The Crown Princess of Luhan

By MeyJewel

24.9K 1.1K 125

Dia terlahir dari rahim Sang Permaisuri. Di berkahi dengan kemewahan dan kasih sayang melimpah dari Sang Kais... More

Prolog
èr: yīn tiān

yī:xìngfú

7.1K 301 25
By MeyJewel

Dia terlahir dari rahim Sang Permaisuri. Di berkahi dengan kemewahan dan kasih sayang melimpah dari Sang Kaisar. Luhan tumbuh menjadi Putri Kecil periang dengan tawa yang membawa kebahagiaan. Tapi, di malam badai salju, kemarahan Jung Yunho mengubah segalanya.
Saat dia sadar, kini dirinya hanyalah seorang pengungsi. Putri mahkota yang terbuang. Itulah dirinya. Jung Luhan.
.
The Crown Princess of Luhan

魯漢太子妃

Putri Mahkota Luhan

TeaJustmine

yī:xìngfú

Kebahagiaan

All cast not mine. Historical story. Gender swich. Famale Luhan. Famale Jaejoong
SehunfemLuhan. And any pairs

No material, cover, picture and song not mine

Playlist xiang fu de lian

Don't copy paste

So enjoy
.

Nǐ bìng, yǒu rén zhào gu nǐ, zhè jiù shì xìng fú.
(Saat kamu sakit, ada orang yang menjagamu, itulah kebahagiaan)

Nǐ lěng, yǒu rén bào zhe nǐ, zhè jiù shì xìng fú
(Saat kamu kedinginan, ada orang yang memelukmu, itulah kebahagiaan)

Nǐ kū, yǒu rén ān wèi nǐ, zhè jiù shì xìng fú
(Saat kamu sedih, ada orang yang menghiburmu, itulah kebahagiaan)

(Puisi kebahagian oleh anonim)
.
[***-***]

Malam purnama semakin meninggi, pendar cahaya bulan menerangi setiap sudut kegelapan, dengan jutaan bintang yang tersebar di langit biru. Beberapa orang melongok keatas memperhatikan bulan purnama, mereka terkagum dan segera memanggil teman-temannya. Semua orang yang melihat pasti akan berfikir jika malam ini adalah malam purnama terbaik yang pernah mereka saksikan. Mereka bersuka cita dengan arak di tangan dan saling menyahut puisi.

Tapi di balik megahnya dinding kerajaan kekaisaran Jung, kini mereka tengah berbalut kekhawatiran. Kaisar Jung Yunho tak luput dari rasa resah itu, jubah kebesarannya berkibar saat berjalan. Membuat Kasim yang mengikutinya menabrak punggung Sang Kaisar yang langsung bersujud meminta maaf.

Sudah satu jam Yunho berjalan mondar-mandir di depan paviliun meigui¹. Permaisuri Jung Jaejoong tengah mempertaruhkan nyawa untuk melahirkan permata hati yang mereka tunggu-tunggu. Hatinya cemas dan berharap semoga Tian² melindungi orang-orang yang dikasihinya.

"Sedikit lagi permaisuri, dorong sekali lagi!"

"Eeng..." Mata sewarna coklat madu terpejam erat. Sungguh sakit sekali hingga membuat nafasnya tersegal, keringat dingin yang membasahi dahi di seka oleh seorang Kasim setia. Rasanya dia tidak akan kuat lagi menahan rasa sakit, tapi mengingat jika bayi mungilnya akan terlahir sebentar lagi membuatnya memperoleh kekuatan.

"Dorong, dorong Yang Mulia Permaisuri."

"Aaarhg..."

"Sekali lagi Yang Mulia Permaisuri."

"Hah-hah... Aaargh!"

Kini bulan purnama berada di puncak tertinggi tanpa tertutup sedikit pun awan. Sinar kemasan yang terlihat begitu indah seolah para dewa tengah turun ke dunia menebarkan benih kebahagian. Begitu banyak bintang dilangit, yang menurut kepercayan adalah kendaraan para dewa. Dan tepat saat bintang jatuh melewati bulan, tangisan bayi perempuan terdengar.

Kaisar Jung Yunho menoleh di detik pertama dia mendengarnya. Dengan segera dia mendobrak pintu, matanya berkeliling memandang sekitar dan menemukan Jaejoong tersenyum lembut ke arahnya.

"Yang Mulia," bisik jaejoong tanpa suara. Dirinya terlalu lemah bahkan untuk membuka pita suaranya.

Yunho segera menghampiri Jaejoong. Binar kegembiraan terangkum jelas di matanya. Perlahan yunho mencium dahi Jaejoong penuh kelembutan. "Terimakasih, Permaisuri ku."

Jaejoong memejamkan matanya, meresapi kehangatan yang di berikan Yunho padanya. Seorang pria yang sudah menemani hidupnya selama dua puluh tahun.

"Hamba menghadap Yang Mulia Kaisar." Seorang tabib datang dengan buntalan kecil berwarna merah di tangannya. "Putri anda telah lahir, cantik bagai Dewi kayangan. Semoga Tian² selalu memberkahi kebahagian."

Yunho berdiri menghampiri tabib lalu mengulurkan tangan meminta Si Kecil Mungil yang bahkan sebelum kelahirannya sudah mencuri afeksinya. Perlahan mata bulat nan jernih terbuka untuk pertama kalinya, menatap Yunho sebelum akhirnya menyamankan diri dalam kehangatan.

"Ya Tian, bayi kecil ini begitu mirip denganmu, Permaisuri. Hidung, bibir, bahkan mata ini begitu mirip denganmu. Permaisuri Jae aku tidak tau kau begitu serakah hingga tidak menyisakan tempat untukku." Siapapun yang mendengar kata-kata Yunho pasti akan menyetujui jika Sang Kaisar tengah merajuk.

"Ampuni hamba yang lancang, Yang Mulia," pinta Jaejoong tidak benar-benar serius. Bibirnya tersenyum lembut.

"Tian, mengabulkan doaku. Aku meminta satu yang mirip sepertimu." Yunho tersenyum, dibawanya tangan mungil itu dan dikecupnya sayang. Perlahan permata coklat menampakkan keindahannya. "Namamu Jung Luhan. Rusa kecil yang akan memberikan kebahagian untuk negeri ini, kau akan menjadi putri kebangganku. Sayang."

"Putra Mahkota datang berkunjung."

Yunho dan Jaejoong saling memandang lalu terkekeh pelan melihat Putra Mahkota Jung Changmin berlari dengan kecepatan kilat.

"Ayahanda, ibunda benarkah adikku sudah lahir? Benarkah? Apakah itu adikku, Ayahanda?" Tanyanya beruntun dalam satu tarikan nafas. Changmin menatap penuh harap pada buntalan merah yang di peluk Yunho.

Jaejoong tersenyum lembut menatap putra pertamanya, pipinya memerah, tetes keringat mengalir dari ujung lancip surai hitamnya, nafasnya tersegal seolah berlari mengintari seluruh istana. Putra Mahkota yang biasanya minim ekspresi terlihat sangat hidup dan Jaejoong tau jika Yunho setuju dengan pemikirannya. Terlihat dengan seringai jahil di bibirnya.

"Berjanjilah dulu, Jung Changmin. Berjanjilah untuk melindungi Jung Jaejoong dan Jung Luhan di atas pundakmu!" suara tegas Yunho berhasil memaku afeksi Changmin.

Bocah berusia lima tahun itu menegapkan tubuhnya. Memandang lurus pada Yunho. Karena dia tau laki-laki di depannya sudah berubah menjadi Kaisar Jung Yunho.

Ya, perjanjian antar laki-laki.

"Hamba, Jung Changmin akan berjanji melindungi Ibunda Jung Jaejoong dan adikku Jung Luhan dengan nyawaku."

"Apakah aku bisa mempercayaimu, Pangeran Mahkota Jung Changmin?"

"Ya Yang Mulia. Hamba berjanji dengan Tian Agung dan Kwan Im Pho sat³ di Atasku."

Hati Jaejoong tersentuh mendengarnya. Bahkan kasim dan dayang yang mendengarnya terpekur kagum, beberapa di antaranya menangis haru. Bagaimana mungkin jika bocah sekecil ini bisa terlihat dewasa. Pada nyatanya Changmin adalah keturunan Yunho yang merupakan Putra kaisar naga, pastilah mempunyai wibawa layaknya para leluhur.

"Kemarilah Putraku," Jaejoong mengulurkan tangannya yang langsung disambut sukacita oleh Changmin. Dengan sayang Jaejoong mencium dahi dan pipi Changmin bergantian. Changmin merasa senang senang saja jika saja dia tidak mendengar kikik geli bibi Junsu dan dengusan Yunho.

"Aah... Ibunda, saya pria dewasa," sungut Changmin, mengusap bekas ciuman Jaejoong tak rela. "Ayahanda, mana adikku? Aku ingin lihat."

"Kenapa aku harus memperlihatkan Luhan padamu?"

"Karena aku sudah bersumpah untuk melindunginya."

Yunho tersenyum mendengarnya. Perlahan dia mengulurkan Luhan yang diterima Changmin dengan berdebar debar.

"Huaah... Mirip sekali dengan Ibunda. Lulu mei-mei panggil aku Changmin gege," Changmin berceloteh riang menatap wajah adiknya yang tertidur pulas seperti mengabaikannya. Dan dengan gemas Changmin menggigit pelan pipi bakpao Luhan. Tak ayal bayi mungil itu terhisak pelan.

"Haiya... Putra Mahkota apa yang anda lakukan?" Beberapa kasim kelabakan saat melihat wajah Sang Putri memerah menahan tangis.

"Aku berjanji untuk melindunginya tapi tidak untuk menjahilinya," jawab Changmin. "Iyakan Lulu mei mei?"

[••••••••••••••••••••••]

Tujuh tahun kemudian
Sehelai daun momiji kering terbang melayang tertiup angin musim gugur, melewati atap-atap bangunan, hampir jatuh ke tanah jika saja angin tidak berhembus kencang. Meliuk-liuk mencari celah sempit diantara kokohnya dinding istana, terus melayang seolah menari dan akhirnya berhenti di ratusan hamparan kuning keemasan yang menutupi hampir seluruh taman di paviliun soka.

"Putri Mahkota Luhan, apa yang anda lakukan disini. Anda bisa di hukum Permaisuri Jae jika menyelinap begini. Kumohon, kembalilah sebelum Permaisuri Jae melihatnya."

Seorang gadis kecil dengan hanfu biru muda tengah asyik bersantai di atas dahan pohon mengabaikan seorang dayang yang kini memucat ngeri.

"Tidak apa dayang Er, Ibunda Permaisuri tidak akan marah. Lulu hanya ingin melihat pasar malam."

"Ya Tian!" Keluh dayang Er dengan dahi berkeringat. "Kalau begini Yang Mulia Kaisar bisa memenggal kepalaku."

"Tidak akan Dayang Er. Ayahanda tidak kan menghukummu. Lulu jamin." Hanfu biru melayang saat gadis cilik itu terjun dari pohon.

"Ya Tiaaaan..." teriak Dayang Er. "Putri Mahkota Luhan, saya mohon jangan membuat jantung saya berhenti berdetak," bukan kepalang panik Dayang Er saat melihat tuan putrinya terjun begitu saja dari dahan, serta merta dia mendekati nona mudanya, meneliti apakah ada yang terluka. Tergores sedikit saja kepalanya menjadi taruhan.

Tapi gadis nakal itu hanya tersenyum memperlihatkan giginya. "Dayang Er, maaf. Membuatmu semakin tua. Hehehe."

"Ya, anda selalu senang membuat wajah saya terlihat tua karena khawatir," Dayang Er tersenyum lembut. Dia berjongkok tepat didepan Luhan, menepuk nepuk hanfunya pelan.

"Tapi Dayang Er, Dayang paliiing cantik di istana," tangan kecil Luhan membentang seolah memperlihatkan betapa bersungguhnya dia. "Tapi bibi Junsu juga cantik."

"Terimakasih, Tuan Putri. Mungkin saya bisa membuatkan manisan persik untuk anda karena sudah memuji saya." Dayang Er hanya bisa tersenyum geli melihat ekspresi Luhan. Wajahnya berseri hanya karena mendengar manisan persik yang sangat di sukainya.

"Xie xie."

Sungguh saat melihat Luhan kecil pasti akan merasa gemas. Kulit putihnya terlihat bersinar dengan hanfu sutra kwalitas terbaik yang di kenakannya, kontras dengan surai hitam lebat yang dihiasi jepit giok yang akan bergoyang saat dia berpolah, hidung mancung dengan pipi yang memerah, mata bulat dan bibir kecil yang akan merengut lucu lalu tersenyum manis. Kesempurnaan yang merupakan jiplak sempurna Jaejoong saat masih kecil.

Kaki mungil Luhan berjalan menyusuri barak latihan dimana kakak kesayangannya tengah berlatih. Jujur saja Luhan sangat ingin bermain pedang seperti kakaknya, baginya apapun yang dilakukan kakaknya terlihat hebat dimatanya.

Seperti saat kakaknya mengendongnya di punggung lalu memanjat pohon sakura tertinggi di istana, walaupun pada akhirnya kakaknya mendapat cambukan lima kali di punggungnya membuat Luhan menangis. Dan Ayahanda terlihat menakutkan selama beberapa hari.

Senyum Luhan merekah sempurna saat melihat kakaknya tengah berlatih dengan pangeran kedua. Dengan segera gadis kecil itu berlari mendekat. "Changmin gege!"

Teriakan barusan membuat dua orang yang berlatih menghentikan aktifitas mereka. Changmin tersenyum saat mendapati Rusa Kecil kesayangannya menerjang kearahnya dan melesakkan wajah di perpotongan lehernya.

"Lulu mei mei. Gege merindukanmu bocah nakal."

"Aniya gege. Lulu bukan bocah nakal," bibir merah itu merengut kesal. Changmin hanya tertawa geli melihat penolakan Luhan, diusianya yang ke empat belas Changmin sama sekali tidak merubah perangainya yang suka menjahili adiknya. Bahkan beberapa kali membuatnya menangis, dimana Yunho dan Jaejoong hanya bisa menghela nafas melihatnya.

Seperti saat ini dimana Changmin menjepit pipi tembam Luhan dengan bibirnya, membuat gadis itu meronta kesakitan.

"Sakit, gege," rengek Luhan. Tangan mungilnya menangkup pipinya yang memerah, sudah jelas gadis kecil itu tengah merajuk. Jadi dengan sengaja Luhan melepaskan pelukan Changmin dan berjalan ke arah pemuda di sampingnya.

"Ini untuk Pangeran Kedua," senyum Luhan dengan mata nyaris terpejam membuat Jung Kyungsoo tertegun. Gadis cilik itu mengangsurkan daun momiji kearahnya.

"Ini untukku, Putri Luhan?" Dengan ragu Kyungsoo menerimanya.

Luhan tersenyum manis, "Iya."

"Putri Luhan, bagaimana bisa kau memberikan pangeran lain barang. Padahal kau punya gege yang sangat tampan. Pangeran kedua berikan daun itu padaku."

Luhan mencebik, "Lulu tidak mau. Changmin gege selalu menjahili Lulu," sungut Luhan. "Jadi aku memberikannya pada Pangeran kedua."

Mata hitam Changmin membola mendengar alasan tidak masuk akal Luhan, bagaimana bisa adiknya mengabaikannya. Gadis nakal itu harus di beri hukuman.

Dengan sigap Changmin menarik tangan Luhan lalu mengelitik pinggang adiknya. Membuatnya berjanji hanya akan menyayangi Changmin alih alih pangeran yang lain yang di jawab dengan kikik geli Luhan.

Tanpa menyadari jika Kyungsoo tengah memandangi daun momiji di tangannya. Seberkas senyum terlihat saat pangeran kedua itu menyimpan pemberian Luhan dibalik hanfunya.

[******]

Matahari sudah meninggalkan peraduannya tadi sore dan bulan sabit menggantikan tugasnya. Ini akhir musim gugur dan sebentar lagi akan memasuki musim dingin tidak heran jika hawa dingin sedikit merasuk sumsu tulang.

Disaat seperti ini menyalakan perapian dan meminum hangatnya teh atau arak adalah surga kecil yang tidak akan bisa ditolak. Ditambah dengan kehadiran keluarga yang paling disayangi.

Jaejoong dengan telaten meracik teh hijau untuk Yunho. Ketelitian, rajin dan lemah lembut adalah paket resmi yang sudah terkenal mengenai Sang Permaisuri. Tidak ada yang menandingi kepiawaiannya dalam meracik teh, bermain musik dan melukis. Bahkan kaisar terdahulu sangat menyayangi Jaejoong seperti anaknya sendiri. Dan semua bakat itu diwarisi Luhan tanpa syarat. Seperti saat ini dimana gadis cilik itu memainkan kecapi dengan sangat mahir walaupun masih berumur lima tahun.

Nada-nada merdu membuat orang-orang terhanyut dan saat petikan terakhir Yunho bertepuk tangan sangat keras. Sang Kaisar tersenyum bangga.

"Kemarilah putriku sayang."

Luhan tersenyum lebar. Berjalan mendekati Yunho. "Aku memang putri Ayahanda."

"Apakah Putri Luhan bukan Putriku juga, Yang Mulia?" Jaejoong terseyum. Dengan anggun dia menuangkan teh pada cawan Yunho seolah sudah melakukannya ratusan kali.

"Kenapa Permaisuri Jae? Secara fisik Luhan memang mirip denganmu, tapi soal sifat dia menuruniku,"  Yunho menyeringai kearah wanita yang begitu di cintainya. Menggoda Jaejoong tidak akan membuat Yunho bosan. Malah sebaliknya.

"Termasuk sifat jahil, suka bertindak ceroboh, berbuat onar hingga para dayang kerepotan, menjahili dayang dengan ulat bulu?"

Changmin terkikik mendengar pertanyaan lebih ke penyataan  tentang Ayahandanya. Ya, hanya Jung Jaejoong yang berani membantah perkataan Yunho. Tapi melihat mata hitam Yunho, Changmin hanya bisa berdehem dan meminum tehnya.

"Tapi aku sayang Ayahanda." Dan ciuman kecil Luhan menghapus tatapan tajam Yunho.

"Selir Ahra datang berkunjung."

Begitu kasim berteriak rombongan Selir Ahra dan Pangeran Kedua Kyungsoo memasuki pavilium seiryu. Hanfu kuning yang dikenakan Selir Ahra terlihat mencolok dengan hiasan bunga hong dilengannya ditambah dengan perutnya yang kini membuncit.

"Semoga yang mulia panjang umur," Ahra dan Kyungsoo diikuti para dayang yang ikut ber kowtow.

Jaejoong adalah orang pertama yang menyapa Ahra. Senyum manis membuat Jaejoong terlihat memukau. "Ah, Selir Ahra. Duduklah disini, cuacana diluar tidak baik untuk kandunganmu."

"Tentu Permaisuri Jaejoong." Dengan anggun Ahra duduk disamping Yunho, "Yang Mulia Kaisar, saya membawakan ramuan gingseng yang baik untuk kesehatan anda. Cuaca dingin diluar membuat saya takut anda sakit, Yang Mulia." Ahra mengambil nampan dari Bibi Rong lalu menuangkannya di atas cangkir.

"Oh, terimakasih, Selir Ahra."

Entah disengaja atau tidak, Yunho yang pada awalnya hendak meminum teh buatan Jaejoong malah meletakkan cangkirnya dan menerima cangkir yang di sodorkan Ahra padanya.

Melihat itu Junsu meremas tangannya geram. Entah kenapa sejak Selir itu memasuki istana dirinya merasa ada sesuatu yang Ahra sembunyikan. Dan mata Junsu melihat senyum yang Ahra sembunyikan dibalik lengan hanfunya.

Untung saja Junsu melayani Permaisuri Jaejoong yang baik hati. Alih alih menenangkan, yang ada Jaejoong menggenggam erat tangannya agar tidak bertindak ceroboh dan memancing kemarahan Yunho.

"Selir Ahra," suara jernih Luhan mengalihkan fokus semua orang. "Apa sebentar lagi Lulu akan mempunyai mei mei?"

"Iya Yang Mulia Putri Mahkota. Sebentar lagi mei mei akan lahir. Mingkin nanti Putri bisa bermain dengannya." Dengan tawa anggun Ahra memandang Yunho, "Apakah Anda akan menyayangi bayi ini ketika lahir Yang Mulia?"

"Tentu saja, Selir Ahra. Biar bagaimanapun bayi itu adalah anakku." Yunho tersenyum lembut.

"Suatu kehormatan Yang Mulia Kaisar. Anda sungguh welas asih."

Dan senyuman Ahra tersungging sepanjang malam.
.
..
TBC.
Kamus
1 pavilium meigui= pavilium mawar
2 Tian= Tuhan orang China.
3 Kwan Im Po Shat=Dewi Kwan Im
.
Terimakasih buat para reader yang membaca ceritaku.
Lama sekali tidak menulis jadi terasa kaku-hiks- apalagi aku pakai gaya sok keluar dari zona aman-hiks-. Ini RPF kedua, berharap akan terus berlanjut sampai ending-berdoa-
Maksih sudah membaca yang review dan fav makasih bangeet. Padahal kaku banget tulisanku.

.
.
TeaJustmine

Continue Reading

You'll Also Like

341K 50.8K 78
"Became the Most Popular Hero is Hard" adalah judul novel yang saat ini digemari banyak pembaca karena memiliki visual karakter dan isi cerita yang m...
4.2K 498 7
Seorang pengacara dari kalangan bangsawan, tapi sangat membenci para bangsawan yang ada di sekitar nya, sang ayah juga tak pernah mengakuinya sebagai...
KASHMIR By B.O.S🚀

Historical Fiction

313K 21K 115
Menjadi pengantin dari kerajaan yang wilayahnya telah ditaklukkan bukanlah keinginanku. Lantas bagaimana jika kerajaan yang aku masuki ini belum memi...
494K 59.3K 49
Jenaka adalah seorang kutu buku yang tengah mempersiapkan Ujian Akhir Sekolah. Jenaka tinggal bersama nenek buyutnya yang mengidap Dementia. Suatu ha...