Half Trillion

By SeoHyoNie

4.9K 372 33

Setengah triliun. Sebuah nominal angka yang bisa membuatnya memilikimu. One Piece © Eiichiro Oda Half Trillio... More

Chapter II: He's Yours
Chapter III: Becoming One

Chapter I: You're His

2K 144 16
By SeoHyoNie

Ada sebuah alasan mengapa ia ingin memilikimu...

.

.

"SATU MILIYAR!"

"DUA SETENGAH MILIYAR!"

"SEPULUH MILIYAR!"

"AKU BERANI MEMBELINYA SEHARGA 25 MILIYAR!"

.

.

Atmosfer persaingan semakin intens mendominasi ruangan itu. Sebuah ruangan megah dengan satu podium di atas altar sebagai tahta untuk sang penyelenggara.

Tempat pelelangan.

Ya. Ruangan itu adalah sebuah tempat pelelangan besar yang menjadi penyulut kompetisi sengit antar para pembelinya. Semua bersaing memperebutkan apa yang diinginkan oleh ego mereka. Segenap harta kekayaan menjadi taruhan. Kalah dalam pelelangan sama artinya dengan penghancuran harga diri. Semakin tinggi harga yang ditawarkan, hal itu akan membawa sebuah kebanggaan tersendiri. Ini bukan lagi sebuah pelelangan biasa. Kompetisi ini...

Sudah menjelma menjadi sebuah aksi unjuk kejayaan.

Gol D. Ace adalah salah satu dari pelelang di ruangan itu. Ia merupakan seorang bisnisman muda yang kaya raya dengan harta kekayaan yang tak perlu diragukan lagi kadarnya. Ia juga tergabung dalam organisasi mafia terbesar yang ada di salah satu belahan dunia. Semua bisa ia dapatkan. Kedudukan. Jabatan tinggi. Atau kejayaan dalam bentuk apapun. Semua itu sungguh semudah membalikkan telapak tangan.

Dan kali ini, ia sudah hadir dalam pergulatan ego antar para makhluk yang haus prestis itu. Hadirnya ia dalam pelelangan seakan menjadi sebuah ancaman terbesar bagi para kompetitor yang lain. Gol D. Ace adalah pesaing yang cukup tangguh dan sulit untuk dikalahkan. Ia bahkan tak pernah kalah dalam acara pelelangan manapun.

"Aku berani membelinya seharga seratus miliyar."

Pernyataan yang ia gemakan itu cukup mampu untuk mengagetkan semua orang. Sebuah penawaran yang cukup tinggi dan tak bisa dianggap remeh. Ace tak tanggung-tanggung. Barang yang hendak dilelang saat ini bukanlah sekedar 'barang' biasa.

Kali ini, yang dilelang adalah... manusia.

Atau lebih tepatnya seorang pemuda berusia sembilan belas tahun yang kini sudah tampak diborgol dan dijaga ketat oleh dua orang pengawal. Pemuda itu adalah putra dari Monkey D. Dragon, seorang kriminal dan pemberontak paling berbahaya di dunia ini. Ia juga merupakan cucu dari Monkey D. Garp, pimpinan kepolisian central di sebuah negara bagian barat. Dan terdamparnya pemuda itu dalam pelelangan masih menjadi misteri. Mungkin juga ini adalah ulah para mafia yang disewa oleh pihak pelelang itu sendiri untuk menculik pemuda itu.

Dan hilangnya pemuda itu dari mata dunia sungguh tak terlalu menggemparkan. Pemuda itu telah ditinggalkan oleh Dragon saat kecil dan Garp sudah tak pernah lagi mengurusnya dikarenakan jabatannya yang terlalu kompleks. Masyarakat juga tak terlalu mengenalnya. Ia hanyalah eksistensi yang disiakan.

Dari kejahuan, Ace bisa melihat bahwa pemuda itu menunduk dengan raut kesal. Memang, menjadikan orang sebagai obyek pelelangan sungguh sangat tak biasa dan tak lazim. Dan pihak penyelenggara tak ambil pusing akan hal itu. Karena ini adalah acara pelelangan ilegal dan cukup terselubung dimana pemerintah negara tak akan bisa mengusutnya. Ini bisa juga disamakan dengan sebuah black market. Hanya saja skalanya lebih besar.

"Hah! Aku berani memberikan harga yang lebih tinggi dari yang ditawarkan Gol D. Ace. Aku berani membeli anak itu dengan harga DUA RATUS MILIYAR!" Dengan sombongnya, pernyataan itu digemakan keras oleh Marshall D. Teach, presiden utama Kurohige Corporation. Ace hanya dapat menatap jijik ke arah pria itu. Ia yakin, pria licik itu ingin membeli putra Dragon hanya untuk pelampiasan semata. Dragon adalah musuh terbesar Teach dan ia pasti akan menghancurkan putra Dragon sebagai cara untuk membalas dendam.

Dan yang terburuk adalah... nafsu.

Ada pandangan nafsu yang tersirat di mata Teach saat menatap sosok putra Dragon. Ia bagai serigala buas yang mengincar mangsanya. Ace tak akan membiarkan pria itu mendapatkan apa yang ia mau. Putra Dragon tak bersalah. Ace harus memenangkan pelelangan ini jika ingin menyelamatkan pemuda itu. Ia masih memiliki hati nurani. Tidak seperti kompetitor lainnya yang hanya menginginkan pemuda itu untuk merealisasikan motif terpicik mereka.

Ace yakin, sebagian besar pelelang di dalam ruangan ingin membeli putra Dragon untuk dijadikan sebagai prostitusi.

Sungguh, mereka hanyalah sekumpulan orang jahanam.

"Aku ingin membelinya dengan harga tiga ratus miliyar. Bagaimana?" Trafalgar Law mulai menantang. Dokter yang dikenal bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit itu ternyata ikut hadir dalam acara pelelangan ini. Sebelah alis Ace terangkat menatapnya. Sosok pesaing keduanya itu tampak tenang dan sangat santai. Dibalik sikapnya yang tak terlalu mengumbar ego, ia cukup optimis bahwa ia akan memenangkan pelelangan ini.

"Kalau begitu, kunaikkan penawaranku menjadi 350 MILIYAR!" Teach masih belum memperlihatkan tanda-tanda untuk menyerah. Pria itu tetap keras kepala dibalik jeruji resistensinya. Segenap orang menganga mendengar penawaran yang melangit itu. Pihak penyelenggara sampai gemetaran karena tak percaya dengan apa yang ia dengar.

"Tuan Teach sudah menawarkan harga 350 miliyar. Masih adakah yang ingin mengajukan penawaran lagi?"

"Empat ratus miliyar. Itu adalah penawaranku yang terakhir." Law menunjukkan batas kekuatannya. Ia tak akan bisa mengajukan harga yang lebih tinggi lagi. Sebagian besar harta kekayaannya sudah ia pertaruhkan dalam harga itu. Dan Marshall D. Teach tampak menyeringai penuh kemenangan.

"Kalau begitu, aku juga akan mengajukan penawaran terakhirku. 401 miliyar! Zehahahahaha! Anak itu akan menjadi milikku sekarang!" Gema tawa itu teriringi dengan semburat determinasi untuk menang. Teach menggosok kedua telapak tangannya, tak sabar lagi untuk mendapatkan 'barang' lelang yang ia inginkan itu. Ego sudah membutakan rasionya. Tersenyum sinis. Hanya itu yang dilakukan Ace saat menatap panorama itu.

Sesungguhnya...

Presiden Kurohige Corporation itu hanyalah seorang pecundang.

"Setengah triliun."

"A-Apa?"

"Aku ingin membeli anak itu dengan harga setengah triliun." Pernyataan yang diguratkan Ace membuat semua orang tercengang. Setengah triliun. Sebuah nominal yang cukup tinggi. Teach tampak syok, tak menyangka bahwa tahta kemenangan tak semudah itu berpihak padanya. Ia tak bisa melampaui harga yang ditawarkan Ace. Setengah triliun itu terlalu banyak. Bahkan Teach yakin, Ace akan mampu membeli anak itu dengan harga satu triliun lebih jika ia mau.

"Tuan Gol D. Ace telah mengajukan penawaran sebesar setengah triliun. Adakah yang berani mengajukan harga yang lebih tinggi dari ini?"

Hening.

Tak ada yang bisa melampaui harga itu. Teach seakan mati kutu. Ace mulai berdiri dari kursinya dan menyematkan kedua tangan ke dalam saku celananya. Hasil dari pelelangan ini sudah jelas.

"Jika tak ada yang bisa mengajukan harga yang lebih tinggi dari ini, maka sudah diputuskan bahwa 'barang' lelang kali ini jatuh ke tangan Tuan Gol D. Ace."

Putusan mutlak itu membuat Teach geram. Harga dirinya seakan terinjak-injak. Ace sudah menghampirinya dan menikamnya dengan seringai merendahkan. Deretan giginya tergertak melihat itu.

"Aku pasti akan merebut putra Dragon darimu, Ace! Bagaimana pun caranya. Kau lihat saja nanti!" Peringatan itu membuat Ace tertawa. Ia hanya menggeleng miris dan segera berjalan meninggalkan sang budak ego itu.

"Tetaplah bermimpi, Teach. Putra dari Monkey D. Dragon sudah sepenuhnya menjadi milikku."

~AxL~

"Gaahhh! Lepaskan aku! Kalian ingin membawaku ke mana, hah!"

"Diamlah, bocah! Jangan berontak dan ikutlah dengan kami!"

.

.

Luffy benar-benar resah.

Semenjak acara pelelangan itu selesai, ia pun harus dibawa secara paksa oleh kumpulan pria bertubuh besar yang menyebut diri mereka sebagai bodyguard. Sebuah mansion elit nan megah kini sudah menjadi tempat berpijaknya. Ini adalah rumah dari 'master'barunya. Luffy belum tahu, siapa gerangan orang yang sudah membelinya di pelelangan itu. Namun yang jelas, ia benar-benar tak suka dengan semua ini. Kemungkinan terburuk bisa saja terjadi. Ia belum tahu motif dari orang yang sudah membelinya. Bisa saja setelah ini, ia dijadikan budak, disiksa atau yang terburuk...

Dibunuh.

BUAKK!

"OUFFH!"

"Nah, sebaiknya kau diam di sini dan jangan kabur. Tuan Ace akan kemari sebentar lagi."

"Tu-Tunggu!" Luffy sudah tampak dihempaskan dengan kasar di atas sebuah ranjang. Beberapabodyguard yang mencengkramnya telah berlalu pergi dan mengunci pintu kamar dari luar. Luffy terbelalak melihat itu. Lekaslah ia berlari dan menggedor pintu dengan kerasnya.

"HEI! KELUARKAN AKU DARI SINI! BUKA PINTUNYA!"

DOKK! DOKK! DOKK!

"BUKA PINTUNYAAAAAA!" Sungguh percuma. Seberapa keras Luffy menjerit, tak akan ada yang mau membukakan pintu. Kesal, kedua tangannya dikepalkan erat-erat. Ini benar-benar buruk.

"Sial! Bagaimana aku bisa keluar dari tempat ini?" kedua obsidian Luffy lantas menatap sekelilingnya. Kamar yang ia tempati itu benar-benar begitu luas. Berbagai properti mewah bernuansa eropa turut menghias panorama kamar itu. Ada satu jendela di sudut kanan. Namun, Luffy tak bisa kabur dengan alternatif itu. Karena bayangkan saja, ia sudah berada di lantai tiga. Ia tak mungkin nekat melompat keluar dan mati sia-sia.

"Gahhhh! Menyebalkan! Aku tak bisa kabur jika begini caranya!" Frustasi, helai rambut raven itu tampak diacak dengan cukup kasar. Lekaslah Luffy terduduk di tepi ranjang dan melipat kedua tangannya. Dilematis melanda. Tak ada pilihan lain untuknya selain hanya diam dan menunggu sampai ada orang yang masuk ke dalam. Dan selagi pemecahan berjalan seperti itu, ia pun kembali beranjak dari ranjang. Melangkah, memperhatikan lagi segala sesuatu yang ada di dalam kamar itu.

"Pemilik rumah besar ini pasti orang kaya..." Luffy bergumam sendiri. Ia sudah terlihat berdiri tepat di hadapan sebuah TV layar flat berukuran raksasa. Matanya terbelalak melihat penemuan itu. "Seumur-umur, aku tak pernah melihat TV sebesar ini. Apa ini adalah bioskop mini, ya?"

Observasi itu masih berlanjut. Luffy melangkahkan kaki ke arah yang lain. "Wo-Woah? Ka-Kamar mandinya luas sekali! Ukurannya seluas ruang tamu di rumah Dadan dulu!" Pemuda itu kembali terpukau dengan apa yang ia lihat. Jika dipikir-pikir, kamar mandinya saja seluas ini, bagaimana dengan kamarnya?

"Aku baru sadar jika kamar ini luasnya hampir menyamai setengah dari lapangan futsal, Ne..." Luffy kembali tenggelam dalam rasa takjub. Semua ini seakan menjadi sebuah enigma tanpa jawaban. Puluhan busur tanya menebas nalarnya. Ini kamar siapa? Ini rumah milik siapa? Mengapa ia bisa ada di sini? Dan apa yang akan terjadi selanjutnya? Bagaimana nasibnya nanti?

Dan dalam proses penalaran itu...

Ia tak menyadari bahwa sesosok figur sudah terlihat masuk ke dalam kamar. Memperhatikannya.

"Kenapa? Apa kau tak pernah melihat ada kamar sebesar ini?"

"Eh?" rasa terkejut menghantam Luffy. Seorang pria bertubuh tegap sudah tampak berdiri di hadapannya. Gahar. Itulah kesan pertama yang ditangkap Luffy saat menatap penampilan dari pria itu. Parasnya juga sangat tampan. Daya tariknya terlihat dengan helai rambut raven acak sebagai mahkota kepala dan hamparan bintik hitam di kedua pipi yang memikat itu. Dan jangan lupakan pula tatto ASCE dengan huruf C yang ter-cross turut pula hadir untuk menghias lengan kirinya. Postur tubuhnya terlalu atletis dan begitu ideal. Luffy seakan melihat sosok seorang dewa.

Dan jika dilihat dari perawakannya, kemungkinan besar pria tampan bak model itu sudah menginjak usia sekitar 22 tahun. Kedua obsidian pria itu pun sudah menikam Luffy dengan tatapan serius. Yang ditatap mulai terhenyak, gentar.

"Si-Siapa kau!"

"Aku?" pria itu menaikkan sebelah alisnya. Kedua tangannya mulai disilakan tepat di dada. "Aku adalah Gol D. Ace, pemilik dari mansion ini. Dan juga... pemilikmu."

"Na-Nani? Pe-Pemilikku?" Luffy kembali terjebak dalam rasa kaget. Pemiliknya? Apa maksud dari perkataan orang ini? Mengapa ia bisa dengan seenaknya mengklaim bahwa Luffy adalah miliknya?

Dan Ace menganggukkan kepalanya tanpa keraguan sedikitpun. "Benar. Aku adalah orang yang sudah membelimu di pelelangan seharga setengah triliun."

'Setengah triliun?'

Luffy membisu untuk sesaat. Tak pernah terpatri dalam nalarnya bahwa eksistensinya akan dihargai setinggi itu. Mengingat retrospek, ia tak pernah dilelang dengan nominal yang selangit. Terakhir kalinya, ia pernah dibeli oleh seorang mafia bernama Smoker dengan harga dua puluh juta. Berkat perangainya yang liar, Smoker mulai tak betah dan kembali menjualnya dengan harga 35 juta. Dan ia pun kembali tersesat lagi dalam acara pelelangan ilegal terkutuk itu.

Setengah triliun...

Nominal yang seakan utopis. Memang, saat Luffy diborgol di depan altar tadi, ia sudah mendengar teriakan para pelelang yang ingin membelinya dengan skala miliyar. Namun, jika sudah menginjak ratusan miliyar itu baru merupakan hal yang mengejutkan. Ia sungguh tak mengerti dengan motif para pelelang yang ingin membelinya.

Logikanya...

Apa untungnya membeli pemuda liar yang merupakan anak dari seorang kriminal seperti dirinya dengan harga tinggi? Apa mereka ingin mencari masalah dengan Dragon? Ataukah...

.

.

"Ne, Nami?"

"Hmm?"

"Jika kita sudah dibeli oleh orang lain, apa yang akan terjadi pada kita?"

"Jika ada orang yang membeli kita, kemungkinan besar kita harus melayani keinginan 'master' kita, Luffy. Karena bagaimanapun juga, sang master sudah membeli kita dan memiliki hak untuk 'menggunakan' kita. Alegorinya... kita hanyalah sebuah barang... yang sudah dimiliki oleh orang lain. Yang tak memiliki hak untuk berontak dan hanya bisa pasrah menunggu masa untuk... digunakan."

"A-Aku... tak mengerti."

"Lebih mudahnya begini, kita tak akan punya hak untuk melawan perintah dari orang yang sudah membeli kita. Mereka bebas memperlakukan kita seperti apapun. Kita tak akan memiliki kebebasan lagi."

"Tidak memiliki kebebasan? Ke-Kenapa kita terdengar seperti budak? Dadan pernah bilang padaku bahwa negara ini sudah tak memberlakukan sistem seperti itu!"

"Itu jika negara masih memperhatikan nasib dari orang-orang tak berdaya seperti kita, Luffy. Kita hanyalah anak dari para pendosa. Negara tak akan peduli dengan kita. Dan pihak pelelangan juga tak mau tahu. Kita hanyalah obyek yang sudah tak dapat menentukan takdir hidupnya sendiri."

"Ta-Tapi..."

"..."

"Ini tidak adil!"

"... Bukankah hidup itu tak pernah adil, Luffy?"

.

.

Sekelebat bayangan masa lalu menghantui labirin ingatan Luffy. Nami hanyalah salah seorang anak kriminal yang juga mengalami nasib naas sama seperti Luffy. Mereka diculik oleh kumpulan mafia. Diperlakukan semena-mena. Menjadi obyek pelelangan. Dan hanya bisa menunggu nasib yang tak pasti. Selain mereka, juga ada Robin, Usopp, Vivi, Perona dan yang lainnya.

Dalam kejamnya perlakuan pihak terselubung yang tak bertanggung jawab, mereka harus menyatu dalam kungkuman kesengsaraan dan menggigil dalam distopia yang tak menentu. Satu persatu dari mereka pergi. Karena sudah dilelang dan dibeli oleh orang lain.

Nami... konon kabarnya, gadis asal Swedia itu telah dibeli oleh seorang juru masak dunia asal Perancis bernama Sanji. Yang Luffy dengar, gadis itu ternyata dibeli untuk dipersunting sebagai istri. Luffy yakin bahwa saat ini, hidup Nami telah bahagia bersama dengan dengan lelaki beralis pelintir itu. Sama halnya dengan Robin yang dilelang oleh juara kendo sedunia bernama Roronoa Zoro. Usopp yang dilelang oleh Ayah dari gadis bernama Kaya. Karena Usopp dipercaya dapat menghibur putrinya yang sedang sakit-sakitan itu. Demikian juga Vivi dan Perona yang telah dilelang oleh beberapa pengusaha kaya lainnya.

Kini, giliran Luffy yang harus kembali menjadi milik orang lain. Sebelum Gol D. Ace, ia memang sempat dimiliki oleh orang lain. Smoker yang belakangan. Sebelum itu... Luffy sungguh tak ingin mengingatnya lagi. Para master-nya terdahulu hanyalah sekumpulan orang jahanam yang hanya ingin memperalat Luffy. Beruntung putra Dragon itu adalah seorang pemuda yang kuat, yang bisa melindungi dirinya sendiri. Berkali-kali Luffy mencoba kabur meski pada akhirnya tertangkap juga.

Kembali pada realita saat ini. Telah ia pandang sosok Ace dengan seksama. Rasa cemas kembali membasuh benaknya. Kedua kakinya melangkah mundur secara insting. Ace menautkan alisnya melihat itu.

"A-Apa yang kau inginkan dariku?"

"Huh?"

"Kenapa kau membeliku?" Luffy benar-benar skeptis. Nalarnya berproses, menghasilkan rasa kewaspadaan supremasi. Sebuah senyum tersimpul di mulut Ace.

"Simple saja. Aku membelimu karena aku ingin... memilikimu."

'Memiliki?'

Kalimat itu seakan menjadi sebuah hukum alam yang berlaku dalam dunia pelelangan. Segenap obyek lelang 'hidup', tak bisa menafikkan hal itu. Mereka hidup untuk dilelang. Mereka hidup untuk dibeli. Mereka hidup untuk dimiliki. Dan mereka hidup hanya untuk...

Digunakan.

Kalimat itu bermakna ganda. Ada macam-macam cara bagi sang master untuk menggunakan obyek lelang yang ia miliki. Ada yang memakai kekerasan, penghancuran, penindasan sebagai balas dendam atas apa yang sudah dilakukan oleh orang tua mereka yang merupakan para kriminal, dijadikan sahabat, dicintai, dijadikan pendamping hidup maupun sebagai... pelampiasan nafsu.

Membayangkan probabilitas terburuk membuat kecemasan terpatri dalam diri Luffy. Apalagi di saat Ace sudah tampak melangkah maju menghampirinya. Pemuda itu tak bisa menafikkan guratan-guratan trauma yang pernah hinggap pada dirinya. Gemetar. Sekujur tubuh Luffy tampak gemetar. Parasnya pucat. Jiwanya seakan terguncang. Meski ia adalah seorang pemuda yang kuat, ia juga tak dapat menafikkan dinding psikisnya yang mulai rapuh.

"Ja-Jangan mendekat."

"..."

"JANGAN MENDEKAT KEMARI!" Teriakan itu membuat Ace menghentikan langkahnya. Pemuda yang ia miliki itu sudah menampakkan geliat untuk bertarung. Ia ingin mempertahankan diri. Dan Ace bisa mengerti dengan refleks itu.

"Tenanglah. Aku membelimu bukan untuk menyakitimu. Aku hanya ingin memilikimu."

"Diam! Aku tak percaya padamu! Kau pasti adalah orang jahat yang tak ada bedanya dengan mereka! Kau tak akan bisa 'menggunakanku'!" Resistensi itu membara semakin kuat. Luffy benar-benar begitu skeptis. Ace hanya berkacak pinggang melihatnya.

"Ternyata benar yang dikatakan mereka. Kau ini sungguh keras kepala."

"Kau berisik, Ne!" Luffy mengepalkan tangannya. Melayani ocehan master barunya yang menyebalkan itu hanya akan membuang-buang waktu saja. Pintu kamar sepertinya tak terkunci.

Ini adalah satu-satunya peluang untuk kabur!

"Hei, hei... mau ke mana kau? Kau tak bisa kabur semudah itu!"

"Aakkkhh! LEPASKAN AKUU!" Di saat Luffy hendak berlari menuju pintu, dengan cepat pula Ace menahannya. Tubuhnya sudah dicengkram erat dari belakang. Luffy mulai muak. Ia tak punya pilihan lain. Jika cara halus tidak mempan, maka kekerasan adalah jawabannya.

"Gaaahh! Rasakan ini!"

"W-Woi!" Sebuah tinju dengan cepatnya telah dilesatkan ke paras Ace. Beruntung karena jarak mereka yang tak stagnant, Ace bisa menghindarinya. Tak sampai di situ saja resistensi itu berakhir. Luffy mulai meregangkan cengkraman Ace dan lantas menghunus tubuh sang master dengan sebuah tendangan.

DUAGH!

Suara hantaman terdengar. Ace berhasil menahan tendangan itu dengan lututnya. Luffy terbelalak syok. Gol D. Ace adalah orang pertama yang bisa menahan tendangannya sampai seperti ini. Sang master hanya memaparkan seringai sinis.

"Hahaha... kenapa? Kaget? Jangan kau pikir aku tak bisa bertarung, Monkey D. Luffy."

"Na-Nani? Ughh!" Secara tak terduga Ace melayangkan kepalan tangannya ke sisi kiri bahu Luffy. Sigap, Luffy menunduk untuk menghindarinya. Memanfaatkan kesempatan itu, ia kembali melayangkan tinju ke perut Ace. Dan lagi-lagi...

Hamparan telapak tangan telah berhasil menjadi benteng untuk menahan jotosan Luffy. Pemuda bermata obsidian itu menganga.

'Ba-Bagaimana bisa?'

"Jangan berontak, Luffy. Aku tak akan menyakitimu."

"Diam! Aku tak percaya padamu!" Luffy menepis hamparan telapak tangan Ace. Pemuda itu masih belum menyerah. Dinding resistensi terbangun semakin kokoh. Kembali ia kepalkan tangan kanannya erat-erat dan lekas menerjang bisnisman itu dengan segenap kekuatannya. Melihat itu...

Air muka Ace bertransisi menjadi serius.

"Kenapa kau keras kepala seperti ini? Aku hanya ingin memilikimu... Luffy."

DUAAAKKHH!

Baku hantam besar terjadi. Kedua tinju bertemu. Pukulan Luffy kembali diredam oleh kepalan tangan Ace. Pemuda itu mengerang sakit saat getaran panas mulai terasa. Kerutan mewek terpapar jelas di paras lugunya dan Luffy pun lekas mengibas-ngibaskan telapak tangannya.

"Hieeee! Sa-Sakiiiit! Ra-Rasanya seperti terbakaaaar! Gyaaahhh!" Putra Dragon itu mulai menangis alaanime style. Ace hanya menggeleng miris melihat itu.

"Apa kau tak pernah mendengar? Aku dijuluki si tinju api bukan tanpa alasan."

"Ti-Tinju api?" Luffy mulai melotot kaget. Reputasi yang diemban Ace itu tidaklah asing baginya. "Ja-Jadi kau si tinju api itu? Hi-Hiken no Ace!"

"Benar. Tak menyangka jika yang membelimu ternyata adalah aku eh, Luffy?" Ace mulai menggemakan tawa. "Aku sudah tahu reputasimu, Luffy. Selama ini, tak ada seorang master pun yang bisa menaklukkanmu. Kau dikenal selalu berontak dan malah menghajar pembelimu sendiri agar kau bisa kabur. Sebelum aku membelimu, aku sudah tahu tentang fakta itu. Tak heran jika kau tak pernah terkalahkan. Kau adalah putra dari Dragon. Kriminal paling berbahaya di dunia ini. Dan aku sudah mempersiapkan diri jika kau berontak nantinya."

Luffy pucat mendengar itu. Keadaan ini sungguh buruk. Si tinju api dikenal dengan reputasinya sebagai seorang mafia yang cukup tangguh dan tak terkalahkan. Luffy tak akan memiliki kesempatan untuk dapat mengalahkan Ace. Pria itu terlalu kuat. Hasil pertempuran ini sudah jelas dari awal.

Luffylah yang kalah.

"La-Lalu, apa yang kau inginkan dariku? Kenapa kau membeliku?" dengan langkah mundur, Luffy kembali melayangkan pertanyaan itu. Ace menatapnya dengan serius. Lekas berjalanlah pria itu mendekatinya.

"Aku sudah bilang sejak awal bahwa aku membelimu karena aku ingin memilikimu, Luffy."

"..." yang mendengar masih tak percaya. Luffy tetap mundur dan waspada. Persepsi negatif terus menghantuinya. Ace terus saja melangkah maju mendekatinya.

"Aku tak ada niatan untuk menyakitimu."

Hening. Obyek lelangnya masih terus mundur. Masih curiga. Jarak mereka semakin terkikis habis.

Dan kejujuran pun terus termuntahkan dari mulut Ace.

"Aku membelimu karena aku menginginkanmu."

"To-Tolong, jangan mendekat..." rasa paranoid semakin mengguyur Luffy. Ia terus dan terus melangkah mundur. Pernyataan Ace begitu ambigu. Sungguh tak salah jika dinding skeptis di dalam benaknya semakin menebal saja.

"Kau tak bisa lari dariku, Luffy. Aku sudah memenangkanmu di acara pelelangan itu."

"Ahhh!" Secara tak terduga, kedua kaki Luffy telah terhantam dengan bagian bawah ranjang milik Ace. Pemuda itu mulai tersungkur tepat di atas ranjangKing Size yang ada belakangnya. Insting menyuruhnya untuk bangkit. Namun, belum sempat Luffy beranjak lebih jauh, kenyataan yang baru telah menjeratnya dalam kungkuman rantai syok.

"Aakkhh!" Tepat di atasnya, sudah terlihat Ace yang menahan tubuhnya dan mencengkram kedua tangannya.

"A-Apa yang akan kau lakukan padaku!" Luffy beraut horor. Pria yang membelinya itu hanya menatapnya dengan pandangan lembut.

"Kau tahu alasan mengapa aku ingin memilikimu, Luffy?" Ace semakin mempersempit jarak. Kedua obsidian Luffy membelalak lebar dengan kontak tipis itu.

"Kau..."

"Itu karena... aku ingin mencintaimu, Luffy."

"Na-Nani-Nnnhh!" Erangan pelan termuntahkan dari mulut Luffy di saat Ace tiba-tiba menikamkan paras di sela bahunya. Sekujur tubuhnya serasa panas saat pria itu mencium hamparan lehernya dengan begitu lekat. Paras Luffy merona merah. Ia tak mengerti dengan sensasi aneh yang mulai meledak dari dalam tubuhnya itu. Ia tak dapat berkutik dengan berat tubuh Ace yang menghimpitnya itu. Jemari milik sangmaster telah meraba hamparan pipinya dengan lembut. Napas Luffy seakan tercekat dengan dekatnya jarak paras mereka satu sama lain.

.

.

"Kau tahu, Luffy? Jika kau mendapatkan seorang master yang ingin mencintaimu dengan sepenuh hati, kau benar-benar harus mensyukurinya. Cinta memang tak bisa dipaksakan. Namun terkadang, sikap sang master sendirilah yang bisa membuat kita bertekuk lutut dan perlahan mencintainya."

"Eh? Be-Benarkah? Ah, aku tak akan pernah mengerti dengan hal-hal seperti itu, Ne!"

"Hahahaha... tak heran jika kau tak paham hal ini, Luffy. Namun ingatlah satu hal. Kita adalah barang milik beliau yang dimiliki dan lalu digunakan begitu saja. Kita harus melayani permintaan beliau. Apapun itu. Memang ini terkesan begitu murahan namun kita sudah tak punya pilihan lain. Berdoalah semoga orang yang membeli kita kelak adalah orang yang cukup baik. Mendapatkan seorang master yang ingin mencintai kita merupakan sebuah anugerah yang begitu besar untuk kita para anak pendosa. Apalagi jika kita dibeli hanya untuk... dikasihi."

.

.

"Ukhh... Mnhhh..." paras tampan milik Ace telah terhimpit di pipi Luffy. Jemarinya terus menekankan paras Luffy padanya agar ia dapat mencium hamparan pipi lembut itu sedalam-dalamnya. Pemuda itu memejamkan matanya dengan erat. Semburat merah di wajahnya semakin pekat. Debaran jantung Luffy berpacu cepat tak terkendali. Semilir desahan kembali termuntahkan dari mulutnya. Hasrat tak biasa yang membuncah itu sungguh sukses membuat napasnya tersengal berat. Sungguh, yang tak Luffy habis pikir adalah...

Mengapa ada perasaan aneh yang tiba-tiba terlahir dari dalam dirinya?

Perasaan aneh itu telah membuat sekujur tubuhnya merespon kontak Ace di luar nalarnya.

Kontak fisik berupa ciuman ringan itu...

Mengapa Luffy seakan menginginkan lebih?

"Kau itu... manis, Luffy."

"E-Eh?" kedua obsidian Luffy terbuka lebar di saat jemari Ace mulai menyentuh hamparan bibirnya. Memerah lagi. Wajah Luffy kembali memerah dengan pekatnya. Memanas bagai terbakar. Jarak paras mereka begitu dekat. Jika Ace bergerak sedikit saja, mungkin kedua mulut mereka bisa bertaut satu sama lain. Pria yang sudah membelinya itu kembali tersenyum padanya. Dan jantung Luffy berdebar kencang tak terkendali.

"Kau tahu? Semenjak aku melihatmu di altar pelelangan tadi, aku sungguh yakin bahwa kaulah orang yang kucari. Akan kubayar berapapun agar aku bisa membelimu. Takkan kubiarkan para pelelang lain memilikimu dan menyakitimu. Selama kau bersamaku, aku pasti akan melindungimu, Luffy. Percayalah padaku..."

Luffy terperangah mendengar itu. Tak ada kebohongan dalam untaian frase yang diguratkan Ace. Jujur. Pria itu telah mengguratkan kejujuran padanya. Pandangan mata obsidian itu memancarkan ketulusan yang begitu mendalam, seakan tak berbatas. Hanya ada rasa cinta. Serpihan kelabu yang menggelap pada indera penglihatan Ace hanya memancarkan distorsi rasa sayang yang tertinggi. Tak ada yang lain.

Ia sungguh sangat mencintai putra dari Monkey D. Dragon itu.

Ah, cinta...

Cinta pada pandangan pertama? Mungkin saja begitu. Karena semenjak ia melihat sosok Luffy, Ace pun tahu bahwa jantungnya tak akan bisa berdetak lagi jika ia jauh dari anak itu.

Untuk itulah ia membeli Luffy. Selain untuk melindunginya, ia juga ingin memiliki dan mencintai anak itu.

Pemilik mansion itu pada akhirnya kembali menatap sang barang lelang. Getaran gugup yang terlihat pada diri Luffy membuat Ace berusaha keras untuk menahan tawanya. Gelagat polos itu terlihat menggemaskan. Luffy pasti gemetaran karena takut membayangkan apa yang akan dilakukan Ace selanjutnya.

Jemari sang master mulai disematkan pada helai rambut raven Luffy. Ace lekas menikamkan mulutnya di hamparan kening Luffy, menciumnya lembut. Luffy kembali memejamkan kedua obsidiannya dengan perlakuan itu. Dan Ace pun mengulum senyum tipis.

"Aku tak akan melakukan hal itu jika kau belum siap, Luffy. Aku memang sangat menginginkanmu. Hasrat dan segenap perasaan yang kurasakan untukmu sungguh sulit untuk kubendung lagi. Namun, aku tak akan pernah melakukan hal itu di luar keinginanmu. Karena jika aku melakukan hal rendah itu atas dasar paksaan, itu berarti aku sama saja jahanamnya dengan para pelelang yang lain. Aku membeli untuk melindungimu dan aku ingin memilikimu karena aku sangat mencintaimu, Luffy."

Dan Luffy kehabisan kata. Dedikasi Ace untuknya telah kembali membuka gerbang ingatannya tentang perkataan penting Nami sebelum gadis itu pergi bersama Sanji. Sebuah nasehat asal yang jika dipikirkan baik-baik, maka ada benarnya juga.

.

.

"Jika sang master mencintaimu sepenuh hati dan mendedikasikan diri untukmu, jangan siakan dia, Luffy. Kelak dialah yang akan menjadi orang yang paling kau cintai sepanjang hidupmu. Aku percaya pada Sanji master baruku. Aku percaya bahwa ia bisa membahagiakanku. Aku turut berdoa agar kau mendapatkan seorang master yang benar-benar ditakdirkan untukmu, Luffy. Semoga kelak... kau bisa berbahagia dengannya."

.

.

Ace mulai beranjak dari ranjang. Ia lepaskan jeratannya dari Luffy dan mulai melangkah untuk menuju pintu keluar. Ia hanya bisa berharap bahwa Luffy akan percaya padanya. Ia sungguh tak memiliki motif lain. Ia hanya ingin mencintai Luffy. Itu saja.

Dan Luffy tampak menatapnya dari kejahuan. Kedua obsidiannya terbelalak, seakan tak percaya dengan segenap realita yang ada. Ini bukan delusi semata. Ini sungguh-sungguh merupakan sebuah kenyataan. Baru kali ini ada seorang master yang ingin mencintainya dengan sepenuh hati. Jika memang Gol D. Ace adalah orang yang sudah ditakdirkan untuk Luffy, maka ia...

Tak akan menyia-nyiakan pria itu.

"Tu-Tunggu, Master!"

"Eh?" Ace sedikit kaget saat Luffy menghadang langkahnya. Pemuda itu sudah berdiri membelakangi pintu dan menatap Ace dalam diam. Ia tampak menimbang-nimbang sesuatu. Jantungnya berdebar tiap kali ia melihat sosok master barunya itu. Sebuah perasaan yang tak pernah Luffy rasakan dengan paramaster terdahulunya. Sentuhan Ace itu... entah mengapa Luffy tak risih sedikitpun. Ia seakan menginginkan lebih. Ada rasa nyaman dan serpihan euforia yang ia rasakan saat bersama dengan sangbisnisman tampan itu. Luffy sungguh tak dapat menafiknya.

Dan tak membutuhkan waktu lama baginya untuk segera menghampiri sang master dan mencium hamparan pipi pria itu dengan lembut.

Ace seakan tak percaya dengan apa yang terjadi.

"Lu-Luffy, kau..."

"Aku... percaya padamu, Master. Aku ingin membalas perasaan master padaku. Aku akan berusaha... untuk membalasnya." Luffy mulai memalingkan pandangan ke samping. Menatap apapun kecuali Ace yang ada di hadapannya. Ia bingung harus merangkai kata seperti apa. Hanya itulah untaian kalimat yang ingin ia sampaikan. Itu adalah jeritan hatinya. Ia ingin membalas perasaan Ace terhadapnya dan ia pasti akan mencobanya.

Dan Ace mulai tersenyum dengan apa yang ia dengar. Jemarinya lantas menyentuh pipi bekas ciuman Luffy tadi. Gema tawa tergurat pelan dari mulutnya. Lekas disentuhnya bahu Luffy dan menghimpitkan kening mereka masing-masing.

"Panggil aku Ace."

"Ne?"

"Aku tak ingin kau memanggilku master, Luffy." Pernyataan itu membuat Luffy menautkan alisnya. Bingung. Karena sudah merupakan sebuah ketentuan bagi para barang lelang untuk memanggil pembeli mereka dengan sebutan master. Hal itu sudah mendarah daging menjadi sebuah paradigma mutlak. Akan tetapi...

"Kenapa kau tak ingin dipanggil master, Ace?"

Yang ditanya kembali tersenyum dan menyematkan kedua tangannya di saku celananya. Ace tak menyangka bahwa barang lelangnya begitu polos. Dan kepolosan itu seakan membawa derai kehangatan dalam hatinya. Ia pun lantas mengguratkan sebuah jawaban yang mengejutkan Luffy.

"Aku tak ingin dipanggil master karena sebentar lagi..."

...

...

"... Kau akan menikah denganku, Luffy."

...

Hening.

Satu detik.

Dua detik.

Tiga detik.

"HIEEEEE! ME-MENIKAH?"

Ace kembali tertawa melihat raut syok yang tergambar di paras Luffy. Segera ia cium hamparan pipi pemuda itu lagi dan ia pun mulai membuka pintu untuk keluar. "Sekarang, aku akan mempersiapkan gaun pengantin yang cantik untukmu. Selamat malam, Luffy."

Kraakk!

Daun pintu kamar telah ditutup. Dan tak membutuhkan waktu lama bagi Luffy untuk mencernah segenap pernyataan Ace.

"Ga-Gaun pengantin?"

...

Hening.

Kedua obsidian Luffy membelalak lebar diiringi dengan semburat merah di parasnya.

"A-AKU BUKAN WANITA, ACEEEEEEE!"

TBC

A/N: Oke. Nih fic cuman selingan iseng saya di saat saya masih ngerjain fic Undercover Rockstar. Fic ini pendek kok. Mungkin cuma berupa twoshot atau threeshot atau mungkin fiveshot. Dan kemungkinan juga bakal ada smut/lemon implisit di fic ini.

If you don't mind, please review~ Should I continue this? Or maybe not? Up to you~

Continue Reading

You'll Also Like

3.8M 55.7K 32
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...
7K 106 49
Everyone Loves Isagi Yoichi Blue Lock (Anime) Blue Lock (Manga) Spoiler This is not my original works, I just COMPILE my fave story from my fave a...
475 62 6
Menceritakan seorang pemuda yang tidak tahu harus apa. Tidak ingat masa kecil. Tidak tahu keluarga. Hingga suatu hari sesuatu yang tidak terduga ter...
3.4K 142 2
ONE SHOOT ANIME MALE X (SUB) MALE READER "Damn bro," ☁️ = Fluff 🥀 = ANGST 🔥 = Smut 🍋 = Wewowewo 🔞 male chara x male reader