My Boss Is My Boyfriend βœ”

By Zavionix_Shakdee

588K 39.3K 8.8K

Shingeki no Kyojin @ Hajime Isyama This is story @ Zavionix Shakdee Pairing : Riren/Rivaere (pair lain menyus... More

Prolog
1. Pertemuan
2. Hal Tidak Terduga
3. Kesempatan
4. Hilang
5. Jatuh Cinta
6. Kekasih
7. Kejutan
9. Sepupu Levi
10. Dia kembali lagi
11. Tidak terima
12. Kerja Sama
13. Semuanya mulai terungkap
14. Masa Lalu
15. Annie Leonhard
16. Wedding Party
Epilog
Extra Part
promotion

8. Levi πŸ’— Eren

39.8K 2K 804
By Zavionix_Shakdee

Warning!!!!

R18+ is heeerrrrr ||LOL||

(Yang ga mau baca, bisa di skip aja ya :" )

.

.

.

.

.

.

.

Sepasang sejoli itu masih menikmati hidangan yang tersedia di meja makan. Eren tidak bisa berhenti untuk tersenyum, sedikit tidak percaya bahwa pria di depannya sekarang bisa bersikap romantis. Alunan biola menambah kesan betapa romantisnya suasana remang-remang tersebut.

Masing-masing mereka saling menatap kedalaman mata satu sama lain. Mengagumi ciptaan Tuhan yang begitu rupawan. Senyuman tulus yang terukir di wajah Levi terus membekas dihati Eren.

Pria raven itu berdiri layaknya seorang gantleman, mengulurkan tangannya untuk berdansa. Sedikit gugup pemuda manis itu menerima tawaran sang kekasih, dengan sigap dan tepat jemari mereka kembali bertemu. Pria itu melangkahkan kakinya menuju lantai dansa yang memang sudah tersedia di depan mereka.

"Levi, aku tidak bisa berdansa" cicit si brunette ketika musik mulai dimainkan.

"Akan aku ajari" dengan sigap Levi memposisikan kedua tangan Eren di kedua bahu kokohnya, sementara kedua tangannya tepat berada di pinggang pemuda tersebut.

Dengan gerakan lembut kaki keduanya mulai melangkah, perlahan tapi pasti pria raven itu menjelaskan. Maju mundur, kanan kiri, depan belakang. Terus seperti itu hingga Eren mulai mahir melakukannya.

Keduanya saling bertatapan, menikmati keintiman yang begitu menggairahkan. Hanya melalui mata, keduanya tahu apa yang diinginkan. Tangan yang semula berada di bahu mulai bergerak mengunci leher sang raven, pinggang yang awalnya hanya dipegang kini diremas sensual. Kedua hidung menyatu menghembuskan nafas di kulit pasangan masing-masing. Jarak bibir mereka hanya sepersekian inchi sebelum melebur menjadi satu.

Sang dominan yang sudah begitu bergairah akhirnya mencecap rasa pada bibir submisive nya. Ciuman hangat dan begitu lembut melonjakkan saraf keduanya hingga berubah menjadi lumatan mesra untuk saling mencuri rasa. Tubuh keduanya saling melekat erat, mencari kehangatan pada tubuh pasangannya.

Desahan disela ciuman mereka menambah melodi dalam alunan biola, tangan yang masih berada pada tempatnya mulai bergerak memetakan seluruh lekuk tubuh sang omega. Decakan lidah yang saling terpaut begitu sexy terdengar. Gesekan-gesekan penambah gairah meluncur sendirinya akibat libido yang sudah tidak bisa ditahan.

Oksigen yang mulai menipis menjadi pihak antagonis yang memaksakan perpisahan bibir keduanya. Nafas saling memburu merampas oksigen dan membuang karbondioksida. Hijau zambrud dan hitam obsidian saling beradu memperlihatkan kabut imajiner yang menutupi kejernihan mata keduanya.

"Ke ranjang. Sekarang" suara baritone berubah serak. Membisikkan kata yang membuat tubuh Eren meleleh langsung lemas kehilangan tenaga. Dengan gesit tubuh ramping dibopong layaknya pengantin wanita yang akan melakukan malam pertama, memberikan keperawanannya untuk sang suami. Kiasan itu benar adanya walau pengantinnya kini menjelma menjadi pemuda manis yang masih perjaka, memberikan kesuciannya untuk sang kekasih.

Keduanya saling terdiam menahan hasrat satu sama lain. Tenaga pemuda manis itu benar-benar hilang dalam gendongan si pria raven. Pintu lift berdenting terbuka memperlihatkan koridor yang sedikit gelap. Pemuda manis itu baru tersadar jika bangunan ini merupakan hotel. Sedikit tergesa, pria itu melangkah lebar di koridor lalu tepat berhenti di sebuah pintu bercat mahogani, menyuruh si brunette untuk membuka pintu tersebut dengan id-card yang tersimpan dalam saku jasnya.

Pintu terbuka menampakkan ruangan putih gading dengan ranjang king size dan seprei putih bersih yang tiap sisi dipasang tiang penyangga kelambu berwarna serupa. Jangan lupakan ribuan kelopak mawar merah dan putih memenuhi atas ranjang hingga lantai ubin berlapiskan karpet beludru. Ludah di teguk kasar, ditatapnya sang raven yang ternyata sedari tadi menatap ke arahnya.

"Levi..." bukannya menyahut, pria itu semakin memperpendek jarak anatara mereka dengan ranjang. Mata masih saling beradu. Bagaikan porselen mahal yang akan mudah pecah bila sedikit dikasari, Levi merebahkan tubuh sang brunette dengan gerakan perlahan. Memposisikan dirinya tepat di atas pemuda manis itu, mengunci pergerakan yang tidak akan diperlukan.

"Kau milikku Eren" tiupan nafas menggoda cuping telinga yang sudah sangat memerah. Lidah nakal mulai terjulur menjilati daun telinga, meninggalkan banyak jejak saliva yang menetes-netes.

Lidah beralih menelusuri leher jenjang mengkilap, menjilati dengan penuh nikmat, kemudian menandai sang mangsa persis di tempat yang sebelumnya sudah ditandai. Kedua ruam merah keunguan saling menimpa menciptakan lukisan abstrak yang terlihat mempesona bagi si raven.

Puas menggores di bagian leher, Levi beralih menggoreskan tinta beningnya keseluruh bagian wajah sang brunette. Layaknya sebuah panah dalam layar GPS lidah itu berjalan menelusuri kening, alis, mata, hidung, lalu bergeser pada kedua pipi bakpau hingga berhenti tepat di depan tujuan yaitu bibir penuh milik sang kekasih yang masih terlihat membengkak.

Kembali mata mereka saling beradu, nafas saling memburu, hasrat saling menggebu dan bibirpun kembali saling bercumbu. Keduanya sama-sama melumat bibir pasangannya. Ketika Levi melumat bibir atas maka Eren melumat bibir bawah. Kegiatan itu terus berlanjut hingga pemuda manis itu merasakan hawa dingin dari AC menyapa kulit putih kecokelatannya. Entah sejak kapan pria raven itu membuka bajunya, dia tidak tahu dan tidak ingin tahu. Bibir panas Levi benar-benar membuatnya kepayahan untuk meyeimbangi. Lidah mereka kembali saling berdecakan. Menghasilkan bunyi erotis yang lebih merdu dari musik apapun.

Sadar akan keterbatasan oksigen yang kembali menjadi pihak ketiga diantara mereka, bibir itu kembali terpisah namun tidak terpisah jauh karena benang saliva menjadi penghubung diantara keduanya.

Tangan lentik mulai meraba areal tubuh atas, membelai dari leher terus turun ke bagian dada yang membusung mengekspos dua puting merah muda yang terlihat menggiurkan. Tangan nakal mulai memilin puting bagian kanan yang sudah menegang, pilin-cubit, pilin-cubit gemas.

"Ahhh" desahan nikmat meluncur erotis dikala tangan berganti dengan daging lunak yang kini mengemut rakus seakan memaksa air susu keluar dari dalamnya. Mulut dan lidah saling bergantian menikmati. Tidak lupa puting sebelah kiri yang gantian di manja-manja menggoda.

"Ahh..Levihhnn..." akal pikiran mulai berkabut, bagian bawah mulai berkedut, kedua puting bergantian diemut. Sungguh Eren tidak sanggup.

Levi makin beringas memberikan service memabukkan saat pemuda manis dibawahnya mulai meraba-raba kemejanya sensual. Meraba lekukan otot perutnya yang berkotak-kotak.

Predator sungguh tidak sabar, tangan yang lain mulai turun ke bawah, membelai perut rata dengan gerakan melingkar sensual. Hingga sang mangsa mendesah keras karena titik sensitif yang lain mulai di permainkan. Kepala pria itu mendongak, memperhatikan wajah mangsanya yang sudah memerah dengan mata sayu eksotis, saliva mengalir banyak menambah kesan erotis.

"Sexy" satu kata yang bisa mendeskripsikan keadaan sang kekasih. Benda bagian selatannya tambah berkedut melihat submisivenya yang terengah-engah lemas.

Pandangannya beralih menatap tubuh bagian bawah yang terlihat membengkak. Tidak sabaran, selangkangan langsung di remas gemas hingga sang brunette mendesah lemas.

"Ahhh...nghnn" dirinya bagaikan melayang di awang-awang, remasan nakal sang kekasih benar-benar membuatnya mabuk kepayang. Pria itu tidak tahan, seperti singa yang sudah berbulan-bulan puasa. Celana bahan abu-abu itu langsung dilucut kasar, meninggalkan celana boxer hijau indigo yang terlihat basah. Belum cukup boxer pun di lepas pelan, menampakkan celana dalam segitiga berwarna serupa. Kini celana dalam itupun menjadi korban ketidak sabaran. Hingga benda tegak mengacung menyembul menantang gravitasi. Senyum seringai langsung terpatri di wajah rupawan itu.

Eren merona malu, refleks menutup selangkangannya yang tidak tahu diri menantang sang predator.

"Jangan ditutup" perintah pria itu menyingkarkan kedua tangan nakal yang menutupi pandangan indahnya.

"Aku malu Levi" dengan wajah yang semakin memerah, dipandanginya sang raven yang tersenyum geli kepadanya.

"Tidak perlu malu, hanya ada aku disini. Perlihatkan semuanya padaku Eren" diusap lembutnya pipi yang terasa panas di kulit tangannya. Memberikan keberanian agar sang kekasih membuka diri hanya untuknya.

"Tapi kau curang Levi" wajah manis itu cemberut imut, menatap sang raven yang menaikkan sebelah alisnya. Pandangan pemuda itu beralih pada fabrik kain yang masih melekat sempurna.

Sadar akan hal itu, Levi meraih tangan si brunette, mengarahkan tangan itu ke kancing kemejanya.

"Lucuti aku sayang shh" bisiknya sedikit mendesah menggoda. Tapi berefek besar pada kejantanan Eren yang makin berkedut.

Nafsu mengalahkan rasional, tangan lentik mulai membuka kancing kemeja satu persatu, memperlihatkan kulit putih pucat maskulin, dada bidang dengan sedikit otot mulai menggoda lalu turun pada perut berkotak-kotak yang terlihat menggiurkan. Eren terpesona, sedikit iri mendatangi dikala sadar akan bentuk tubuhnya tak seindah pria di depannya.

Levi menghentikan gerilya nakal tangan sang brunette, mengecup tangan itu pelan dan berlanjut hingga ke pangkal. Libidonya sudah tak tertahankan lagi. Isi celananya sudah mendesak ingin keluar. Dilepasnya sendiri celana hitam bahan yang membungkus tubuh bagian bawahnya cepat.

Eren terpana kehilangan kata melihat gundukan besar pada celana dalam hitam mahal itu. Jakunnya bergerak liar saat gundukan itu sudah terlihat jelas tepat mengacung di depannya. Kini mereka sama-sama full naked. Gairah keduanya benar-benar tak terbendung.

Pria raven itu kembali mengunci pergerakan uke manisnya. Mengunci pandangan mata emerald itu hanya kepadanya. Wajah kembali mendekat, meraup bibir kissable di depannya lagi, gerakan nakal kembali diluncurkan. Tangan putih pucatnya mulai bermain di areal bawah, meremas kejantanan yang telah basah oleh cairan precum. Disela ciuman panas itu,

Desahan kembali keluar disela ciuman, jari-jari kaki mengerling kaku menahan kenikmatan. Dia pernah beberapa kali masturbasi sendiri, sudah pernah merasakan nikmat saat jari kakunya bermain di barangnya sendiri. Namun kali ini sungguh luar biasa nikmat yang dirasakannya. Remasan Levi begitu sangat menggoda hingga dia sulit menahan diri agar tidak langsung meledak

Ciuman mereka terlepas akibat oksigen yang sudah menipis, desahan kencang keluar ketika kocokan semakin beringas.

"Ahh..haaah..mhh" akal pikiran sudah lenyap ditelan nafsu. Levi semakin bersemangat mengocok kejantanan di tangannya. Lidah menjilat bibir sendiri menahan hasrta agar tidak segera membobol lubang surgawi.

"Le-vihh...hmm..akhuu..aahh" sadar akan keinginan sang kekasih, pria itu mensejajarkan kepalanya pada selangkangan tersebut. Melahap besar lolipop di depannya. Eren makin tegang mendesah nikmat.

"Aahhh... Levihh"

Eren sungguh tidak kuat, rongga dalam mulut Levi begitu hangat, belum lidah pria itu yang menghisap kuat lubang penisnya, menyedot paksa cairan yang sebentar lagi pasti akan tumpah. Walau sedikit malu, matanya yang banyak terpejam sedari tadi mencoba untuk beralih pada 'prianya' yang juga menatapnya, dan itu membuatnya menyesal karena cairan yang sedari tadi ditahan langsung berlomba keluar dengan tidak tertibnya.

"Ahhhhhhhhhh" desahan panjang mengalun indah menjadi pengiring disaat Levi meneguk habis cairan cinta milik sang kekasih.

Eren terengah-engah hebat pasca ejakulasinya, matanya begitu sayu memandangi Levi yang sedang menjilati bibirnya sendiri. Keduanya saling melemparkan senyum. Pria itu mendekat, mengecup kening si brunette mesra lalu beralih pada bibir favoritnya. Mentransferkan rasa dari cairan pemuda itu sendiri.

Levi yang memang punya kesabaran tipis dari lahir itu kembali menggoda tubuh 'bocahnya'. Menggesekkan kejantanan mereka hingga milik Eren pun kembali terbangun. Di sela ciuman mereka, pria itu mulai meremas bokong sintal sang kekasih, menguleni dengan kedua tangannya, menepuk-nepuk agar adonan mengembang sempurna dan terciptalah sebuah rasa yang begitu memikat selera. Dirasanya cukup, kini kedua jempol yang tepat berada di pinggiran jurang lembah mulai menelusuri lekukan lembah tersebut hingga berhenti di depan pintu goa yang berkedut lapar. Ciuman panas itu terlepas sejenak, satu tangan meraih lubrikan yang sudah bertengger manis di atas nakas dari tadi. Seakan berpacu dengan waktu, cairan itu sudah tertuang di atas telapak tangan. Siap untuk mengolesi mulut goa yang berkedut lapar.

Ciuman penuh hasrat itu kini kembali beralih pada tulang selangka, kembali meninggalkan jejak-jejak abstrak berbentuk aneka rupa. Seiring pergerakan bibir tipis itu, jari tengah mulai masuk ke dalam mulut goa yang sudah penuh dengan cairan lubrikan, mencecapi kehangatan yang langsung memenuhi ruas jarinya.

Eren mendesah kaget merasakan pergerakan jari nakal yang menerobos lubangnya, belum selesai keterkejutannya kembali dirinya dikagetkan dengan dua jari yang langsung menerobos sekaligus.

"Akkhh" rasa sakit mendera tubuhnya, tapi berusaha ditahan.

"Rileks Eren" ucap si raven ketika memperhatikan wajah kesakitan sang uke kesayangan. Mengangguk patuh, pemuda manis itu mencoba untuk rileks, menarik nafasnya dalam lalu membuangnya perlahan.

Levi yang merasakan tangannya sudah tidak terlalu dijepit kuat lagi mulai menggerakkan ketiga jarinya. Melakukan gerakan mengular dan menggunting. Matanya fokus ke wajah pemuda manis yang terpejam erat .

Perlahan namun pasti perasaan sakit yang mendera tadi mulai berganti dengan perasaan nikmat di kala titik sweetspotnya terkena hujaman nakal hingga menghasilkan erangan kenikmatan.

"Akhh..nghh"

Levi yang memandang menjadi tambah bernafsu, melihat ereksinya sendiri yang sudah berkedut brutal. Dirasanya cukup, pria itu mengeluarkan ketiga jarinya, mendengus geli ketika Eren mendesah kecewa.

"Buka matamu sayang" lirihnya semakin melebarkan kedua kaki jenjang tersebut, menjilati bibir sexynya ketika lubang kenikmatan terekspos jelas berkedut minta diisi.

Eren yang mendengar perintah itu membuka matanya dengan sayu. Kembali dan kembali pipi bakpau itu dihiasi rona merah melebihi merahnya sebuah cabe. Mata mereka kembali beradu intim sembari Levi mulai memposisikan ereksinya yang sudah diolesi pula dengan lubrikan.

Eren yang kembali terbawa nafsu memperhatikan bagaimana seduktifnya cara pria itu menggoda lubangnya, menekankan ujung kepala penisnya sensual.

"Lihat Eren, lubangmu menyukai penisku" goda pria itu menatap si submisive yang telah berkabut.

"Levi..ja-ngan menggodaku" diraihnya leher sang kekasih dan melingkarkan kedua tangannya di leher tersebut. Kembali bibir mereka beradu seiring dengan kejantanan pria itu yang mulai menerobos masuk. Eren mendesah tertahan. Selangkangannya begitu terasa sakit. Levi yang menyadarinya semakin memperdalam ciuman mereka, mengalihkan perhatian si brunette. Cukup lama pria itu mencoba mendorong hingga kejantanannya tertanam sempurna bertepatan dengan bibir mereka yang terpisah.

Pemuda manis itu merasa sungguh tidak nyaman, namun mencoba untuk terus bertahan. Levi belum menggerakkan tubuhnya seinchipun, memberikan waktu agar submisivenya terbiasa akan keberadaannya.

Merasa cukup, Eren mengangguk, menatap si raven yang menatapnya intens. Perlahan pria itu mulai menggerakkan pinggulnya, menyodok tak beraturan di dalam sana.

Suara erangan dan desahan bercampur padu menciptakan harmoni nada sensual. Peluh memenuhi wajah keduanya. Mata saling berpandang penuh nafsu. Eren terpesona memandangi keringat dominannya yang mengkilat sexy, gairahnya semakin bertambah disaat titik lemahnya selalu dihujam kuat.

"Levi...Levi..nghh...Levi..ahhh"

Nama sang raven terus dikumandangkan seolah memberikan semangat agar pria itu terus menghujamnya kuat. Sang raven dibuat gila, sekujur tubuhnya dibuat hilang kendali. Tidak kuasa gerakan pinggulnya semakin melues terus dan terus memberikan kenikmatan tiada tara. Suara sang submisive begitu sangat erotis di pendengarannya. Belum pernah ada yang memanggil namanya seperti itu.

Tangan yang semula menahan kedua paha itu mulai bergerak liar kembali, satu tangan memberikan service pada kejantanan yang sedikit lagi akan menumpahkan isinya, satu tangan lagi memerah kedua puting bergantian.

"Khhn...Eren"

Pemuda manis dibuat menggelinjang gila, tubuhnya gemetar hebat menahan lonjakan hasrat yang sebentar lagi akan keluar.

Le-vihh...akhuu..nghh..." bibir kembali terkatup tidak bisa bicara, dipandanginya sang kekasih yang mengangguk mengisyaratkan agar dia boleh keluar. Hingga akhirnya cairan itu menyemprot membasahi dada bidang di depannya.

Pria itu bertambah semangat melihat tubuh sexy dan erotis yang baru saja ejakulasi untuk kedua kalinya. Kejantanannya semakin dihimpit kuat menghasilkan pijatan yang begitu nikmat. Pada hentakan kelima akhirnya dia kalah dan membiarkan cum nya mengalir dalam tubuh sang kekasih.

Keduanya saling terengah, saling berhadapan di atas ranjang king size tersebut. Senyum malu-malu melengkung di bibir kissable sang brunette, sebelah tangan menyampirkan helaian rambut hitam yang lepek oleh keringat.

"Tidurlah" perintah si surai raven, menarik pinggang ramping sang kekasih, dan menenggelamkan kepala brunette itu ke dalam dadanya. Menikmati waktu berdua dalam kesunyian malam.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Sementara di tempat lain, terlihat seseorang yang tengah duduk di tengah kegelapan dengan segelas wine yang tinggal setengah. Matanya fokus memandangi pemandangan di luar jendela memperlihatkan langit gelap yang sedikit mendung, beberapa awan hitam mulai menghiasi langit tersebut. Wajahnya begitu datar seolah tidak ada emosi yang bisa dilihat dari rupanya itu.

Entah apa yang dipikirkan oleh sosok itu hingga seringai keji terlukis di bibirnya. Pandangannya beralih pada sebuah poster yang cukup besar sangat melekat erat di dinding sebelah kanannya. Pada poster tersebut terdapat silang besar dengan tinta merah. Tidak butuh penerangan baginya untuk melihat siapa sosok yang berada dalam poster tersebut.

Geraman macam harimau keluar dari tenggorokannya, kehilangan kontrol diri, sosok itu melempar gelas di tangannya hingga tepat mengenai poster tersebut. Naas gelas yang berisi wine itu hancur berkeping-keping menodai lantai marmer dibawahnya.Macam orang yang kerasukan, sosok itu berteriak keras hingga menggema di ruangannya yang dirancang kedap suara tersebut. Namun setelahnya dia tertawa seperti orang gila.

"Permainan baru saja dimulai Ackerman" seringai bengis kembali terpatri. Sosok itu berbalik menghadap pada seseorang yang sedari tadi memperhatikannya dalam diam.

"Segera lakukan tugasmu" perintahnya tersenyum miring, memberikan kode agar orang itu mendekatinya dan duduk di atas pangkuannya.

"Apapun untukmu honey" bisik orang itu sensual. Wajah mereka saling mendekat mencumbui bibir masing-masing.

****

Pagi hari yang cerah dihabiskan oleh sepasang sejoli itu di atas ranjang. Masih dengan keadaan seperti semalam keduanya saling mentransferkan kehangatan pada pasangan masing-masing. Eren bersandar nyaman dalam dekapan sang raven, menyenderkan kepalanya di bahu sang kekasih.

"Jadi, apa yang akan kita lakukan sekarang?!"

"Aku ingin ronde kedua" bisik sang raven membuat pemuda manis itu cemberut.

"Dasar mesum, kau tidak lihat aku sudah tidak bisa berjalan hari ini. Jika kau meminta lagi bisa-bisa aku akan bolos kerja selama seminggu"

Mengingat tentang pekerjaan, pemuda itu jadi lesu lagi. Baru dua hari kemarin dia masuk kerja tapi sekarang dia harus absen lagi. Sungguh dirinya menjadi tidak enak dengan gosip apalagi yang akan ditimbulkannya nanti.

"Tidak masalah, kau bisa berhenti bekerja dan duduk tenang di rumah, menungguiku pulang"

"Ughh tidak bisa begitu Levi, kita belum menikah dan kau sudah memintaku untuk tinggal di rumahmu. Apa pendapat orang nantinya"

"Jangan pedulikan orang. Jika kau mau kita bisa menikah hari ini juga"

Eren tersedak air liurnya sendiri, dengan cepat pemuda manis itu segera membalikkan tubuhnya. Memperhatikan pria raven yang kini mengangkat alisnya sebelah.

"Levi...kau...menganggap pernikahan itu seperti apa. Kenapa kau mudah sekali mengatakan hal seperti itu. Pernikahan itu sangat sakral. Aku tidak ingin terburu-terburu mengambil tindakan. Lagipula hubungan kita ini belum genap satu minggu dan kau sudah mengatak ingin menikah"

Entah mengapa Eren sedikit jengkel mendengar cara Levi mengangap pernikahan itu sebuah permainan.

"Aku tahu pernikahan itu sakral, aku tahu hubungan kita masih baru. Tapi apakah salah jika aku ingin memilikimu seumur hidupku Eren" Pemuda manis itu terdiam, melihat raut marah dari wajah tampan itu.

"Maaf Levi, bukan maksudku seperti itu. Aku hanya terkejut kau begitu mudah mengatakan hal tersebut. Padahal kau baru mengenal diriku. Aku hanya tidak ingin kau menyesal nantinya"

Wajah pria itu sedikit melunak, diraihnya pipi bakpau itu lembut. Bisa dilihatnya pancaran ketakutan dari mata indah itu.

"Aku sudah tahu mengenaimu bocah. Bahkan aku tahu kau dekat dengan ayahku. Jadi apalagi yang kau takutkan. Ayah juga setuju dengan hubungan kita"

Pemuda manis itu terdiam kehilangan kata, matanya terbelalak tidak percaya.

"Bagaimana bisa? Sir Kenny setuju??"

"Jangan terkejut seperti itu bocah, kau kira aku siapa hm?? Tentu saja aku tahu segalanya tentang dirimu sayang. Aku sudah berbicara padanya tentang hubungan kita, bahkan dia sendiri yang mengatakan ingin segera melihat kita menikah"

Lagi, Eren terdiam tidak bisa berkata. Sementara Levi hanya tersenyum kecil, mengecup kening si brunette sayang.

"Sebaiknya kita pulang, ada seseorang yang ingin aku kenalkan padamu bocah"

"Ehh...siapa??"

"Sepupuku"

Tbc

Ahhh.. Ada yang bisa nebak siapa sepupu Levi disini??

Semoga para reader bisa menikmati lemon di atas yah..

Arigatou^^

































Continue Reading

You'll Also Like

2.9M 191K 16
"Oh rupanya yang meretas sistem kita adalah bayi mungil ingusan?" "Brengsek. Lepaskan aku!!" "Oh tidak semudah itu babe. Sekarang, mari kita menghuku...
12.8M 1M 54
Di mata Nara, Bara itu laki-laki dingin dengan wajah datar sedatar-datarnya, dan Bara itu laki-laki tegas yang terlihat kaku saat bercengkrama. tapi...
2.8M 254K 41
Cuma cerita asam-manis dari Ketos sama berandalan. Si Ketos kalem dan nggak suka sama hal berisik. Berbanding terbalik sama Si berandalan yang cerewe...
66.5K 8.7K 22
[BL] [BOY X BOY] Alpha dan Omega. Aku dan Dia. Ini adalah kisah kami, awal perjumpaan. Sebuah permulaan. Kisah yang membawa sebuah kebahagiaan. . ...