Ikh POV
Kost. 06.10
Suara dering jam alarm---maksudku suara lembut waifuku, dia selalu membangunkanku setiap pagi untuk sarapan pagi dan cuci muka. Tapi.... Pada saat aku membuka mataku, aku langsung disuguhkan pemandangan yang mengerikan.
Sesosok hantu berambut hitam panjang, wajahnya tertutup oleh rambutnya sendiri dan dia melayang diatasku dengan rambutnya berjatuhan ke arahku.
"Selamat pagi~~" katanya dengan nada menyeramkan.
"K - KENAPA KAU YANG MALAH MEMBANGUNKANKU??!!!!"
Kost. 06.20
Aku memakan nasi putih dengan menu telor mata sapi dimana gumpalan kuningnya pecah dan membanjiri tumpukan salju putih yang hangat. Setelah membaca doa, langsung aku santap makanan yang terlihat lezat dimataku itu. Hanya butuh waktu 15menit lebih 20detik untuk menghabiskan makanan tersebut. Aku beranjak dari meja makan menuju dapur, aku buka selang air dan sikat gigi yang sudah aku campur dengan cairan putih lembek.
Sret.. Sre.. Sraaat.... Bruururrrrr....
"Ah~~~~" desahku setelah membuang jurang kematian dari mulutku.
Aku kembali ke kamarku dan mengenakan kemaja putih, celana panjang yang memiliki motif garis horizontal hijau tua disisi kiri dan kanan dan garis vertikal hijau cerah lurus ke bawah, tidak lupa setelan vanila susu.
"Oke~~sekarang apa yan---" kata - kataku terhenti setelah seutas tangan pucat menyentuh dingin pundak kiriku, tepat dibelakangku berdiri sesosok hantu tadi.
"Dasimu longgar..." katanya kembali dengan nada mengerikan.
"Bisakah kau hentikan dengan aksimu yang tiba - tiba muncul itu, hantu sialan.." pintu sedikit kesal bercampur takut.
Asal kalian tahu saja begini - begini, aku juga takut hantu apalagi hantu Kuntilanak. Karena mereka membawa memori yang sangat menakutkan untukku, dosa apa yang pernah aku lakukan dikehidupan sebelumnya sampai - sampai mendapatkan penjaga aneh dan menakutkan ini.
"Aku berangkat dulu..." kataku seraya membuka pintu lalu menguncinya.
Baru beberapa meter menjauh dari rumah atau lebih tepatnya kost - kost-an itu, tiba - tiba Kunti (sebutanku untuk hantu penjagaku) keluar dari kost dengan cara menembus pintu masuk. Dia terbang ke arahku sembari memanggil namaku.
"Ikh~~~"
Merasa nyawaku terancam, aku langsung berlari cepat menjauhi Kunti tapi Kunti tidak menyerah. Dia...... MEMPERCEPAT terbangnya!!!!!
Mungkin sudah 10menit aku telah berlari dan berhasil sampai di depan pintu gerbang sekolahku.
"Hah, Hah, Hah. Apa dia tidak mengikutiku lagi?" tanyaku lelah seraya melirik ke belakang. "Aku rasa tida---" kata - kataku terhenti setelah membalikkan pandanganku dan bertemu dengan muka Kunti yang sudah terkelupas dan mengeluarkan belatung itu.
Sontak saja wajah itu membuatku tersungkur ke belakang semantara dia mendekat dan ingin mencakarku, aku hanya bisa menutup kedua mataku dan menunggu.
"Pagi - pagi sudah ada hantu..."
Nreeeezzzz..... Craaak....
Angin bertiup kencang di depanku dan membuatku tanpa sengaja membuka kedua kelopak mataku.
Tepat di depanku ada Kunti dan didekat pakaiannya ada kain - kain putih yang tercabik - cabik dan api biru yang kecil. Kunti membalikkan badannya, mengangkat dan membersihkan pakaianku dengan kekuatan spritualnya.
"Ikh, kau meninggalkan kacamatamu..." kata Kunti yang memberikan kacamata (+) untuk rabun jauh.
"Kau jauh - jauh pergi ke sekolah hanya untuk memberikan kacamata ini?" tanyaku sembari mengenakan kacamata itu.
Kunti mengangguk. "Kenapa kau lari pada saat aku panggil?" tanyanya.
"Siapa yang tidak lari setelah mendengarkan suara mengerikan milikmu itu?!!"
"Pokoknya terimakasih banyak karena telah memberikan kacamata ini, aku harus segera masuk ke sekolah. Sampai jumpa~~~"
Aku berjalan meninggalkan Kunti sendirian didepan gerbang, dan juga aku tidak ingin seseorang melihatku berbicara dengan 'angin'. Mereka akan menyebutku aneh atau gila.... Lagi.
Aku berhenti tepat di depan pintu kelas 1-C tapi....
"Terkunci..." kataku menatap datar. "Ada pemberitahuan?"
Aku mendekat ke samping kiri pintu kesal dan membaca tulisan yang ada diselembaran kertas yang tertempel disana.
Sekolah masuk jam 7.30
Untuk semua siswa harap sabar menunggu. Kami membuka kantin dan perpustakaan untuk mengganti penyambutan murid baru kelas ini!
Sekolah. 06.59
Aku berjalan di lorong sekolah, disamping kananku ditumbuhi tanaman - tanaman yang tidak kuketahui serta pepohonan yang lumayan tinggi. Maju ke depan lagi ada lapangan basket, di depan lapangan basket gerbang sekolah, dikanan ada lapangan voli, di kiri ada jembatan yang menghubungkan dengan kantin sekolah.
"Akhirnya sampai juga..." kataku berhenti didepan pintu yang bertuliskan 'Perpustakaan'.
Aku lepas sepatu terlebih dulu sebelum masuk ke dalam perpustakaan. Di dalam perpustakaan sangatlah sepi wajar saja, sekarang masih jam 7 pagi. Aku berhenti di depan enam blok buku, IPA & IPS, B. Inggris & Seni, Matematika & Bahasa, Olahraga, Cerita, Campuran.
Aku langkahkan kakimu masuk ke dalam Blok Cerita karena membaca cerita mungkin dapat mempercepat waktu tungguku dan juga tidak terlihat ada murid yang datang kecuali pengawas perpustakaan yang merupakan seorang wanita tua berkacamata.
"Sepertinya ini menarik.." kataku melihat kumpulan cerita rakyat.
Tapi pada saat aku sudah mengambil buku itu, aku melihat sosok gadis diseberang lubang, dia memiliki mata biru yang indah dan cerah.
"H - HANTU!!!" teriaknya sambil melempar buku yang dia pegang, anehnya buku itu berhasil selamat dari jepitan sela buku yang sembit dan berhasil mengenai dahiku.
Aku terpukul ke belakang dan menabrak rak buku yang berisikan kamus. Beberapa kamus yang sangat 'tebal' berjatuhan di atasku, dan malang 'yang' paling teballah yang mengenai kepalaku. Aku terjatuh di atas lantai dan seketika itu juga pingsan.
Setelah aku siuman aku sudah berada di ruang Uks yang ada disamping kanan ruang perpustakaan bersama penjaga perpustakaan.
"Apa yang terjadi padaku?" tanyaku bingung sambil memegangi perban putih yang melilit kepalaku. "Awh.."
"Beberapa saat lalu kau pingsan akibat terkena kamus yang 'tebal'.." jawab penjaga perpustakaan.
"Begitu ya..." sahutku lemah. "B - Bagaimana dengan penyambutannya???" tanyaku panik.
"Penyambutannya sudah selesai, bagi murid yang tidak turun dapat memperkenalkan diri mereka besok..."
"Kau pasti bercanda..."
Sekolah. 07.45
"Terimakasih karena mau merawat luka kepalaku..." kataku sambil memberi hormat pada ibu Uks yang ternyata penjaga perpustakaan juga.
"Hati - hati..."
"Baik..."
Aku pergi dari Uks menuju gerbang sekolah. Di depan gerbang sekolah ada atau menunggu seorang gadis bersurai hitam berponi di depan dahi, dua helai rambut di depan, sisanya dibelakang. Dia mengenakan pakaian yang sama denganku hanya saja dia adalah perempuan, perempuan harus mengenakan rok.
Gadis itu menyadari kedatanganku. Dia berlari ke tempatku dengan tampang khawatir.
"Kau baik - baik saja?" tanya dengan nada benar - benar cemas.
Baru pertama kali ini ada seseorang yang memcemaskanku. Jadi ini namanya 'dicemaskan'.
"Ya, a - aku baik - baik saja..." jawabku gugup.
"Syukurlah..." katanya sembari mengusap dadanya yang bisa dibilang 'sedikit rata' itu.
Aku rasa dia baru saja mendengar suara batinku berbicara, mukanya memerah setelah menyadari tingkah lakunya yang bisa dibilang memalukan 'bagi' seorang perempuan.
"J - Jangan salah s - sangka. A - Aku tidak b - bermaksud untuk m - melakukannya atau hal yang paling...." katanya gugup yang membuatku berpikiran kalau itu 'manis'.
"T - Tenanglah. K - Kau baru 12tahun, aku yakin i - itu pasti 't - tumbuh'..."
"APA YANG BARU SAJA AKU KATAKAN??!!!"
Mukaku dan gadis itu merah sama, dia menutup dadanya dengan kedua tangannya sedangkan aku mengalihkan pandanganku sembari tersenyum masam.
"Terimakasih, dan....... Dasar MESUM!"
Entah kenapa pada saat dia mengatakan itu hatiku terasa seperti tertusuk tombak yang tajam. Baru pertama kali ini aku disebut 'mesum', ditambah dia itu perempuan.
"M - Maaf, aku tidak sadar saat mengatakan itu kok..." kataku membela diri.
"Aku harus mencairkan suasana kalau tidak hubungan pertamaku dengan seseorang akan hancur berantakan...."
"Oh iya namamu siapa? Namaku Ikh..." seruku sembari tersenyum ke samping.
Dia terlihat berpikir dulu sebelum menjawab, sungguh orang yang bijak dan.... Lama. Dia menghilangkan satu tangannya yang melindungi dadanya dan meminta jabat tangan denganku, tanpa bertanya aku langsung menerima jabat tangannya. Tentu saja dengan lembut.
"Salam kenal, Ikh..." sahutnya.
"Dan namamu?"
"Panggil saja Huda...."
"Huda? Nama yang bagus!"