2ND GRADE [Sehun EXO]

By l18hee

519 56 24

Pengalaman di tingkat dua, manis asam anak SMA. Sehun si anak Sekolah Seni Yeonso, kejebak hubungan yang sedi... More

New Place
New Team, Dream Team
Hey, You!
Emotion
End of The Day
Welcome Back, Friends
Perkenalan Kedua
Little Hope
School of Art #1
School of Art #2
New Fact(s)
F*ckn Hurt
Dilema
Apologize
Heartbreak
Secret? Secret!
Let's Talk
One, Two, and Smile
It's Over
Funny Things

Welcome to 2nd Grade

193 19 14
By l18hee

Dalam sekejap mata, aku naik ke tingkat dua─2nd Grade (BTS)

Rasanya tingkat satu SMA baru saja dimulai kemarin. Saat menjadi anak baru dengan pakaian kedodoran yang menambah kesan cupu. Menjadi bulan-bulanan kakak tingkat di masa orientasi siswa baru. Perlahan menanggalkan sifat lugu. O, rasanya cepat juga, ya? Dalam sekejap serasa langsung loncat ke tingkat dua. Memiliki adik tingkat yang gampang dibodohi─tepatnya terpaksa mau saja disuruh begitu-begini. Lumayan mendapat pangkat di setiap sudut sekolah. Belum dipaksa memikirkan ujian. Menyenangkan, bukan?

Lebih menyenangkan lagi kalau kauingat jika hari pertama masuk sebagai anak tingkat dua, adalah hari dimana seharusnya kau bersiap sejak dini. Tidur cukup di malam hari. Tidak lucu ketika esoknya ada kantung mata hitam di bawah mata. Bisa disebut merusak penampilan, apalagi untuk kaum perempuan.

Sayangnya, Runa melupakan satu fakta itu. Salahkan ia yang lupa mengecek kalender yang dipasang di dekat pintu. Malam tadi dia begadang menghabiskan stok drama koleksinya. Berakibat pada ia yang sekarang berdiri lesu seakan mengemis seolah berkata sekolahnya-besok-saja-ya?

"Runa, duduk dan habiskan sarapanmu." Ayahnya baru saja meletakkan sup dengan kepul asap di meja. Runa hanya mengangguk sebelum menempatkan diri di kursi terdekat. Entah ia harus bersyukur atau bagaimana, sang ayah dengan senang hati membangunkannya dari tidur hingga ia tidak perlu khawatir terlambat. Sayangnya rasa kantuk hebat sedikit merusak suasana.

Sunyoung dengan sengaja mengetukkan sendok di mangkuk, menimbulkan bunyi yang akhirnya membuat Runa menegakkan kepala, "Selamat makan." Acara sarapan pagi berlangsung lumayan tenang, tak seperti biasanya. Sunyoung baru akan menyuapkan sendok ketujuhnya kala ia melihat Runa hampir tak dapat menahan kepala. Dengan cepat si lelaki menggunakan tangannya untuk mencegah wajah sang sepupu mencium kuah sup.

"Paman, kurasa kami akan berangkat sekarang saja." Bergegas Sunyoung menepuk kening Runa sebagai upaya menyadarkan sang gadis.

"Kwon Sunyoung, jangan kurang ajar."

"Kwon Runa, aku baru saja menyelamatkan wajahmu dari sup panas."

Dan perdebatan tak perlu itu mengawali langkah mereka menuju sekolah. Runa dan Sunyoung berada di sekolah yang berbeda, omong-omong. Runa di SMA Chunkuk, dan Sunyoung sendiri masih di tingkat pertama Sekolah Seni Yeonso. Tahun ini juga merupakan tahun pertama Sunyoung resmi tinggal di rumah pamannya. Daripada masuk asrama dan berusaha melanggar peraturan untuk dikeluarkan lagi, Ibu Sunyoung memutuskan anaknya sedikit dibebaskan di bawah pengawasan sang kakak tertua.

Bagi Runa, lumayan juga untuk menambah teman. Hampir satu tahun terakhir rumahnya sering terasa sunyi. Yah, semenjak ibu dan adiknya memutuskan pindah rumah, dia memang merasa kesepian.

"Buka matamu, Kwon Runa!"

Setelah merasakan satu tepukan lagi di pipinya, Runa menggeram kesal, "Panggil kakak kenapa, sih?!" Walau tidak terpaut umur yang terlampau jauh, silsilah keluarga menyebabkan Sunyoung harus memanggil Runa dengan panggilan kakak.

"Malas. Sudah, ah, berangkat sendiri saja, ya? Aku mau cepat-cepat. Dah!" Begitu saja Sunyoung melangkahkan kaki lebar-lebar. Meninggalkan Runa yang terbelalak sempurna, "Hei! Kalau hari pertama kaubolos, awas saja ya!" Hah, bagaimana bisa Sunyoung si manis berubah menyebalkan seperti itu?

Mengesalkan, mentang-mentang diterima di sekolah seni bergengsi, Sunyoung jadi sedikit belagu sekarang.

Runa mencubit pipinya sendiri─mencoba menyadarkan diri. Yah, setidaknya udara pagi memberi efek semangat baginya. Hingga ia dapat mencapai halte tanpa menabrak satu tiang lampu jalan pun. Rekor yang lumayan.

"Aku masuk kelas apa, ya?" gumamnya tepat ketika ia menemukan pegangan di dalam bus. Berhubung banyak anak sekolah dia jadi tidak bisa duduk. Pikirannya menari kesana-kemari; masih ingin liburan, malas sekolah, belum tahu berita entertaimen terbaru, belum ganti ransel, butuh kaus kaki baru. Seacak-acakan itu. Ajaibnya, dia masih bisa menyeimbangkan tubuh kendati sedikit terlempar berkat kolaborasi gas dan rem si pengemudi.

Pikiran Runa baru sampai pada menu makan siang nanti, saat beberapa orang bergantian menyenggol bahunya. Dia mengerjapkan mata. Yang ia lihat adalah sekian anak sekolah sedang turun dari bus. Untung saja Runa sudah bangun, jadi dia tidak melewatkan halte dekat sekolahnya.

Setelah menapakkan kaki di lantai halte, Runa sedikit merenggangkan leher. Kantuknya sudah berangsur hilang─

"Akk!"

─hanya berangsur, bukan hilang sepenuhnya. Rupanya mengadu kening dengan tiang halte manjur juga untuk mengembalikan kesadaran. Buktinya ketika manik Runa menebar pandang─sementara tangannya mengelus kening, ia langsung melotot tak percaya.

"Kenapa aku turun di sekolah Sunyoung?!"

Baiklah Kwon Runa, sudahi sesi terkejutnya. Lebih baik lekas mencari bus menuju sekolah saja.


-0-


Untuk ukuran siswa yang baru saja naik ke tingkat dua, Sehun memberi kesan terlalu santai. Bukan hal yang penting dibicarakan, sih. Tapi dibanding Taehyung yang bahkan sudah membubuhi parfum pada seragamnya sejak jauh-jauh hari, rasanya Sehun memang beda sekali.

"Sehun, tidak berangkat bersama adikmu?" suara lembut ibunya tak memberi efek pada perubahan ekspresi Sehun. Lelaki ini justru semakin mempercepat acara tali-menali sepatunya.

"Kami beda sekolah." Hanya itu dan ia pun memberi debam pintu pertanda sedang ingin bergegas pergi.

Sehun tidak suka jika hidupnya dicampuri orang lain. Bukannya ia tidak bisa menerima sang ayah menikah lagi dengan janda beranak satu. Tapi, yah, rasanya mendadak punya ibu baru yang memberi perhatian bersensai aneh, dan adik yang perlu diperhatikan, sedikit membuat tak nyaman. Mungkin setengah tahun beradaptasi masih belum cukup untuknya. Sehun sendiri tidak tahu berapa lama ia akan terbiasa, atau setidaknya mulai terbiasa.

"Sehun!" Seorang gadis berseragam serupa melambaikan tangannya dari halte. Sehun hanya memicingkan mata, "O, Irene. Apa aku berangkat terlalu pagi?" Dia berhenti tepat di samping sang gadis. Biasanya memang Irene selalu berangkat pagi─beda dengan Sehun.

"Masih kurang pagi untuk mengalahkan Taehyung. Dia pasti sudah ke sekolah sejak tadi." Irene mengedik bahu. Yakin bahwa karibnya yang satu lagi sudah berdiri di gerbang, dengan gaya menjijikkan untuk menarik perhatian para anak baru yang sebagian berbaju kedodoran. Sementara Sehun hanya terkekeh sebentar sebelum teringat sesuatu, "Eh, bagaimana kau tahu?"

"Bukannya sudah jelas? Taehyung berkoar begitu sejak lama, bukan?"

O, iya, Sehun hampir lupa. Pikirannya terlalu penuh dengan masalah ibu dan adik tirinya. Hah, yang harus disyukuri adalah paling tidak Sehun tak perlu satu sekolah dengan si adik.

Berhubung bus sudah lumayan penuh, Sehun dan Irene terpaksa harus berdiri. Beberapa obrolan biasa mereka lontar. Sebagai ukuran mantan kekasih, mereka jauh dari kata canggung. Mungkin karena hubungan mereka dulu terlalu awal untuk dikatakan serius. Dan lantas menjadi karib di SMA tidak masuk dalam hal buruk, kan? Karib yang sebenarnya memang saling membutuhkan.

Begitu bus sampai di halte dekat sekolahnya, Sehun dan Irene bergegas turun.

"Sebentar, tali sepatuku lepas," ucap Irene sebelum berjongkok untuk mengikat kembali tali sepatunya. Beberapa siswa mendahului mereka berjalan menuju sekolah. Sehun masih menebar pandang, hingga menemukan satu, dua kawan lelakinya beberapa meter di depan. Baru saja ia ingin membuka mulut untuk melontar panggilan, sebuah suara samar menarik perhatiannya.

Suara benturan dan sebuah pekikan kecil.

Sontak Sehun menoleh, mendapati seorang gadis sedang memegang kening. Otaknya sedang merangkai hipotesis tentang suara barusan, saat si gadis sedikit berseru kesal.

Sehun mengeryitkan kening melihat seragam yang dipakai sang gadis memang berbeda. Ah, apa gadis itu salah turun halte? Yang benar saja! Sangat konyol.

"Sehun, lihat apa, sih? Ayo jalan."

Baiklah Oh Sehun, sudahi sesi memerhatikan hal tidak pentingnya. Lebih baik lekas ke sekolah dan menyeret Taehyung yang masih berulah di gerbang sana.



Continue Reading

You'll Also Like

1M 60.9K 36
Delissa Lois adalah seorang gadis cantik yang terkenal barbar, suka mencari perhatian para abang kelas, centil, dan orangnya kepo. tapi meskipun begi...
114K 9.4K 86
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...
70.7K 8.2K 37
Setelah kepergian jennie yang menghilang begitu saja menyebabkan lisa harus merawat putranya seorang diri... dimanakah jennie berada? Mampukah lisa m...
179K 8.8K 29
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...