandi. Dan yang satu lagi ia tidak tahu.

"Ver, ini pintu apa?" Tanyanya pada Oliver.

"Oh ya, itu pintu kamar untuk anak-anak kita nanti. Kamu mau lihat?" Oliver beranjak dari ranjang dan menuntun Karen untuk melihat kamar itu.

Karen sendiri merasa jantungnya berdebar. Bagaimana bisa oliver mempersiapkan ini semua hingga memikirkan kamar untuk anak-anaknya nanti? Oliver memang selalu penuh kejutan yang membuat Karen tercengang.

Karen terperana melihat desain kamar anak-anak yang hampir mirip dengan desain kamarnya. Oliver berjalan mengikuti Karen di belakang.

Tiba-tiba Oliver memeluk Karen dari belakang. Karen sempat terkejut. Kemudian Oliver berbisik di telinga Karen.

"Kalau kita punya anak, kamu maunya anak pertama kita laki-laki atau perempuan?" Bisiknya di telinga Karen membuat jantung Karen berpacu lebih cepat.

"Hmm aku sih apa aja gak masalah. Mau laki-laki atau perempuan gak masalah" sahut Karen lirih. Untung saja Oliver memeluknya dari belakang karena Karen sedang menutupi wajahnya yang merona.

"Kok aku feelingnya anak pertama kita itu laki-laki ya?" Ucap Oliver. Karen mengernyitkan dahinya. Padahal ia belum hamil dan baru dua minggu lalu dirinya melewati masa suburnya.

"Aku belum hamil. Kok kamu sudah yakin kalau anak kita laki-laki?" Tanya Karen terheran. Oliver mengecup singkat lekukan leher Karen.

"Hanya feeling" sahut Oliver singkat. Baiklah, Karen tidak terlalu memikirkan itu. Lagipula bisa saja feelingnya Oliver tidak benar, bukan?

"Aku mau lihat halaman belakang" ucap Karen melepaskan pelukan Oliver di pinggangnya.

"Ayo!" Oliver menggandeng tangan Karen. Mereka berdua pun turun dan menuju halaman belakang.

Sesampainya di halaman belakang, Karen semakin terperana melihatnya. Ada sebuah kolam renang yang luas serta taman bunga. Taman itu terdiri berbagai bunga, seperti mawar, lily, bahkan bunga tulip.

Di tengah taman itu terdapat gazebo untuk bersantai dan sebuah kolam ikan koi kecil. Karen pun berjalan ke tepian kolam renang. Oliver hanya memperhatikannya.

Karen melepas flatshoes yang dipakainya dan diletakkan di pinggir kolam. Kemudian ia duduk di tepian kolam renang menceburkan dan menyibakkan kakinya di air.

"Ini seru.." Ucap Karen bermain air dengan kakinya seperti anak kecil berumur lima tahun.

"Oliver, kamu gak ikutan duduk disini?" Ucap Karen yang melihat Oliver hanya berdiri memperhatikannya sejak tadi.

"Okey" Oliver mengangguk lalu melepas sepatunya dan meletakkannya di samping flatshoes Karen. Lalu menggulung celana panjangnya hingga dengkul.

"Kamu kayak anak kecil aja" Oliver menjawil hidung Karen setelah duduk disampingnya.

"Sakit tau" Karen menepis tangan Oliver yang memencet hidungnya yang membuat Karen tak bisa bernafas.

"Aku suka rumahnya. Makasih ya, Ver" ucap Karen entah sadar atau tidak ia menyenderkan kepalanya di bahu kiri Oliver.

"Sama-sama, sayang" Oliver mengecup puncak kepala Karen. Entah kenapa, ia selalu merasa bahagia bersama Karen disisinya.

"Aku gak bakal sebahagia ini kalau seandainya orang tua kita gak menjodohkan kita" ucap Oliver mengingat perjodohannya dengan Karen.

"Aku juga gak tahu gimana aku sekarang kalau papa gak menjodohkan aku sama kamu" sahut Karen yang tak kalah bahagianya. Ia merasa perjodohannya dengan Oliver memang sangat tepat.

"Kamu masih ingat awal pertemuan kita waktu kamu menabrak mobil aku dipinggir jalan?" Tanya Oliver kembali pada pertemuan pertamanya dengan Karen.

"Aku gak sengaja karena mama dan papa terus ceramahin aku soal pernikahan" ucap Karen.

"Dan kamu berhasil membuat dompet aku tipis cuma buat gantiin bemper mobil kamu yang penyok sedikit doang.." Lanjut Karen. Ia merasa kesal saat itu. Oliver hanya terkekeh.

"Kan uang kamu buat gantiin bemper mobil sudah aku ganti" sahut Oliver.

"Maksud kamu?" Karen tidak mengerti ucapan Oliver.

"Aku sudah ganti dengan membeli rumah ini buat kamu" ucap Oliver. Karen merasa speechless.

"Kok pipi kamu jadi merah.." Celetuk Oliver gemas melihat pipi Karen berubah menjadi merah.

"Gak kok" sanggah Karen mengalihkan pandangannya ke kolam renang.

"Beneran. Aku lihat lho.." Ucap Oliver menggoda Karen.

"Ish! Gak ada. Mana yang merah?" Ucap Karen mengelus pipinya.

"Ini yang merah.." Oliver menarik dagu Karen lalu mengecup bibirnya.

Karen yang terkejut refleks mendorong Oliver hingga Oliver tercebur ke dalam kolam renang.

"Dasar gombal!" Ucap Karen.

Oliver sangat terkejut Karen mendorongnya tiba-tiba. Jadilah ia tercebur ke dalam kolam. Kemeja kerja yang masih di pakainya basah.

"Sayang.." Pekik Oliver. Ia pun berenang mendekati Karen ketepian. Karen bukannya menolongnya malah menonton dirinya yang tercebur seperti anak kucing.

"Makanya kamu jangan gombal. Rasain!" Karen menjulurkan lidahnya. Oliver merasa hari ini ia benar-benar sial. Sudah dua kali ia terkejut karena ulah istrinya. Tadi pagi ia dicekik, dan sekarang tercebur.

"Tolong bantuin aku" Oliver mengulurkan tangannya pada Karen untuk keluar dari kolam. Karen menarik tangan Oliver.

Namun apadaya tubuh Karen yang lebih kecil daripada tubuh Oliver. Karen tidak kuat menarik Oliver sehingga dirinya kehilangan keseimbangan.

"Kyaaa..." Karen malah ikut tercebur ke dalam kolam bersama Oliver. Oliver tertawa melihat ekspresi Karen yang tercebur karena tak kuat menarik dirinya.

"Oliver, kamu apa-apaan sih!" Bentak Karen langsung memukul bahu Oliver. Yang dipukul hanya tertawa.

"Hahaha maaf sayang" sahutnya menjauhkan tangan Karen yang memukul bahunya.

"Gara-gara kamu baju aku jadi basah" omel Karen pada Oliver.

"Itu karena kamu yang gak kuat tarik tangan aku" sahut Oliver tidak mau kalah.

"Bukan aku. Badan kamu aja yang berat!" Karen tidak terima dirinya disalahkan oleh Oliver.

"Badan kamu aja yang kurus" ucap Oliver.

"Apa kata kamu?" Karen menyipratkan air ke Oliver. Enak saja dirinya dibilang kurus. Itu mah badan Oliver saja yang lebih besar dan berat darinya.

"Ampun, sayang" ucap Oliver. Dirinya dicipratkan air oleh Karen yang tidak berhenti.

"Aku kesal sama kamu!" Teriak Karen.

"Sudah dong sayang!" Ucap Oliver. Namun Karen tidak berhenti.

Oliver lalu mengunci tangan Karen dan menggendongnya membuat Karen terkejut.

"Oliver, kamu mau ngapain?" Tanya Karen was-was.

"Ini akibat kamu yang tidak mau berhenti" Oliver langsung melepaskan gendongannya pada tubuh Karen membuat Karen gelagapan karena terjatuh ke dalam air.

"Oliver!!!" Teriak Karen setelah kepalanya timbul dari dalam kolam. Oliver tertawa puas melihat ekspresi kesal Karen.

"Sudah-sudah kita ganti baju sekarang" Oliver membantu Karen keluar dari kolam renang.

Mereka pun masuk ke dalam rumah dengan basah kuyup.

"Kamu ngapain ikutin aku?" Tanya Karen saat menyadari Oliver mengikutinya yang ingin masuk ke kamar mandi.

"Mandi bareng" sahut Oliver singkat.

"Gak boleh. Kamu sudah buat aku kesal seharian ini" tolak Karen.

Oliver tidak mempedulikan ucapan Karen. Langsung saja ia menggendong Karen masuk ke dalam kamar mandi.

"OLIVER!!" pekik Karen saat Oliver tiba-tiba menggendongnya ala bridal style. Oliver hanya terkekeh.

**




Semoga suka😊
Votement to be continue ..

Continue Reading

You'll Also Like

1M 62.7K 43
Bos gue ganteng, tapi sifatnya.... MASYA ALLAH..... mau nangis aja rasanya :( Dalam proses editing per chapter untuk publish ulang. Receiving 1.2M re...
90.4K 3.6K 14
JANGAN PLAGIAT KALAU BISA LEBIH KREATIF!!! #Rank 2 Arkan 1,18k (19/01/2021) #Rank 45 Watty 2,03k (25/05/2021) Adhira Maharani Mahasiswa yang sudah me...
118K 6.9K 32
[COMPLETED] "Kelas berapa?" "Kelas 10" "Oh pantes gak pernah liat" Oh kakak kelas toh -Salma Copyright © 2017 by Shameron9498 A Fanfiction by Calsal ...
16.9M 750K 43
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...