Two Heart [DRAMIONE]

By shaf_writes

144K 16.5K 2.8K

[COMPLETED] Dramione Fanfiction : Hermione Granger X Draco Malfoy Cover : by Carey_san More

Bab 1 - Konsekuensinya
- 1 . Flashback
- 2. Flashback
Bab 2 - Dilema
Bab 3 - Bukan Cinta Yang Salah
Bab 4 - Terlalu cinta
Bab 5 - Ketika Cinta Harus Memilih
Bab 6 - Malfoy's Family
Bab 7 - Satu Jam Saja
Bab 8 - Pergi
Bab 9 - Dimana kamu?
Bab 10 - Menemukanmu
Bab 11 - Jangan pergi
Bab 12 - St.Mungo

Bab 13 - Wedding [The End]

14.2K 1K 250
By shaf_writes


"Dia memintaku memanggil Astoria."

Semua langsung terdiam. Hermione menurunkan tangannya yang tadi hendak membuka handel pintu. Dia tidak mengatakan apapun. Ia hanya bisa memandangi Astoria yang menggeser tubuhnya untuk masuk kedalam ruangan.

Astoria masuk kedalam ruangan itu dan menutup pintunya. Ia langsung berlari kearah Draco dan memeluknya.

"Syukurlah kau sudah sadar.." Astoria memeluk Draco sangat erat.

"Hey, hey. Kau mau membunuhku ya?!"

Astoria terkekeh, "Sorry, Sir."

Draco memutar bola matanya. Namun, tiba-tiba Ia menyentuh keningnya yang masih terasa ngilu.

"Kau tidak apa-apa?" Astoria panik.

Draco hanya menggeleng pelan, "Aku tidak apa-apa. Hanya kepalaku sedikit sakit."

Astoria masih menatap Draco lekat-lekat. Ia mengambil tangan Draco dan menggenggamnya erat.

"Kau membuatku khawatir."

Draco tersenyum. Lalu mengusap kepala Astoria dengan lembut. Mata mereka bersitatap beberapa saat. Membuat jantung Astoria berdegup tak karuan. Ia menelisik tatapan Draco yang seakan berbicara.

"Kau ingin mengatakan sesuatu?"

Draco tersenyum kecil, "Ya. Aku ingin mengatakan sesuatu padamu."

***

Gadis itu masih memandangi daun pintu yang tertutup. Ia tersenyum pedih. Memang ini 'kan yang Ia mau. Draco menemukan sosok yang lebih baik dari dirinya. Melihat bagaimana Astoria marah tadi, Hermione semakin yakin kalau gadis itu bisa menjaga Draco dengan baik.

Ia memutar tubuhnya lalu memandang ke semua orang. Mereka masih terkejut dengan apa yang terjadi. Setahu mereka, Draco amat mencintai Hermione. Tapi kenapa nama orang lain yang dipanggil?

"Maaf, aku pergi tanpa izin." Ujar Hermione dengan kepala tertunduk.

Harry, Ginny, dan Ron diam. Mereka makin tidak tahu harus apa, ketika tiba-tiba melihat Hermione mulai menangis.

"Hiks.. maafkan aku. Khususnya kau, Ron. Maafkan aku." Kata Hermione dibalik isakannya. Ron berjalan beberapa langkah mendekati Hermione, lalu memeluk gadis itu.

"Aku juga minta maaf. Seandainya saat itu aku ikhlas melepasmu, pasti kau tidak akan pergi."

Hermione menggeleng, "Tidak. Disini aku yang salah. Aku yang jahat, Ron. Jangan meminta maaf atas perbuatan yang tidak kau lakukan."

Ron mengangguk. Ia mengelus kepala Hermione dengan sayang. Gadis itu memang salah. Ia sudah berkhianat. Tapi semua hukuman yang diterima Hermione sudahlah cukup. Ia tahu bagaimana rasanya tidak punya keluarga. Hermione sendirian selama tiga tahun ini. Lagipula, cinta tidak bisa disalahkan. Mungkin ini saatnya Ron merelakan semuanya. Mungkin sekarang saatnya Ia percaya dengan kalimat, 'Bahagia melihat orang yang dicintai bahagia, walaupun kebahagiaan itu dari orang lain sekalipun'. Dan juga kalimat, 'Cinta tak harus memiliki'.

Hermione melepas pelukannya, lalu berganti memeluk Harry dan Ginny secara bergantian, "Waktuku di sini sudah habis. Tolong jaga Draco, ya. Aku harus pergi."

Ginny langsung memegang pergelangan tangan Hermione ketika melihat gadis itu hendak pergi, "Jangan seenaknya pergi, datang, lalu pergi lagi."

Hermione perlahan melepas tangan Ginny dari tangannya, "Gin, mengertilah. Ini bukan duniaku lagi."

"Lalu apa? Hanya karna kisah percintaan sialanmu itu, kau akan pergi meninggalkan kami semua? Meninggalkan Aku, Harry, Mom, Dad, George, Luna? Masalahmu hanya pada Ron dan Draco. Jadilah dewasa dan selesaikan masalahmu! Jangan lari dari kenyataan, Hermione."

Hermione menunduk. Ginny benar. Selama ini Ia memang kekanakkan. Ia takut untuk menghadapi kenyataan. Ia takut dibenci. Ia takut melihat orang yang di sayanginya meninggalkannya. Jadi sebelum itu terjadi, Ia memutuskan untuk pergi lebih dulu.

"Hermione, jangan pergi lagi. Kami semua tidak marah padamu."

Hermione mendongak. Matanya sudah memerah karna terlalu lama menahan air mata.

"Tap-tapi.. aku.." mengambil napas sejenak, lalu menghembuskannya. "Boleh aku jujur?"

Ginny mengangguk.

"Aku.. aku tidak kuat melihat Draco dan Astoria."

"Tidak kuat kenapa? Memangnya aku ini dementor apa?!" Dengus Astoria yang tiba-tiba sudah ada di samping Hermione dan Ginny.

Hermione dan Ginny terkejut. Mereka langsung berdiri menghadap Astoria. Sedangkan gadis itu hanya berdiri dengan santai sambil tangannya menyilang di depan dada.

"Bagaimana keadaan, Draco?" Tanya Hermione dengan raut wajah khawatir.

"Dia gila."

"APA?!" semuanya berteriak.

Astoria mendengus. Ia menatap Hermione dengan satu alis terangkat. "Bagaimana aku tidak menganggapnya gila, kalau dia ingin menikahimu hari ini juga?"

Hermione langsung menutup mulutnya, terkejut.

***

"Apakah, Anda, Draco Lucius Malfoy, bersedia menjadi pendamping hidup dari Hermione Granger, selamanya, sampai akhir hayat memisahkan, disaat suka maupun duka?"

"Ya, saya bersedia."

"Apakah Anda, Hermione Granger, bersedia menjadi pendamping hidup dari Draco Lucius Malfoy, selamanya, sampai akhir hayat memisahkan, disaat suka maupun duka?"

Tangannya bergetar meremas seprai rumah sakit sampai kusut. Dengan sekali tarikan napas, Ia menjawab, "Ya, saya bersedia."

Sang pendeta menghela napas, lega. "Dengan ini saya nyatakan, kalian berdua, menjadi sepasang suami istri. Semoga Tuhan memberkati."

Netra hazel dan biru keabuan itu saling tatap dengan ragu. Masih terasa ganjil dengan semua yang terjadi. Apakah ini nyata? Apa ini bukan ilusi atau bahkan mimpi semata?

Ginny memekik kegirangan, "Selamat, pasutri baru!"

Hermione dan Draco merona. Mereka saling genggam merasakan kehangatan yang telah lama hilang.

Disisi lain, berdiri Astoria dan Ron dengan senyum kecil menghiasi bibir mereka.

"Ternyata kalau kita merasa ikhlas, rasanya lebih baik ya. Seperti beban yang kuemban selama ini menguap entah kemana." Ujar Ron.

Astoria mengangguk, "Benar 'kan kataku. Cinta itu tak harus memiliki. Ya.. aku harap aku bisa menemukan seseorang yang bisa mencintaiku dengan tulus. Errr, sepertinya aku harus mengadakan sayembara untuk pemilihan jodohku." Gurau Astoria.

Ron pun tertawa, "Kalau begitu aku akan jadi peserta yang pertama."

Astoria menatap Ron dengan dahi yang berkerut. Setelah mengerti maksud Ron, kedua pipinya langsung merona.

"Sinting!" Astoria memukul bahu Ron, bercanda. Akhirnya mereka pun tertawa bersama. Jodoh memang sudah di atur. Mungkin ini memang jalan Tuhan yang diberikan untuk mereka semua. Untuk Draco dan Hermione. Dan untuk Ron dan juga Astoria.

Terkadang, Tuhan memang tidak memberikan apa yang kita inginkan. Tapi, Ia pasti memberikan apa yang kita butuhkan.

Biarkan ini semua menjadi pelajaran bagi mereka. Agar bisa menghargai cinta lebih baik lagi.

Bersamamu, aku siap arungi besarnya ombak kehidupan. Bersamamu, aku belajar bagaimana cara mencintai dengan benar. Bersamamu, aku tahu apa arti cinta yang sesungguhnya.

- Two Heart -

Draco memasangkan cincin pusaka keluarganya pada jari manis Hermione. Ia tidak menyangka bisa menikahi Hermione. Sedikit geli sebenarnya. Karna mereka menikah secara mendadak. Draco memaksa Hermione menikah dengannya karna tidak mau gadis itu kabur lagi.

Dan di sinilah mereka. Saling bertukar cincin pernikahan di dalam ruang rawat St.Mungo. Setelah ini, pasti pernikahan mereka akan menjadi buah bibir.

Mereka menikah tanpa gedung, tanpa tamu undangan, tanpa gaun mewah. Bahkan Hermione hanya memakai pakaian pelayan yang terakhir kali Ia pakai. Dan Draco memakai kaos tipis. Benar-benar pernikahan yang tak terduga.

Tapi tak apa. Maksud dari sebuah pernikahan 'kan bukan dari kemewahan dan berapa ribu tamu undangan yang datang. Ini tentang dua hati yang saling menyatu untuk mengucapkan janji suci.

Ginny menitikkin air mata. Terharu melihat Hermione dan Draco telah bersatu. Mengingat kisah cinta mereka yang tak mulus dan selalu dibayangi perpisahan.

"Aku sangat bahagia untuk kalian berdua."

Draco dan Hermione tersenyum. "Terimakasih." Jawab mereka serempak.

Harry merangkul bahu Ginny dan mengusapnya pelan, "Tidak ada yang tahu rahasia Tuhan, Gin. Kita tidak menyangka kalau Draco dan Hermione akhirnya menikah. Begitupun dengan.." pria itu mengerling menggoda kearah sudut ruangan, "Ron dan Astoria yang nampaknya akan memulai kisah baru."

Mereka semua terkikik geli. Hermione memandangi semuanya dengan berkaca-kaca. Ia meremas tangan Draco dengan lembut. Pria yang selama ini Ia tangisi, karna Ia berpikir tidak mungkin mereka bertemu lagi, kini sudah menjadi suaminya.

"Cubit aku. Aku tidak mau kalau ini hanya mimpi, dan aku akan terbangun di pagi hari tanpa melihatmu di sampingku."

Draco tersenyum sayang kepada wanita yang sudah menjadi istrinya itu.

Seringai terpatri di wajahnya karna melihat Hermione yang sangat gugup. "Nanti saja main cubit-cubitannya. Kalau aku sudah kuat nanti ya." Goda Draco yang langsung membuat Hermione blushing.

"Aku lupa kalau aku menikahi seorang Malfoy." Dengusnya dengan wajah merah padam.

[ THE END ]

A

/N: WAHAHAHAHAHAHAH ENDING YANG SANGAT GAJE SEDUNIA PENULISAN JAGAD RAYA 👅

MAAPKEUN YAA.. TWO HEART SMPE SINI AJHAAAA 💋 AKU EMG SENGAJA BUAT CERITA INI GAK PANJANG2 . PUYENG COYYY 😂

HEHE, DISINI SIAPA YANG MASIH INGET DAN NUNGGUIN UPDATE-TAN CHAIRMATE??? MASIH ADAKAHHH??😋

WUHUUU, MAKASIH YA UDAH MAU BACA CERITA ABALKU INI. MAKASIH YG UDH SETIA VOTE DAN KOMEN 😍 KALIAN PENYEMANGAT AKU BUAT NULIS CERITA INI 😘😘 SEKALI LAGI MAKASIHHHHH 💚💚💋💋

HEHEHE, KIRA2 ADA YG MAU NGUCAPIN HBD KE AKYUU GK YAA??😝 #HAHAHAKODEKERAS

SALAM MANIS DARI ORANG YANG MANIS 😜,

SHAFIRA R SATRIA













Continue Reading

You'll Also Like

150K 15.3K 39
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...
220K 26.3K 27
Jika saja malam itu Draco langsung ke asramanya untuk pergi tidur Jika saja saat itu ia tak iseng membuntuti Hermione Granger yang bertingkah aneh la...
9.4K 2.1K 29
Bisakah Kamu Menghadapi Satu Orang Namun Dengan 3 Kepribadian Yang Berbeda-beda? ~ "Berarti selain menjadi seorang pembantu aku sama saja sedang meng...
1M 84.3K 29
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...