Love Without Words

By Dheyamela

3.3M 204K 7.9K

[COMPLETE, TELAH TERSEDIA DI GRAMEDIA] Seperti kisah romansa remaja pada umumnya, tentang remaja badung berna... More

1. Bad boy
2. Snow White
3. Who are you?
4. Beautiful Lake
5. Not a Romantic Guy
6. Cruel
8. Where are You?
9. Snow White's Birthday!
10. Promise
11. Be Mine?
12. Unconscious
13. Apprehensive
14. Kirana
15. Broken
16. Missing You
17. Illusion
18. Unspoken
19. Supposed to be Mine
20. Skizofrenia?
21. Evildoer
22. Untruthful
23. Little Surprise
24. Dopplegänger
25. Hope
26. Disaster
27. Secret
Meet the Cast!
28. Gloomy Day
29. Don't Leave
30. Scared
31. Revenged
32. Infinity Love
33. Come Back
34. Unexpected
35. First Met
36. Queen of Troublemaker
37. Ice Prince
38. Savior
39. Uncontrolled
40. Grateful
41. Felt Special
42. It Shouldn't Be
43. Nightmare Became True
44. Friday Morning
45. Shattered
46. Ice Prince and Queen of Troublemaker
Attention Pleasee!!
47. Don't Tell
48. It isn't Simple
49. Voice Note
50. 7 Days
51. Tragic
52. Human or Devil?
53. Regret (Special Chapter)
54. Sorry
55. Numb
56. This is My Fault
57. Atone
58. Love Without Words
59. Thanks for Everything
60. Blissfulness
Epilogue
Cuap-Cuap
New Story?
Good News
Tolong Dibaca
Special Chapter - Kevin's Birthday!
Sad News
Penting!
Vote Cover
Hai!
Kapan PO?
Jadwal PO
Teknis PO

7. Hallucination?

64.4K 4.4K 261
By Dheyamela

"Lo mau kemana?" Tanya Kevin melihat Kinar yang beranjak dari tempat duduknya.

Kinar tak menjawab, ia terus melangkah keluar kelas, sementara Kevin menyusulnya dari belakang. Kinar melangkah lambat menuju ke lantai 1. Kevin tak ingin kehilangan Kinar seperti kemarin, ia harus mengikuti Kinar kemanapun gadis itu pergi.

Kinar melangkah masuk menuju perpustakaan sekolah yang terbilang luas dengan banyak buku tersusun rapi di raknya yang tinggi, Kevin mengikuti langkah kaki Kinar. Kinar melangkah menuju rak buku Biologi, mencari buku yang ingin ia baca.

Kevin memandangi wajah pucat Kinar yang terlihat cantik terpapar sinar matahari yang masuk dari jendela perpustakaan. Kinar menyisipkan rambutnya dibelakang telinga. Mata bulatnya masih sibuk menyusuri setiap buku yang tersusun rapi di rak buku perpustakaan.

Kevin sering sekali melihat Kinar membaca buku Biologi, sepertinya gadis itu sangat tertarik dengan semua hal berbau Biologi. Tubuh mungil Kinar mencoba menjangkau sebuah buku yang terletak di rak tertinggi, ia berjinjit, tapi tangannya tetap tak bisa menjangkau buku itu.

"Sini gue ambilin." Ucap Kevin menjangkau buku yang ingin Kinar ambil.

"Yang ini kan?" Tanya Kevin sambil memberikan buku Biologi yang membahas tentang syaraf pada Kinar. Kinar tersenyum, kemudian mengangguk. Kinar duduk dilantai perpustakaan sambil menyandarkan tubuhnya di dinding. Kevin ikut duduk disampingnya.

Kevin selalu senang duduk disamping Kinar yang sedang sibuk membaca buku, entahlah wajah serius Kinar selalu saja menarik perhatiannya. Lembaran demi lembaran buku sudah berhasil Kinar baca dengan mulut tertutup rapat. Dari dulu, Kevin ingin sekali mendengar Kinar berbicara. Tapi Kevin cukup bersyukur karna setidaknya ia pernah mendengar suara tawa Kinar yang merdu.

"Kinar, gue kok gak pernah ngeliat orangtua lo? Mereka ke luar kota ya?" Tanya Kevin tiba-tiba.

Di rumah Kinar bahkan tak ada satu foto pun yang menggambarkan wajah orangtua Kinar. Gadis ini semakin misterius.

Kinar terkejut mendengar pertanyaan yang tiba-tiba terlontar dari mulut Kevin. Kinar terdiam, ia tidak mengangguk atapun menggeleng. Ia malah berusaha pura-pura tidak mendengar ucapan Kevin.

Kinar menggigit bibir bawahnya.

Bel berbunyi.

Kevin seharusnya tak banyak berharap mengenai jawaban dari pertanyaan itu. Karna ia tahu, sampai kapan pun Kinar akan tutup mulut. Tapi bila memang Kinar berniat menjawab, setidaknya ia bisa menuliskan sesuatu di kertas. Seperti yang ia lakukan jika ingin berkomunikasi dengan Kevin. Tapi itu sangat jarang.

"Yaudah, ayo kita ke kelas." Ajak Kevin sambil tersenyum lembut.

Kevin hanya bisa berharap bahwa waktu akan menguaknya.

~~~

Walaupun waktu istirahat selalu dihabiskan dengan berbicara sendiri, itu semua tak masalah bagi Kevin. Ia tahu, walaupun Kinar tak bisa merespon apa pun dan hanya bisa mendengar semua cerita Kevin, itu sudah lebih dari cukup.

Menurut orang, berbicara tanpa respon dari orang yang diajak bicara akan sangat membosankan dan membuat kesal, tapi bagi Kevin tidak. Kevin merasa seakan dirinya sedang curhat dengan boneka cantik yang akan selalu bungkam, tak akan membongkar rahasianya.

Terkadang, bila sudah lelah, Kevin akan diam sambil menatap wajah Kinar yang tenang setenang permukaan danau. Saat ini Kinar tengah sibuk menulis sesuatu di buku hariannya. Buku harian itu tampak sederhana, sampulnya berwarna biru polos, berukuran tak terlalu besar. Kerena penasaran, Kevin mencoba mengintip apa yang ditulis gadis itu.

Menyadari akan hal itu, Kinar langsung menutup buku hariannya, kemudian memeluk buku harian itu. Kevin menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Kemudian, berusaha mengalihkan pandangannya ke arah lain, seakan tidak terjadi apa-apa.

Kinar tertawa kecil, tawanya tiba-tiba menghilang saat sesuatu terlintas dibenaknya, apa dia bisa lebih lama lagi melihat wajah Kevin yang ceria seperti ini? Ia takut kejadian 2 tahun lalu terjadi lagi, Kevin tak seharusnya mendekati Kinar.

Apa Kinar harus merelakan cintanya lagi?

Kinar tidak tahu, ia tak pernah tahu apa yang harus ia lakukan.

Bu Nana datang, membuat suasana riuh kelas kembali sepi, Kinar mencoba melupakan segala pikiran anehnya itu, kemudian mengalihkan pandangannya pada Bu Nana.

"Bagaimana dengan hapalan yang Ibu berikan kemarin? Sudah hapal semua?" ucap Bu Nana, membuat kelas kembali berbisik-bisik.

"Ya ampun, gue lupa hapalan!" Ucap Kevin sambil berbisik pada Kinar.

Kevin menepuk keningnya.

Tadi malam Kevin kelelahan dan tidak membuka bukunya sama sekali.

Bodoh, pikirnya. Kinar hanya tersenyum kecil.

"Belum hapal Bu..." Ucap teman-teman Kevin serempak. Berharap hari ini Bu Nana berbaik hati, dan bisa menunda tugas hapalan hari ini.
Bu Nana menggelengkan kepalanya.

"Tata nama senyawa itu pelajaran kelas X, masa begitu saja tidak hapal? Ibu mau tes dulu satu-satu ya. Kalau ada yang bisa jawab 5 pertanyaan dari Ibu, baru yang lainnya bisa ditunda. Kalau tidak ada yang bisa jawab, Ibu kasih waktu 5 menit untuk membuka buku, lalu hapalan di depan kelas." Ucap Bu Nana.

Hampir seisi kelas membuka mulutnya melongo ketika mendengar ucapan dari Ibu Nana yang membuat jantung mau copot itu, kecuali Kinar, tidak terlihat ekspresi terkejut dari wajahnya.

Kinar menuliskan sesuatu di sebuah kertas.

'Kamu pasti bisa'

Lalu memberikannya pada Kevin.

'Kamu'?

Kevin mengucek matanya berulang-ulang, takut apa yang dilihat matanya itu salah.

Kamu?

Tak henti-hentinya Kevin menggumamkan hal itu.

Kata ganti kamu-aku menurutnya sangat sakral, menunjukkan sebuah ikatan yang lebih dari kata akrab. Bahkan Kevin tak pernah menggunakan kata ganti itu pada mantan-mantannya, kecuali keluarga. Kinar, apa dia menyukai Kevin? Ah, bodoh. Tidak mungkin hanya denga kata ganti itu Kevin bisa menyimpulkan kalau Putri Salju itu menyukainya, pemikiran bodoh.

Mungkin saja Kinar tak biasa menggunakan kata ganti gue-lo.

Kevin tertawa gugup, "Aku, eh maksudnya gue gak sepintar yang lo bayangkan." Ucapnya berbisik pada Kinar.

Kinar tahu kemampuan Kevin, laki-laki itu bisa mengingat semua isi buku yang ia baca di perpustakaan, walaupun Kevin tak pernah serius membacanya. Dia jenius. Melihat Kevin membuat Kinar teringat akan seseorang yang kemampuannya setara dengan kemampuan Kevin.

Kinar tersenyum kaku.

"Kalau bisa jawab, langsung angkat tangan saja daripada Ibu yang tunjuk. Yasudah, pertanyaan pertama rumus Kimia untuk nama senyawa Besi (III) oksida. Siapa yang tahu?" Tanya Bu Nana menunggu jawaban dari murid-muridnya.

Semua orang berbisik-bisik, mereka seperti amnesia akan pelajaran kelas X.

Kevin terdiam sejenak, "Fe2O3?" Tanya Kevin ragu pada Kinar.

Kinar tersenyum kemudian mengangguk, suara Kevin yang tidak terlalu nyaring itu ternyata membuat semua orang menoleh padanya termasuk Bu Nana. Kevin tidak bermaksud menjawab pertanyaan itu, ia tak sadar kalau suaranya terdengar oleh Bu Nana.

"Siapa yang menjawabnya?" Tanya Bu Nana.

Kevin mengangkat tangannya ragu, semua teman-temannya menoleh lalu menatap kagum laki-laki bermata abu-abu itu.

"Bagus, bagaimana kalau Perak sulfida?" Tanya Bu Nana.

"Ag2S?" Jawab Kevin ragu.

Kevin tidak tahu kenapa Kevin bisa menjawab pertanyaan Bu Nana selancar ini. Saat di kelas X ia tak pernah serius memperhatikan gurunya saat mengajar pelajaran Kimia, ia hanya mendengar penjelasan gurunya sambil mengobrol, tapi ia tak yakin kalau pelajaran itu masuk ke otaknya. Dan setelah itu, ia tak pernah membuka buku Kimia sedikit pun.

"KMnO4 nama senyawanya apa?" Tanya Bu Nana dengan pertanyaan yang semakin lama semakin sulit.

"Ehm, Kalium permanganat."

Kevin tidak tahu mukjizat apa yang membuatnya seperti ini. Mungkin tulisan tangan Kinar yang diberikan padanya tadi benar-benar memberikan keajaiban pada Kevin. Tulisan itu memberinya sebuah semangat.

"C6H5OH..." Tanya Bu Nana semakin cepat.

"Hidroksibenzena atau nama umumnya Fenol." Jawab Kevin tak kalah cepat.

"Pernah mendengar nama soda pencuci? Itu adalah nama umum, nama senyawanya apa? Bukan rumus kimia, tapi nama senyawanya." Ucap Bu Nana, semua tema-teman semakin berbisik, mereka tidak tahu jawaban ini.

Kevin terdiam lama, ia tak pernah mendengar nama senyawa untuk soda pencuci. Kevin menggigit bibir bawah, kemudian menggaruk belakang kepalanya. Kevin menoleh ke arah Kinar, gadis itu sedang menulis sesuatu.

"Soda pencuci masuk kedalam kelompok tata nama senyawa anorganik. Bagaimana Kevin? Bisa menjawab?" Tanya Bu Nana.

Kinar memberikan sebuah kertas kepada Kevin. Perlahan Kevin menarik kertas yang Kinar tulis,

'Natrium karbonat dekahidrat.'

Tertulis jelas di kertas itu, Kevin cepat-cepat menjawab pertanyaan dari Bu Nana.

"Natrium karbonat dekahidrat." Ucap Kevin pasti.

Bu Nana tersenyum, "Bagus Kevin, bagus!! Kalau begitu sesuai perjanjian, hapalannya Ibu tunda minggu depan. Kevin tidak perlu hapalan minggu depan." Ucap Bu Nana tersenyum.

Semuanya bersorak gembira, Kevin adalah pahlawan hari ini.

"Tapi Bu, pertanyaan Ibu yang terakhir saya gak bisa menjawab, yang membantu saya Kinar, Bu. Minggu depan dia gak usah ikut hapalan juga ya, Bu." Ucap Kevin.

Mungkin ini sebagai tanda terimakasihnya pada Kinar.

Semua orang menatap Kevin dengan tatapan bingung sekaligus terkejut, tak terkecuali Bu Nana. Mereka seakan tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Kevin barusan. Suasana kelas menjadi sunyi tiba-tiba,

"Siapa? Ki ... nar?" Tanya Bu Nana memastikan.

Kevin mengangguk pasti. Teman-temannya mulai berbisik-bisik, tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Kevin.

"Kamu ini ada-ada saja. Sudah jangan dibahas, kita lanjut ke materi selanjutnya." Ucap Bu Nana terlihat gemetar dan merinding.

Kevin bingung, sekilas saat mendengar nama Kinar, Bu Nana dan teman-temannya terlihat ketakutan. Apa yang mereka takutkan dari Kinar? Kevin menoleh ke arah Kinar.

Gadis itu menundukkan kepalanya sambil tersenyum kaku.

Kevin semakin bingung dengan segala sesuatu yang terjadi di kelas ini terutama mengenai Kinar.

Aneh.

~~~

"Lo gak laper?" Tanya Kevin.

Kinar hanya menggeleng, wajah Kinar yang ceria tiba-tiba berubah. Kevin menyadari perubahan itu, Kinar menjadi lebih dingin sejak pelajaran Kimia.

"Gak mau keluar buat nyari udara segar? Gue pengen ke toilet nih ..." ucap Kevin malu.

Ia takut bila meninggalkan Kinar, hal kemarin akan terulang lagi. Tapi, Kevin benar-benar tidak tahan lagi. Ia harus pergi ke toilet.

Kinar tertawa kecil, ia menganggukkan kepala.

"Yakin? Aduh kalau gitu gue ke toilet sebentar ya." Ucap Kevin sambil berlari keluar kelas.

~~~

Kevin bisa bernafas lega setelah keluar dari toilet. Kevin melangkah santai keluar dari pintu toilet, tapi samar-samar ia mendengar suara seorang laki-laki yang tengah berbincang-bincang diluar toilet, entah kenapa perbincangan laki-laki itu membuat Kevin penasaran. Kevin bisa mendengar jelas ucapan laki-laki itu mengenai 'Gadis bisu'.

Kevin melipat kedua tangannya di depan dada, sambil berdiri di samping pintu toilet.

"Iya, gue dapet duit gara-gara nyiram si cewek bisu itu. Cewek itu asma, akhirnya gue cepat-cepat kabur deh." Ucap laki-laki berambut pirang yang menggunakan seragam setengah keluar dari celananya.

Sepertinya, laki-laki itu salah satu murid badung di sekolah, Kevin belum pernah melihat laki-laki itu sebelumnya. Adik kelas mungkin.
Kevin tersenyum licik, rupanya si badung inilah dalang dibalik kejadian kemarin.

"Gila lo. Kalau tuh cewek mati gimana?" Tanya teman laki-lakinya.

Mereka tidak menyadari kalau saat ini Kevin sedang mendengar pembicaraan mereka.

"Gak kok. Buktinya, tuh cewek turun sekolah hari ini." Ucapnya.

Kevin mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras, ingin sekali rasanya membunuh laki-laki bodoh itu. Kevin melangkah maju mendekati laki-laki itu, mereka berdua menatap Kevin bingung.

Kevin menarik baju laki-laki berambut pirang itu, "Siapa yang nyuruh lo? Siapa yang ngasih lo duit itu?" Tanya Kevin geram.

Laki-laki itu menatap tajam Kevin dengan tatapan meremehkan dan sangat menjengkelkan. Sebelumnya, Kevin belum pernah berbuat masalah di sekolah barunya. Mungkin, hari ini ia harus mempersiapkan mentalnya untuk berhadapan dengan kepala sekolah atau guru BK.

"Maksud lo? Duit yang gue dapet kemarin? Lo mau juga? Gampang, lo tinggal ngejahatin cewek bisu yang sering pake sweater coklat. Lo tahu kan cewek itu?" Ucap laki-laki itu sambil tertawa.

Kevin mencengkram kerah baju laki-laki itu kuat dengan tangan kirinya.

Kevin tersenyum getir, kemudian meluncurkan tinjuannya keras, sudut bibir laki-laki itu berdarah. Laki-laki itu menghapus darah dengan jarinya, kemudian berusaha membalas Kevin dengan mengeluarkan tinjuan, tapi tinjuan itu berhasil ditangkis dengan mudah oleh Kevin.

"Gue tanya sekali lagi, siapa yang nyuruh lo?!" Ucap Kevin dengan nada tinggi.

"Lo gak perlu tahu!" Ucap laki-laki berambut pirang.

Saat ini mereka berdua menjadi bahan tontonan semua orang. Kevin tidak peduli, tidak ada yang berani melerai mereka. Meninju laki-laki ini membuat Kevin teringat lagi akan Gilang, Kevin semakin keras meninju laki-laki itu.

Pak Dadang datang untuk melerai mereka, Kevin lagi-lagi tak bisa menontrol emosinya. Laki-laki itu terbaring lemas di lantai depan toilet dengan wajah bonyok. Kemarahan Kevin berhasil diredam oleh Pak Dadang dan Pak Adam, mereka berdua langsung dibawa ke ruang kepala sekolah.

Urusan hari ini akan semakin panjang.

~~~

Kevin berada di ruangan ber-AC ini. Terlihat asing karena sebelumnya Kevin tak pernah menginjakkan kakinya di ruangan ini. Padahal dulu, Kevin sering sekali keluar masuk ruang kepala sekolah karna guru BK nya tak sanggup lagi menghadapinya.

Sebenarnya, Kevin tak pernah merencanakan akan duduk di tempat ini bersama laki-laki berambut pirang yang tengah memegangi pipinya yang mulai membiru karena tinjuan Kevin. Kevin tak melihat tatapan Pak Ahmad, ia terus menatap tajam laki-laki rambut pirang itu, seakan siap menusuk laki-laki itu.

"Kenapa kamu memukul Gery?" Tanya Pak Ahmad pada Kevin.

Kevin kini mengalihkan pandangannya pada Pak Ahmad.

Kevin menghela nafasnya panjang.

"Dia tiba-tiba keluar dari toilet dan langsung memukul saya Pak." Ucap Gery dengan nada lirih, membuat Kevin muak.

Kevin mengepalkan tangannya kemudian tersenyum kaku, bisa-bisanya dia berbohong disaat seperti ini, badungan pengecut! pikir Kevin. Kevin menarik nafasnya, mencoba menghirup udara dingin AC lebih dalam lagi. Semoga suasana dingin ruangan ini membuat emosinya yang membara ikut menjadi dingin.

"Benarkah seperti itu Kevin?" Tanya Pak Ahmad serius.

Kevin memain-mainkan bolpoint yang terletak bebas di atas meja Pak Ahmad, menekan ujungnya hingga bersuara nyaring. Pak Ahmad terlihat semakin geram dan muak dengan semua sikap tidak hormat yang Kevin tampilkan di depan Kepala Sekolah.

"Kevin!" Teriak Pak Ahmad, Kevin tidak terkejut sedikitpun, telinganya sudah biasa mendengar teriakan Kepala Sekolah.

Sementara Gery semakin menundukkan kepalanya, takut melihat aura kemarahan dari sorot mata Kepala Sekolah.

"Saya mau bertanya satu hal, Bapak lebih percaya ucapan si pembohong ini atau ucapan saya?" Kevin balik bertanya pada Pak Ahmad.

Mendengar pertanyaan itu, Pak Ahmad terlihat semakin geram.

"Kamu jangan mempermainkan Bapak ya, sekarang cepat jawab apa benar yang dikatakan oleh Gery?" Tanya Pak Ahmad dengan nada tinggi.

Kevin menghela nafasnya kencang, lelah rasanya menjelaskan semua, mungkin pada akhirnya Pak Ahmad tidak percaya akan ucapan Kevin mengenai Kinar, seperti teman-teman sekelasnya.

"Saya dengar percakapannya tadi, dia yang membahayakan nyawa Kinar, Pak. Saya berusaha mengontrol emosi, tapi dia yang membuat emosi saya semakin menjadi-jadi." Ucap Kevin berusaha membuat Pak Ahmad percaya padanya.

"Kevin! Bisakah kamu berhenti bicara mengenai Kinar? Bapak sudah mendengar semuanya dari teman-teman kamu bahkan guru-guru yang mengajar di kelasmu. Kinar itu tidak ada, jangan berhalusinasi!" Ucap Pak Ahmad dengan nada semakin tinggi.

Kali ini ucapan Pak Ahmad membuat Kevin terkejut, tubuhnya tiba-tiba melemas.

Kinar?

Kinar hanya halusinasi?

Apa selama ini mereka semua beranggapan kalau Kevin sudah gila?

Mengapa mereka semua tidak pernah menganggap Kinar ada?

Kevin harus menjelaskan mereka semua kalau Kinar benar-benar ada, tidak hanya sebuah halusinasi. Mereka lah yang selalu menghindari keberadaan Kinar.

"Kinar itu ada Pak, saya tidak berbo..." Kevin belum sempat menyelesaikan ucapannya, tapi Pak Ahmad langsung saja memotong pembicaraan.

"Sudah, tidak perlu dibahas lagi. Silahkan kalian kembali ke kelas masing-masing. Dan Kevin, kalau Bapak mendengar kamu bermasalah lagi di sekolah, Bapak tidak segan-segan untuk mengeluarkan kamu dari sekolah. Mengerti?" Tanya Pak Ahmad, kali ini Kepala Sekolah memaafkan perbuatan Kevin hari ini.

Kevin mengangguk lemas, ia tak punya energi untuk membahas semua masalahnya ini. Rasanya ingin mati saja. Kevin tak bisa membayangkan bagaimana kalau dirinya menjadi Kinar yang tidak pernah dianggap ada oleh teman-teman bahkan guru-guru di sekolah. Kevin juga tak bisa lebih banyak bicara, ia takut ancaman dari Pak Ahmad itu benar-benar terjadi, ia tak mau dikeluarkan dari sekolah.

Kalau itu terjadi ia tak bisa membayangkan bagaimana keadaan Kinar tanpa Kevin.

Kevin kalah telak.

~~~

Kevin melangkah gontai menuju lantai 2, semua mata saat ini tengah menatap Kevin tajam, Kevin tak tahu apa yang saat ini mereka pikirkan, dan Kevin tak perduli. Yang ada di pikirannya saat ini hanyalah perkataan dari Pak Ahmad, perkataan tajam yang membuatnya benar-benar lemas.

Kevin merasa dirinya hampir gila.

Halusinasi?

Apa gue benar-benar sudah gila? Pikirnya.

Kalau Kevin hanya berhalusinasi, kenapa Kinar tampak begitu nyata? Lagipula laki-laki tadi jelas-jelas berkata bahwa ia membahayakan nyawa 'gadis bisu'. Siapa lagi kalau bukan Kinar?

Kevin menekan kepalanya yang memar akibat pukulan dari Gery, tidak terasa sakit, tapi kenapa Kevin rasanya ingin menangis? Kevin bingung akan perasaannya.

Apa Kinar benar-benar ada?

Kenapa sekali saja Kinar tidak mengatakan kalau dirinya benar-benar ada?

Setidaknya hanya untuk menenangkan Kevin yang mulai ragu akan kewarasannya.

Kevin sudah berada di depan pintu kelas, dari sini ia melihat Kinar yang sibuk membaca bukunya, cantik.

Kenapa Kinar begitu cantik?

Rambut hitamnya yang tergerai terlihat berkilauan terpapar sinar matahari yang masuk ke jendela. Mata bundarnya yang kecoklatan serta hidung mungilnya terpahat sempurna di wajah pucatnya.

Dialah Putri Salju di dunia nyata.

Kevin melangkah menuju bangkunya lemas. Saat merasakan kehadiran Kevin, Kinar menoleh sambil mengulas senyum manis. Senyum itu tiba-tiba menghilang saat melihat wajah Kevin yang memar. Kinar menyentuh lembut pipi Kevin yang membiru, Kevin hanya meringis kesakitan.

Tiba-tiba air mata menetes lembut di pipi Kinar.

"Lo jangan nangis, gue gak papa kok." Ucap Kevin mencoba mengulas senyuman di wajahnya, kemudian menghapus air mata Kinar dengan jari-jemarinya.

Kinar tak bisa melihat wajah Kevin yang memar seperti itu. Kinar tak mau terjadi sesuatu pada Kevin. Ia tak mau kehilangan orang yang disayanginya lagi. Kinar masih menangis walau berkali-kali air matanya dihapus oleh Kevin.

Melihat air mata Kinar membuat hati Kevin terasa sakit. Kinar lebih banyak menangis semenjak bertemu dengan Kevin. Kinar hanya tak ingin kejadian itu terulang lagi, hanya itu.

"Kinar, lo benar-benar ada kan? Ini bukan cuma halusinasikan?" Tanya Kevin tiba-tiba, membuat suasana menjadi hening.

Kinar terdiam sebentar kemudian tertawa kecil ditengah derai air matanya saat mendengar pertanyaan Kevin.

"Apa yang lucu?" Tanya Kevin bingung.

Disaat Kinar menangis, laki-laki itu selalu saja bisa membuatnya tersenyum walaupun hanya mengatakan hal-hal yang sederhana.

Kinar menggeleng, Kevin semakin bingung dengan gadis misterius ini. Kevin mengulang pertanyaannya yang sebelumnya.

"Lo bukan halusinasi gue kan?" lalu Kinar mengangguk.

Anggukan Kinar membuat Kevin merasa lega, setidaknya ia sudah memastikan kalau Kinar bukanlah halusinasi yang Kevin buat sendiri.

Tapi, kenapa Kinar tak pernah dianggap ada oleh teman-teman bahkan guru?

Kevin tak enak hati untuk menanyakannya, ia takut Kinar merasa tersinggung.

Entahlah, Kevin tak tahu apakah Kinar benar-benar ada seperti yang Kinar katakan padanya atau semua ini hanya halusinasi. Kevin tak lagi memikirkan itu, ia tak peduli bila orang-orang berpikir dirinya sudah gila.

Kevin hanya ingin bersama Kinar lebih lama lagi.

~~~

-----------------------------------------------------------
Hay hayy
Part 7 udah selesai, menurut kalian gimana?
Aku butuh komen kalian para readers ku hihi.

Kenapa ya Kinar gak dianggap ada?

Kalau penasaran, ikutin cerita Kinar dan Kevin😍😘
Jangan bosen ya readersku 😚😚
Makasih banyak udah mau baca. Tanpa kalian aku hanya remahan richee*e nabati ders, xoxo.

With love,
Dhey

Continue Reading

You'll Also Like

MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1M 58.5K 52
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
976K 164K 75
Kisah lain di SMA Rising Dream Apa pun yang keluar dari mulut Vanila ketika marah, bukan hanya sekedar sumpah serapah, tapi secara ajaib akan menjelm...
58.4K 2.9K 25
-[BOOK 1]- IMPORTANT NOTESノಠ_ಠノ So guys, this is the book that I wrote 3 or 2 years ago and I surely don't remember why I did this at the first place...
1.9M 178K 44
[Sudah Terbit] "Gue pasti bisa bikin lo jatuh hati sama gue. Liat aja nanti!" Hidup Ghazi Airlangga berada di ujung tanduk saat rahasia memalukannya...