Two Heart [DRAMIONE]

بواسطة shaf_writes

144K 16.5K 2.8K

[COMPLETED] Dramione Fanfiction : Hermione Granger X Draco Malfoy Cover : by Carey_san المزيد

Bab 1 - Konsekuensinya
- 1 . Flashback
- 2. Flashback
Bab 2 - Dilema
Bab 3 - Bukan Cinta Yang Salah
Bab 4 - Terlalu cinta
Bab 5 - Ketika Cinta Harus Memilih
Bab 6 - Malfoy's Family
Bab 8 - Pergi
Bab 9 - Dimana kamu?
Bab 10 - Menemukanmu
Bab 11 - Jangan pergi
Bab 12 - St.Mungo
Bab 13 - Wedding [The End]

Bab 7 - Satu Jam Saja

7.7K 1K 132
بواسطة shaf_writes


"Berikan aku satu jam untuk bersamamu."

Hening. Draco menatap mata Hermione. Begitupun sebaliknya. Ini pilihan sulit. Jujur, Ia sangat ingin bersama Hermione walaupun hanya satu jam. Tapi, kalau Ia lakukan itu, Ia akan semakin sulit melupakan gadis itu. Ia takut, Ia tidak bisa melepaskan Hermione nantinya.

Beberapa menit mereka habiskan dalam kebisuan. Sampai pada akhirnya Draco telah memutuskan. Perlahan, Ia beranjak dari duduknya dan menghampiri Hermione.

Jarak mereka sangat dekat. Namun sayang, mereka dipisahkan oleh jeruji besi.

Hermione mengangkat tangannya dan membelai pipi Draco perlahan. Seakan wajah Draco adalah suatu mahakarya yang sangat mahal dan sangat rapuh.

Pemuda itu menutup matanya. Merasakan kehangatan di pipinya karna sentuhan Hermione. Masa bodoh dengan logika. Kali ini.. untuk kali ini saja. Walaupun hanya satu jam, Draco tidak apa-apa.

Titik-titik air mata mengalir dari sudut mata Hermione. Ia masih menatap mata kelabu itu lekat-lekat. Seakan kalau Ia berkedip, Draco akan hilang dari pandangannya.

"Draco.. aku cin-"

"Ssstttt!" Pemuda itu meletakkan jari telunjuknya pada bibir Hermione.

"Jangan katakan itu. Kita cukup menikmati malam ini saja. Jangan membuat semuanya jadi sulit, Hermione."

Hermione terdiam sebentar. Setelah sadar, gadis itu hanya mengangguk. Ia menurunkan tangannya dari wajah Draco. Lalu menyusupkan jari-jarinya pada sela jari-jari pemuda itu. Kini tangan mereka seling menyatu.

"Apa kau akan baik-baik saja disana?" Tanya Hermione memecah keheningan.

"Iya. Aku akan selalu baik-baik saja." Jawab Draco dengan nada meyakinkan. Walau Ia sendiri tidak tahu masih hidup atau tidak saat keluar dari tempat itu. Tapi setidaknya, Ia tidak membuat Hermione khawatir.

Hermione mengangguk, "Kenapa semua ini bisa terjadi?"

Draco terdiam. Maksudnya kenapa Draco bisa di penjara atau kenapa hubungan mereka bisa sampai seperti ini? Ia tidak mengerti.

"Aku percaya, tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Tuhan pasti telah merencanakan sesuatu yang indah untuk kita semua." Lanjut Hermione.

Draco tersenyum samar. Ia memperhatikan tangannya yang berada di genggaman Hermione.

Hangat. Sungguh dia merindukan hal-hal kecil yang dulu sering mereka lakukan bersama.

"Draco! Jangan lari kau ya!" Teriak Hermione dengan wajah kesalnya.

"Ayo, kejar aku kalau kau bisa. Apa kaki pendekmu itu bisa mengejar kakiku yang berlangkah besar ini?" Ejek Draco.

Hermione semakin memerah, marah. Dahinya berkerut-kerut. Ia kesal setengah mati dengan pemuda setengah ferret itu. Pasalnya, Draco baru saja membawa kabur tugas essay Hermione.

Pemuda pirang itu menggoyang-goyangkan perkamen milik Hermione di udara.

"Ayo ambil! Dasar lemah." Katanya seraya menjulurkan lidahnya.

"Draco!!!!!" Gadis itu kembali mengejar Draco. Namun sial, kakinya tersandung akar pohon. Menyebabkan tubuh mungil Hermione terhempas jatuh.

Bruuukk!!

Draco menghentikan kegiatan berlarinya. Ia menoleh kebelakang dan mendapati Hermione yang sudah terjerembab jatuh dengan posisi tengkurap. Tanpa pikir dua kali, Draco langsung berlari kearah Hermione.

"Hermione?"

Gadis itu tidak bergerak. Matanya tertutup rapat. Draco jadi panik.

"Oh, God!" Pemuda itu menggendong tubuh Hermione dan meletakkannya di bawah pohon.

Draco merebahkan kepala Hermione pada pahanya. "Hermione? Kau kenapa? Ayo, bangunlah."

Beberapa kali Draco menepuk-nepuk pipi Hermione. Namun lagi-lagi tak ada respon. Jantung Draco sudah berdetak kencang.

"Hermione, jangan membuatku takut."

Draco sudah kehabisan akal. Wajahnya memucat. Ia tidak tahu harus melakukan apa. Tidak mungkin Ia membawa Hermione ke hospital wings. Itu akan menimbulkan tanda tanya besar.

Tapi masa bodoh dengan itu semua. Yang penting Hermione selamat dan baik-baik saja.

Baru Draco akan mengangkat tubuh Hermione, tiba-tiba Ia melihat sudut bibir Hermione agak tertarik.

Draco paham sekarang. Ia menyeringai menatap wajah Hermione.

"Ah, apa yang harus aku lakukan?" Ucap Draco mendramatisir. "Apa aku harus memberinya napas buatan?"

Alis Hermione berkerut. Tapi gadis itu tak juga membuka matanya. Draco tersenyum puas. Perlahan Ia mendekatkan wajahnya.

Ia sengaja bernapas kuat-kuat. Membuat helaian rambut Hermione bertebrangan.

5 centi.

3 centi.

2,78 centi.

1,89 centi.

"Sepertinya kau memang benar-benar mau aku cium ya?" Draco menyeringai. Wajah mereka amat sangat dekat.

"Huufftt!" Pemuda itu meniup wajah Hermione. Membuat wajah gadis itu mengernyit kaget. Tapi Hermione tetap tidak membuka matanya.

"Masih tidak mau bangun ya?!" Draco menjauhkan wajahnya dari Hermione. Lalu dengan cepat Ia menggeletik pinggang Hermione.

"Hahahahhahaha!!" Hermione terbangun sudah. Sekarang Ia malah menggelinjang kegelian.

"Ampun! Ampun!!"

"Anak nakal! Kau harus dihukum."

Pada akhirnya sore itu mereka habiskan dengan tertawa bersama sampai matahari turun dari singgahsananya.

Kepingan kenangan itu seakan memaksa masuk pada ingatan mereka. Membuat luka yang belum sembuh ini-oh, atau tidak akan pernah sembuh-kembali merasa ngilu, perih.

Tidak ada lagi tawa bersama. Sekarang, yang ada hanya tangis tertahan. Membayangkan kalau ini benar-benar nyata. Dan mereka akan berpisah beberapa menit lagi.

All I ask is
If this is my last night with you
Hold me like I'm more than just a friend
Give me a memory I can use
Take me by the hand while we do what lovers do
It matters how this ends
Cause what if I never love again?

"Huhhhhuhh.. j-jaga diri b-baik-baik disana." Ucap Hermione sesenggukan.

Draco menatapnya sendu. Ia menangkup wajah Hermione dan menghapus air mata gadis itu dengan ibu jarinya.

Waktu sialan itu terus berjalan. Sebenarnya Draco tidak rela Hermione pergi. Tapi Ia harus lakukan itu.

"Hermione, lebih baik sekarang kau kembali ke asrama."

Hermione menatap Draco. Ada rasa tidak rela dimata itu. Ia masih mau disini, bersama Draco.

"Draco.."

"Siapa itu?!"

Mereka berdua terhentak, kaget. Itu suara filch.

"Hermione, cepat pergi dari sini."

Hermione panik. Ia menghapus air matanya dengan cepat lalu berdiri. Ia seperti orang kebingungan.

"Cepat pergi dari sini." Tekan Draco.

Hermiome masih berdiri disana. Sinar dari lampu minyak filch sudah terlihat. Tinggal beberapa langkah lagi dan pria tua itu akan melihat keberadaan Hermione.

"Hermione, ayolah!"

Gadis itu memandangi Draco sekali lagi.

Jadi.. sudah selesai? Ini sudah berakhir?

Dadanya sesak. Tanpa aba-aba, Hermione kembali berlutut dan memeluk Draco. Masa bodoh dengan pagar besi yang memisahkan mereka.

"Jaga dirimu." Hermione melepaskan pelukannya lalu mencium kening Draco sesaat.

Setelah itu, Ia langsung berlari menyusuri lorong gelap.

Draco memandangi punggung Hermione yang semakin lama semakin jauh dan akhirnya menghilang dibalik lorong.

"Selamat tinggal, Hermione. Aku mencintaimu."

Let this be our lesson in love
Let this be the way we remember us
I don't wanna be cruel or vicious
And I ain't asking for forgiveness
All I ask is

If this is my last night with you
Hold me like I'm more than just a friend
Give me a memory I can use
Take me by the hand while we do what lovers do
It matters how this ends
Cause what if I never love again?

***

Pagi-pagi sekali, saat matahari baru menampakkan diri, hogwarts sudah terjadi keributan. Semua murid berkumpul di halaman depan hogwarts. Menyaksikan di bawanya seorang Draco Malfoy ke Azkaban.

"Ku harap kau selalu baik-baik saja disana." Ucap professor mcgonagall selaku kepala sekolah. Draco hanya mengangguk samar. Tangannya diborgol dan dia didorong-dorong oleh penjaga Azkaban yang semua dari mereka bertubuh besar dan bau.

"Bisakah kalian semua bersikap lebih sopan?!" Protes Mcgonagall karna tidak terima Draco diperlakukan seperti itu.

"Ini sudah tugas kami. Jadi jangan ikut campur." Jawab salah seorang penjaga itu dengan sinis.

Draco ditendang sampai tubuhnya terhuyung kedepan. Ia tidak bisa apa-apa. Melawan pun tak mungkin. Memang inilah ganjarannya karna dulu menjadi seorang death eater.

Hermione yang melihat itu dari kejauhan, memegang tembok sebagai sanggahannya berdiri. Kakinya lemas dan Ia harus mati-matian menahan air mata yang memaksa keluar.

Disisi lain, murid gryffindor menyaksikan itu semua. Banyak dari mereka yang bersimpati, tapi tak sedikit pula yang menyukuri Draco.

"Kasihan ya, Draco." Ujar Parvati.

"Hah, untuk apa kasihan dengan sampah itu! Dia memang pantas diperlakukan seperti itu. Kalau perlu harusnya dia dipukuli lebih dulu." Sahut Seamus penuh dendam.

Hermione yang mendengar itu merasa geram. Ia tidak terima Draco dihina seperti itu.

"Jaga mulutmu, Finnigan."

Semua orang kini menoleh pada Hermione. Mata gadis itu menatap nyalang kepada Seamus.

"Kenapa? Aku benar 'kan? Sampah seperti di-"

Buakkk!!

Hantaman keras mulus mendarat pada tulang pipi Seamus. Mereka berdua kini sudah jadi pusat perhatian. Bahkan Draco pun menatap Hermione, terkejut. Gadis itu mendekati Seamus yang meringkuk ketakutan di bawah kakinya. Sesaat Hermione melirik Draco. Dan pemuda itu menggeleng-gelengkan kepalanya. Meminta Hermione agar tidak melanjutkan perkelahian ini.

Tiba-tiba Hermione menangis. Lalu gadis itu langsung berlari memecah kerumunan menuju asrama. Tidak peduli dengan tatapan curiga dari semua murid.

Sesampainya di kamar, Hermione langsung duduk dipinggiran kasur dan menutup mulutnya rapat-rapat agar tangisnya tak terdengar. Ia mengambil flower crown buatan Draco dan memeluknya erat.

Hanya ini satu-satunya kenang-kenangan dirinya dengan Draco. Bunga dari flower crown itu tidak akan layu. Mereka akan selalu abadi. Sama seperti cinta Hermione pada Draco. Yang akan selalu ada walaupun takdir tidak mendukung mereka untuk bersama.

Biarlah rasa itu tersembunyi rapat dalam hatinya yang paling dalam. Ia akan selalu menyimpan nama Draco pada ruang khusus di hatinya. Biarlah mereka tidak bisa bersama. Asalkan rasa itu masih dimiliki, itu pun sudah cukup.

***

Syalalala chapter trpanjang tapi tergaje 😁







واصل القراءة

ستعجبك أيضاً

5.3K 475 1
[ ONESHOOT ] - [ BAHASA ] ❝Whatever happens, you just have to believe that you never walk alone.❞ +shortstory #saskuverschallenge aileeliam©2017
543 114 6
Julie datang ke Movies N Motion untuk menyewa kaset film, tetapi kasirnya terlihat menarik. © Originally written by Stehargreeves, 2023.
220K 26.3K 27
Jika saja malam itu Draco langsung ke asramanya untuk pergi tidur Jika saja saat itu ia tak iseng membuntuti Hermione Granger yang bertingkah aneh la...
24/7 [ End ] بواسطة Jnawa

القصة القصيرة

682 97 13
Hanya sebuah kisah pendek, sebagai pengenang dirinya. Septian Aksara Derlangga. Laki-laki yang telah mengajarkan cara bersyukur padaku. Seorang yang...