Alter Ego

By Dean_JS

23.6K 2.9K 261

Ketika Jeonghan harus dihadapkan dengan dua sosok yang memiliki kepribadian sangat berbeda. Dia merasa bingun... More

❤️
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Info

Chapter 4

1.2K 178 21
By Dean_JS

"Kau siapa? Jawab aku" ucap Jeonghan.

"Aku Coups, siapa lagi?"

"Coups yang aku kenal tidak bersikap seperti ini, bahkan ciuman tadi juga berbeda. Kau bukan Coups"

"Aku S. Coups. Aku hanya ingin bersikap berbeda padamu hari ini, hanya itu"

"Kalau begitu jangan. Aku ingin kau bersikap seperti biasa, ini terasa asing bagiku. Bisakah kita pulang sekarang?"

"Baiklah kalau begitu"

Jeonghan keluar dari rumah terlebih dahulu diikuti Seungcheol di belakangnya, didalam mobil Seungcheol kemudian memakaikan seatbelt pada Jeonghan. Namja cantik itu tidak mengalihkan pandangannya sedikitpun kearah Seungcheol.

Jeonghan memang menyukai sisi lembut Coups hari ini tapi semuanya terasa asing, dia tidak bisa merasakan Coups sama sekali.

"Jeonghan ah, maafkan aku. Aku sudah membuat harimu berantakan hari ini" ucap Seungcheol.

"Tidak apa, mungkin hanya aku saja yang berlebihan. Maafkan aku juga"

"Kita lupakan saja. Kita pulang ke rumahmu?" Tanya Seungcheol.

"Kita ke Cafe saja"

"Jeonghan ah, apa aku selalu mengganggumu selama ini?"

"Bisa dikatakan begitu tapi sebenarnya itu cukup menyenangkan meski sikapmu yang suka menciumku sembarangan tidak juga berubah"

"Tentu saja, itu karena bibirmu yang menggoda untuk aku cium. Jadi jangan salahkan aku"

"Tapi itu menyebalkan, kau membuat anak-anak terus menggodaku. Kita bahkan bukan sepasang kekasih tapi kau menciumku lebih sering dibandingkan orang yang berpacaran"

"Aku akan lebih sering menciummu kalau begitu"

"Kau menyebalkan"

Mereka sampai di Cafe mingyu, Jeonghan bisa melihat ada begitu banyak mobil di depan cafenya. Sepertinya mingyu mengajak sahabat-sahabatnya untuk berkumpul, karena di hari Sabtu dan Minggu cafenya hanya dibuka mulai jam 7 malam.

"Kenapa ramai sekali?" Tanya Seungcheol.

"Sepertinya mingyu mengajak teman-teman kami untuk berkumpul, ayo masuk"

"Jeonghannie hyung" seru soonyoung sambil berlari memeluk Jeonghan.

"Kenapa kau suka sekali berteriak, soonyoung ah? Ada apa ini? Kenapa kalian berpesta tanpa sepengetahuanku?" Tanya Jeonghan.

"Kami baru akan menghubungimu hyung. Minggu depan album Seokmin akan keluar, jadi sebelum dia sibuk kami mengadakan pestanya. Coups hyung?" Tanya soonyoung sambil melihat kearah namja di belakang Jeonghan.

"Annyeong soonyoung ah. Kenapa kau menatapku seperti itu?"

"Kau terlihat berbeda hyung, tapi kau tetap tampan. Ayo masuk. Oh iya hyung, apa kau tahu namja yang dekat dengan Seungkwan? Aku tidak tahu jika diva Boo bisa berkenalan dengan namja tampan seperti itu" ucap soonyoung sambil menarik tangan Jeonghan untuk masuk.

"Namja? Siapa? Dia tidak mengatakan apapun padaku"

"Itu dia hyung, tampan bukan" ucap soonyoung sambil menunjuk kearah seorang namja yang duduk di samping Seungkwan.

"Hansol...." Jeonghan dan Seungcheol mengucapkannya secara bersamaan ketika melihat Hansol yang begitu dekat dengan Seungkwan.

"Sepertinya mereka baru dekat. Dia benar-benar tampan"

"Lee Seokmin. Lihat kekasihmu, dia memuji namja lain" teriak Jeonghan.

"Nan aniya...." Seru soonyoung sambil mendekat kearah Seokmin.

Jeonghan hanya tertawa kecil pada sikap sepasang kekasih itu, mereka benar-benar pasangan aneh tapi ia bisa melihat jika mereka saling mencintai satu sama lain.

"Mereka benar-benar menggemaskan. Sekarang kau harus mengenalkanku pada mereka" ucap Seungcheol.

Jeonghan kemudian menarik tangan Seungcheol untuk menemui sahabatnya yang lain, Jisoo serta Jihoon yang baru kembali dari Amerika. Tanpa Jeonghan sadari ia terus menggenggam pergelangan tangan Seungcheol, Seungcheol hanya tersenyum dan melihat tangan itu terus menggenggam pergelangan tangannya.

"Hyung, sampai kapan kau akan menggenggam tangan Coups hyung?" Tanya mingyu.

"Mian...." Jeonghan langsung melepaskan tangannya dan menggaruk belakang lehernya.

"Tetaplah genggam tanganku atau kau juga bisa menciumku" ucap Seungcheol berusaha menggoda Jeonghan.

"Kau menyebalkan"

.
.

"ARGHHHHHH!!!!!" Teriakan keras dari kamar Seungcheol membuat Hansol yang baru saja pulang segera berlari untuk melihat keadaan Seungcheol.

Dia membuka pintu kamar dengan segera, Hansol melihat betapa berantakannya kamar itu. Semua barang ada di lantai, bahkan rak buku besar itu juga terjatuh, di sisi lain ia melihat Coups terduduk di sofanya dengan nafas terengah-engah serta tangan kanannya yang terus mengalirkan darah.

"Coups hyung? Ada apa?"

"Kau...kau mengkhianatiku Hansol ah"

"Apa maksud ucapanmu hyung? Aku tidak mengerti sama sekali"

"Kenapa kau membawa Seungcheol pada Jeonghan? KAU MEMBUATNYA MENCIUM KEKASIHKU CHOI HANSOL!!! DIA MENCIUM JEONGHANKU" Hansol mendengar dengan sangat jelas bagaimana marahnya Coups saat ini, ia tidak bisa melakukan apa-apa untuk menghadapi Coups.

"Aku juga tidak tahu hyung. Aku tidak tahu jika Seungcheol hyung menemani Jeonghan hyung, aku tiba-tiba melihat keduanya datang di Cafe. Aku benar-benar tidak tahu hyung" jelas Hansol berusaha menenangkan Coups.

Coups beranjak mengambil jaketnya, ia menabrakkan bahunya pada bahu Hansol dan berjalan keluar. Hansol menghela nafasnya kasar, ia tidak tahu apa yang terjadi pada Coups serta Seungcheol. Bagaimana Coups mengetahui jika Seungcheol telah pergi dengan Jeonghan?

"Apalagi yang terjadi?" Tanya Hansol pada dirinya sendiri.

Mobil sport itu melaju kencang di jalanan Seoul. Mobil itu membelah malam seoul yang mulai sepi, Coups mengendarai mobilnya dengan sangat kencang ia bahkan beberapa kali melanggar lampu lalu lintas. Rahangnya mengeras, mata Coups terlihat begitu menahan amarahnya. Hanya menunggu waktu hingga Coups mengalami kecelakaan jika ia terus seperti itu.

Mobilnya berhenti tepat di depan rumah Jeonghan, salah seorang security mendekatinya.

"Ada perlu apa tuan?"

"Aku ingin bertemu Jeonghan, aku kekasihnya"

"Baiklah, silakan masuk"

Mereka membukakan gerbang itu dan mempersalahkan Coups untuk masuk kedalam rumah. Coups berdiri di depan pintu rumah itu dan terus menekan bel rumah Jeonghan, ia tidak lagi memperdulikan apakah penghuninya akan terganggu atau tidak, mengingat sekarang jam sudah menunjukkan pukul 1 malam.

"Coups hyung? Ada apa hyung?" Mingyu yang membukakan pintu sedikit terkejut mendapati Coups dihadapannya dalam keadaan yang sangat berantakan.

"Apa aku bisa bertemu Jeonghan?"

"Jeonghan hyung masih di kantor, dia harus mengerjakan beberapa hal. Hyung, kau baik-baik saja?"

"Gwenchana. Aku akan menemuinya, maaf mengganggu tidurmu mingyu ya"

"Tidak hyung, aku juga baru pulang"

Coups segera kembali masuk kedalam mobilnya menuju kantor Jeonghan. Coups tidak pernah takut merasa kehilangan sebelumnya karena ia berfikir jika ia tidak butuh orang lain dalam hidupnya, tapi semenjak bertemu Jeonghan semuanya berubah. Awalnya ia hanya ingin bersenang-senang dengan namja itu, saat ia bosan ia akan meninggalkan Jeonghan tapi semua hanyalah rencana, kini ia benar-benar jatuh cinta pada Jeonghan.

Ketakutan terbesarnya saat ini adalah jika Jeonghan jatuh cinta pada Seungcheol dan meninggalkannya, ia tidak akan bisa membayangkan jika hal itu terjadi. Jika ia harus hidup jauh dari Jeonghan.

Ia segera memasuki pintu kantor itu,"maaf, apa kau tahu dimana ruangan tuan Jeonghan?"

"Ada di lantai 10, beliau masih bekerja disana"

"Terima kasih"

Langkah kaki Coups terasa begitu ringan memasuki lift, ia merasa semuanya berjalan begitu lambat saat ini bahkan ia merasa jika lift itu tidak bergerak sama sekali.

Wajah Coups terlihat sangat pucat saat ini mengingat darah yang terus mengalir dari tangan Coups. Ia keluar dari mobil itu dan mendapati sebuah ruangan yang masih menyala lampunya.

"Coups ah, kau disini?" Tanya Jeonghan ketika mendapati Coups berdiri di pintu ruangannya.

Jeonghan berdiri dari duduknya untuk mendekati Coups dan melihat bagaimana pucatnya namja di hadapannya ini.

"Kau baik-baik saja Coups ah? Kau terlihat pucat"

Jeonghan memang khawatir melihat bagaimana kondisi Coups, namun jawaban yang ia tunggu tidak juga ada justru sebuah pelukan erat yang ia dapatkan.

"Jeonghan ah, jangan tinggalkan aku"

"Ada apa sebenarnya? Kau mulai membuatku takut Coups ah"

"Aku hanya bermimpi buruk. Itu saja"

"Kau mulai bersikap aneh lagi" Jeonghan melepaskan pelukan erat Coups dan menyadari jika tangan namja itu terluka dengan darah yang terus mengalir.

"Ya Tuhan, kau habis bertengkar? Darahmu tidak berhenti mengalir"

"Tidak apa-apa sayang"

"Bagaimana tidak apa-apa? Ikut denganku"

Jeonghan membawa Coups menuju kamar mandi dan menaruh tangan Coups di bawah keran air hangat, ia kemudian mengambil alcohol, obat merah serta perban. Setelahnya ia kembali menarik Coups ke ruangannya dan menyuruhnya duduk di sofa, sedangkan ia mulai mengobati luka itu.

"Kenapa kau bersikap seperti anak-anak? Kau bisa mati karena kehilangan darah, kau tahu itu bukan" omel Jeonghan pada Coups.

"Iya sayang aku mengerti. Aku berjanji tidak akan melakukan hal ini lagi"

"Jadi kenapa ini bisa terjadi? Kau bertengkar di Club?"

"Aniya, aku dirumah tadi. Aku bermimpi sangat buruk dan sepertinya aku menabrak sesuatu ketika keluar dari rumah lalu tidak sadar jika tanganku terluka"

"Kau ini memang. Coups ah, aku lapar saat ini jadi ayo makan"

"Kau belum makan?"

"Belum, aku baru menyelesaikan Pekerjaanku dan berencana pulang. Aku benar-benar lapar Coups ah" pinta Jeonghan dengan wajah yang begitu memelas.

"Baiklah kita pergi"

Coups kemudian menggenggam tangan Jeonghan dan membawanya turun. Jeonghan sadar jika orang yang kini menggenggam tangannya adalah Coups yang menyebalkan.

"Coups ah, aku merindukanmu yang menyebalkan seperti ini"

"Jadi kau lebih menyukai aku yang menyebalkan atau lembut seperti kemarin?"

"Kau yang lembut itu menyenangkan tapi kau yang menyebalkan justru lebih enak diajak bertengkar"

"Apa itu berarti kau sudah mulai mencintaiku ?"

"Jangan harap. Kita pergi ke sungai Han saja, aku ingin makan food truk disana"

Coups tertawa kecil melihat bagaimana memerahnya wajah Jeonghan, itu salah satu alasan mengapa ia suka menggoda Jeonghan. Ketika pipi itu berubah menjadi merah, ketika bibir itu mempout lucu, ada begitu banyak hal yang membuatnya jatuh cinta pada Jeonghan tapi alasan utamanya adalah karena hanya Jeonghan yang mampu membuat jantungnya berdetak lebih cepat setiap melihat senyuman serta tawa Jeonghan.

Sesampainya mereka di sungai Han, Coups membelikan beberapa makanan sedangkan Jeonghan menunggu di pinggir sungai sambil menikmati suasana sungai Han yang hening.

"Jeonghan ah, jadilah kekasihku? Jika sebelumnya aku memaksamu, kini aku harap kau menjawab pertanyaanku. Jadilah kekasihku" ucap Coups setelah ia duduk di samping Jeonghan.

"Kenapa kau selalu terburu-buru? Kita baru bertemu beberapa minggu Coups ah. Bukankah lebih baik jika kita menikmati apa yang ada lebih dulu?"

"Wae? Kau tidak mencintaiku"

"Cinta? Aku tidak tahu apa itu cinta dan bagaimana rasanya jatuh cinta, tapi yang aku tahu adalah aku nyaman denganmu. Apa itu menjawab pertanyaanmu?" Tanya Jeonghan.

"Apa kau berjanji akan terus bersamaku dan tidak akan meninggalkanku?"

"Bukankah sekarang kau ada di sampingku? Kau tidak perlu berfikir terlalu jauh, karena yang harus kau lakukan saat ini adalah menjalani hari ini itu yang terpenting"

"Kau tahu, ini yang membuatku jatuh cinta padamu"

"Hentikan ucapan cintamu itu. Bagaimana pekerjaanmu?"

"Ini hari minggu jadi aku tidak memiliki pekerjaan. Lalu apa yang kau lakukan di perusahaan di hari minggu?"

"Kami akan meluncurkan produk baru jadi semua orang bekerja keras untuk mengejar waktu. Coups ah, apa mimpi terbesarmu?"

"Bisa hidup dengan bebas, menjadi pengusaha yang sukses dan yang paling penting adalah menikah denganmu lalu memiliki sebuah keluarga kecil yang bahagia"

"Jangan bercanda Coups ah, aku serius" ucap Jeonghan sambil memukul paha Coups.

"Seorang Coups adalah orang paling serius di dunia ini. Aku tidak pernah bermain-main dengan ucapanku sayang"

Jeonghan hanya tertawa kecil sambil kembali melihat kearah sungai Han, kini ia benar-benar yakin jika Coups sudah kembali seperti awal. Menjadi seseorang yang menyebalkan dan ia sukai.

Jeonghan meletakkan kepalanya di bahu Coups, ia mulai memejamkan matanya dan mulai teringat dengan kenangan lamanya.

"Kau tahu dulu, aku sering bersandar di bahu appa saat malam sambil menatap bintang. Appa lalu akan mulai bercerita bagaimana ia bertemu Umma, jatuh cinta pada Umma dan saat appa melamar Umma"

"Mungkin kau juga akan melakukan hal yang sama nanti pada anak kita" ucap Coups.

Udara yang semakin dingin tidak membuat keduanya beranjak pergi, Coups sendiri tidak ingin ini berakhir dan berharap jika waktu akan terhenti agar ia bisa terus seperti ini bersama Jeonghan.

"Coups ah, sepertinya kita harus pulang. Kau dan aku juga harus bekerja"

"Bisa aku menginap"

"Tidak, kau harus pulang. Sebagai gantinya kita akan makan siang bersama"

"Okay, penawaran diterima" ucap Coups.

Coups kemudian membawa Jeonghan kembali ke dalam mobil. Jeonghan diam ketika Coups memasangkan seatbelt kearahnya, tapi Coups tidak menjauhkan wajahnya dan justru membuat Jeonghan gugup.

"Ji...jika kau berniat menciumku, akan aku batalkan makan siang kita nanti"

"Arasseo...."

Coups lalu menjauhkan wajahnya dari Jeonghan dan mulai menyetir untuk mengantarkan namja cantiknya kerumah. Tangan namja kekar itu kini mulai merambat kearah paha Jeonghan untuk meraih tangan namja cantik itu, Jeonghan secara refleks menarik tangannya namun Coups tidak membiarkan hal itu.

"Fokuslah menyetir paboya. Aku masih ingin hidup" meskipun Jeonghan mengatakan hal itu, ia tidak berusaha melepaskan tangannya yang terasa hangat di genggaman Coups.

"Aku tahu kau menyukainya sayang"

Sepanjang perjalanan pulang tangan kedua sejoli itu tak terlepas, termasuk senyuman yang begitu lebar di bibir keduanya. Jeonghan melihat Coups yang mengendarai mobilnya dengan begitu lambat.

"Coups ah, tidak bisakah kau lebih cepat?"

"Ini sudah cepat sayang"

"Percepat atau makan siang kita batal. Aku harus tidur karena nanti jam 10 pagi, aku dan mingyu harus rapat dengan karyawan untuk membahas bahan serta desaign kami"

"Baiklah, kenapa kau suka sekali mengancam ku sayang?"

"Cepatlah Coups ah"

Setelah Jeonghan mengatakan itu Coups langsung memacu mobilnya lebih cepat, membuat mereka sampai di rumah Jeonghan dalam waktu 5 menit.

Coups membukakan seatbelt untuk Jeonghan lalu menatapnya, membuat Jeonghan berbalik menatap Coups.

"Selamat malam dan mimpi indah sayang"

"Kau juga. Pulang dan tidurlah, jangan mabuk-mabukan lagi"

Coups mengecup bibir Jeonghan beberapa kali, membuat Jeonghan menaruh tangannya untuk menutupi bibir Coups.

"Baiklah sayang, aku akan menjadi anak baik untukmu. Masuklah, aku tidak mau melihat mata panda dari kekasih cantik ku ini. Aku akan menghubungimu besok"

"Malam Coups ah"

"Malam sayang"

Coups melihat Jeonghan keluar dari mobil dan masuk kedalam rumah. Wajah yang tadinya tersenyum manis kini berubah total, rahang tegas itu mengeras, bahkan urat lehernya muncul dan kau bisa melihat jelas kemarahan di mata itu.

"Kau yang membuat masalah Seungcheol ah. Kau menyentuh kekasihku, bahkan menciumnya dan akan aku pastikan, kau akan lenyap dari dunia ini. Aku pastikan itu Choi Seungcheol. Lalu aku akan menguasai tubuh ini dan menjalani hidupku bersama Jeonghan" Coups semakin menggenggam erat setir mobilnya.

Di sisi lain Hansol terus menunggu Coups di ruang tengah, ia takut jika Coups melenyapkan Seungcheol. Mendengar suara mobil lalu pintu yang dibuka dengan kasar, Hansol tahu jika itu adalah Coups.

"Coups hyung, kau dari mana? Kau tidak menjawab telponku sama sekali" ucap Hansol sambil mengikuti Coups menuju kamarnya.

"Apa urusanmu? Itu adalah hakku, jangan ikut campur. Bukankah kau hanya peduli pada Seungcheol?"

"Hyung bukan itu maksudku. Aku juga mengkhawatirkanmu. Aku minta maaf, tapi demi Tuhan hyung, aku tidak tahu jika Seungcheol hyung bertemu Jeonghan hyung. Maafkan aku hyung, aku janji jika aku tahu Seungcheol hyung ingin menemui Jeonghan hyung, aku akan menahannya"

"Kau janji padaku?" Tanya Coups berusaha melihat kesungguhan dari sepupunya itu.

"Aku janji hyung. Kau tahu aku tidak pernah melanggar janjiku pada kalian bukan?"

"Permintaan maafmu di terima dan akan aku pegang ucapanmu itu. Kau akan tahu akibatnya jika kau melanggar ucapanmu itu"

"Ne hyung. Istirahatlah, aku sudah membersihkan kamarmu tadi"

Coups kemudian masuk kedalam kamarnya dan membanting pintu kamarnya tepat di depan muka Hansol, tak ada yang bisa Hansol lakukan selain menghela nafas lega. Setidaknya saat ini ia bisa membuat Coups tidak bertindak berlebihan.

"Aku harus segera menemuinya" gumam Hansol sebelum kembali ke kamarnya.


Fast update, karena sebentar lagi Dean mau pergi liburan jadi mungkin ffnya sedikit terhambat tapi bakal diusahakan update. See ya later!

Continue Reading

You'll Also Like

237K 8.3K 98
Ahsoka Velaryon. Unlike her brothers Jacaerys, Lucaerys, and Joffery. Ahsoka was born with stark white hair that was incredibly thick and coarse, eye...
467K 31.6K 47
♮Idol au ♮"I don't think I can do it." "Of course you can, I believe in you. Don't worry, okay? I'll be right here backstage fo...
214K 4.5K 47
"You brush past me in the hallway And you don't think I can see ya, do ya? I've been watchin' you for ages And I spend my time tryin' not to feel it"...
1.1M 20.1K 44
What if Aaron Warner's sunshine daughter fell for Kenji Kishimoto's grumpy son? - This fanfic takes place almost 20 years after Believe me. Aaron and...