Di Antara 3 Hati (3H1C)

By CikSuryaniSnw

393 15 9

Cerita Sedih yang berakhir Bahagia More

3 Hati 1 Cinta

393 15 9
By CikSuryaniSnw

Berlatar dari sebuah masa lalu, namaku Liliyana. Aku terlahir sebagai anak Yatim Piatu. Kedua orang tuaku sudah pergi untuk selama-lamanya saat aku masih balita. Aku besar dan hidup di panti asuhan selama ini.
Cuaca hari ini sangat cerah, aku baru selesai mengerjakan pekerjaan rumah panti. Aku keluar, tiba di luar aku di sambut oleh kedua teman perempuanku. Natalia dan Gloria

“Liliyana, kita main yuk” ajak kedua temanku
“Maaf teman-teman, aku tidak bisa bermain dengan kalian” tolakku sambil terus berjalan keluar rumah
“Kenapa sih, kamu selalu main sama anak pincang itu? Tanya Natalia
“Iya nih, padahal Yong Dae kan tidak bisa apa-apa. Dia hanya akan selalu menyusahkanmu!” tambah Gloria, tapi aku tak memperdulikannya. Aku terus melangkahkan kaki ku sampai ke taman depan panti. Di sana sudah ada Lee Yong Dae. Iya, Yong Dae dia adalah sahabat ku di panti ini, kami mempunyai latar belakang yg sama, yakni sama-sama terlahir sebagai seorang yatim piatu. Hanya saja, Yong Dae memiliki cacat fisik. Dia pincang sejak lahir.

“Maafkan aku, Lily. Karena diriku, kau dijauhi oleh teman-temanmu”
“Tidak apa-apa Lee, biar saja mereka memusuhiku. Karena, aku sudah memiliki sahabat baik. Sahabat” ucapku sembari mengacungkan jari kelingkingku ke hadapan Lee Young Dae, dan di sambut dengan gembira oleh nya.

“Liliyana. Lily.. di panggil ibu di kantor” panggil salah satu ibu panti ku
“Ada apa, bu? Tanyaku
“Ayo Lee, temani aku ke kantor ibu kepala panti” ajakku pada Lee Yong Dae dan di setujui dengan anggukan dari nya
Kamipun bergegas menuju kantor ibu kepala panti, sesampainya.
“Ini ibu Vita Marisa, ibu Vita ini ingin mengadopsimu” jelas ibu kepala pantiku “Dan kamu akan segera memiliki keluarga baru, yaa” jelasnya
“Iya bu” jawabku

Akan tetapi, Lee Yong Dae yg sedari tadi menguping pembicaraan mereka shock dan bergegas keluar dari kantor tersebut. Aku yg mengetahuinnya pun segera lari mengejar nya
“Lee, Lee Yong Dae. Tunggu! Teriakku
Aku menyusulnya keluar, “Kamu mengapa menangis, Lee? Tanyaku pelan
“Aku hanya sedih, karena kau sebentar lagi akan meninggalkanku” jawabnya sembari menangis
Aku menghela nafas panjangku, “Kau tidak perlu bersedih, jika kau ingin aku akan tetap di sini bersamamu” jawabku berusaha menenangkannya
Yong Dae menatapku, “Tidak, Lily. Bukankah kau selama ini ingin memiliki seorang mama? Ini kesempatanmu” ucap nya berusaha tegar

Aku yg tak tega pun mendekatinya, ku lepaskan kalung yg ada di leherku dan ku kalungkan pada leher nya.
“Kenapa kau memberikan kalung ini padaku? Inikan kalung kesayanganmu?”
“Tidak apa-apa, Lee. Melalui kalung ini aku akan selalu menemanimu kemanapun kamu pergi. Aku akan selalu berada di dekatmu. Sahabat!” Lagi-lagi aku mengacungkan jari kelingkingku ke hadapannya, ia tersenyum dan berkata “Sahabat”

Sementara itu, aku sudah di tunggu oleh mama angkatku dan sopir taxi yg akan membawaku keluar dari panti asuhan yg telah membesarkanku ini.
“Baik-baiklah dengan keluarga baru mu ya, Nak. Kamu tidak boleh nakal, turutilah selalu nasehat mama mu” pesan dari ibu panti ku, dan ku sanggupi dengan senyum dan anggukan
Aku pun masuk ke dalam mobil taxi tersebut, dan sopir taxi mulai melajukan mobil nya.

Yana Pov End

****

Author Pov

Sementara itu, di sisi lain. Lee Yong Dae yang sedari tadi melihat Liliyana dari kejauhan mulai menitihkan air mata nya. Wajar saja ia merasa terpukul karena akan berpisah dengan sahabat baik nya itu. Ia berlari semampunya mengejar taxi yg membawa Liliyana, apa daya kaki nya yg pincang itu tak mampu mengejar nya. Yang ada malah ia tersungkur karena terlalu memaksakan keinginannya.
Seminggu telah berlalu, sejak kepergian Liliyana. Yong Dae selalu saja tampak sedih dan murung.
Siang itu, seusai pulang sekolah. Yong Dae berjalan menuju panti, tetapi saat di pertengahan jalan ia di cegat oleh teman-teman yg selalu menjahili dan mengusili nya. Mereka mengejek Yong Dae dan mendorong Yong Dae sampai tersungkur

“Huu... dasar.. Picang.. pincang..pincang” begitulah kira nya mereka mengejek Yong Dae. Ia hanya terdiam tak membalas perbuatan jahil teman-teman nya

Tiba-tiba ada anak laki-laki yg berlari menghampiri nya,

“Woee... pergi kalian. Jangan menyakiti nya” seru nya, ia pun berusaha membantu Yong Dae untuk berdiri dan mengambilkan tongkat kaki Yong Dae yg terlempar agak jauh dari nya

“Kau tidak apa-apa?” Tanya nya
“Aku tidak apa-apa” jawab Yong Dae sambil menahan rasa sakit pada kaki nya
“Kenalkan, nama ku Hendra”
“Lee Yong Dae”, jawab nya sambil menerima uluran tangan dari Hendra
“Rumah mu di mana? Tanya Hendra
“Aku tidak punya rumah, aku tinggal di panti asuhan. Karna aku yatim piatu” jawab nya
“Aku senang bisa berkenalan denganmu, apa kau bersedia menjadi sahabat baikku? Sahabat” Cerca Hendra dan mengacungkan jari kelingking nya
“Mengapa sifat nya mirip sekali dengan, Lily” batin Yong Dae sambil menggaruk rambut nya yg tidak gatal
“Mengapa kau diam saja? Apa kau tidak mau bersahabat denganku?” tebak Hendra

Tanpa pikir panjang, Yong Dae Pun menerima acungkan jari kelingking dari Hendra, “Ya, sahabat” mereka berdua tertawa kecil dan tersenyum.

****

“Lee Yong Dae itu anak nya sangat baik sekali, bu” kata ibu Panti yg bernama Bu Minarti
“Ma..ma... Tadi Hendra baru saja bermain bersama sahabat baru, Hendra” seru Hendra yg tiba-tiba saja masuk ke dalam kantor ibu kepala panti
“Oh.. Jadi ini sahabat baru mu?” tanya mama Hendra
“Iya, ma. Apa Mama sudah tau? Tanya Hendra pada mama nya, “Nama nya keren sekali ma, seperti nama orang Korea. Lee Yong Dae” tambah Hendra
“Iya, kami sudah tau. Karena Lee, sebentar lagi akan menjadi bagian dari keluarga kita, Nak.
“Maksud Mama, apa?” tanya Hendra pada mama nya
“Hendra, kita datang kemari ini untuk mengenalkan saudara baru kita. Tapi kamu lebih kenal duluan sama Lee” Jelas papa Hendra
Hendra sempat terkejut, tetapi terlihat senang “Apa? Jadi Lee akan menjadi saudaraku, ma, pa?” Kedua orangtua Hendra mengangguk
“Terimakasih, Om, Tante. Sekarang aku tidak akan kesepian lagi, aku akan memiliki keluarga. Aku punya keluarga” kata Yong Dae yg berkaca-kaca karena bahagia
“Lee, mulai sekarang kamu tidak boleh lagi memanggil om ataupun tante. Ini mama, ini papa” ucap papa Hendra sambil melihat istri nya
“Mama, Papa..” ucap Yong Dae, mereka semua tersenyum bahagia

*****

Mobil mewah itu kini memasuki bagasi rumah mewah nan megah itu, parkirannya saja terlihat besar dan luas. Yong Dae dan keluarga baru nya pun turun dari dalam mobil tersebut dan berjalan menuju rumah

“Awas hati-hati, pelam-pelan saja jalannya jangan buru-buru” seru mama Hendra

Hendra sangat bersemangat sekali menuntun saudara baru nya itu memasuki rumah mewah nya.

“Nah, ini kamar kita Lee. Kita berdua akan tidur bersama di sini. Bagaimana, kau senang bukan?” tanya Hendra sembari menunjukkan kamar baru nya untuk Yong Dae
“Terimakasih, Hendra”
“Tidak usah berterimakasih, kita berdua kan bersaudara. Saudara” seru Hendra
Mereka berdua pun merebahkan tubuh nya bersamaan ke atas kasur empuk nya itu dan tertawa bahagia.

                                ~~~~~~~~****~~~~~~~~

Waktu berlalu dengan begitu cepat, 15 tahun telah berlalu
Kini Yong Dae telah menginjak usia 25 tahun,

“Happy birthday to you, happy birthday to you, happy birthday, happy birthday.. Happy birthday Yong Dae” Kedua orang tua angkat dan tamu hadirin menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk Yong Dae. Yong Dae pun dengan segera meniup lilin di kue ulang tahu nya yg berangka 25 tersebut. Dan di sambut oleh tepukkan tangan oleh para tamu undangan

“Selamat ulang tahun ya, Lee” ucap Mama dan Papa pada Yong Dae
“Terimakasih, pa, ma. Atas kebaikan mama dan papa” ucap Yong Dae bahagia “Ngomong-ngomong, Hendra mana ya ma, pa?” tanya Yong Dae yg memang sedari tadi tidak melihat batang hidung kakak angkat nya itu

Tiba-tiba, lampu padam beberapa menit. Tampak Hendra membawa lilin putih dan menuruni tangga. Sesampai nya di bawah, lampu pun menyala. Seketika Hendra menyanyikan lagu Selama Ulang Tahun dalam bahasa Korea untuk sahabat kecil sekaligus saudara angkat yg sangat di sayanginya itu. Yong Dae pun terharu mendapatkan perlakuan manis dari kakak angkat nya tersebut.

Acara ulang tahun Yong Dae pun usai, ia melangkahkan kaki nya menuju kamar untuk beristirahat. Di angkat nya kaki nya yg pincang itu pelan-pelan ke atas ranjang. Tampak ia mengeluarkan benda dari balik kerah kemejanya. Ya.. benda itu adalah kalung, kalung pemberian dari sahabat kecil nya. Liliyana.

“Lilyana, apakah kau masih mengingat hari ulang tahunku? Apakah kau masih ingat. Sekarang kau di mana, Lily?" Yong Dae menatap kalung pemberian dari Lily.

“Hmmm... Lee Yong Dae, Lee Yong Dae. Aku bingung padamu, kenapa sih kau sealalu saja mengingat cinta pertama mu itu?” Ledek Hendra yg tiba-tiba saja nongol dari luar

“Apa? Cinta pertama?” tanya Yong Dae bingung
“Iya, sahabat kecil mu di panti. Cinta pertama mu dia kan? Hah, sudahlah sebaiknya cinta pertama mu itu kau lupakan saja. Lagipula kau sudah lama kan tidak berjumpa dengan nya? Mungkin saja sekarang dia sudah berubah jadi gadis yang gendut, berkulit hitam dan wajah nya berjerawat” kata Hendra panjang lebar dan berhasil membuat Yong Dae tertawa terpingkal-pingkal sambil memukul saudara nya itu dengan bantal guling. Haha.. lucu sekali mereka

##

Sementara di tempat lain, tampak gadis sedang terduduk sendiri sambil berdo’a menatap sebuah kue tart berangka kan lilin 25
“Selamat ulang tahun, Lee. Di mana pun kamu berada, aku akan selalu mendo’akanmu” di tiup nya lilin di hadapannya itu dengan mata berkaca-kaca

“Liliyana. Lily...”

“Mama? Mama..” teriak Lily terkejut dan berlari menuju kamar mama nya
“Mama.. mama kenapa?” tanya Lily yg berusaha membantu mama nya naik ke ranjang karena terjatuh dari tempat tidur nya.
“Maafkan mama, Lily. Mama hanya menyusahkanmu” ucap Mama Vita
“Ma.. mama kenapa?” tanya Lily sambil memberikan mama nya air putih
“Maafkan mama, Lily. Maafkan mama, selama ini mama hanya menyusahkanmu”
“Kenapa mama berbicara seperti itu?” tanya Lily sedih
“Semenjak mama mengambilmu dari panti asuhan, mama hanya membuatmu menderita. Tak pernah bisa memberikan kebahagian untukmu” ucap mama Vita
“Ma.. Jangan bicara seperti itu. Mama hanya akan membuat Lily bertambah sedih jika berkata seperti itu, mama ini sumber kebahagian Lily. Mama adalah separuh nafasku, ma. Mama jangan berbicara seperti itu” jelas Lily tak kuasa menahan air mata nya
“Terimakasih, sayang. Terimakasih, kau menyayangi mama dengan setulus hati mu. Terimakasih” ucap mama Vita terharu

***

Di kantor

“Saya perkenalkan dua orang putra saya ini, yang akan bergabung di dalam perusahaan kita ini. Jadi saya minta agar semua saudara-saudara bisa bekerja sama dengan baik. Guna memajukkan perusahaan kita ini” jelas Bapak Alan Budikusuma, selaku kepala perusahaan sekaligus orangtua dari Lee Yong Dae dan Hendra
Semua karyawan bertepuk tangan dan memberikan ucapan selamat kepada Yong Dae dan Hendra dan balas dengan ucapan terimakasih oleh kedua nya.

“Selamat, ya” ucap salah satu karyawan wanita
“Ii..yaa” ucap Hendra sambil menahan jabatan tangan wanita tersebut, dan di senggol oleh Yong Dae yg ada di samping nya “Woeh, jangan. Itukan sekretaris papa” seru Yong Dae mengingatkan tetapi tak di gubris oleh Hendra, alhasil Yong Dae pun pergi dari samping Hendra

“Eh.. eh.. Lee!  Kau lihat wanita itu kan, Lee? Ya Tuhan, Lee. Pinggul nya Lee, kau tahu tidak? Aku ingin euhh.. aku ingin merasakan nya” Ucap Hendra gemas melihat body karyawan yg tak lain adalah sekretaris papa nya itu

“Hendra!!!!” bentak Pak Alan pas tepat di telinga putra nya tersebut “Kamu harus ingat, kamu berada di perusahaan ini bukan untuk main-main. Ingat, kamu bekerja untuk meningkatkan perusahaan, tau kamu?” kata Pak Alan mengingatkan dan beranjak pergi meninggalkan putra nya yg sangat bandal kekanak-kanakan itu

Kemudian munculah Yong Dae dari belakang menghampiri nya, dan menertawakan ekspresi kesal saudara nya tersebut kemudian berlalu pergi. Jelas saja Hendra tampak kesal terhadap Yong Dae

******

“Jam sepuluh nanti, aku ada janji dengan Rosyita. Jam duabelas nanti aku ada janji dengan Mona, jam dua nanti aku ada janji dengan Surya. Dan yang terakhir jam lima sore, aku ada janji dengan Greysia. Hahaha..” kata Hendra sambil tertawa bahagia di meja kantor nya

Yong Dae yg mendengar nya pun ikut tertawa dan menggelengkan kepala nya. Kebetulan mereka bekerja di dalam satu ruangan

“Ndra, sampai kapan kau akan berterus-terusan seperti ini? Apa kau tidak bisa setia hanya pada satu wanita saja? Hah?” tanya Yong Dae heran

“Ya.. mungkin suatu saat nanti. Tapi, sampai saat ini belum ada satu pun yg dapat menggetarkan hatiku. Jadi, boleh kan aku pergi?” tanya Hendra sambil berjalan ke arah saudara nya tersebut

“Sekarang begini, jika papa bertanya padaku. Aku harus jawab apa?” tanya Yong Dae kesal

“Ya.. iiyaa”

“Lalu? Tanya Yong Dae lagi

“Boleh aku pergi?” tanya Hendra tanpa dosa
Yong Dae hanya menghembuskan nafas nya, “Yasudah sana kau pergi”

“Yei.. yes. Haha. Kau memang baik sekali, Lee” Hendra loncat kegirangan sampa-sampai hendak mencium saudara nya, tetapi dengan sigap Yong Dae mencegah nya
“Waitss.. Kau gila? Sudah, sana-sana kau pergi” usir Yong Dae yg merasa geli sendiri dengan perlakuan Hendra

*********

“Bentar ya, aku mau membeli makanan dulu”
“Sudah, kau di sini saja. Biar aku saja yg membeli nya.” Kata Hendra yg sedang berduaan di dalam mobil bersama Greysia, pacar nya.

Hendra pun bergegas membuka pintu, tapi tiba-tiba saja
“Auh..” tampak seorang gadis tertabrak pintu mobil Hendra dan barang-barang belanjaannya jatuh terlempar. Segera di punguti nya barang-barang belanjaannya tersebut. Hendra yg tadi nya menunduk seketika terkesima menatap kecantikan gadis yg sedang berada di hadapannya tersebut, gadis itu sangat cantik sehingga membuat Hendra melongo seperti terhipnotis dan senyum-senyum sendiri

Gadis yg melihat nya itupun tampak risih mendapat tatapan lain dari pria yg ada di hadapannya tersebut. Dengan buru-buru ia memunguti barang belanjaaannya dan segera bergegas dari tempat tersebut. Tetapi tiba-tiba saja tangan pria itu menahan langkah gadis tersebut

“Nona, mau di antar tidak?” tanpa bosa-basi Hendra menawarkan tumpangan pada gadis tersebut, tetapi langsung di tolak oleh nya “Oh, maaf tidak perlu” tolak nya sambil berlalu meninggalkan Hendra yg masih terpaku oleh pesona nya
“Hei.. Nona. Tunggu!!” teriak Hendra tetapi tak dihiraukannya, “Arghh.. sialan” gerutu nya

********

Di sebuah restorant,

“Lily, kamu dari mana saja? Pak Richard sudah lama tuh menunggu di dalam” kata Debby, salah satu teman akrab Lily

“Oh ya? Memang nya ada apa?”

“Sebaiknya kau cepat masuk, biar pak Richard saja yg bicara. Yuk!” ajak Debby. Mereka pun berjalan menuju ruangan pak Richard selaku bos di restorant dan Caffe tersebut.

~
~

“Ini menyangkut restorant kita. Kamu tau kan, belakangan ini restorant kita bertambah sepi. Kalau begini terus, mau tidak mau restoran ini harus segera tutup”

“Tutup, pak?” tanya Lily yg terkejut dengan pernyataan pak Richard

“Iya, Lily. Maka nya saya menyuruh mu datang kemari, karena saya mengharapkan bantuan mu, Lily” tegas pak Richard
Lily tampak bingung, “Bantuan saya, pak? Bantuan apa?” yana bertanya-tanya dan menoleh ke arah Debby yg duduk disampingnya

“Begini, Lily. Kamu kan memiliki suara  yang merdu. Saya yakin, dengan suara mu yg merdu itu dapat menghibur para pengunjung yg datang ke restorant kita”

“Maksud, bapak? Bapak menyuruh saya untuk bernyanyi?
“Iya, tepat sekali Lily. Bantulah saya, Lily. Ini semua untuk keberhasilan restorant kita” pinta pak Richard

Yana masih tampak ragu dan berfikir sejenak, “Baiklah pak, saya setuju” ucap nya

“Terimakasih, Lily. Terimakasih untuk kerja sama nya” kata pak Richard

~
~
~

*Jam tujuh malam*

Tampak Hendra memasuki sebuah caffe bersama wanita, yang tak lain dan tak bukan adalah Greysia kekasih nya yg nomor kesekian
“Selamat malam Tuan, Nona. Silahkan mau pesan apa?” tanya seorang pelayan caffe tersebut

“Saya pesan soft drink dan steak lada hitam, ya. Kau pesan apa, Ndra?” tanya Greysia

“Samakan saja deh, mbak” kata Hendra

“Baiklah, silahkan tunggu ya” kata pelayan tersebut.

“Kami ucapkan selamat malam pada pengunjung, malam ini terasa begitu sepesial. Karna malam ini, kami akan menampilkan penyanyi yg sangat berbakat sekali dan juga canti. Mari kita sambut dan kita tampilkan saudari Liliyana” kata Pak Richard yg di sambut meriah oleh para pengunjung caffe

Tampak gadis bergaun pink tosca masuk ke arah panggung yg tak terlalu tinggi tersebut. Gadis itu terlihat sangat cantik dengan balutan gaun pink tosca yg sangat cocok sekali dengan warna kulit nya yg sangat mulus dan putih itu. Gadis itu adalah Liliyana, dengan segera ia duduk di kursi yg di hadapannya sudah ada piano besar. Dan dengan wajah yg penuh dengan kepercayaan diri iapun mulai bernyanyi. Tangannya sangat lincah dalam menyentuh setiap baris demi baris not-not hitam putih yg ada piano tersebut. Suara nya sangat merdu sekali dalam bernyanyi, bahkan Hendra yg sedari tadi menunggu pesanan di meja caffe pun terperangah nelihat kehadiran Liliyana yg ternyata adalah sosok gadis yg kemarin tertabrak pintu mobil nya
Hendra tampak tak percaya, ia sangat menikmati alunan musik yg di mainkan oleh Liliyana. Sepanjang lagu yg di dendangkan oleh Liliyana, Hendra tiba-tiba menghayal sedang berdansa bersamanya.

Sementara Greysia yg sedari tadi ada di samping nya ia acuhkan habis-habiskan, “Hendra, ayo makan ini” kata Greysia

Hendra yg terkejut dengan suara pacar nya itupun tersadar dari lamunannya, “Ah, em.. sudah kau saja yg makan. Aku masih kenyang” elak nya pada Greys. Greys yg menyadarinya itu pun menaruh pirang nya kesal dan mulai beranjak pergi  dari caffe tanpa Hendra sadari. Hendra masih saja fokus ke arah Lily yg masih bernyanyi, ia tersenyum-senyum sendiri sambil menghisap sebatang rokok di tangan nya.

Kemudian lagu pun terhenti, tanda Liliyana telah usai bernyanyi.

Dan ia pun mendapat sorakan dan gemuruh tepuk tangan dari para pengunjung caffe salah satu nya Hendra yg sedari tadi tiada henti-henti nya menepuk tangan nya untuk Liliyana. Liliyana yg merasa tersanjung itu pun membungkukkan bada nya sebagai tanda terimakasih dan  bergegas ke arah belakang.

Di rebahkannya tubuh nya itu di atas sofa, “Huftt...” sembari berkipas-kipas dengan bantal sofa. Akan tetapi, ia segera menghentikan aktifitas nya, karena secara tiba-tiba ada serangkai bunga di atas kepala nya. Ia terkejut dan segera membalikkan badan nya menghadap ke belakang sofa yg kebetulan di bawah anak tangga

“Kamu lagi, kamu lagi. Mau nya apa sih?” tanya nya heran dan kaget setelah melihat orang tersebut adalah Hendra, pria yg kemarin sore membuat nya terjatuh dengan belanjaannya
Hendra hanya tertawa kecil, “Jangan takut, akau hanya ingin mengucapkan selamat. Suara mu tadi sangat merdu sekali” puji nya pada Liliyana

Lily tersenyum malu, “Terimakasih, kau berlebihan”
Hendra memberikan untaian bunga nya tersebut pada Lily, dan dengan malu-malu di terima oleh nya.

“Yes..” seru nya dalam hati, “Ah.. nama ku Hendra” ucapnya sambil mengulurkan tangan kiri eh tangan kanan nya
“Ah.. em.. nama ku Liliyana, panggil saja Lily” kata Lily sambil menyambut uluran tangan Hendra

~
~
~
~
~

Sementara di Kantor,

“Lee Yong Dae”

“Ah.. papa..”

“Selamat, selamat. Kamu tahu? Paket yg kamu buat proposal, yang kita ajukan di terima. Dan proyek yg besar itu jatuh ke perusahaan kita” kata Pak Alan bergembira

“Betulkah itu, pa?”

“Lee, papa bangga memiliki anak sepertimu”

“Terimakasih pa, ini semua juga kan berkat bantuan papa” balas Yong Dae yg di sambut bahagia oleh sang papa

“Eits, tapi tunggu dulu. Kemana Hendra? Hah, Hendra kemana?” tanya nya pada Yong Dae

“Em..eh.. Hendra.. di..dia..” Yong Dae bingung hendak memberikan jawaban apa pada papa nya

“Lee Yong Dae, kamu tidak perlu menutupi kesalahan Hendar. Papa ini sudah tau, mestinya kalau ada apa-apa cerita sama papa”

“Pa.. aku minta tolong pada papa. Jangan marahi Hendra, pa. Aku yakin, Hendar hanya ingin menikmati masa muda nya saja. Dan aku yakin, Hendra itu anak baik kok pa. Jadi aku yakin dia tidak akan mengecewakan kita semua.” Bela Yong Dae

“Hendra, memang beruntung memiliki saudara luarbiasa seperti mu. Meskipun dia selalu membuat kesalahan, kamu pintar menutupi nya” ucap Pak Alan kagum pada sifat anak angkat nya itu

“Sebenar nya bukan Hendra yg beruntung, pa. Tetapi aku lah yg beruntung, aku lah yg beruntung karena telah memiliki keluarga yg sangat sayang kepadaku” tutur Yong Dae

Pak Alan hanya tersenyum mendengar penuturan dari anak nya tersebut, “Sekali lagi selamat, Lee.”

“Terimakasih, pa” balas Yong Dae, dan pak Alan oun pergi dari hadapan nya.

Saat perjalanan pulang, tiba-tiba saja Hendra di hadang oleh segerombolan geng motor. Yang meminta nya untuk keluar dan turun dari dalam mobil. Karena sudah merasa tersudut, Hendra pun menghentikan laju mobil nya dan turun.

“Apa-apaan ini?” tanya nya kaget

“Jangan mentang-mentang anak orang kaya, lu. Jauhi Lily” ancam salah satu dari geng motor tersebut yang tak lain dan tak bukan adalah Tontowi, penggemar berat Lily.

“Punya hak apa kau memintaku menjauhi, Lily?” tanya Hendra tak kalah menantang

“Heh, lu dengar. Liliyana itu milik gue” Bentak Owi
“Bohong, Lily itu tidak punya siapa-siapa” jawab Hendra
“Kurang ajar, sikat aja dia bos” seru Jordan, Ahsan dan Bayu anak buah Owi

Tanpa pikir panjang berkelahilah mereka, Hendra di kroyok oleh Owi CS. Untung saja biar playboy pun ia bisa bela diri, tampak Jordan memukul Hendra. Kemudian di susul oleh Bayu tetapi dengan sigap Hendra menangkis pukulan nya, alhasil Bayu di singkap oleh nya. Bayu merasa kesakitan karena di hajar balik oleh Hendra sampai babak belur tanpa ampun. Melihat Bayu yg telah babak belur, Owi pun mengerah kan Ahsan, dan beradu jotos lah Ahsan dengan Hendra. Kedua nya sangat kuat dan tangguh, sampai akhir nya Hendra merasa tak mampu lagi melawan Ahsan. Melihat situasi ini, barulah Owi turun tangan untuk menjotos Hendra. Di layangkan lah bogeman keras dari tangan nya, sampai membuat Hendra engap kesakitan. Owi tampak tertawa puas dan senang, tetapi tiba-tiba saja ada mobil mewah menghampiri mereka. Dengan cepat rombongan di dalam mobil itupun keluar dan menyerang balik rombongan Owi CS. Ternyata orang itu adalah Yong Dae dan beberapa anak buah papa nya, meskipun pincang Yong Dae tak kehabisan akal. Di pukul nya Owi yg sedari tadi membogem Hendra, melihat bos nya di pukul Bayu yg sedari tadi kesakitan akhirnya tandang kembali. Ia berusaha hendak memukul Yong Dae, dengan sigap dan lincah Yong Dae mengarahkan tongkat kaki nya pada oerut Bayu. Bayu yg merasa kesakitan pun di bogem balik oleh Yong Dae, dan seketika tergeleparlah dia. Owi yg melihat anak buah nya terkapar pun menginstruksikan untuk mundur saja. Dan mereka pun berlari menyalakan motor nya dan beranjak pergi. Namun ada insiden kecil, Bayu yg masih terkapar pun di tinggalkan oleh rombongan nya.

“Apa kau baik-baik saja, Ndra?” Tanya Yong Dae pada saudara nya

“Ya, aku baik-baik saja berkat bantuanmu” ucap nya

“Lebih baik kau sekarang pulang, Mama dan Papa pasti sudah menunggumu”

“Aduh, sorry Lee. Aku masih  ada janji dengan Mona dan Surya. Nanti kalau sudah oke, aku pulang ya” kata Hendra sambil berlari menuju mobil nya

“Ndra, Hendra!!” teriak Yong Dae yg ampun-ampun dengan kelakuan saudara nya itu.

**********

“Proyek di daerah utara akan papa serahkan padamu, Lee” pak Alan membuka pembicaraan di meja makan malam itu, “Kenapa? Kamu tidak suka?” tanya nya lagi

“Bukan, pa. Aku hanya takut jika aku tidak mampu menangani proyek besar itu, pa” sanggah Yong Dae

“Tidak, Lee. Papa yakin kau mampu melakukan nya. Lagi pula proyek itu ada di tempat kamu dilahirkan. Jadi, ka,u lebih tau daerah itu” ucap papa

Hendra yg sedari tadi diam saja akhir nya membuka suara, “Apa? Jadi, Lee akan pergi meninggalkan aku, pa?

“Ndra, aku hanya pergi selam 6 bulan. Bukan untuk selama-lama nya” jelas Yong Dae

“Pa, tolong serahkan proyek itu pada orang lain saja. Biarkan Lee Yong Dae tetap di sini bersama ku, pa” pinta Hendra

“Tidak bisa, Lee harus pergi. Lee harus menangani proyek ini. Tidak bisa orang lain” tegas papa mereka

***********

Hendra merebahkan diri nya ke atas kasur sambil merokok dan menghayal sambil berkali-kali mengucapkan nama Lily, “Lily, nama yg cantik. Secantik orang nya” ketika sedang asik-asik mengobrol datang lah Yong Dae menghampiri nya dan membuyarkan lamunan nya

“Menghayal saja kau, Ndra. Aku pikir kau sedang bersedih karena akan aku tinggalkan. Malah menghayal” kata Yong Dae

“Tidak, Lee. Tidak. Aku sedang tidak menghayal, Lee. Aku sedang jatuh cinta pada seorang gadis. Suara nya merdu sekali, sampai-sampai menggetarkan hati ku, Lee” sanggah nya mendekati Yong Dae

“Syukurlah, Ndra. Aku memang ingin melihat mu menetap pada seorang wanita saja” ucap Yong Dae

“Huft, kau sendiri bagaimana, Lee? Apa kau mau terus menerus menunggu cinta pertama mu itu? Apa kau tidak ingin membuka hati mu itu pada wanita lain selain dia?” Hendra balik bertanya

“Hendra, mana ada wanita yg mau denganku? Aku ini kan cacat”
Hendra yg mendengar perkataan dari saudara nya itupun berdiri menuju laci meja kamar nya, “Cukup, cukup Lee. Aku benci jika kau meremehkan dirimu sendiri, kau itu tampan, pintar dan kau memiliki masa depan yg cemerlang. Setiap gadis pasti ingin bersanding denganmu, Lee. Apa perlu akau carikan seorang gadis untuk mu?” tawar nya sambil kembali dan membuka sebuah buku album

“Ini nama nya Gloria, meskipun dia kurus tapi makan nya banyak sekali. Dan ini nama nya Linda, gadis ini benar-benar sexi. Tapi otak nya nol. Kalau ini, yang ini nama nya Shinta. Dia memang cantik sih, tapi dia galak (ampun kak :D)”

“Ah, sudah-sudah cukup” kata Yong Dae memotong promosi dari saudara nya yg diam-diam cerewet itu.

Jadi semua itu untuk mu saja. Kau saja yg memacari nya, tidak usah memikirkan ku lagi” kata Yong Dae kemudian beranjak keluar kamar meninggalkan Hendra yg masih asik menjadi SPB (Sales Promotions Boy) dadakan,

“Eh, Lee. Tunggu Lee!! Aku masih mempunyai 196 album foto lagi, kau tidak ingin melihat nya? Dasar bodoh, argh!” teriak Hendra tapi tak di gubris oleh saudara nya itu :D

*************

Siang itu tampak Hendra sedang menunggu seseorang di depan caffe, siapa lagi yg ia tunggu kalau bukan Liliyana.

“Hendra..?” seru Lily dari dalam caffe

Hendra yg mendengar nya pun langsung mendadak merapikan rambut dan jas hitam nya, saking asik nya ia sampai tidak tahu kalau Lily tengah menyegat taxi. Ketika hendak masuk ke dalam taxi, tiba-tiba taxi itu di serobot oleh seorang pria. Ia mendorong Lily, sampai Lily jatuh tersungkur. Hendra yg mengetahuinnya itupun langsung menarik tangan pria yg hendak masuk ke dalam taxi tersebut. Di seret nya pria tersebut kehadapan nya, dan di bogem nya Pria itu. Dan ternyata lagi-lagi pria itu adalah Bayu, yakni orang suruhan Owi yg tempo hari lalu sempat berkelahi dengan Hendra.

“Woe, lu lagi? Mau lu apa sih? Lu belum puas gua hajar kemarin? Atau lu kurang dengan bogeman gua?” bentak Hendar pada Bayu

“A.. ampun tuan, ampun” ucap nya mengiba pada Hendra

“Oke, gua ampuni lu sekarang. Dan lu pergi sekarang dari hadapan gua, dan jangan pernah kembali lagi. Atau lu mau gua jadikan makanan panda Cina?” gertak Hendra, Bayu yg ketakutan pun ngacir lari dari hadapan nya

“Lily, kau tidak apa-apa kan?” tanya Hendra pada Liliyana.

“Aku tidak apa-apa”

“Syukurlah kalau begitu, bagaimana jika aku menghantarkanmu pulang?” tawar nya, dan di setejui dengan anggukan oleh Lily.

Mereka pun masuk kedalam mobil dan melaju ke arah rumah Lily, tetapi baru sampai pertengahan jalan, Lily meminta Hendra untuk memberhentikan mobil nya. Setelah mobil nya berhenti, Lily pun keluar dari mobil Hendra dan berlari meninggalkannya,

“Li, tunggu Lily. Apa ada yg salah dengan ucapanku?” teriak nya

“Kau itu baru saja mengenalku, kenapa kau begitu mudah menyatakan cinta padaku. Apa kau sering menyatakan ini pada wanita lain?” tanya Lily kesal

“Tunggu Liliyana, baru kali ini ada seorang gadis yg mampu menggetarkan hatiku. Dan perasaan ini baru pertama kali aku rasakan, Liliyana” jawab Hendra mendekati Lily

“Bohong, kau pasti bohong”

“Kau boleh saja tidak percaya padaku, Lily. Tapi perlu kau ketahui, baru kali ini ada seorang gadis yg mampu menggetarkan hatiku. Dan kaulah orang nya” ucap Hendra lagi, tapi Lily tetap saja tak mempercayai nya, “Omong kosong, cukup Hendra. Simpan bualan mu itu” balas nya sambil mendorong Hendra dan berlari menghampiri taxi

Hendra berteriak memanggilnya, tapi Lily tetap saja masuk ke dalam taxi dan melaju bersama taxi tersebut.

**************

Sesampainya di rumah, ia dikejutkan pleh kerumunan orang-orang yg berada di halaman rumah nya, “Mama?” teriaknya setelah turun dari dalam taxi

Hendra yg membuntuti nya tadi pun ikutan terkejut melihat kerumunan orang banyak, ia pun turun dan ikut menyusul Lily ke dalam rumah nya.

“Mama, mama kenapa?” teriak Lily panik ketika mengetahui mama nya terkulai lemas di ranjang tidur nya

Hendra yg sedari tadi membuntutinya pun ikutan panik, “Kamu, ngapain kamu di sini lagi?”

“Tenang, Li. Mama mu harus segera di bawa ke rumah sakit” ucap Hendra tanpa berte[e-tele membopong mama Vita dan membawa nya ke rumah sakit

Sesampai nya di rumah sakit,

“Mama, mama harus kuat ma” ucap Lily berkali-kali ketika mama nya hendak di bawa ke ruang ICU

“Maaf nona, nona tidak boleh masuk” kata salah satu suster yg menangani mama nya

“Tapi suster..sa..saya harusmenemani mama saya di dalam”
“Sudah Lily, sudah. Kita tunggu saja mama mu di sini ya” Hendra berusaha menenangkan Lily
Beberapa menit kemudian

“Dok, bagaimana keadaan mama saya dok?” tanya Lily yg masih panik

“Kami harus mengangkat ginjal mama mu yg rusak”

“Apa? Operasi?” tanya Lily shock

“Benar, sebaik nya kalian segera mengurusi biaya operasi nya di bagian administrasi nya segera” kata Dokter yg kemudian meninggalkan Lily bersama Hendra

Di ruang administrasi,

“Ini pak, uang sepuluh juta. Untuk biaya operasi ibu Vita” kata Hendra mengeluarkan uang sepuluh juta dari kantong nya

“Maaf pak, kalau hanya dengan uang segini kami belum bisa mengoperasi ibu Vita” jelas petugas administrasi tersebut

“Tapi pak, saya berjanji akan segera melunasi biaya operasi ibu Vita. Tapi tolong selamatkan nyawa ibu Vita dulu, pak. Saya mohon!” pinta Hendra meyakinkan petugas admin

“Maaf pak, saya tidak bisa berbuat apa-apa. Ini sudah ketentuan rumah sakit”, Hendra yg kesal dengan jawaban petugas itupun murka sampai menarik kerah baju sang petugas admin,

“Dasar brengsek, apa rumah sakit ini lebih mementingkan uang ketimbang nyawa seseorang, hah?” bentak Hendra

“Hendra, sudah Hend. Jangan memperburuk keadaan, dia tidak salah” Cegah Lily

“Ada apa ini?” tiba-tiba dokter muncul,

“Saya hanya meminta waktu sedikit untuk melunasi biaya operasi, pak. Tapi dia tidak mau mengerti” jawab Hendra yg masih menarik kerah baju petugas admin

“Tenang, pak. Tenang! Masalah ini dapat diselesaikan dengan baik-baik” ucap dokter, Hendra pun melepaskan kerah baju dari petugas admin tersebut. Dia melihat Lily yg masih sedih,

“Sudah, kamu tidak usah memikirkan biaya rumah sakit ini, ya?” ucap Hendra

“Iya, tapi biaya operasi sebesar lima puluh juta itu uang dari mana? Itukan jumlah yg banyak” jawab Lily yg masih menangis
Hendra dengan sigap menenangkannya, “Pokok nya kamu temani saja, mama kamu di dalam. Aku pergi dulu ya” pamit nya, tetapi di cegah oleh Lily

“Eh, kau mau kemana?” tanya Lily

Hendra tersenyum, “Sudah, nanti aku akan kembali. Oke” lalu ia berlari meninggalkan Lily yg masih bingung dengan tingkah nya

***************

“Pa..”

“Hendra?”

“Maaf pa, apakah aku bisa meminjam uang sebesar limapuluh juta?” tanya Hendra penuh hati-hati

Papa nya yg mendengar nya pun terkejut dan berdiri mengampirinya,

“Apa? Kamu mau meminjam uang sebanyak limapuluh juta? Hendra, untuk apa uang sebanyak itu? Atau jangan-jangan kamu kalah judi, iya??” tuduh Papa pada pada Hendra
Dengan cepat Hendra menjawab, “Tidak, pa. Tidak! Papa salah menduga” sanggah nya

“Lalu uang sebanyak itu untuk apa?”

“Maaf, pa. Aku tidak bisa memberitahunya sekarang”

Papa Hendra kembali duduk ke kursi nya, “Oke, kalau begitu papa tidak akan meminjamkan uang sebanyak limapuluh juta itu kepada kamu, papa tidak yakin apakah kamu mampu mengembalikannya. Kamu kerja saja malas” bentak papa Hendra

Namun bukan Hendra nama nya, jika ia menyerah begitu saja
“Aku mohon, pa. Untuk kali ini saja, tolong pinjamkan aku uang. Aku berjanji, pa. Aku berjanji akan bekerja keras untuk melunasi semua hutangku. Pa, aku mohon pa” Hendra berlutut dan memohon di hadapan papa nya

Papa Hendra tampak berfikir sejenak, “Baiklah, papa akan meminjam kan uang sebanyak limapuluh juta itu. Tapi ingat, papa tidak mau uang itu terbuang sia-sia dan kamu harus mengembalikannya. Janji!!”

Hendra pun berdiri semangat, “Iya, pa. Hendra berjanji, pa. Terimakasih pa, terimakasih” ucap Hendra senang

~
~

Sementara di rumah sakit,

“Bagaimana, dok? Bagaimana operasi mama saya?”

“Syukurlah, operasi nya berjalan lancar. Kemungkinan besar mama mu akan segera sembuh” jawab dokter

“Terimakasih, Dok. Terimakasih Tuhan telah menyelamatkan nyawa mama saya”

Hendra yg baru tiba pun segera menghampiri Liliyana dan Dokter, “Terimakasih, dok” ucap nya

“Yasudah, kau jangan menangis lagi ya. Berarti Tuhan telah mendengar do’a kita. Mama mu telah sembuh” ucap Hendra pada Lily

----

Seminggu kemudian,

Tampak papa Hendra (Pak Alan Budikusuma) mengecek laporan dan kinerja karyawan nya di kantor, “Ini laporan minggu kemarin, pak. Semua nya sudah beres” kata Angga, salah satu karyawan di perusahaan pak Alan

Pak Alan pun hendak berjalan ke meja sebelah, tetapi belum sampai langkah nya terhenti ketika melihat ruangan Hendra yg kebetulan pintu nya setengah terbuka, "Pak, ayo.." seru sekretaris nya
"Husttt.. kamu duluan saja." kata pak Alan yg masih melihat anak nya dari balik pintu,

"Sini, ini.. Cepat kamu urus tagihan nya ya" perintah Hendra pada bawahan nya

"Ternyata benar-benar menepati janji nya" pak Alan menghembuskan nafas lega nya setelah melihat perubahan sikap putra nya

~
~
~

"Tante ingin mengucapkan terimakasih padamu, Hend. Karena kamu telah menyelamatkan hidup tante" ucap tante Vita

Hendra tersenyum, "Tante jangan berlebihan, aku hanya tidak ingin melihat Lily sedih. Karena kehilangan mama yg sangat dicintainya" beber Hendra

"Hendra, apakah kamu sangat mencintai Liliyana?" tanya tante Vita

Hendra tersenyum malu dan mengangguk, "Iya, iya tante. Aku benar-benar mencintai nya. Aku rela melakukan apa saja asalkan Lily bahagia, tante" ucap Hendra mantap "Tapi, aku sendiri tidak tahu bagaimana perasaannya. Mungkin dia jatuh cinta seperti aku mencintai nya" ucap Hendra penuh percaya diri

Sementara sedari tadi Lily menguping pembicaraan Hendra dan mama nya di balik pintu kamar rumah sakit menitihkan air mata nya, ia terharu akan ucapan Hendra.

Hendra melirik jam dipergelangan tangannya, "Permisi tante, aku harus kembali bekerja. Sampaikan salam ku pada Liliyana" Hendra berdiri dan hendak pamit pergi. Lily pun segera beranjak dari balik pintu dan segera mencari tempat sembunyi agar tidak ketahuan Hendra.

"Maafkan aku, Hendra. Aku tidak yakin aku dapat memberikan hatiku pada mu. Karna di dalam hatiku, sudah terukir nama orang lain" batin Lily, menahan gejolak hati nya.

*************

Seperti biasa nya, jam sepuluh malam Hendra datang ke Caffe untuk menjemput Lily dari pulang kerja.

Terlihat Lily keluar dari dalam caffe dan mendapati Hendra sudah stay di depan caffe,

"Lily.." panggil Hendra yg baru saja keluar dari dalam mobil

Liliyana tersenyum, "Hendra.. kamu ngapain kesini?" tanya nya

Hendra tampak gugup, "Em.. ada sesuatu yg ingin aku bicarakan padamu" ujar nya

Lily menaikan alis kiri nya, "Ngomong apa, Hend?"

"Mari kita bicara di dalam mobil saja, mari" ajak Hendra sambil membukakan pintu untuk Lily

Setelah masuk ke dalam mobil, Hendra menyodorkan kotak yg di dalam nya ada sebuah cincin berlian ke hadapan Liliyana, sontak Liliyana terkejut melihat nya.

"Aku ingin melamarmu, Lily. Aku ingin kau menikah denganku, apakah kau bersedia" tanya Hendra serius

Lily masih shock, ia bingung dan tidak menyangka Hendra akan secepat ini melamar nya.

"Tunggu dulu, Hendra. Tunggu dulu! Kau ini belum mengenal siapa aku, aku ini hanya gadis yatim piatu yg di pungut oleh mama Vita di panti asuhan. Dan aku, aku tidak mempunyai orang tua."

"Lalu apa salah nya, Li? Aku tidak perduli dengan latar belakangmu. Aku benar-benar mencintaimu, Lily. Menikahlah denganku" potong Hendra

Tetapi Liliyana malah mengalihkan pandangan nya dari Hendra, ia membuang muka dan tangis nya tak terbendung lagi.

"Ya Tuhan, apa yg harus aku lakukan? Aku tidak mungkin menolak cinta Hendra. Dia sudah terlalu baik untukku" batin Lily menjerit pilu

"Aku mohon, Lily. Jawablah pertanyaanku, apapun jawabanmu akan aku terima dengan senang hati" tegas Hendra

Yana masih bingung dan menimbang-nimbang keputusan yg akan ia ucapkan. Ia tampak menarik nafas panjang nya,

"Baiklah, aku bersedia menikah denganmu" ucap nya disertai senyuman manis nya

Hendra tampak tak percaya, tapi ia tampak bahagia mendengar lamaran nya di terima oleh sang gadis pujaan hati nya.

"Apa? Apa aku tidak salah dengar? Kamu mau menikah denganku?" tanya Hendra yg masih tak percaya dengan jawaban Lily

Lily mengangguk dan tersenyum. Di tarik nya Lily dalam dekapannya, Hendra mencium manis kening Lily.

~
~
~

"Om.."

"Apa kabar Liliyana?" tanya Tante Susi dan Om Alan (Kedua orangtua Hendra"

"Baik, tante" jawab Lily ramah

"Lihat, ma. Mereka serasi kan? Hendra memang tidak salah memilih calon istri" Puji Om Alan

"Iya, pa. Tapi kebahagian kita terasa kurang tanpa kehadiran Lee, pa" tambah tante Susi

"Lee??" tanpa sadar Lily menyebut nama, Lee. Nama yg menurut nya sangat familyar dalam pikiran nya

"Iya, Lily. Lee itu saudaraku, nanti akan aku kenalkan ia padamu" beber Hendra

"Hendra, kamu telfon Lee. Suruh dia pulang cepat" perintah om Alan

"Ah iya, pa. Aku akan menelfon nya" jawab Hendra yg langsung bergegas menelfon saudara angkat nya itu.

"Oh iya, Ndra. Suruh dia ke Panti Asuhan Harapan Bunda. Tanyakan apa kekurangannya, nanti papa akan mengirimkannya" seru om Alan dan di iyakan oleh Hendra.

Liliyana tampak shock mendengar perkataan yg baru saja ia dengar,

"Liliyana, ayo di minum teh nya"

"Ah, iya tante", jawab nya singkat

"Lee? Panti asuhan Harapan Bunda? Ya Tuhan, apakah itu Lee Yong Dae yg selama ini ku cari?" Batin Lily menebak-nebak

"Ayo, Lily. Di minum teh nya. Nanti keburu dingin" lagi-lagi tante Susi membuyarkan lamunannya

~
~

Di lokasi lain,

"Kamu nanti urus dan kerjakan ini dan yg sebelah sana, ya" Yong Dae tampak memerintahkan anak buah nya. Tiba-tiba ada panggilan masuk menghubungi nya,

"Hallo, Ndra. Ah, selamat Ndra, selamat. Akhir nya kau telah menemukan wanita idaman mu. Tapi sorry, aku tidak bisa pulang sekarang. Kerjaan di sini masih menumpuk, Ndra. Ya, aku tidak bisa dong meninggalkan pekerjaanku begitu saja. Oke ya, sekali lagi selamat ya. Ndra" tampak Yong Dae menutup panggilan dari Hendra.

----

Pagi yang cerah tampak sekali di Panti Asuhan Harapan Bunda, hari ini. Tampak beberapa anak-anak penghuni panti asuhan bermain bersama ibu-ibu yg mengurusi panti. Di tengah-tengah kecerian mereka tiba-tiba saja ada gadis yg menghampiri keseruan mereka

"Selamat siang, bu"

"Selamat siang, tadi sudah bertemu dengan Tuan Lee? Tadi barusan saja bliau datang ke sini" ucap ibu Minarti selaku kepala panti

"Apa?"

"Iya, belum lama pergi" tambah nya

"Ah, permisi bu" Tanpa pikir panjang Lily langsung berlari meninggalkan panti

~
~
~

"Nah, yang di sebelah situ. Nanti kamu silangi ya" tampak Yong Dae mengarahkan pekerja lahan baru nya

Sementara itu juga, tampak gadis yg berlari-lari menghampirinya. Nafas nya terengah-engah karena berlari dari panti ke lokasi taman yg lumayan jauh dari taman yg sedang menjadi lahan proyek Yong Dae

Gadis itu semakin dekat dengan nya, ia tampak tak kuasa menahan tangis ketika melihat sosok yg membelakangi nya itu adalah Lee, sahabat kecil nya 15 tahun yg lalu, tangisnya sudak tak tertahan lagi. Ia terisak, Yong Dae yg mendengar nya itupun menolehkan kepala nya ke arah belakang tepat di dekat mobil nya terparkir. Ia tampak shock dan tak percaya bahwa yg di hadapannya itu adalah Lily, Liliyana sahabat kecil yg sangat ia rindukan sejak lama itu kini berada di hadapannya.

Sementara Liliyana masih tampak terisak menahan tangis nya, "Yong Dae, Lee Yong Dae" ucap nya tulus

"Lily?? Liliyana? Benarkah itu kamu Lily?" Yong Dae tak kalah shock nya

"Lee..." panggil Lily sekali lagi

Yong Dae semakin yakin bahwa itu adalah Liliyana, "Lily? Liliyana" teriak Yong Dae sambil terpincang-pincang berlari ke arah Lily

Liliyana pun berlari menghampiri pria yg sangat dirindukannya itu, "Lee Yong Dae" di peluknya Yong Dae dengan erat, seakan-akan untuk melepaskan beban rindu yg di tahannya selama ini

"Kamu jahat, kamu jahattt. Aku kira aku tidak akan bisa bertemu denganmu lagi. Hikshiks" tangis nya pecah dan memukul dada Yong Dae pelan

"Maafkan aku, Lily. Maafkan aku, ya?" ucap Yong Dae di sertai dengan pelukan nya yg tak kalah erat dari Liliyana. Mereka berdua berpelukan, saling melepaskan rindu yg sekian lama di tahan oleh kedua nya.

**************

"Tante, apa tante baik-baik saja?"

"Tante baik-baik saja, kesehatan tante berangsur membaik. Hend"

"Syukurlah kalau begitu. Oh ya, apa Lily sudah pulang? tanya Hendra lagi

"Belum, dia menyebarkan undangan pernikahan kalian untuk teman-teman panti nya. Kamu susul saja, Hend. Pasti dia senang melihat kedatanganmu" beber tante Vita

"Alamat nya di mana?" tanya Hendra

"Alamatnya, panti asuhan Harapan Bunda" papar tante Vita

Hendra tampak terkejut, "Ya Tuhan, itukan tempat Lee dibesarkan. Apa mungkin mereka berdua saling kenal" Hendra tampak melamun dan menerka-nerka

"Hendra.."

"Iya, yasudah tante kalau begitu saya persimi dulu. Permisi tante" Hendra berpamitan dengan tante Vita dan bergegas menyusul Liliyana

"Aneh, kenapa anak itu?" Tante Vita bertanya-tanya melihat ikap Hendra yg tidak seperti biasa nya

Sesampainya di panti,

"Permisi..

"Hendra? Masuk" kata inu Minarti

Hendra pun melangkahkan kaki nya dan duduk di sofa,

"Sudah beberapa hari Liliyana tidur di sini dan pergi bersama Lee" ucap ibu Minarti, Hendra terperangah dan berdiri, "Lee?"

"Iya, Lee saudara mu. Kelihatannya mereka berdua sangat akrab, dan mempunyai ikatan batin yg sangat kuat" beber ibu Minarti

Hendra kembali shock, ia kembali duduk "Ini berarti Liliyana lah yg menjadi cinta pertama, Lee" batin Hendra, "Tidak, ini pasti salah. Aku dan Lee tidak mungkin mencintai orang yg sama. Tidak akan mungkin" Hendra berdiri dan berlari meninggalkan ibu Minarti yg ada di sebelahnya.

***********

Sementara di taman panti tampak Yong Dae dan Liliyana yg bernostalgia mengenang masa-masa kecil nya waktu masih tinggal di panti beberapa belas tahun yg lalu. Tampak nya Lily ingin membicarakan sesuatu yg sangat penting pada Lee, tetapi ia tampak bingung ingin menjelaskannya dari mana. Ia memegangi cincin lamarannya dari Hendra

"Aku sangat mencintaimu, Li. Aku sangat mencintaimu Liliyana" ucap Yong Dae pada Liliyana yg sedari tadi hanya diam saja,

"Tidak. Tidak mungkin, Lee" tampak Lily kalut dengan perasaannya, ia pun berlari meninggalkan Yong Dae. Sementara Yong Dae bingung dengan tingkah nya yg terlihat aneh tidak seperti Liliyana yg ia kenal sebelumnya. Tiba-tiba saja suara halilintar menggelegar sepeninggalan Liliyana dari hadapannya, "Lily, tunggu Liliyana" teriak Yong Dae dan seketika hujan tirun dengan derasnya

Sementara Liliyana masih saja berlari meninggalkan Yong Dae, namun Yong Dae mampu mengejarnya. Etah kekuatan dari mana yg membantu nya mampu menyusul langkah Liliyana.

"Lily, Liliyana.Katakan padaku kalau kau mencintaiku, Liliyana." pinta Yong Dae

"Maafkan aku, Lee. Maafkan aku, tapi aku tidak mencintai kamu" Lily terpaksa berbohong pada Yong Dae

Yong Dae tampak tak percaya, "Lily, apa maksud ucapan mu Lily? Apa sebab nya kau tidak mencintaiku, Lily?" tanya Yong Dae tak percaya

Liliyana hanya terisak karena tangisannya, "A..ku. A..aku" Liliyana bingung hendak menjawab apa, ia tampak kacau dengan situasinya saat ini

Tiba-tiba terdengar suara mobil menghampiri mereka, dan ternyata itu adalah Hendra. Ini semua semakin memperburuk keadaan Liliyana,

Hendra pun turun dan keluar dari dalam mobil nya, dan menyusul Liliyana dan Yong Dae yg berada di bawah hujan. Ia tampak kesal dan emosi menyaksikan keduanya berduaan. Ia menghampiri keduanya yg masih kaku tak berkutik,

Hendra menatap tajam ke arah Yong Dae, ia mendekati Lily dan berkata "Apa kabar sayang, sudah dua hari kita tidak bertemu. Kau baik-baik sajakan" ujar Hendra memanas-manasi Yong Dae yg ada di hadapannya

"Ah, Lee. Perkenalkan. Inilah Liliyana, dialah calon isteriku" ucapnya "Oh ya aku lupa, kaliankan di besarkan di panti yg sama. Ayo Lily kita segera pulang, kita kan akan menyiapkan pesta pernikahan kita" Hendra menggandeng Lily dan mengajak nya untuk pergi. Sementara Yong Dae masih terpaku tak percaya dengan ucapan Hendra.
Setelah memasukkan Liliyana ke dalam mobil, Hendra kembali menghampiri Yong Dae yg masih terpaku diam tak percaya

"Lee, aku mohon. Tolong jangan pisahkan aku dengan Liliyana" pinta Hendra

"Aku tidak percaya, kalau dia tunanganmu" sanggah Yong Dae

Kemudian Hendra memeluk Yong Dae, "Lee, aku janji. Aku pasti akan membahagiakan Lily" tegas Hendra menahan rasa sedih bercampur pilu nya

"Aku tahu, Ndra. Aku tahu karna kau orang kaya, Ndra. Tapi aku juga bisa membahagiakan Liliyana, Ndra" balas Yong Dae

Hendra pun perlahan melepaskan pelukannya pada Yong Dae, lalu dengan emosi ia mendorong Yong Dae hingga tersungkur ke tanah. Tampak Yong Dae berusaha bangkit ketika Hendra kembali menghampiri nya, ia berusaha mencegah Hendra dengan tongkat kaki nya. Tetapi Hendra malah menarik nya dan membuang tongkatnya jauh dari Yong Dae, dan Yong Dae pun kembali tersungkur ke tanah. Hendra tidak bisa menahan emosi nya lagi, "Lee Yong Dae, kau sendiri cacat Lee. Kau sendiri tidak mampu mengurusi dirimu sendiri. Bagaimana kau mau mengurusi Liliyana, Lee? Hah??" Emosi Hendra sudah tak terkendali lagi, sebenarnya ia tidak pernah sejahat itu pada saudara angkat nya tersebut. Tetapi karena cinta ia menjadi buta hati. Liliyana yg sedari tadi hanya bisa menangis di dalam mobil menyaksikan tunangan sekaligus orang yg dikasihinya berkelahi dan beradu mulut.

"Kau sadar, Lee?" bentak Hendra dan kemudian berlalu meninggalkan Yong Dae yg masih kesakitan menahan diri nya di bawah hujan tersebut. Hendra benar-benar melajukan mobil nya dan meninggalkan Yong Dae dengan buliran hujan

"Ya Tuhan, kenapa kau masih saja terus memainkan aku? Aku sudah merelakam kedua orangtuaku kau ambil, aku juga tidak marah kau menakdirkanku dalam keadaan cacat. Tapi, mengapa kau masih saja mempermainkan aku? Untuk apa kau mempertemukanku dengan, Liliyana? Bila akhirnya harus seperti ini?" Yong Dae tampak menangis, bahkan seumur-umur baru kali ini ia memperolok Tuhan nya. Mungkin karena hati nya sedang berduka dan dipenuhi dengan amarah.

~
~

Hendra sedang sibuk memasukkan baju nya ke dalam koper,  Yong Dae yg mengetahuinnya pun segera menghentikan tindakan saudara nya tersebut.

"Kau mau ke mana, Ndra? Mengapa kau memasukkan semua baju mu ke dalam koper?" tanya Yong Dae, tetapi Hendra malah mendorong nya ke atas kasur.

"Diam kau, aku akan pindah kamar"

"Hendra, apa kau marah padaku?" tanya Yong Dae tetapi ia malah mendapat bogeman dari Hendra

"Kau dengar, Lee. Meskipun Liliyana cinta pertama mu, tapi aku tidak akan pernah melepaskannya dari pelukanku" bentak Hendra pada Yong Dae, dan Yong Dae hanya terdiam membisu.

~
~
~

Liliyana masih tetap bekerja seperti biasanya di Caffe, usai bernyanyi ia berlari ke belakang panggung. Ia menangis sejadi-jadinya. Hendra yg sedari tadi di dekatnya tampak kaget dan ia menjatuhkan gelas yg ada di genggamanya. Ia berlari menyusul Lily.

"Ada apa, Lily? Coba ceritakan masalahmu padaku" pinta Debby

"Aku bingung, Deb. Aku tidak bisa membohongi diriku sendiri. Aku sangat mencintai Lee, aku sangat mencintai dia. Tapi, Hendra. Hendra begitu baik padaku, aku sudah terlanjur menerima cinta dia" papar Lily pada Debby sahabatnya, Tanpa mereka sadari di balik pintu ada Hendra yg mendengarkan ucapan mereka baru saja.

Hendra shock dan berlari keluar caffe, ia berjalan menyusuri jalan mallam itu. Tetapi baru sampai di tengah jalan ia di hadang oleh kawanan preman yg tengah mabok. Hendra di hajar habis-habisan oleh mereka, karena mereka bermain kroyokan akhir nya Hendra pun kalah dan dengan keji nya preman itu memukulkan botol bir nya ke kepala Hendra, sontak saja Hendra terkapar dengan mengeluarkan darah segar dari kepalannya. Preman itupun meninggalkan Hendra dalam keadaan sekarat. Untung saja ada satpam kompleks yg menemukan Hendra dan langsung membawa Hendra ke rumah sakit terdekat.

*****

"Bagaimana keadaan putra saya, dok?" tanya Papa Hendra bersama istrinya pada dokter yg menangani Hendra

"Bapak tenang saja, keadaan anak bapak baik-baik saja. Lukanya tidak terlalu parah, tenang ya pak" jawab Dokter tersebut

"Terimakasih, dok. Eh pa mama mau melihat keadaan Hendra" ucap mama Hendra tetapi di cegah oleh suami nya

'Ma, sudah biarkan Lee saja yg menunggu Hendra. Kita pulang, ya" ajak papa Hendra

Sementara di dalam kamar inap sana nampak Yong Dae yg setia menemani saudara nya yg terbaring lemah,

"Ndra, maafkan aku Ndra. Maafkan aku, aku tak bermaksud merebut Liliyana dari tanganmu. Cuma kau yg berhak mencintai dia, cuma kau. Aku tidak pantas bersaing denganmu, tidak pantas aku, Nda" ucap Yong Dae sambil menggenggam tangan saudara nya yg belum sadarkan diri itu, "Kau saudara ku, Ndra. Kau sahabat terbaik ku, Ndra. apapun, apapun akan aku lakukan untuk melihatmu bahagia. Aku berjanji padamu, Ndra" ucap Yong Dae tulus

"Lee..' tampak Hendra mengeluarkan suara nya dan tanpa sadar ia meneteskan air nata nya setelah mendengar penuturan tulus dari saudara angkat nya.

******

Dua minggu berlalu, kini hari pernikahan itupun tiba.

Yong Dae, masuk ke dalam kamar di mana Liliyana sedang di make-up. Ia mendekati Liliyana yg tampak masih sedih ketika harus menerima kenyataan bahwa ia akan menikah dengan lelaki yg jelas-jelas tidak ia cintai.

"Liliyana, kau tidak boleh bersedih ataupun menangis Lily. Karena hari ini adalah hari bahagiamu, kau tidak akan menyesal menikah dengan Hendra. Karena aku yakin, Hendra pasti bisa membahagiakanmu" ucap Yong Dae tegas dan menenangkan Liliyana meskipun hati nya sendiri merasa tersayat-sayat

"Tapi, kau sendiri bagaimana Lee? Apa kamu bahagia? tanya Lily yg tak kuasa menahan tangisnya

Dengan ikhlas Yong Dae menjawab, "Pasti, aku pasti bahagia. Jika melihat kalian berdua bahagia" dan Liliyana pun memeluk Yong Dae, seakan-akan ia tidak ingin berpisah untuk kedua kali nya dengan orang yg sangat dikasihinya tersebut.

"Pergilah, karena pendeta sudah menunggumu" perintah Yong Dae pada Liliyana. Dan iapun turun menuruni anak tangga dengan di bantu oleh sahabat nya Debby menuju altar suci pernikahan.

"Bisa kita memulai pernikahannya sekarang?" tanya pak Pendeta pada semua orang yg ada di ruangan tersebut

"Silahkan, pak" jawab Papa Hendra

Sementara di atas tangga sana terlihat Yong Dae yg sangat sedih melepaskan kekasih nya dalam pelukan saudar nya sendiri, tetapi ia berusaha untuk ikhlas dan tetap tersenyum seakan-akan semuanya baik-baik saja.

Hendra yg sengaja melihat nya pun terlihat tidak tega melihat saudara angkat yg sangat dikasihinya tersebut menahan rasa sesak di hati nya. Hendra tampak kacau dan hampir menitihkan air mata nya, ia tampak berfikir keras.

"Baiklah, kepada saudara ku Hendra Setiawan apakah kau bersedia.." belum selesai pendeta memulai ucapannya, Hendra memotong nya dengan cepat

"Tunggu dulu, pak" . Orangtua beserta tamu undangan yg menyaksikannya pun sontak terkejut melihat aksi Hendra.

"Aku tidak bisa menikahi Liliyana" ucap Hendra lantang tetapi masih terdengar getar pilu di suara nya

"Hendra, ini serius. Kamu jangan main-main. Ini pernikahan kamu" seru papa Hendra yg berada di samping nya

"Aku tahu apa yg aku lakukan, pa. Aku tidak bisa menikahi Liliyana, karena cinta Liliyana bukan untukku" ucap Hendra menahan tangis nya dan beranjak ke arah tangga menyusul Yong Dae,

"Kenapa kau begitu bodoh, Lee? Kenapa kau selalu saja mau berkorban untukku? Sampai-sampai kau rela melepaskan cinta pertamamu padaku, Lee!" bentak Hendra pada Yong Dae, "Maafkan aku, Lee. Maafkan aku, akutidak mau terlihat seperti orang jahat. Karena telah memisahkan cinta suci kalian. Ayo, Lee" perlahan Hendra menuntun Yong Dae untuk turun ke altar suci, di tuntun nya Yong Dae perlahan-lahan. Dan membawa Yong Dae tepat di hadapan, Pendeta dan Liliyana.

"Semoga kalian, bahagia" ucapnya pada Yong Dae dan Liliyana, dan Hendra pun menyatukan tangan kedua nya dan ia bergegas menuju tempat para tamu undangan untuk menyaksikan pernikahan Yong Dae dan Liliyana. Ia tampak tersenyum lega karena mampu mengiklaskan Liliyana dengan Yong Dae yg semesti nya bersatu. Yong Dae maupun Liliyana masih tak percaya dengan sikap luarbiasa yg ditunjukkan oleh Hendra. Liliyana menatap Yong Dae bahagia, mereka tersenyum bahagia karena pada akhir nya bersatu. Terlebih ketika pak Pendeta telah mengesahkan janji suci mereka.

Yong Dae mendekatkan wajah nya pada Liliyana, ia mencium mesra kening istri yg baru saja di sahi nya itu. Dengan di iringi lagu spesial pernikahan Yong Dae mendekatkan bibir nya pada Liliyana, di cium nya bibir mungil itu dengan perlahan tapi pasti. Sungguh, ini bagaikan mimpi. Semua ini terlalu indah untuk menjadi nyata, tetapi terlalu nyata juga untuk menjadi mimpi.

#END #fanfictions #cerpen #oneshoot #hendlylovers #YONGLYLOVERS #Suryanisunaw #NOCOPAS #NOEDIT #DILARANGUNTUKDIBAJAK!!!!

By Suryani Sunawi

Continue Reading

You'll Also Like

264K 29.4K 33
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ° hanya karangan semata, jangan melibatkan...
712K 55.9K 40
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...
221K 19.8K 33
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
85.4K 6.5K 47
cerita fiksi jangan dibawa kedunia nyata yaaa,jangan lupa vote