Your Feelings

Por AlishaJuliandini

644K 5K 499

Railine kesal pada Sean. Cowok itu seenaknya mendekatinya, apalagi kejadian di kantin yang membuatnya malu. L... Más

Part 1 : Awal

Part 2 : Salam Kenal Ya!

35.6K 2.3K 222
Por AlishaJuliandini

Selamat membaca! ♡

————

Railine baru saja sampai di kelasnya, setelah beberapa menit yang lalu ia lewati dengan berjalan kaki. Memang jarak antara rumahnya dengan sekolahnya itu tidak terlalu jauh.

"Kenapa lo senyum-senyum sendiri?" tanya Railine sambil menyimpan ranselnya di bangku sebelah Alina.

"Emang nggak boleh senyum?" Alina membalasnya, cewek itu melirik Railine lalu kembali memandang ponsel yang ada di tangannya.

"Bukan nggak boleh, tapi lo itu kayak orang yang nggak waras, Na. Megang hape sambil senyum-senyum gitu." Railine geleng-geleng kepala. "Lo lagi sakit?"

"Heh, nggak. Cuma, ya begitulah," ujar Alina. Cewek itu sempat mendelik, namun kembali senyam-senyum pada Railine.

"Ada apa sih?! Hari ini lo aneh banget, Na."

"Sini deh," Alina menyuruh Railine duduk, karena sejak tadi Railine berdiri di depan Alina. "Gue lagi deket sama seseorang." katanya bercerita pada Railine sembari sumringah.

"Siapa?" Railine menyipit ketika mendengar sahabatnya tersebut sedang dekat dengan seseorang yang ia bilang tadi.

"Temennya si Sean," Alina masih membisik seperti tadi. Ia tahu, bila nanti teman sekelasnya mendengar apa yang mereka bicarakan pasti akan menjadi bahan gosipan.

Railine tahu Sean-Sean yang dibicarakan Alina tersebut. Cowok seangkatan mereka yang berasal dari kelas sebelah. Kerjaannya sering buat ulah dan bikin guru-guru kesal. Pernah sekali, ia memergoki cowok itu sedang dihukum memutari lapangan sambil cengar-cengir. Mana ada sih, orang yang dihukum malah cengengesan gitu? Dan Railine bersumpah tidak akan pernah dan berani dekat-dekat cowok usil yang katanya playboy itu.

Railine mengerutkan dahinya, "Temennya yang mana? Tapi—lo tau, kan, mereka gimana? Maksud gue, mereka kan suka buat ulah."

"Wira namanya, temennya Sean yang agak kalem, dibanding yang lain." jawab Alina sambil fokus kembali pada ponselnya.

"Kok kalian bisa deket?" tanya Railine penasaran. Cewek itu menopang dagunya dengan tangan kanan, mendengarkan cerita Alina dengan serius, sesekali dahinya berkerut.

Alina mengedikkan bahunya, "Nggak tau, tiba-tiba aja dia nge chat gue lewat WA. Gue juga bingung, dia dapet nomer gue darimana,"

"Terserah. Tapi gue ingetin lagi ya, kalau lo galau gue nggak mau tanggung jawab." ujar Railine malas.

"Sirik aja, mblo." Alina tertawa, membuat Railine mendengus.

"Bukan sirik, kalo ada apa-apa gue nggak mau ikut campur lho ya."

Alina mengangguk seraya tersenyum dengan nasehat Railine barusan.

"Sean ganteng masa, Lin." ujar Alina tiba-tiba. Cewek yang sempat fokus dengan ponselnya itu tiba-tiba berucap membuat Railine memandangnya heran.

"Terus?"

"Kali aja, lo mau deket sama dia. Gue bisa kok minta tolong Wira." Setelah itu, Alina nyengir.

"Ogah!" bantah Railine dengan cepat.

Dia sudah janji pada dirinya sendiri tidak akan terlibat dengan cowok yang sering buat onar, bisa-bisa dia terseret. Dan dengan gilanya, Alina menawarkan untuk dekat dengan Sean? Ya jelas, big no! Walaupun cowok itu ganteng, katanya.

"Lumayan, dideketin cowok famous." bisik Alina.

Railine berdecak, "Pemes gara-gara bikin ulah, iya!"

Alina terkikik mendengar balasan Railine, "Ntar lo kecipratan dapet followers banyak," Alina kembali membisik, dan itu semakin membuat Railine kesal.

Mau famous, mau ganteng, followers-nya banyak yang jelas Railine nggak mau. Titik. Katanye begitu.

"Bodo, nggak duli."

"Mau aja. Biar ntar kalau gue jadi sama Wira, kita double date gitu ceritanya." Alina semakin berisik. Begitu pula dengan Railine yang hanya membalas ocehannya dengan 'bodo amat'-nya. "Lucu deh, ya. Kalau gue jadian sama Wira, terus lo jadian sama Sean."

Railine bergumam malas.

"Nggak minat."

"Siapa tau, kalau lo jadian sama Sean lo bisa dapet kecup-kecupnya dia."

"LO GILA YA, NA?!" Railine menutup mulutnya yang ternyata, dia sendiri nggak sadar kalau udah ngegas. Semua ini gara-gara Alina dan pikiran omesnya. Teman-teman kelasnya mulai menatap keduanya ingin tahu. Railine hanya meringis lalu nyengir sambil meminta maaf karena sudah berteriak terlalu kencang, sementara Alina sudah terbahak-bahak.

***

"Aish, lo lama banget sih, Lin." Alina menggerutu ketika ia menunggu Railine yang sibuk memasukan alat tulis ke dalam ranselnya. Cewek itu mendengus. Masalahnya, bel istirahat berbunyi dari beberapa menit yang lalu, sudah ia pastikan kantin akan sangat penuh dan mereka tidak akan kebagian meja atau bahkan mengantre lebih lama sampai jam bel selesai istirahat berbunyi.

"Sabar dikit, Na, ini udah kok." ujar Railine memasukkan buku terakhirnya ke dalam ransel.

"Buruan! Gue laper, Lin, sumpah. Takut entar malah penuh, terus nggak jadi jajan." Alina kembali mengoceh, membuat Railine geleng-geleng kepala karena sahabatnya itu tidak sabaran.

"Udah," Railine menghampiri Alina yang kini berdiri di dekat pintu kelas. "Ayok."

Kedua cewek itu lantas pergi ke kantin. Benar saja yang dibilang Alina, meja kantin sudah penuh. Di beberapa tempat yang menjual beberapa dagangan tampaknya sudah banyak yang mengantre. Itu artinya mereka harus siap berdesak-desakan.

"Tuh kan, penuh. Apa kata gue juga," ujar Alina sebal.

"Ck, diem deh nggak usah ngomong mulu, pusing gue dengernya." omel Railine. "Tuh, dipojok sana ada meja kosong."

Mereka menempati meja paling pojok kantin itu, meja di tempat yang lain telah terisi penuh oleh siswa-siswi yang mendapatinya dengan cepat.

"Lo mau pesen apa, Na? Biar gue pesenin," tanya Railine.

"Gue aja yang pesen, lo suka lama kalo ngantri. Lo mau pesen apaan?" Alina bangkit dari duduknya sambil menyindir Railine yang tampak santai.

"Samain aja kayak lo," jawab Railine.

"Oke."

Tuk tuk tuk!

Railine mengetuk-ngetukkan meja menggunakan jarinya. Matanya menelusuri kantin yang ramai oleh siswa-siswi sekolah ini. Tak berapa lama, Alina kembali dengan membawa nampan—dua mangkuk bakso dan juga dua gelas kaca berisi es jeruk segar.

"Nih." Alina duduk kembali pada posisinya seperti tadi, ia menyimpan mangkuk bakso di hadapannya dan juga di hadapan Railine, tak lupa gelas berisi es jeruk.

"Eh, eh, Lin." panggil Alina.

"Apasih?" tanya Railine, cewek itu menyuapkan bakso ke dalam mulutnya.

"Itu, itu. Eh, itu si Sean kok ngeliatin lo mulu ya?" tanya Alina menunjuk dengan dagunya seorang cowok yang seragamnya tidak beraturan. Kemeja cowok itu keluar dari celananya, bahkan tidak dikancing dan malah memperlihatkan kaos putih yang melekat di tubuhnya.

Railine menelan bakso yang ada di mulutnya, lalu ia menyereput es jeruknya memakai sedotan. Nggak mungkin, pasti si Alina ini ngada-ngada. Gila aja.

"Apaan si lo? Nggak mungkinlah. Mungkin aja dia ngeliatin orang yang kebetulan di belakang gue." balas Railine santai. Namun jantungnya tiba-tiba merasa deg-deg an karena takut berurusan dengan cowok itu.

"Ih, enggak, seriusan. Gue udah dua kali lihat. Pas gue mau pesen bakso, terus sama sekarang ini. Fix dia ngeliatin lo," ujar Alina heboh. Sahabatnya itu melahap baksonya dengan rakus, sambil sesekali menatap cowok yang ada di ujung sana.

"Ck, bodo. Udahlah, mending makan entar keburu jam istirahatnya habis." Railine kembali menyuapkan bakso ke dalam mulutnya, menghiraukan ocehan Alina yang membuatnya pusing.

Railine geleng-geleng kepala melihat Alina yang tidak sabaran hingga tersedak, "Ck. Minum, minum."

"Ribet amat sih," Railine tertawa begitu juga Alina yang menyadari kecerobohannya.

Hingga suara teriakan seseorang membuat tawa mereka itu terhenti, fokus perhatian mereka tertuju pada seseorang yang saat ini menjadi sorotan siswa-siswi lain juga.

Brak! "CANTIK BANGET GILAA." Teriakan Sean itu menghebohkan kantin sekolahnya. Pasalnya, playboy yang terkenal itu kini, berteriak dengan menggebrak meja seenak dahinya sambil berdiri.

Alina meneguk salivanya ketika Wira bangkit dari duduknya, menyuruh Sean dengan kalem kembali ke posisinya semula. Dia memalingkan wajahnya, padahal Wira tidak menggodanya, tapi kenapa ia harus salting seperti ini?

"Maaf, teman-teman yang kucintai, temen gue lagi kumat. Tolong dimaklumi ya." kata Wira dengan santai.

Alina menyenggol siku Railine, "Nah, itu yang namanya Wira. Ganteng, kan?" Railine tidak merespon, ia masih memperhatikan Sean yang tersenyum padanya.

Tampilan badboy. Railine berkata dalam hati, ck, mengapa kini matanya terus-menerus menatap Sean?

Railine mengalihkan matanya, Sean dan teman-temannya kini sedang berdebat, entah soal apa, Railine tidak peduli.

Railine menghela napas kasar, ketika matanya melihat Sean kembali berdiri.  Railine meneguk ludahnya ketika mata mereka berkontakan.

"WOY! BUAT CEWEK YANG DUDUK DI POJOK SANA, CEWEK MANIS YANG LAGI MAKAN BAKSO. YANG RAMBUTNYA SEBAHU, YANG PIPINYA UNYU-UNYU, ADA SALAM NIH DARI SEAN NAUFAL ALDEBARAN. SALAM KENAL YA!"

Railine menganga ketika mendengar suara teriakan Sean lagi. Tapi yang lebih parahnya, cowok itu mengatakan sesuatu kepadanya, dan kini, Railine yang menjadi pusat perhatian semua orang di kantin. Sungguh, Railine malu, Railine belum pernah seperti ini.

Alina juga sama halnya dengan Railine, ia membulatkan matanya kaget. "Mampus. Tuh kan, apa kata gue, dia itu merhatiin lo."

"Mungkin bukan gue." Railine masih menyangkal.

"Ck, siapa lagi kalau bukan lo? Jelas-jelas itu ciri-ciri yang dia sebutin elo banget!" keukeuh Alina.

Railine menunduk, kini bakso yang masih di mangkuknya itu tidak membuatnya berselera kembali. "Ish, ini gimana? Sumpah, Na, gue malu." Kakinya sudah gemetar, ingin berlari lalu kabur ke dalam kelas. Tapi semua mata juga sudah tertuju padanya, apalagi kantin yang sempat riuh tadi kini mendadak hening. Mampus lah dia.

"Huft, tuh cowok ya, kalau mau kenalan nggak ada manis-manisnya banget. Teriak-teriak segala lagi, sekalian aja pake toa." gumam Alina sambil geleng-geleng kepala. "Tapi nggak papa, orang ganteng mah bebas tau!"

Bodo amat! Railine semakin tidak peduli apa yang dikatakan Alina.

"Gue pengen buru-buru ke kelas, Na, duh." Railine semakin gelisah, tangannya juga sudah basah dengan keringat.

"Ya udah, ya udah bentar. Gue mau bayar dulu, pake uang gue dulu aja, entar lo ganti di kelas." Railine mengangguk dengan cepat, sambil menunduk, ia melirik Alina yang melenggang pergi membayar bakso.

"Ayok!" Setelah Alina kembali, cewek itu mengajak Railine pergi dari kantin.

Langkah mereka terhenti, karena seseorang kembali berteriak. "HEY, LO NGGAK BERNIAT NGASIH TAU GUE GITU, SIAPA NAMA LO?"

Railine menggeleng cepat, lalu ia berlari menuju kelasnya. "Tunggu oy!" Alina ikut berlari.

Dan sudah bisa Railine pastikan, hidupnya tidak akan tenang seperti sebelumnya.

Tbc

Mas Sean kok ngegas sih?! 😆
Yauda yauda, mau update cepet? Jangan lupa tinggalin jejaknya kawan kawan. Makasi dan sampai jumpa!

Salam, Alisha. 🌻

Seguir leyendo

También te gustarán

317K 18.9K 36
JANGAN LUPA FOLLOW... *** *Gue gak seikhlas itu, Gue cuma belajar menerima sesuatu yang gak bisa gue ubah* Ini gue, Antariksa Putra Clovis. Pemimpin...
557K 43.1K 29
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens. "Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gu...
1.5M 130K 61
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
1.1M 45K 51
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...