Alter Ego

By Dean_JS

23.6K 2.9K 261

Ketika Jeonghan harus dihadapkan dengan dua sosok yang memiliki kepribadian sangat berbeda. Dia merasa bingun... More

❤️
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Info

Chapter 6

1.1K 165 17
By Dean_JS

Coups membuka kedua matanya dan tidak mendapati Jeonghan, hanya sebuah note kecil yang ada di meja nakasnya.

^Ada sedikit masalah di kantor, aku harus menyelesaikannya terlebih dahulu. Aku akan menemuimu nanti setelah semuanya selesai, jadi jangan lupa minum obatmu dan hubungi aku 😉^

Coups hanya bisa tersenyum saat membaca note tersebut, ia segera mengambil ponselnya dan menghubungi Jeonghan.

"Kau dimana sayang? Sudah sarapan?" Tanya Coups tepat setelah mendengar suara Jeonghan.

"Yeah, aku sedang di pabrik dengan mingyu. Kau sudah makan dan minum obatmu?"

"Aku baru saja bangun. Kau akan ke rumahku nanti?"

"Aku tidak yakin. Ada beberapa masalah dengan bahan serta desaign jadi kami harus segera menyelesaikannya, tapi akan aku usahakan"

"Arasseo, selamat bekerja. Aku mencintaimu sayang" ucap Coups.

"Baiklah......."

Coups baru saja akan menaruh ponselnya saat Hansol masuk kedalam dengan membawa obat juga makanannya.

"Hyung, kau yakin tidak ingin ku panggilkan dokter?"

"Aku sudah baik-baik saja. Jangan khawatirkan aku dan pergilah ke kantor"

"Apa aku harus menyuruh Jeonghan hyung kesini?"

"Dia akan datang nanti. Pergi sana" usir Coups pada Hansol.

"Kau memang menyebalkan hyung. Baiklah aku berangkat ke kantor sekarang, hubungi aku jika kau perlu sesuatu"

Coups membuka galeri photo yang ada di ponselnya, ia melihat satu persatu foto yang ia ambil semalam dengan Jeonghan. Tapi satu foto yang paling ia sukai adalah saat ia mengecup bibir Jeonghan.

Coups kembali merasakan sakit di kepalanya, rasa sakit itu semakin kuat tapi kemudian kesadarannya hilang.

Kedua mata indah itu kembali terbuka, bahkan rambut itu kini berubah menjadi hitam pekat.

"Maafkan aku Coups ah"

Seungcheol yang kini berusaha duduk kembali berbaring karena kondisi tubuhnya yang begitu lemah. Seungcheol yang melihat ponsel di genggaman tangannya memutuskan untuk melihat ponselnya yang kini menggunakan foto Coups serta Jeonghan yang berciuman.

"Apa kau mencintainya sebesar itu Coups ah?" Gumamnya.

"Seungcheol ah, kau baik-baik saja? Aku tadi ke kantor tapi Hansol bilang kau sakit jadi aku kemari" suara tiba-tiba dari kekasihnya Nayeon membuat Seungcheol hanya bisa membalasnya dengan senyuman kecil.

"Aku hanya demam dan pusing, jangan khawatir"

"Aku marah padamu, kau tahu itu bukan? Kau tidak menghubungiku sama sekali semenjak pembatalan pertunangan kita"

"Maafkan aku. Aku fikir, kau dan aku harus menenangkan diri terlebih dahulu. Maafkan aku" ucap Seungcheol sambil meraih tangan Nayeon dan menariknya agar duduk di sampingnya.

Kedua pasang kekasih itu menghabiskan hari mereka bersama, bercuddle dan sesekali berciuman. Seungcheol sadar selama beberapa hari ini Coups pasti tidak menghubungi Nayeon sama sekali, meski ia tidak tahu perasaannya yang sebenarnya pada Nayeon tapi dia tidak bisa mengecewakan yeoja cantik itu serta keluarga mereka.

Seungcheol kembali mencium Nayeon dengan begitu dalam, tapi saat suara pintu terbuka membuat Seungcheol melepaskan ciumannya dan melihat sosok cantik yang berdiri disana.

"J..Jeonghan ah..." Ucap Seungcheol pelan ketika melihat wajah terkejut itu.

"Maafkan aku jika mengganggu kalian. Aku hanya membawakan makanan untukmu. Aku akan menaruhnya di dapur, aku permisi"

Jeonghan lalu kembali menutup pintu kamar itu dan berjalan turun untuk menaruh makanan yang ia bawa ke meja makan yang ada di dapur lalu segera keluar dari rumah besar itu.

Jeonghan sempat terdiam ketika ia berada di dalam mobil, tangannya terulur untuk menyentuh pipinya yang kini sudah dibasahi oleh air mata. Dengan kasar ia menghapus air mata itu.

"Kau terlalu bodoh mempercayai ucapannya Yoon Jeonghan. Kau benar-benar bodoh"

Jeonghan melajukan mobilnya kembali ke perusahaan, dia memutuskan untuk menjauh dari Coups mulai saat ini. Bukankah ia terlalu bodoh untuk bisa dengan cepat mempercayai ucapan Coups.

Jeonghan memasuki Cafe mencari sosok sang adik yang kini sedang melayani pelanggan wanita yang mulai menggila.

"Jeonghannie hyung, ada apa?"

"Mingyu ya...." Jeonghan hanya bisa menyebutkan nama mingyu saja.

"Nikmati makanan kalian"

Mingyu lalu membawa Jeonghan ke dapur dan melihat wajah hyungnya yang terlihat ingin menangis.

"Gwenchana hyung? Bagaimana Coups hyung?"

"Coups bersama seorang yeoja dan mereka berciuman, dia kembali dengan mantan kekasihnya dan tidak menepati ucapannya"

"Apa kau baik-baik saja hyung?"

"Aku baik-baik saja mingyu ya. Hanya saja, dadaku terasa sangat sakit"

Mingyu tidak membalas ucapan Jeonghan, ia hanya menarik Jeonghan ke pelukannya dan mengelus punggung kakaknya itu pelan.

"Coups hyung pasti punya penjelasan hyung, dia mencintaimu. Aku bisa melihat hal itu dengan jelas dari matanya"

"Tapi aku bisa melihatnya dengan jelas jika mereka berdua berciuman mingyu ya. Aku tidak mau lagi berurusan dengannya"

"Tenanglah dulu. Gantikan aku disini, aku akan menjemput Hanna dulu"

"Biarkan aku yang menjemput Hanna. Aku akan membawanya kerumah, kita bertemu nanti"

"Dia lewat bandara Gimpo. Setelah ini aku akan pulang"

Jeonghan lalu keluar dan kembali menaiki mobilnya menuju bandara Gimpo untuk menjemput Hanna, salah satu orang yang mengerti dirinya dengan sangat baik.

Jeonghan melihat ponselnya, tak ada satupun telpon maupun pesan dari Coups. Ia memang kecewa tapi dia tidak bisa bohong jika ia ingin Coups menghubunginya dan menjelaskan semuanya.

Jeonghan keluar dari mobilnya dan menunggu di pintu kedatangan, ia melihat seorang yeoja yang keluar dengan celana pendek berwarna hitam, kemeja flanel berwarna putih-hijau yang ia lapisi dengan sweater berwarna hijau serta sneaker berwarna putih. Jeonghan bisa melihat bagaimana yeoja berambut blonde itu terlihat sangat keren hingga membuat beberapa orang disana berdecak kagum.

"Jeonghannie oppa!!!" Seru Hanna yang kemudian berlari memeluk Jeonghan dengan erat.

"Kenapa kau jadi semakin cantik sekarang? Aku tidak heran kenapa mingyu jatuh cinta padamu"

"Dia jatuh cinta padaku karena takut padamu oppa"

"Ayo pulang!!"

Jeonghan mengambil alih koper Hanna dan membawanya ke mobil, mereka lalu pergi ke rumah.

"Oppa, apa terjadi sesuatu?"

"Wahai psikolog, apa sekarang kau bisa melihat masalahku hanya dengan melihat wajahku?" Tanya Jeonghan.

"Itu tertulis jelas di wajahmu, 'Aku sedang patah hati dan terluka'. Mingyu tidak menceritakan apapun padaku, dia hanya mengatakan jika kau sedang jatuh cinta pada seorang namja tapi saat ini aku tidak melihat wajah berseri-seri"

"Siapa yang bilang aku jatuh cinta? Aku tidak jatuh cinta. Bagaimana pertunangan kalian?" Tanya Jeonghan.

"Aku ingin kami langsung menikah, tidak ada pertunangan. Jadi siapa namja itu sampai membuatmu seperti ini oppa?"

"Tidak ada, jangan mempercayai ucapan mingyu"

Hanna lalu hanya diam melihat, tapi pandangannya beralih ke arah ponsel Jeonghan. Ia meraih ponsel itu dan membuka passcode ponsel Jeonghan yang tidak pernah berubah sejak dulu, Hanna dengan mudahnya melihat seluruh pesan dan galeri foto Jeonghan.

"Wah dia tampan oppa. Kalian terlihat serasi sebenarnya, tapi sepertinya ada yang aneh darinya"

"Dia memang aneh, sekali waktu dia bisa sangat menyebalkan tapi sekali waktu ia berubah menjadi sosok yang lembut. Namja pabo itu tidak pernah membuat hidupku tenang" Hanna mengernyitkan dahinya ketika mendengar ucapan Jeonghan.

"Jeongmal? Aku semakin ingin bertemu dengannya"

"Itu tidak akan terjadi, dia sudah kembali ke tunangannya jadi aku tidak ingin berhubungan dengannya lagi"

"Ah sekarang aku mengerti, jadi oppa patah hati karena namja tampan ini sudah kembali dengan tunangannya"

"Kau ingin ku pecat jadi calon adik iparku? Jadi rencanamu kedepan ya nanti bagaimana?" Tanya Jeonghan berusaha mengalihkan pembicaraan mereka.

"Aku sudah mendaftar di rumah sakit Jisoo oppa, mungkin minggu depan aku sudah bisa bekerja"

"Aku fikir kau akan seperti Jihoon, membuka tempat praktek sendiri"

"Aku inginnya seperti itu tapi bekerja di rumah sakit jauh lebih menyenangkan karena pastinya akan ada banyak teman"

Hanna yang masih memegang ponsel Jeonghan melihat nama Coups pabo muncul di layar ponsel Jeonghan, ia melihat sebentar kearah Jeonghan sebelum mengangkat telpon itu.

"Yeobseo...." Sapanya.

"Bisakah aku bicara dengan Jeonghan" ucap namja itu sambil menatap kearah Jeonghan yang kini sudah menatapnya tajam karena dia meloudspeaker telpon itu.

"Jeonghan oppa sedang menyetir tapi oppa bisa langsung bicara"

"Aku akan menghubunginya lagi nanti"

"Dia memutuskannya" ucap Hanna sambil menatap Jeonghan.

"Biarkan saja, aku tidak peduli"

Mobil mewah itu akhirnya memasuki rumah Jeonghan, dari jauh Hanna bisa melihat seorang namja dengan jaket kulitnya berdiri di depan rumah Jeonghan.

"Oppa, bukankah dia Coups oppa?" Tanya Hanna tepat sebelum mereka parkir di belakang mobil sport itu.

Jeonghan segera keluar dari mobil lalu mendekati Coups yang kini terlihat begitu putus asa.

"Sayang...dengarkan penjelasanku"

"Jeonghan. Namaku Jeonghan. Aku tidak mau lagi mendengar penjelasanmu, menjauhlah dari hidupku mulai saat ini. Kau sudah melanggar ucapanmu dan aku tidak ingin mendengar apapun lagi. Pergi dari hidupku" Jeonghan meninggalkan Coups masuk kedalam rumah.

Coups saat ini benar-benar marah pada Seungcheol, karena namja itu ia harus membuat namja cantiknya sedih seperti ini. Saat Jeonghan sedang berusaha membuka hatinya, Seungcheol menghancurkan semua usahanya.

"Coups oppa?" Tanya Hanna.

"Apa kau Hanna?"

"Iya, aku Choi Hanna"

"Senang bertemu denganmu. Aku akan pergi, sampai nanti Hanna ya"

"Alter ego. Are you the real personality or the other personalities?" Pertanyaan Hanna tadi mampu membuat Coups menghentikan langkahnya dan menatap Hanna dengan terkejut.

"Kau tahu?"

"Mendengar cerita Jeonghan oppa barusan, aku bisa sedikit menebaknya. Jadi benar kalau oppa adalah pengidap alter ego?"

"Iya. Apa kau psikiater?"

"Bisa dikatakan begitu"

"Aku mohon, bantu aku Hanna ya. Aku hanya ingin bebas dari ini semua"

"Oppa sudah memberitahu Jeonghan oppa mengenai hal ini?"

"Alu takut Hanna ya. Aku takut ia menjauh dariku setelah mengetahui semua ini"

"Berikan Ponselmu padaku"

Ia lalu memasukkan nomornya dan menghubungi ponselnya sendiri,"Hubungi aku jika oppa ingin bicara. Aku ingin segera melakukan sesi denganmu tapi aku baru masuk bekerja minggu depan"

"Baiklah, bicara dengan Jeonghan dan tenang kan dia. Aku akan mengurus sesuatu terlebih dahulu"

Setelah Coups pergi, Hanna segera menemui Jeonghan. Calon kakak iparnya itu sedang berdiri di jendela, ia yakin Jeonghan pasti sedang memperhatikan Coups yang pergi tadi.

"Kau merindukannya bukan? Kenapa kau harus seperti ini oppa?"

"Aku hanya takut Hanna ya. Kau tahu bagaimana aku takut mempercayai orang lain"

"Ketakutanmu itu akan terus muncul jika kau tidak mencoba mempercayai"

"Aku tidak ingin terlalu mempercayainya hingga akhirnya aku bergantung padanya. Jika aku sudah bergantung padanya lalu ia meninggalkanku, hidupku akan benar-benar hancur Hanna ya"

"Coups oppa pasti memiliki alasan tersendiri atas semuanya. Aku akan membersihkan diri dulu"

Jeonghan melihat ponselnya berbunyi dengan nama Coups tertera di layarnya, ia sedikit ragu untuk mengangkatnya hingga akhirnya Jeonghan memutuskan untuk mengangkatnya.

"Maafkan aku. Aku tahu itu salah dan kau berhak marah padaku, tapi sungguh aku tidak sadar saat itu. Aku berfikir jika Nayeon adalah kau, maafkan aku"

"Aku memaafkanmu tapi mulai hari ini menjauhlah dari hidupku"

Jeonghan segera mematikan telpon itu dan ponselnya, ia berharap jika keputusannya kali ini sudah tepat.


Di sore hari, Hanna keluar dari kamarnya dan melihat kamar Jeonghan. Calon kakak iparnya itu sedang tertidur pulas, wajahnya masih terlihat sembab akibat menangis.

Ia kembali menutup pintu kamar dan memutuskan untuk membuka pintu balkon ruang tamu di lantai 2, hujan deras yang turun sejak tadi membuat suasana menjadi begitu sejuk. Tapi dia sedikit terkejut saat melihat Coups berdiri disana tepat dibawah guyuran hujan.

"Coups oppa"

Hanna segera berlari turun menuruni tangga untuk melihat keadaan Coups, namun ia sadar jika namja itu bukanlah Coups.

"Apa yang Anda lakukan disini?" Tanya Hanna berusaha mengobservasi.

"Aku ingin meminta maaf pada Jeonghan"

"Nama Anda siapa?"

"Aku Coups. Apa kau Hanna?"

"Ya aku Hanna tapi kau bukanlah Coups oppa"

"Jadi kau tahu. Aku Seungcheol, biarkan aku bertemu Jeonghan"

"Jeonghan oppa masih tidur, jadi lebih baik Anda pergi"

Hanna kemudian memutuskan untuk kembali kedalam rumah, dia merasa jika Coups jauh lebih tulus pada Jeonghan meskipun dia memiliki tampang Bad Boy. Sedangkan Seungcheol, ia masih belum bisa membaca kepribadian namja itu.

"Hanna ya, kau dari mana?" Suara Jeonghan dari ujung tangga di lantai 2.

"Ada Coups oppa di depan dan sedang kehujanan. A..aku baru saja akan memanggil oppa"

"Apa yang namja pabo itu fikirkan? Dia baru saja sakit dan sekarang sudah bermain hujan"

Hanna bisa melihat wajah khawatir Jeonghan. Jeonghan segera berlari turun untuk membuka pintu dan mendapati Coups/Seungcheol disana.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya Jeonghan.

"Jeonghan ah, maafkan aku"

"Bukankah aku sudah bilang akan memaafkanmu? Sekarang pergi dan menjauhlah dari hidupku" Jeonghan membalikkan tubuhnya untuk kembali masuk kedalam rumah tapi teriakan Seungcheol.

"AKU MENCINTAIMU YOON JEONGHAN!!! AKU MENCINTAIMU BUKAN NAYEON"

Jeonghan melihat Seungcheol berjalan kearahnya dan memeluknya erat, ia bisa merasakan jika tubuh yang memeluknya itu begitu dingin.

"Aku hanya mencintaimu"

Continue Reading

You'll Also Like

601K 18.2K 75
Hiraeth - A homesickness for a home to which you cannot return, a home which maybe never was; the nostalgia, the yearning, the grief for the lost pla...
553K 8.5K 85
A text story set place in the golden trio era! You are the it girl of Slytherin, the glue holding your deranged friend group together, the girl no...
59.5K 1.2K 46
*Completed* "Fake it till you make it?" A PR relationship with a heartbroken singer in the midst of a world tour sounds like the last thing Lando Nor...
440K 11K 60
𝐋𝐚𝐝𝐲 𝐅𝐥𝐨𝐫𝐞𝐧𝐜𝐞 𝐇𝐮𝐧𝐭𝐢𝐧𝐠𝐝𝐨𝐧, 𝐝𝐚𝐮𝐠𝐡𝐭𝐞𝐫 𝐨𝐟 𝐭𝐡𝐞 𝐰𝐞𝐥𝐥-𝐤𝐧𝐨𝐰𝐧 𝐚𝐧𝐝, 𝐦𝐨𝐫𝐞 𝐢𝐦𝐩𝐨𝐫𝐭𝐚𝐧𝐭𝐥𝐲, 𝐰𝐞𝐥𝐥-𝐫...