PAMALI

By DavidCahyo

22.8K 284 38

Tujuh kisah dengan satu persamaan Jangan langgar pamali apapun saat kalian berada di tempat yang asing! Sebab... More

LARANGAN 2: JANGAN MEMBUNUH ULAR TANPA MENGINJAK KEPALANYA
LARANGAN 3: JANGAN LUPA MENGUBUR KUCING MATI YANG KAU TABRAK
LARANGAN 4: JANGAN MENCORAT-CORET WAJAH TEMANMU SAAT TIDUR

LARANGAN 1: JANGAN MEMETIK BUNGA EDELWEIS SAAT NAIK GUNUNG

1.9K 91 10
By DavidCahyo

PENGANTAR:

Hai pembaca. Ini adalah cerita pertamaku dan tujuh cerita yang akan kubagikan. Tiap daerah memiliki mitosnya sendiri. Aku pernah dengar tentang larangan memetik bunga edelweis yang biasa tumbuh di puncak gunung jika kita mendaki. Aku lupa di gunung mana tepatnya.

Kurasa larangan itu tak berlaku di semua gunung, karena aku sering melihat pedagang lokal menjajakan rangkaian bunga edelweis pada wisatawan di beberapa dataran tinggi yang pernah kukunjungi. Atau mungkin saja larangan itu hanya berlaku bagi pendatang dan bukan warga lokal yang menggantungkan nafkahnya pada gunung? Atau jika ingin memetiknya, harus ada ritual khusus atau paling tidak mengucapkan "permisi"?

Namun kita pasti tahu, di semua kebudayaan, gunung dianggap sebagai lokasi mistis dimana "sesuatu yang tak berasal dari dunia ini" biasa bermukim, jauh dari gangguan manusia.

Entahlah, yang pasti ada cerita menakutkan yang menimpa seseorang yang pernah melanggarnya.

Ada seorang pendaki bernama Dennis. Ia dan empat orang teman kuliahnya (semuanya laki-laki) mendaki sebuah gunung. Ada semacam prestise di kalangan anak muda jika mereka berhasil menaklukkan sebuah gunung dan memposting foto-foto keren mereka di puncak ke instagram sebagai buktinya. Namun seringkali mereka lupa bahwa mereka adalah "tamu" di sana dan harus mengikuti aturan yang berlaku di sana.

Tanpa kecuali ...

***

"Woi, ngapain kamu?" teriak Yuga, teman mendakinya, "Kan kamu tahu dilarang memetik bunga edelweis di sini!"

"Ah, tak ada yang lihat. Lagian cuman satu kuntum kok, apa salahnya?" Dennis bersikeras dan memasukkan bunga itu ke dalam tasnya. Cukup keren ia pikir, jika ia memberikannya pada Lia , gebetannya di kampus, jika ia pulang nanti.

"Sudah saatnya melanjutkan perjalanan nih!" komando Yuga kepada teman-temannya begitu ia merasa waktu istirahat mereka sudah selesai. Kembali mereka mengambil barang-barang mereka dan beranjak pergi.

"Ugh," ujar Dennis susah payah sembari mengangkat tas ranselnya, "Seingatku barang bawaanku nggak seberat ini?"

Akibatnya, Dennis merasakan dirinya mulai tertinggal dengan teman-temannya. Mereka terus berjalan, sedangkan Dennis mulai kepayahan.

"Woi! Tunggu!" seru Dennis dengan napas tersengal-sengal. Namun sepertinya mereka tak mendengarnya.

Hingga pada suatu titik, Dennis tak melihat mereka lagi.

"Kurang ajar! Setia kawan apanya?!" makinya dalam hati. Lebih parah lagi, kabut mulai turun. Dedaunan yang tadinya hijau kini terselimuti aura putih yang mulai membuatnya menggigil.

Namun tak masalah, pikir Dennis. Jika ia mengikuti jalan setapak ini, pastilah ia akan tiba di pos berikutnya.

Tiba-tiba ia melihat seseorang di depannya. Dennis langsung berpikir pastilah itu salah satu dari temannya.

"Woi! Kenapa tadi nggak dengar ..."

Namun betapa kagetnya ketika menyadari ia salah orang. Sosok di depannya adalah seorang gadis berpakaian pendaki yang menggendong sebuah ransel usang.

"Oh, maaf ... aku pikir kamu temanku. Apa kau melihat mereka?" Dennis salah tingkah. Apalagi gadis di depannya lebih muda darinya dan berwajah cukup manis.

Mimik wajah gadis itu sedikit ketakutan, namun terlihat lega. "Apa kau tersesat juga?"

"A ... aku tidak tersesat. Aku hanya ditinggal teman-temanku tadi. Apa kau kehilangan arah? Jangan khawatir, kita tinggal mengikuti saja jalan setapak ini."

"Apa kau mau menemaniku?"

"Tentu saja!" Dennis bersikap sok pahlawan. "Akan kutemani kau! Aku yakin teman-temanmu tidak jauh."

Mereka berduapun berjalan beriringan.

"Omong-omong siapa namamu? Aku Dennis."

"Aku Caca. Kau sudah sampai padang edelweis tadi?"

"Iya. Kau tadi juga habis dari sana?"

"Di sanalah aku kehilangan teman-temanku. Aku sibuk memetik bunga edelweis dan tiba-tiba saja mereka sudah pergi."

"Ada takhyul bodoh di sini yang melarang kita memetik bunga itu," kata Dennis sambil tertawa, "Tapi kurasa tak ada salahnya kan jika hanya satu atau dua kuntum?"

"Apakah kita bisa beristirahat sebentar di sini?" tanya gadis itu, "Aku lelah. Entah kenapa tasku menjadi semakin berat setelah kembali dari padang edelweis tadi."

"Oh, tentu saja!" Dennis menurunkan bawaannya dan duduk, begitu pula gadis itu.

Kabut mulai menggelayut turun lagi. Entah kenapa Dennis menjadi merasa mengantuk.

Ketika terbangun, ia terkejut karena tak lagi melihat gadis itu.

"Ca? Caca?" panggilnya. Namun hanya tas ranselnya yang teronggok di hadapannya. Gadis itu sudah tak terlihat lagi.

Mungkin panggilan alam, pikirnya. Dennis kemudian memutuskan menunggu. Namun hampir selama dua jam, tak ada tanda-tanda gadis itu akan kembali.

"Astaga, apa terjadi sesuatu dengannya?" Dennis mulai merasa cemas. Skenario terburuk adalah gadis itu terperosok dan tak sadarkan diri, apalagi dengan kabut setebal ini. Dennis ingin mencarinya, namun instingnya melarangnya. Terlalu berbahaya. Bisa-bisa ia sendiri juga terperosok karena tak begitu hapal medan di sekitarnya.

Atau ada kemungkinan gadis itu berjalan sendirian ke pos berikutnya karena ia tak kuat mengangkat tasnya lagi. Entahlah, mungkin saja. Namun jika benar begitu, mengapa ia tidak membangunkannya?

Dennis memutuskan mengejar saja teman-temannya di pos berikutnya, kemudian mencari gadis itu bersama-sama. Ia kemudian membawa tas ransel gadis itu dan meneruskan perjalanan, sembari berdoa agar tidak terjadi apa-apa pada gadis itu.

"Ugh, berat juga," pikirnya dalam perjalanan.

"Woi, Den! Ngapain kamu di situ?" terdengar seruan Yuga ketika Dennis melihat pos berikutnya dari balik kabut. Dennis terkejut karena jaraknya ternyata sedekat ini. Pasti ia tak menyadarinya karena kabut yang terus bergelayut ini.

"Woi, jahat sekali kalian ninggalin gitu saja!" teriak Dennis sambil melambaikan tangan.

"Ninggalin apaan? Kan kita bersama-sama terus sejak tadi? Kamu lupa kita makan bareng di pos ini?"

"Kau ngomong apa sih? Aku tadi kalian tinggal dan gara-gara kabut tadi ..."

"Kabut apaan sih? Kamu ngelindur ya? Orang cuaca cerah begini."

Dennis menoleh dan tak habis mengerti. Yuga benar, tak ada sepercikpun kabut di sini. Lagipula cuaca panas. Jangan-jangan ...

Dennis lalu menceritakan pengalamannya. Walaupun sulit mencerna cerita Dennis, namun mereka semua sepakat untuk tidak mencari gadis itu dan cukup memberitahukan perkara ini kepada penjaga hutan.

"Perasaan gue nggak enak. Setau gue nggak ada pendaki lain selain kita, apalagi cewek."

"Lihat!" salah seorang teman mereka menunjuk, "Ada tag di tas ini!"

Mereka semua melongok ke tas itu dan benar, di resletingnya tergantung sebuah tag berisi nama dan alamat.

"Caca. Benar ini gadis yang tadi!"

"Alamatnya di Jagakarsa, searah dengan jalur kita pulang. Bagaimana jika kita sekalian mampir di rumahnya dan mengembalikan tas ini?"

Semua setuju dengan ide itu. Namun saat itu mereka tak sadar akan menemukan hal-hal yang lebih mengejutkan.

Para pemuda itu sampai di depan rumah Caca dan seorang ibu-ibu menyambut mereka serta mempersilakan mereka masuk. Di ruang tamu, Dennis bergidik melihat foto gadis itu terpajang di ruang tamu, dengan bingkai berpita hitam dan bunga-bunga disesajenkan di depannya.

Ibu itu langsung menangis begitu melihat tas yang mereka bawakan.

"Di ... dimana kalian menemukannya?" seru ibu sambil terisak. "Sejak Caca menghilang saat mendaki sepuluh tahun lalu, saya tak pernah melihat tas ini lagi ..."

Mereka hanya terdiam, terutama Dennis.

Ia tak tahu harus berkata apa.

Ditambah lagi mereka langsung tercekam begitu membuka tas itu.

Ada kerangka seorang gadis di dalamnya.

TO BE CONTINUED

Continue Reading

You'll Also Like

88K 268 6
(FIKSI) Vivi terbangun dari tidurnya dalam kondisi tanpa busana... cairan lendir yg masih merembes dari Lubang surgawi miliknya membuat gadis itu pah...
3.1K 917 14
⛔ DILARANG KERAS PLAGIAT ‼️ ••• Badut itu lucu, jika tidak bermain dengan nyawa. Terdapat fakta mengejutkan mengenai adanya seorang badut yang berkel...
253K 28K 47
Gilang dan Alby harus menghadapi kemarahan dari Anggota Sekte, setelah kematian Pak Ryan. Baca - Ellea dan Tujuh Hari Setelah Ibu Pergi, sebelum me...
675K 45.3K 17
Nakal tapi manja? Siapa lagi kalau bukan Reydar Galaxy Éros. "ish, aku mau pelukkk Liaa" ⚠️BAPER AREA⚠️