another one shot

mochimochicoklat

988 46 23

Apa ya... Baca dulu aja.. Fansfiction one shot pertama boy x girl mungkin banyak yang bakal ga suka atau ga... Еще

terbuka kembali (cindy jinan)

long distance religions (Feni-okta)

514 19 0
mochimochicoklat

Di sebuah desa yang cukup maju di daerah Cianjur

Pukul 7 pagi bayi lelaki lucu dan imut baru saja dilahirkan ke dunia tangisan mengisi seluruh penjuru desa, kebahagian itu sontak membuat semua tetangga merasa bahagia atas kebahagiaan keluarga genoveva, bayi lelaki itu bernama oktav cristian genoveva.

Kebahagiaan itupun menjalar ke tetangga sebelah satu rumah keluarga genoveva yaitu kediaman keluarga pa juandar dimana keluarga juandarpun sedang menunggu kehadiran sang bayi, tepat saat pukul 12 siang saat matahari dengan gencarnya memancarkan sinarnya tepat di atas kepala para petani telahirlah seorang bayi perempuan cantik dan imut, bayi itu bernama feni fitrianty bayi perempuan pertama dari keluarga juandar.

------------------------------------------------------

4 tahun kemudian siang itu suasana begitu menyenangkan dikarnakan cuaca berawan... Dua balita sedang bermain bersama di depan rumah, mereka adalah feni dan okta,

"Mpen.. Mpen otaa apet acing" suara lucu bayi lelaki itu sontak mengagetkan feni yang sedang asik mencabut bungga-bungga yang tumbuh di semak-semak...

"Iihh olook otaa.. Ota ollok" suara tak kalah lucu feni membuat siapapun yang mendengarnya gemas...

"Ihh acingnya ucu mpen ucu" okta terus mendekati feni

"Otaa.. Taa mpen atuut... " keluh feni mulai berjalan mundur

Tanpa di sadari feni terus berjalan mundur mundur hingga ia mulai mengikis jarak dengan tanah yang sedikit menjorok kedalam dan

Syuut...

Fenipun terjatuh terjerembab ke dalam tanah yang menjorok ke dalam itu sontak tangisan feni mengelegar ke seluruh penjuru desa...

"Uaaaaa... Mamamah... Mamah... "

Okta yang panik pun segera melempas cacing di tanganya mencoba mengapai-gapai feni yang berada di dalam cekungan tanah itu namun nihil jarak okta dan feni kini cukup jauh...

Selang beberapa menitpun datang seorang gadis berjarak 5 tahun di atas okta dan feni...

"Ampun criss kenapa feni?" tanyanya saat melihat feni menangis di bawah cekungan tanah itu

"Accing... Aciing... " jawab okta

"Astaga criss... " keluh gadis itu saraya turun kebawah dan mengendong feni naik ke atas tanah kembali saat tubuhnya sudah di hadapan okta segera di turunkan nya feni dari gendongan

"Feni ga apa-apa?" tanya anak perempuan yang membantu feni tadi,

"Huhuuhu maaamaaa mamammaa... " tangisan feni masih terdengar namun sedikit mengecil tak semengelegar tadi...
"Feni jatuh karna criss ya?" tanya perempuan itu membersihkan baju feni

Feni hanya menjawab dengan anggukan saja disertai wajah sedihnya...

"Criss minta maaf sama feni, janji ga ulangi lagi" perintah perempuan itu...

"Mpen... Maapin yaa... Ota nji ga acing-acing agi" suara okta sambil menjulurkan kelingking ke arah feni

"Nji ya" jawab feni menyatukan kelingking mereka,

"Nji" jawab okta dengan senyuman...

"Yaudah yu sekarang kita pulang ke rumah, bunda udah masak mie goreng buat kalian, cici juga di buatin kita makan bareng ya... " keluh cides mengandeng dua tangan anak balita yang seumuran itu,

Cides atau yang bernama lengkap Maria ganoveva desy itu adalah kakak dari oktav cristian genoveva, desy sudah menggap bahwa feni adalah adiknya sendiri karna walaupun mereka keluarga yang berbeda agama namun mereka tetap terikat satu dengan yang lain papah feni dan papah okta adalah rekan bisnis begitu juga dengan kedua istri mereka.

------------------------------------------------------

10 tahun kemudian

"Feniii... Tunggu" seorang lelaki berseragam smp dengan giatnya mengayuh sepedah mengejar seorang anak perempuan berseragam smp lain yang sudah berjalan cukup jauh...

"Haah... Haaah... Maafin okta... Haaah.. Haah... Okta tadi piket dulu" seru okta saat sepedah okta sejajar dengan laju jalan feni

"Kalo ga bisa jemput ya gausah minta feni nunguin okta tadi" jurus ngambek feni sontak membuat okta berhenti sejenak pasalnya ia kelelahan karna jarak sekolah feni dan sekolah okta cukup jauh dan sadari tadi okta benar-benar mengayuh sepedanya dengan kekuatan penuh agar cepat sampai ke tempat feni namun sayang feni sudah terlanjur marah seperti ini...

"Maaf deh mpen maaf okta salah" tutur okta lembut,

Feni masih keukeuh dengan jurus seribu ngambeknya lengkap dengan bibir manyun 10 centi miliknya...

"Jangan ngambek dong fen okta janji ga ulangin lagi... Sebagai permintaan maafnya nanti malem okta ajak feni ke pasar malem deh kan besok minggu, ya... Ya... Ya maafin okta" seru okta membujuk sahabat kecilnya itu

Senyum tersirat harus di wajah feni pasalnya ia juga ingin pergi ke pasar malam namun gengsinya lebih tinggi ia kembali manyun 10 centi..

"Feni... Ayodong maafin okta... " bujuk okta kembali

"Feni maafin tapi.." feni mengantungkan kalimatnya

"Tapi apa mpen?" tanya okta

"Beliin feni harummanis yaa" seru feni dengan senyuman miliknya

"Oke deh oke okta beliin tapi sini mpen naik sepedah jangan jalan okta cape nih nuntun sepedah" keluh okta naik ke sepedah miliknya

Feni tanpa malu malu mulai duduk di tempat yang selalu menjadi tempat favorit nya saat okta membonceng dirinya.

Tubuh feni yang memang jauh pendek di banding okta tak mempersulit okta untuk menjalankan sepedahnya, sudah 9 tahun mereka selalu seperti ini, mereka melalui masa sekolah dasar bersama dan sekarang mereka juga akan melewati masa sekolah menengah pertama bersama juga, walaupun okta dan feni kini tak satu sekolah okta masih Setia untuk mengantar jemput sahabat kecilnya ini,

Teman-teman okta dan feni sudah tidak aneh lagi dengan kedekatan mereka. Walaupun mereka selalu bersama ternyata feni sudah memiliki seorang pacar, ia bernama anino teman feni di SMP anino adalah teman okta juga, okta tau seperti apa anino nino adalah playboy cap ayam keprek di desanya, okta sudah mencoba untuk menyadarkan feni tapi okta takut di marahi dan dimusuhi feni akhirnya okta mengalah untuk mempercayai bahwa anino adalah lelaki baik-baik, karna okta tau bahwa anino bukanlah lelaki yang baik okta lebih memilih untuk mengantar jemput feni...

------------------------------------------------------
Seorang lelaki duduk dengan gaya casual baju kaos lengkap dengan jaket disertai levis dan di padukan dengan sapatu kets duduk di bangku depan rumah seorang gadis ditemani oleh seorang lelaki bertubuh tegap yang sedang memandang langit bersamanya,

"Taa ayoo... " suara gadis baru gede yang baru saja keluar dari rumah dengan mengunakan baju kemeja panjang celana levis dan sepatu pentopel senada dengan levis

"Udah siap mpen? " tanya okta

"Udah ta.. " jawab feni

"Yaudah yuu... Pa feni sama okta pergi dulu ya paa... " ijin okta menyalami lelaki gagah itu yang ternyata ayahnya feni...

"Ia sok okta hati-hati ya... Titip feni" suara ayah feni...

"Asalamualaikum papa" jawab feni jalan keluar gerbang rumah feni

"Taa serius?" tanya feni saat okta menaiki sebuah motor dan memakai helm...

"Serius laah mpen, ayo naik, pake halmnya" seru okta memeberikan helm kepada feni

"Sejak kapan? Ini bukan punya cides kan? " tanya feni

"Bukan ini punya okta, sejak seminggu yang lalu, makanya jangan diem di kamar terus kali kali ke main ke rumah jangan okta terus yang main ke rumah feni" keluh okta

"Ishh okta, feni kan gaenak sama bunda, " keluh feni

"Hmm ia deh iaa... "

Suasanapun berubah kini mereka sudah sampai di pasar malam okta sudah menepati janji nya membelikan feni harumanis di tambah tiket biang lala dan rumah hantu, feni benar-benar beruntung mendapatkan sahabat sebaik okta, tapi apakah kalian menyadari? Dimana ada dua orang insan lawan jenis saling bersahabat pasti di antara mereka memiliki rasa yang lebih, ya seperti yang kalian lihat, sebenarnya okta memiliki rasa lain kepada feni, rasa sayang yang berlebih dan rasa ingin melindungi feni, namun mereka terbentur dengan keyakinan yang berbeda yang akan sulit untuk di lewati... Dan okta menyadari itu... Ia memilih untuk menahan segala rasa yang ia rasa.

Waktu berlalu dengan cepat, okta dan feni kini sedang berjalan menaiki motor, saat mereka berjalan di jalanan sepi tiba-tiba saja...

"Okta stop" keluh feni

"Kenapa fen?"tanya okta memberhentikan motor...

"Itu motor anino" keluh feni menujuk sebuah motor yang terpakir di pinggir jalan

"Serius itu motor nino?" tanya okta

Okta sebenarnya hanya pura-pura tidak tau karna sebenarnya okta tau anino adalah lelaki nakal yang hampir saja menghamili 3 orang wanita di kampung ini.

"Udah lah yu fen pergi aja ya... " ajak okta berusaha agar feni tak penasaran

"Eh tunggu ta... Ko itu gerak-gerak ya... Tunggu bentar aku pengen kesitu" kini feni telah turun dari motor,

Dengan sigap oktapun ikut turun dari motor mengikuti langkah feni, okta takut, takut feni melihat hal yang tidak-tidak. Dan benar saja, saat okta dan feni semakin mendekat suara-suara aneh pun mulai terdengar dan saat tubuh feni mulai benar-benar mendekat mata feni membulat dengan sempurna, di hadapannya kini orang yang ia cintai sedang menindih seorang wanita tanpa busana begitu juga anino.

Tanpa perintah kini okta menarik tubuh feni untuk di peluk olehnya. Okta sudah tidak perduli dengan batasan yang selama ini ia buat semuanya gugur di hari ini, janjinya untuk tak pernah menyentuh fenipun harus gugur karna ulah nino... Feni mulai menangis di pelukan okta...

"Fen... Udah ya... Kita pulang kerumah" ucap okta sambil mengusap punggung feni...

"Ta anino... " feni terus menangis

"Ia aku tau... Udah ya jangan nangis.. " keluh okta

"Sekarang kita pergi dulu ya dari sini" seru okta mulai tergangu dengan suara desahan wanita yang sedang di garap oleh anino...

Kini okta dan feni melanjutkan perjalanan mereka namun feni masih terus menangis di balik punggung okta, sampai ke rumah feni fenipun masih menangis feni memilih untuk masuk ke dalam rumah, papah feni yang kebingungan segera mencari kebenaran dari okta, dengan sedikit kebohongan okta menjelaskan bahwa feni hanya melihat nino dan wanita lain berjalan bersama. Akhirnya di percayai oleh papah feni...

-----------------------------------------------------

Setelah hari di mana feni melihat anino seperti itu, ia mulai menutup diri dari yang namanya lelaki mungkin dalam benaknya semua lelaki sama,

Tentu saja ini berdampak pada okta 4 tahun berlalu selama itu pula okta dan feni mulai tak searah lebih tepatnya feni yang menghindar dari okta, hingga akhirnya okta memutuskan untuk pergi ke kota Jakarta untuk meneruskan kuliah nya sedangkan feni sendiri memilih kuliah di Bogor

Suatu hari feni menyadari bahwa dirinya telah kehilangan seseorang yang penting dalam hidupnya, bukan! Bukan seorang anino tapi seorang okta yang selalu berada di dekatnya, dengan sedikit bekal alamat dan pengetahuan akhirnya feni memutuskan untuk mencari okta di kota Jakarta....

Okta kini adalah dosen di kampusnya ia sudah selesai menyelesaikan kuliahnya selama 3 tahun dan langsung di angkat menjadi dosen di kampusnya, kini okta sudah memiliki apartemen sendiri dan sukses menghidupi kehidupannya sendiri, okta yang sadari sejak dulu pintar dan berpotensi itupun akhirnya sukses,

Akhirnya setalah melewati perjalanan yang cukup menguras tenaga itu feni sudah sampai di universitas tempat okta bekerja, entah apa yang feni cari, sebenarnya fenipun tidak tau bagaimana kehidupan okta sekarang, apakah ia sudah menikah? Apakah ia sudah memiliki anak? Atau ia sudah kuliah mebali S2 sesuai yang mereka impikan dahulu bersama mengejar pendidikan sampai ke jenjang S2, setelah feni menghubungi seorang staff yang berdiri di depan meja informasi fenipun di suruh duduk di ruang tamu dosen, menunggu kehadiran lelaki yang selalu menghiasi harinya selama 19 tahun ke belakang...

Lama feni menunggu hingga seorang lelaki bertumbuh tinggi berkaca mata dengan setelan jas dan kemeja dipadukan dengan celana bahan itu berjalan memasuki ruangan dosen.

"Feni" gumam lelaki itu saat melihat feni duduk dengan anggun di bangku tunggu

"Okta" kini feni pun bergumam saraya berdiri feni tertegun atas apa yang ia lihat kali ini

Okta lelaki yang selalu menemaninya di masa-masa ia kecil kini telah berubah menjadi seorang lelaki yang berwibawa serta berkarisma, feni merasa dirinya salah menilai okta. Okta tidak seperti lelaki pada umumnya,

"Lama nungunya ya feni? Maaf ya tadi aku ada kelas dulu" tutur okta saraya duduk

"Emm nga ta nga ko" keluh feni saraya duduk di bangkunya...

"Emm feni kamu apa kabar? Lama ya kita ga ketemu" keluh okta

"Kabarku baik okta, senin depan aku wisuda, ia okta maaf ya feni udah jahat sama okta dulu" keluh feni

Tersirat kini di benak okta sesakit apa ia dulu saat feni mendiamkannya, dan menjauhi dirinya

"Ia gapapa ta, aku ngerti ko" jawab okta tersenyum ke arah feni...

"Papah, mamah gimana kabarnya fen?" tanya okta

"Mereka baik ta, oh ya kamu gimana sekarang? Sudah menikah? " tanya feni

Okta menjawab dengan gelengan kepala

"Hmmm... Feni udah jam makan siang, kita makan dulu ya" seru okta mengalihkan pembicaraan sambil melirik jam tanganya

"Kamu belom makan kan? Badan udah kurus jangan suka nunda-nunda makan makin kecil nanti" keluh okta

Feni tersenyum melihat tingkah okta yang masih sama seperti saat mereka berteman akrab...

"Belum ta feni belum makan" jawab feni sambil terus tersenyum

"Yaudah yu kita makan dulu, nanti ceritanya di lanjut sana" keluh okta berdiri diikuti feni berdiri juga

Mereka berjalan menuju parkiran mobil tempat dimana mobil okta terparkir, okta menuntun feni untuk masuk ke dalam mobil dan merekapun mulai berjalan tak lama mereka pun sampai di lobi sebuah apartemen okta mengajak feni untuk makan di cafe mall apartemen miliknya, wajah tak percaya feni sungguh membuat okta tersenyum gemas saat mereka sedang menunggu makanan yang mereka pesan okta mulai kembali berbincang

"Kenapa sih mukanya kaya aneh gitu fen?" tanya okta

Feni yang sebenarnya tidak tau akan keberhasilan okta, feni hanya mengetahui bahwa okta kini telah menjadi dosen pun hanya bisa memberikan okta senyum kikuknya

"Okta sukses ya sekarang hehe" jawab feni dengan senyuman

Senyuman yang selalu okta rindukan sebenarnya okta masih menyimpan rasa yang sama terhadap feni

"Ia alhamdulillah fen, okta juga gatau bisa sampe sesukses ini" keluh okta

"Kalo udah sukses gini sih kayanya udah punya calon kenalin dong" keluh feni

"Calon? Calon apa nih? " tanya okta

"Ituloh calon dulukan okta juga punya tuh Siska, di lanjut ga tuh?" Tanya feni

"Issh apa sih feni... Okta cuman temenan sama Siska, lagian okta lagi nunguin seseorang" tutur okta...

"Ciee siapa tuh?"tanya feni...

"Ada deh nanti juga feni tau koo... " jawab okta

Lama mereka berbincang mulai dari membicarakan keluarga feni, sampai membicarakan teman-teman seperjuangan mereka dulu, hingga makanan yang berada di hadapan mereka sudah ludes habis.

"Emm feni, kita lanjut ngobrol di apartemen aku yu, kamu pasti capekan dari tadi pagi terus-terusan ngomong," ajak okta..

"Ish aku ga cape ko taa" jawab feni

"Ia deh ia tau fenikan bawel udah biasa ngomong panjang lebar... Ah udah deh yu ke apartemen aja " ajak okta beranjak dari duduknya dan menuntun tangan feni agar berdiri sejajar dengan dirinya, kini okta dan feni sudah sampai di lantai 12 okta membuka kamar apartemen miliknya.

"Feni istirahat dulu aja ya di kamar okta, okta masih ada tugas yang harus di kerjain nanti malem okta antar feni pulang" seru okta saat ia menyimpan tas nya di meja tamu

"Okta ini apartemen kamu?" tanya feni tak percaya

"Fenii.. Kamu ko ga percayaan banget sih... Hehe ini apartemen aku fenii.. Udah gih anggap aja rumah sendiri apa perlu aku telvon cides biar kamu percaya?" tanya okta

"Issh ga gitu juga oktaa... " keluh feni

"Yaudah gih istirahat di kamar" tawar okta...

"Ga deh kayanya feni mau nemenin okta aja" keluh feni... Duduk di sofa samping okta

Kini okta mulai membuka leptopnya mengecek tugas para mahasiswanya feni hanya duduk menatap okta yang amat lucu dengan wajah so seriusnya itu...

Feni merasa kini kebahagiaannya kembali karna adanya okta di kehidupannya pasalnya hampir 7 tahun yang lalu ia benar-benar merasa ada yang kurang dari dirinya mungkin kenyamanan ini yang hilang dari hidupnya dulu, feni masih betah menatap wajah okta yang lucu dan mengemaskan itu jika sedang serius seperti ini umur kepala dua okta tak terlihat karna wajah dan wataknya yang masih seperti anak kecil, lama okta memandang wajah seseorang yang selama hampir 7 tahun ini ia rindukan fenipun tertidur dengan bersandar pada sandaran sofa.

Sadar akan hilangnya tatapan teduh feni oktapun menatap feni yang kini sedang tertidur dengan wajah lucunya...

"Cek fenii" keluh okta

Kini okta masih melanjutkan pekerjaannya lama bergulat dengan apa yang ia lakukan tiba-tiba saja sebuah kepala dengan sendirinya terjatuh ke bahu kanan okta, okta sadar itu adalah kepala feni dengan senyuman kini okta menuntun kepala feni untuk bersandar pada pahanya, kini kepala feni sudah tersimpan di paha okta, di usap lembut wajah feni yang meneduhkan itu, senyum bahagia tersirat di wajah okta pasalnya kini okta merasakan kembali rasa yang lama ia pendam dan akhirnya ia bisa kembali melihat orang yang masih betah berada di hatinya selama bertahun-tahun ini...

"Feni makasih udah kembali lagi ke okta.. Jangan pergi lagi yaa" keluh okta mengusap pipi lembut feni...

"Kalo saja aku terlahir sebagai orang yang seiman dengan mu fen mungkin aku akan mempersuntingmu saat ini juga" seru okta sendu...

Puas akan belayan di wajah feni kini okta kembali ke tugas awalnya berkutat dengan kewajibannya...

Tanpa okta sadari kini waktu sudah menunjukan pukul 21.30 malam feni masih betah tertidur di paha, oktapun lupa dengan janjinya untuk mengantar feni pulang...

"Fen.. Fen.. Bangun... Belum solat isya loh kamu... " seru okta menepuk-nepuk pipi feni..

"Mmm 5 menit lagi maa" keluh feni...

"Fen... Fen... " keluh okta...

"Emmm okta... " keluh feni terbangun dari paha okta saraya duduk

"Feni tidurnya lama ya?" tanya feni saraya mengucek-ucek matanya

"Esssh kebiasaan jangan di ucek-ucek" keluh okta menahan tangan feni...

"Hehe maaf" keluh feni dengan tawa khasnya...

"Feni solat isya dulu gih tadi magrib udah lewat kan... " keluh okta

"Oalaah feni lupa, feni ambil wudhu dulu ya... " seru feni saraya beranjak dari duduknya

"Ia feni ke air yang di kamar aja, okta siapin dulu arah kiblatnya" keluh okta

Kini okta berjalan ke arah kamar di dekat dapur, kamar asisten rumah tangganya yang sudah pulang. di ambilnya sejadah dan mukena dari dalam lemari dan membawanya ke arah kamar okta, okta memang beragama non muslim namun okta sudah banyak tau tentang agama orang yang ia cintai itu pasalnya sejak kecil ia dekat dengan keluarga feni yang taat agama, karna hal itu oktapun memeper dalam pengetahuannya tentang agama islam selama 4 tahun ini, namun ia belum siap untuk melepas apa yang menjadi panutan ia dan keluarganya, setelah selesai dengan urusanya ia kembali duduk di sofa dan menyalakan tv

"Okta kiblatnya kemana?" tanya feni

"Itu udah bener ko fen tinggal di pake mukenanya, solat yang khusyu ya... " jawab okta

Mata okta mencuri curi pandang ke arah kamarnya di pandnag pungung feni yang berbalut mukena senyum tersirat di wajahnya

"Adem bener ya kiat kamu solat fen... Lama aku ga liat kamu solat, kalo ga salah 7 tahunan yang lalu, kenapa aku selalu menyukaimu saat kamu berbalut mukena dan tertutup oleh jilbab" keluh okta pelan

Betah okta menatap feni yang sedang melakukan kegiatan solat hingga feni mengucapkan salam okta mulai tersadar dan kembali menatap tv

"Udah solatnya?" tanya okta saat feni keluar dari kamar...

"Udah ta.. Mmm udah jam segini taa, anter aku pulang ya... " pinta feni...

"Kamu nginep aja fen besok pagi aku anterin ya, udah malem bahaya"

"Tapii... " keluh okta

"Kenapa? Baju ganti fen? " tanya okta

"Iaa... " jawab feni

"Tenang fen di kamar aku ada baju cides koo... Pake aja hehe" tutur okta

"Tapi taa.."

"Udah fen gapapa udah jam segini juga ga baik cewe keluar malem okta bisa tidur di sofa ko... Lagian okta masih ada kerjaan hehe" okta segera membuka kembali leptopnya dan membuka beberapa file,

"Kalo udah jadi bapa dosenmah beda ya... " keluh feni..

"Nga gitu juga fen ini kan tuntutann.. " keluh okta..

"Eh ia kita baru makan sekali loh fen, kamu lapar ga? Kalo lapar buka aja kulkas ya ada makanan ko" keluh okta fokus dengan filenya

"Kamu lapar ya ta? Yaudah aku masakin ya... " keluh feni..

"Lapar sih, tapi yakin feni masak? " tanya okta,

"Jangan suka ngatain feni, lupa duku siapa yang suka siapin sarapan kita? " tanya feni

"Yaudah gih masak, masak yang enak ya ibu Negara... " seru okta dengan candaa...

"Oke tunggu ya... "...

Feni mulau berkutat dengan urusan dapur kini fokus okta terbagi menjadi dua antara tugas dan melihat sosok gadis yang ia cintai sedang berkutat di dapur...

"Istri able banget sumpah" keluh okta sambil terus menatap gerak gerik feni...

Lama okta terdiam menatap feni kini ia kembali fokus dengan tugasnya saat okta selesai dengan tugasnya begitu juga feni sudah selesai dengan kegiatannya di dapur, feni membawa 2 piring nasi lengkap dengan ayam dan telur kecap sebagai lauk teman nasi

"Dimakan taa.. " seru feni menyimpan piring di atas meja

"Emm harumnya enak feni hebat masak juga yaa.. " tutur okta saraya mengambil piring di atas meja dan segera menyantapnya

"Enak kan? " tanya feni...

"Eemmm " jawaban okta hanya dengan jari jempolnya...

Lama mereka berkutat dengan makan malam tak dirasa waktupun menujukan pukul 23.00 malam feni beranjak dari duduknya

"Sebelum tidur bersih-bersih dulu okta" keluh feni saraya membawa piring ke westafel untuk di cuci, tanpa perintah kini oktapun beranjak dari duduknya menuju kamar mandi setelah ia selesai dengan acara bersih bersihnya ia kembali ke sofa karna rasa lelah oktapun mulai memejamkan matanya,

Kegiatan feni selesai pukul 01.00 malam, feni berjalan pelan menuju kamar okta namun langkahnya berhenti saat feni melihat okta tertidur masih dengan kacamata yang terpasang di wajah, feni berjalan pelan ke arah okta melepaskan kacamata okta saraya menaruhnya di meja, di tatap wajah lelaki berwibawa itu denagn tatapan bahagia rasanya baru kemarin ia melihat wajah polos okta namun sekarang sudah berubah menjadi wajah penuh Wibawa, feni berjalan menuju kamar di tariknya selimbut badcover okta dan membawanya ke ruang tengah di bungkusnya tubuh okta dengan bad cover itu feni terdiam sebentar kembali menatap wajah orang yang sempat membuatnya mabuk kepayang selama 7 tahun itu, di usapnya wajah okta namun saat feni akan menarik tangan yang ada di pipi okta, okta terbangun dengan mengengam tangan feni yang masih berjarak di pipinya...

"Feni... " suara okta lirih setengah sadar...

Tanpa perintah kini okta menarik tangan feni hingga feni terlentang di atas tubuh okta,

"Okta...!!" feni tersentak kaget atas perlakuan okta kali ini

Feni mencoba melawan namun apa daya tenanganya kalah kuat di banding okta kini tubuh feni sudah berada tepat di bawah okta, okta mengunci feni yang duduk di sofa di bawah kendali tubuh okta,

Awalnya okta hanya menatap feni sendu dengan tatapan yang feni rasa okta tak sadar, kini wajah okta mulai mendekat ke arah wajah feni, feni ingin mendorong tubuh okta namun apa daya tenganya tak sekuat okta, feni pasrah saat bibirnya di lumat oleh okta, entah apa lagi yang akan terjadi setelah ini feni sudah berserah diri pada allah....

----------------------------------------------------

Okta terbangun dari tidurnya karna sinar matahari masuk dari celah-celah gorden apartemennya, dilirik jam menujukan pukul 11 siang dengan digap ia membuka badcover miliknya, kaget bukan main saat ia mendapati tubunya tak tertutup sehelai benang pun, sadar dengan apa yang terjadi ia segera mengibaskan badcover miliknya ingin rasanya mendapati feni orang yang ia cintai tertidur di sampingnya namun nihil feni sudah tidak ada hanya menyisakan bercak darah merah di atas tempat tidur.

"Fenii... Maaf... " okta mengacak-acak rambutnya saat menyadari apa yang terjadi malam itu,

Okta merasa bahwa itu hanyalah mimpi semata namun saat di sadari itu bukanlah mimpi, okta prustasi akan hal ini ia segera mengambil bajunya yang berserakan di lantai niat hati ingin mencari feni keluar apartemen namun langkahnya terhenti saat mendapati sepiring makanan tersimpan di meja makan dan 2 buah note menempel di meja...

"Okta maaf feni harus pergi, maaf tak mengabarimu aku harus mengambil jas wisuda ku dan mengurus keperluan wisuda ku senin esok"

"Dimakan makanannya, oh ya soal semalam, aku sudah siap dengan apa konsekuensinya aku mohon itu menjadi rahasia kita berdua okta. Aku berjanji akan menjaga benih kamu jika ia menjadi janin, Kita tak mungkin bersama maafkan aku okta, feni pergi," tutur tulisan lain

Bagaimana? Bagaimana bisa okta menyerah seperti ini saja? Pasalnya malam itu ia melepas keperjakaannya dan telah merengut mahkota berharga dari orang terkasihnya dan bodohnya lagi ia telah menanam benih di rahim feni, okta tak habis pikir kenapa ini bisa terjadi, pasalnya okta belum pernah menyakiti wanita dan ia pun berjanji akan menjaga feni sejak mereka duduk di bangku kelas 2 SD, okta bingung apa yang harus ia lakukan saat okta masih terdiam dalam kebingungan di meja makan tiba-tiba saja pintu terbuka dan cides masuk ke dalam apartemen...

"Okta... " tanya cides pada adiknya yang masih diam merenung di atas meja makan dengan wajah berantakan

"Okta... " cides tercengang membaca note di atas meja makan

Okta masih diam tanpa bahasa

"Maaf kan okta cides" keluh okta pelan

"Feni... Feni fitryanti? Feni teman sama kecil kamu? Feni yang selalu kamu jaga? " tanya cides...

"Ia cides okta tau okta salah okta hi.... "

"Plak" tamparan keras mendarat di pipi okta sebelum okta selesai menjelaskan...

"Kamu tau? Kamu tidak akan pernah bisa bersatu dengan feni okta, kamu ingat janji kamu saat SMP dulu? Kamu berjanji untuk menjaga feni okta? Apa ini janji kamu? Malah membuat feni hancur dan rusak? Okta apa kamu sadar jika feni kembali ke desa dengan berbadan dua orang tua feni akan menahan malu, okta, cides sudah habis pikir dengan pola pikir kamu" keluh cides...

"Maaf cides okta... Okta salah... " seru okta mulai menangis

"Itu kecelakaan cides, okta pikir itu hanya mimpi. "

"Apa kamu bilang? Mimpi okta? Mimpi apa hingga kau menanam benih di dalam rahim seorang wanita, cici mau kamu harus tangung jawab okta" seru cides

"Tapi ci... Caranya? " tanya okta

"Nikahi feni bagaimanapun caranya, "

"Tapi cides feni dan okta beda keyakinan"

"Sekarang kamu pilih membuat keluargamu sedih sesaat karna kau pindah haluan namun masih bersama mereka dan tentu bersama feni atau kau masih dengan pendirianmu namun kau kehilangan orang yang kamu cintai selama berbelas-belas tahun itu?" tanya cides...

"Cides tau bekalmu sudah banyak untuk beralih haluan, cici mendukungmu jika itu keputusanmu, papah dan mamah sudah tau tentang itu tinggal kamu berbicara dengan mereka"

Okta sedang berfikir dengan keras saat itu namun ia segera beranjak dari duduknya dan menuju kamar 15 menit berlalu okta sudah keluar kembali dengan pakaian yang sedikit rapih dan wanggi tentunya...

"Cii okta pergi" kecupan singkat di pipi desy oleh okta,

"Mau kemana? " tanya cides...

"Ipb jemput feni, siapkan kartu undangan yang pernah cici janjikan jika aku menikah ya cii.. Okta mau jemput calon istri okta" keluh okta keluar dari apartemen...

"Ck.. Dasar anak itu" keluh cides

Kini tujuan utama okta adalah ipb menjemput sang pujaan hati, okta sudah tidak perduli dengan jadwal mengajarnya yang berantakan berkali-kali telvon okta berdering deringan itu dari universitas, ia hanya mengabari melalui chat saja bahawa ia ada keperluan mendadak kepada pihak tu iniversitanya...

Lama perjalanan itu akhirnya okta telah sampai di universitas feni tanpa menunggu lama akhirnya ia menemukan sosok gadis munggil sedang duduk di bangku Taman dekat fakultasnya dengan tootbag di tangan , okta segera memarkirkan mobilnya dan menyusul feni... Dengan sedikit gugup akhirnya okta berani untuk menemui feni,

"Fenii... " tutur okta pelan saat tubuhnya kini berjongkok di hadapan feni

"Okta" pekik feni terkaget karna sosok okta kini ada di hadpannya...

"Maafin okta ya... Okta janji akan bertangung jawab, bawa okta pulang ya.. Okta yang ngomong sama papah mamah feni " tutur okta

"apa kamu siap dengan segala konsekuensinya okta? kamu harus melepas apa yang kamu percaya dari kecil bahkan apa yang keluarga kamu percaya?"

"Okta sudah siap dengan segala konsekuensinya feni " keluh okta

"Okta! feni gamau gegabah okta, keluarga kamu lebih penting"

"Ga feni, kamu yang lebih penting, aku harus bertangung jawab dengan apa yang telah aku lakukan kepadamu feni" tutur okta

"Feni... Aku siap menjadi muslim, temani aku bertemu dengan orangtuamu dan orang tuaku aku akan meminangmu" pinta okta

"Asal kamu siap, aku siap okta" tutur feni...

Hari itu juga feni dan okta memilih langsung pergi ke desa mereka. dengan perasaan takut okta bertemu dengan kedua orang tua nya dulu dan di desa itu sudah ada cides juga, orang tua okta menyetujui anaknya menjadi muslim asal dengan satu syarat tidak boleh memutuskan silaturahmi di antara angota keluarga, 1 misi oktapun terpecahkan kini okta masih memiliki misi lain, misi dimana ia harus melamar sahabatnya sendiri sejak kecil, gugup bukan main saat itu yang di rasakan okta namun ayah okta selalu menyemangati anaknya hingga sekarang okta telah di hadapi dengan papah feni yang berubah menajadi sedikit garang, pasalnya orangtua mana yang rido anaknya di gauli sebelum memiliki ikatan yang halal.

"Maafkan okta papah, okta hilaf dan okta akan bertangung jawab menafkahi feni lahir dan batin" tutur okta sedikit gugup

Disisi lain feni sedang berada di pelukan cides feni merasa was-was takut papahnya tak mengiyakan lamaran okta

"Kamu punya apa berani melamar anak saya?" tanya papah feni

"Pah, saya memang bukan lelaki yang patut papah dan mamah banggakan tapi saya berjanji akan menafkahi feni dan anak-anak kami dengan uang halal dan saya rido melepas kepercayaan saya untuk bertangung jawab atas apa yang terjadi kepada feni pah,"

"Saya tau okta sudah memiliki pekerjaan tetap dengan gaji di atas kata mencukupi 1 buah mobil dan 1 apartemen serta 1 rumah namun saya masih kesal karna kamu berani menyentuh anak saya tanpa sebuah ikatan"

"Maaf pa, saya hilaf kemarin dan saya siap bertangung jawab"

"Saya hargai keberanian kamu maka dari itu saya mengijinkan kamu untuk meminang anak saya okta"

"Alhamdulilah makasih pa" seru okta kegirangan saraya menyalami papah feni

Setelah menyalami papah feni okta berniat untuk memeluk feni namum segera di tahan oleh cides alhasil pelukan oktapun jatuh ke pelukan desy..

"Ummm belum sah belom boleh yaaa adik cici " keluh cides mengusap kepala belakang okta sedangkan okta hanya tersenyum bahagia menatap feni yang tertawa karna tingkahnya itu...

Akhirnya keesokan harinya okta menyebutkan 2 sahadat di depan seorang Imam dan oktapun kini sudah sah menajadi muslim

Dan seminggu setelah mengucapkan shadat okta menikah dengan feni di sebuah gedung ternama di Jakarta,

Kini okta dan feni sudah menjadi sebuah keluarga, hidup sebagai keluarga baru ternyata ketidak sengajaan mereka saat itu tak membuahkan janin namun kebahagiaan mereka akhirnya membuahkan hasil setelah umur pernikahan mereka 6 Bulan feni diketahui hamil dan bisa merasakan menjadi seorang istri seutuhnya.

Sedangkan okta sendiri ia kini sudah menjadi seorang suami serta calon ayah dan tentu saja okta masih tetap menjadi dosen di universitas lulusan ia kuliah dulu...

End

Продолжить чтение

Вам также понравится

55.4K 6.1K 38
Sebuah rahasia yang tidak akan pernah meninggalkanmu...
37K 124 2
FEM HYUCK! KARYAKARSA ONLY! JOROK BANGET! MINOR DNI! MARKHYUCK AREA "Kisah aca dan selingkuhannya, sopir angkot langganan aca ke pasar, abang malik"
406K 14.9K 85
Katanya, tidak ada persahabatan yang abadi antara laki-laki dan perempuan. Lalu bagaimana jika keduanya menemukan seseorang yang berhasil meraih temp...
80.7K 6.3K 46
cerita fiksi jangan dibawa kedunia nyata yaaa,jangan lupa vote