So I Married A Senior

By aristav

11M 818K 36.6K

Tersedia di Seluruh Toko Buku! #SeriesCampus1 Biar kuberitahu kamu satu hal. Laki-laki itu, yang sedang bera... More

So I Marry A Senior
Nikah itu Apa sih?
Jiper
Ada Apa dengan Jantung Keya?
Hari Terakhir Ospek
She's My Wife
Gara-Gara Bihun
Jiper Bikin Baper
Zona Baper
Firasat
Secarik Puisi
Kenanganmu
Kamu Istriku
Pesan dari LINE
Tentang Rania
Confused
Mimpi
If We Have A Baby...
Yakin, Siap LDR?
Jealous
In My Arms
How Can't I Love You?
Sorry
Before (1): Us
Before(2): His Pieces
Before(3): His Past
The Day: Close Your Eyes
Never Be Alone
Gone
Sementara Melepas Rindu
Akhir
Epilog
Sekuel
Dapatkan di Toko Buku!

Surat Cinta untuk Presiden BEMku

334K 30.9K 1.5K
By aristav



Tidak semua cinta harus diketahui manusia lainnya, ada kalanya cukup kita, semesta, dan Tuhan yang menyimpannya.

Untung Keya tidak telat, meski ia tiba di kampus tepat pada pukul setengah enam pagi, tidak kurang tidak lebih. Ia heran mengapa pagi-pagi buta begini panitia sudah bertengger di gerbang fakultasnya sambil membawa toa dan meneriakki mereka untuk berlari agar segera tiba di halaman utama kampus. Dipikir lari pagi sambil membawa tas berisi barang-barang Ospek itu enak? Kalau Keya boleh jujur, itu sama sekali tidak enak, tas yang dibawanya cukup berat dan membuat punggungnya sakit.

Ospek itu adalah bentuk penyiksaan mahasiswa baru dengan cara halus, meski tidak ada bully dan perpeloncoan tetap saja namanya tersiksa? Ya bagaimana tidak, kalau ia hanya bisa tidur tak sampai lima jam semalam demi tugas Ospeknya ini?

'Sabar Ke...risiko jadi maba mah gini, yang kecil ngalah sama yang gede' ia membatin sambil berjalan cepat menuju halaman utama kampusnya.

"Kirain telat tadi," bisik Maya saat ia sampai di deretan belakang kelompoknya. Postur tubuh Keya tidak begitu tinggi jadi harap maklum jika ia kebagian barisan di belakang, bersama Maya tentu saja, mereka sama-sama pendek.

"Mepet sih, tapi nggak sampai telat."

Maya mengangguk-angguk sambil menghalau sinar matahari yang mulai tampak dengan tangan telanjangnya.

"Puisi lo udah selesai belum Ke?"

"Hah puisi? Apaan?"

Maya menepuk dahi Keya, beberapa hari mengenal Keya membuat Maya paham, Keya ini termasuk anak pelupa dan ceroboh, ia juga semaunya sendiri. Maya bahkan masih ingat slogan favorit gadis ini 'Suka-suka Keya dong'.

"Hukuman kemarin pra Ospek."

Berpikir sejenak sambil mengerutkan dahinya, Keya menatap Maya skeptis.

"Oh iya hehe...eh tapi mungkin nggak sih mbak-mbak yang kemarin kasih itu hukuman lupa sama tugas buat kita?"

Maya mendengus, Keya ini ajaib apa bagaimana? Ya mana bisa lupa, orang saksinya hampir dua ribu maba dari satu fakultas mereka dan hampir seratus panitia.

"Cerdas dikit kek, yakali mbaknya lupa, saksinya banyak Kee..."

Keya tertawa, ia baru sadar dirinya begitu konyol di depan Maya tadi.

"Yang di belakang jangan ngobrol, segera baris!" seru seorang panitia komisi disiplin yang membuat Maya dan Keya terkejut. Lagi-lagi Mbak-Mbak bergincu merah yang kemarin memberi mereka hukuman.

'Yaelah dia lagi, bosennnn...' gerutu Keya di kepalanya, tapi ia tak menyuarakannya, Keya masih sayang pada dirinya sendiri.

***

Setengah hari ini Keya merasa lelah. Sekarang ini sedang jam Ishoma. Banyak kegiatan Ospek sedari pagi yang membuat energinya terkuras habis. Sebenarnya kegiatan Ospeknya lebih banyak diisi oleh seminar di dalam ruangan, tapi duduk berjam-jam di atas lantai dengan kaki tertekuk bukan hal yang mudah juga. Beberapa kali kaki Keya kesemutan.

Ia menyantap makan siangnya dengan minat yang minim. Nasi bungkus yang tadi diberikan oleh panitia terasa pahit di lidahnya, bukan karena rasanya yang benar pahit, tapi hidupnya yang hari ini pahit. Bayangkan ia sama sekali tak mendapatkan poin sampai siang ini karena tak satu pun melontarkan pertanyaan untuk narasumber di seminar tadi, Keya hanya malas bertanya, ia juga tak sempat memikirkan pertanyaan apa yang sekiranya bisa ia ajukan, karena otaknya kepalang dipenuhi nikmatnya tidur di atas kasur empuk kamarnya.

"Ke! Belum salat kita, makan yang cepet," kata Maya membuat Keya menoleh dengan malas.

"Nggak abis, ayo deh sholat."
"Yee mubazir tahu!"

Keya mengendikkan bahu sambil membungkus lagi sisa nasi miliknya sebelum membuang bungkusan nasi itu ke tong sampah di depan aula utama kampus.

Keya dan Maya lalu berjalan menuju musala di lantai satu yang membuat Keya berkali-kali mengeluh karena lift di gedung K5 ini sedang penuh. Bayangkan ia harus berjalan kaki dari lantai lima ke lantai satu.

"Gempor gue, May."
"Yalah itung-itung olahragalah, lo nggak pernah olahraga kan?"
"Lah...sekata lo aja deh, abis nih nasi yang gue makan tadi."
"Salah lo nggak diabisin tadi."

Keya tak lagi menanggapi, ia berjalan mendahului Maya menuju tempat wudlu. Selesai berwudlu, Keya masuk ke dalam musala, ia mengambil mukena lalu mengenakannya, setelahnya memilih diam sambil menunggu imam memulai salat.

"Subhanallah Ke, tahu nggak lo siapa yang jadi imamnya?" Seru Maya tiba-tiba. Air sisa wudlu masih menetes dari wajah Maya, sebelum diusap dengan punggung tangannya.
"Siapa?"
"Pres BEM kita Ke!"
"Lah emang Pres BEM kita siapa?"
Keya bertanya, ia tak paham, karena sepanjang acara tadi ia hanya melamun sambil menahan kantuk, jadi wajar ketika tadi ada perkenalan Pres BEM, ia tak tahu.
"Namanya Mas Jiver. Gila lo kalau sampai nggak tahu padahal tadi ada sesi perkenalan, dia itu kakak paling ganteng seantero kampus, ah bukan paling ganteng sih, maksudnya paling wahlah, ganteng mah relatif, apalagi kalau udah cinta, kakek-kakek ompong juga dikata ganteng."

Keya berpikir sejenak, apa itu Jiver suaminya? Mana mungkin suaminya jadi Pres BEM, eh tapi kalau ia tak lupa, dari awal ia Pra-Ospek sampai Ospek hari pertama ini Jiver selalu ada, jadi...kemungkinan itu bisa jadi iya.

"Jiver siapa namanya?"
"Jiver siapa ya...bentar deh, gue lupa...Jiver Erlangga siapa gitu, kalau gue nggak salah ya."

Keya melongo. Jadi benar itu Jiver suaminya? Laki-laki yang dulu mengucap ijab qobul dirinya di depan papanya? Ia tak mungkin salah mengenali nama Jiver Erlangga kan?

"Woii malah ngelamun, udah ayo sholat, udah mulai tahu!"

Maya menyentakkan lamunannya, lalu setelahnya ia mulai bergegas untuk salat ketika mendengar sebuah suara merdu menyebut asma Tuhannya.

'Mamaaa...mantumu suaranya merduuu!'

Keya menjerit dalam hati, ini pertama kalinya ia menjadi makmum bagi Jiver, ternyata begini rasanya salat dengan suami sendiri?

***

Keya masih memikirkan insiden di musala tadi, suara merdu Jiver ketika menjadi imam, pengalaman pertamanya menjadi makmum Jiver, padahal ia adalah istrinya, seharusnya sih sudah sering diimami oleh Jiver, tapi karena mereka tak hidup seatap jadinya ya tidak pernah.

"Nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan, Ke! Udah ganteng, kece, sholeh, pinter, uuhhh suamiable banget! Jodohkanlah hamba dengannya Tuhan!"

Maya terkikik, membuat Keya mendengus.

'Woii suami gueee!'

Ingin rasanya ia berkata seperti itu pada Maya dan beberapa teman-teman perempuannya yang membicarakan Jiver, tapi tidak mungkin...mereka kan menikah diam-diam, itu juga atas permintaannya sendiri.

"Teman-teman mahasiswa sekalian, hari ini kita sudah berada di puncak acara, dan surat yang tadi kalian kumpulkan sudah selesai kami seleksi, ada dua mahasiswa dengan surat terbaik, terlucu dan tercetar yang kami pilih hari ini, yang beruntung akan memberikan surat itu langsung pada kakak panitia yang dituju dan dibacakan di depan forum, tapi jangan khawatir bagi yang terpilih akan mendapat dua bintang!"

Keya terdiam sejenak setelah mendengar seorang panitia perempuan yang bertugas sebagai pembawa acara berkoar-koar di depan sana. Tidak penting, ia juga tak akan terpilih, lagian ia juga tak tak isi suratnya tadi. Tahu-tahu surat itu sudah jadi, dan ia yakin Jiver yang membuatnya. Halah paling juga si Jiver browsing.

"Woiii Kee....Keyana Marleniiiiii."
"Aduhh gue nggak budeg, May!"

Maya menjitak kepala Keya. Gadis itu menunjuk orang-orang di dalam gedung itu yang sudah menatap ke arah mereka.

"Elo dipanggil Ke, maju sono."
Keya tergagap, menatap Maya tidak mengerti, "lah kenapa? Salah apa gue?"
"Surat lo jadi yang terbaik noh! Makanya jangan ngelamun mulu lo. Sono ke depan!"

"Kepada Keyana Marleni harap segera ke depan!" Kata si pembaca acara membuat Keya semakin tak paham.

"Sono maju!"

Maya mendorong Keya hingga gadis itu berdiri dari duduknya dan dipaksa berjalan ke depan forum. Ia masih bingung. Suratnya jadi yang terbaik? Suratnya terbaik? Hah? Kenapa bisa? Keya bahkan tak mengerti apa isi suratnya.

Sadar atau tidak yang jelas saat ini Keya sudah sampai di depan forum, dipandangi hampir dua ribu mahasiswa di fakultasnya dan para panitia yang sedang berjaga. Keya kalut, ia bingung sebenarnya kenapa suratnya itu bisa menang?

"Oke Keyana, kamu harus membacakan suratmu dulu untuk mendapat dua bintang dari saya," ucap Mbak pembawa yang tidak Keya tahu namanya.

"Hah baca surat?"
"Iya! Ayo...ini suratmu, dan itu Kak Jiver sudah menunggumu baca surat ini."

Mendadak Keya jadi kicep, ia memperhatikan sekitarnya, semua pasang mata memperhatikannya, membuat Keya tak nyaman.

"Tapi Kak..."

Keya memelas.
"Ayolah, semua mahasiswa itu harus punya jiwa pemberani, ayo nggak usah malu."

Keya menelan ludahnya susah payah, ia terpaksa mengambil surat itu dari tangan Mbak pembawa acara. Matanya lalu tertuju pada Jiver yang berdiri tak jauh darinya, laki-laki itu tampak menikmati penderitaannya. Sial. Kenapa pula ia harus selalu ada di fakultasnya? Padahal kan masih ada Ospek di fakultas lain, kenapa Jiver tidak keliling ke fakultas lain misalnya?

"Ayo Keyana. Waktunya nggak banyak."

Pembawa acara itu terus mendesak membuat Keya ingin menenggelamkan dirinya di antara bunga-bunga saat ini juga.

Dengan langkah ragu dan terpaksa ia berjalan menuju Jiver di sisi kanan tempat ia berdiri tadi. Sampai di depan Jiver, Keya menatap tajam suaminya itu yang dibalas Jiver dengan sebelah alis yang ia angkat. Tangan gemetar Keya membuka surat itu, ia nyaris kehilangan suaranya saat membaca surat itu dalam hatinya.

Jiver benar-benar cari mati!

"Ayo baca...baca...baca..."

Semua yang ada di ruangan itu mulai bersorai membuat tingkat kegugupan Keya bertambah.

Sambil menelan ludah, dengan suara gemetar Keya mulai membaca surat itu.

"To: Jiver Erlangga Ajidarma, Presiden BEMku yang paling kupuja.

Kita adalah takdir yang dipertemukan oleh semesta, meski sebelumnya tak mencinta namun semesta akhirnya meniupkan kata cinta dalam hidup kita. Berjauhan denganmu adalah luka, luka yang disebabkan karena rindu. Rindu yang hanya bisa disembuhkan olehmu. Kalau kamu tahu, merindukanmu itu seperti merindukan hujan di padang sabana, sesuatu yang kehadirannya amat dinanti dan selalu aku semoga.

Sayang...setiap manusia dipenuhi kekurangan, tapi kamu tentu tak lupa, kekurangan itu akan hilang bila kita bisa bersama untuk memahaminya dan saling mengerti satu sama lain.

Sayangku, cintaku, aku padamu...emot kecup."

Keya nyaris menahan napasnya, ia melihat ke arah Jiver yang tampak menahan senyumnya. Keya malu bukan kepalang ketika orang-orang sibuk menertawai isi suratnya yang sangat memalukan.

Jiver memang sialan. Ingatkan Keya untuk benar-benar balas dendam nantinya.

Tbc

Fiush baru ada waktu buat ngetik, banyak tugas sama kegiatan kampus wkwk. Semoga terhibur ya, koment jangan lupaaa

Continue Reading

You'll Also Like

1.9M 14.3K 10
Cerita lengkap ada di Dreame 🌻🌻🌻 "Aku bakal ceraiin dia secepatnya." Ines menggeleng, rasanya itu sangat mustahil. Ia akan menerima dosa yang besa...
4.8M 177K 39
Akibat perjodohan gila yang sudah direncakan oleh kedua orang tua, membuat dean dan alea terjerat status menjadi pasangan suami dan istri. Bisa menik...
13.7K 329 17
- Stella Lawrence - Hidup gue yang awalnya menyenangkan kini berubah menjadi bencana yang seakan menarikku untuk jatuh kedalam lubang tersebut. Itu s...
133K 5.5K 50
'' Jika lu gak bahagia dengan hidup lu, perbaiki apa yang salah dan teruslah melangkah!'' ucap seorang pemuda itu. '' Tau apa lu tentang hidup gua...