Your Feelings

Autorstwa AlishaJuliandini

644K 5K 499

Railine kesal pada Sean. Cowok itu seenaknya mendekatinya, apalagi kejadian di kantin yang membuatnya malu. L... Więcej

Part 2 : Salam Kenal Ya!

Part 1 : Awal

49.2K 2.6K 277
Autorstwa AlishaJuliandini

Selamat membaca! ♡

—————

Sean Naufal Aldebaran. Itu nama panjangnya. Cowok yang sering menjadi gosip di Varent School. Ganteng sih, penampilannya mirip badboy gitu kalau kata siswi-siswi yang sekolah di sana. Apalagi kalau dia udah pake seragam acak-acakan yang kemeja nya sama sekali nggak dikancingin, sampe keliatan kaos oblong putih di dalemnya. Tapi jangan disangka, mukanya emang keliatan sangar tapi kelakuannya? Bukannya bikin serem tapi malah pengen ngakak. Kayak sekarang ini, cowok itu lagi ngumpul bersama ketiga temannya. Wira, Roki dan Danil. Yang pasti, obrolannya tidak jauh-jauh dari kata absurd.

"Lo tau nggak, rahasia punya banyak mantan?" tanya Sean dengan nada bangga, sambil menyeringai menatap ketiga temannya yang tampak melongo dengan pertanyaannya barusan.

"Lo punya mantan kok bangga, Tan?" tanya Roki sambil mengunyah permen karet miliknya, lalu membuat balon kecil, begitu terus sampe membuat temannya kesal. Fyi, cowok keriting itu yang berani menyebut Sean dengan sebutan 'Setan'.

Sean melotot, "Harus bangga ya, kalau orang lain ngoleksi penghargaan sama piala gue ngoleksinya mantan!" katanya sambil membenarkan kerah kemeja nya. Boro-boro rapi, yang ada makin awut-awutan.

"Goblok dipelihara, Yan, Yan," Danil juga ikut menimpali, cowok itu menggeleng-gelengkan kepalanya sambil melakukan pijatan di pundak Sean. Emang kampret itu si Sean, dia udah kayak babu sekarang. Ya tapi, dia juga mau-mauan sih pijitin cowok itu. Jadi—yang bego siapa sekarang?

"Lo tau lagi nggak, Yan, kenapa cewek-cewek pada nempel sama lo?" tanya Wira dengan wajah lempeng dan kalemnya.

"Kenapa, Wir?" tanya Danil dan Roki bersamaan.

"Of course karena gue ganteng," jawaban Wira diambil alih oleh Sean. Kadang Wira dan Danil bingung, gimana bisa mereka berteman dengan Sean yang nggak akan salah lagi kalau dia itu kepedean tingkat Dewa! Ya, jangan ditanya kalau Roki. Roki itu sama kayak Sean, alias sebelas dua belas blegug-ya.

Danil berdecih, lalu dia menoyor kepala Sean dengan sengaja. "Tau najis nggak?" Sean melotot ke arah Danil yang malah tertawa. Nggak tau diri banget, bukannya minta maaf gara-gara noyor malah ketawa.

"Yang pertama gue ganteng, yang kedua gue tajir, yang ketiga gue—"

"Yang ketiga lo bego. Pantes aja banyak yang deketin karena lo itu gampang di bego-begoin. Paham?" potong Wira.

Danil dan Roki tertawa bersamaan. Gila ya, Wira berani banget ngomong gitu sama Sean. Padahal udah jelas, mukanya Sean udah kayak nahan emosi gitu.

"Sialan!"

"Skak lo, Yan." Danil tertawa ketika beralih menatap Wira yang lempeng udah kayak papan penggilasan, santai banget.

"NGAKAK WOI HAHAHAHA!" Ketiganya langsung melihat ke arah—suara itu, suara Roki yang terbahak-bahak. Padahal Danil sudah berhenti tertawa. Mereka kini memperhatikan Roki yang tetawa kencang sambil menepuk-nepuk punggung Sean.

Merasa aneh, akhirnya Roki berhenti tertawa. Ketiga temannya menatap dia datar, bukannya takut, dia malah nyengir. Sean juga, cowok itu melirik tangan Roki yang entah kapan ada di punggungnya. Mampus, Roki langsung pura-pura membersihkan debu yang ada di kemeja Sean.

"Bangsat kamu, Yang!" kata Sean.

Danil menepuk dahinya, "Mampus. Dan terjadi lagi~" ujarnya sambil bersenandung.

"Drama dimulai, Nil." timpal Wira.

"Papa, jangan marah-marah gitu dong. Masa aku-nya dipanggil bangsat gitu si, Pa?" Roki membalas sambil mengelus-elus lengan Sean.

"Geli gue, Sat." Wira sudah merinding dibuatnya. Kebiasaan temannya itu seperti itu. Untung saja dia dan Danil kuat berteman dengan Roki dan Sean. Kalau tidak, udah dia buang ke jurang kali.

"Sini peyukaaaaan," kata Sean sambil merentangkan tangannya.

Nah, kalau sudah begini mana ada sangar-sangarnya kan?

Roki juga ikut merentangkan tangan. Bukannya mendapat pelukan malah Roki mengaduh merasakan dirinya menghantam sesuatu.

"ADOH!"

"TELATTT!" balas Sean, Wira dan Danil bersamaan.

Roki merengut. Dia lagi kan yang kena. Nama aja yang bagus, tapi tampang ga ada bagus-bagusnya. Yang ada dia dibully terus, ditambah dia jomblo lagi. Lengkap kan?

"Eh, jam berapa nih?" tanya Sean pada ketiga temannya.

"Lo ada hape, ada jam. Gunanya buat apa, Yan?" sindir Danil sambil menyandar pada tembok belakang sekolah rumahnya. Sementara orang yang bersangkutan malah berpura-pura tidak dengar.

"Jam 12 lebih," jawab Wira mengalah. Dia sudah tau kelakuan Sean yang bikin orang geleng-geleng kepala. Jadi daripada ribut tidak jelas, mending dia yang mengalah dan melirik jam di ponselnya.

"Adzan udah lewat ya tadi?"

Ketiga temannya mengangguk.

"Yok, sholat!" ucap Sean sambil melompat dari duduknya.

"Nanti aja lah, Yan. Bolos sholat sekali nggak apa-apa ya?" Danil menatap Sean memelas.

"Nggak ada. Buruan!" titah Sean.

"Ta-tapi Yan—"

"Nggak ada tapi!" Sean menekankan ucapannya sambil menatap kedua temannya yang protes, sementara Wira kalem-kalem saja.

Mereka bertiga mengangguk, gagal sudah acara bolosnya. Berhasil sih, mereka berhasil dari kejar-kejaran guru piket. Kalau bolos mata pelajaran Sean sih iya-iya aja, kalau bolos ibadah? Tentu aja nggak.

Prinsip seorang Sean Naufal Aldebaran: nggak papa dikatain anak nakal, nggak pernah ngerjain PR, selalu ke kantin pas jam pelajaran yang penting ibadah jangan sampe lupa.

Setelah melaksanakan sholat Dzuhur, keempat cowok itu berakhir di rumah Danil. Rumah mewah ber-cat putih dengan halaman dan kebun bunga yang luas. Beberapa fasilitas juga ada di sana, seperti kolam renang dan gym. Itulah salah satu alasan yang membuat teman-teman Danil senang berada di sini. Apalagi rumahnya itu sepi, mau berisik seperti apapun juga bebas aja, katanya.

"Rumah lo sepi amat ya, Nil, kek biasa." ujar Wira menghempaskan tubuhnya pada single sofa berwarna merah marun yang berada di ruang tamu.

"Emang kek gini, makannya gue kesepian." balas Danil menghela napas. Roki yang berada tak jauh dari Daniel mengedip-ngedip centil.

"Kesepian ya, Bang? Adek temenin, gimana?"

Danil menatap horror Roki, ia sengaja melempar bantal sofa yang kini mengenai kepalanya. Otak temannya ini kurang waras, entah harus ia cekoki apa temannya ini sampai waras dan normal seperti yang lainnya.

"Nah, bagus, Nil! Ini anak kudu dipaksa berobat, otak sebelahnya geser tuh." celetuk Wira sembari terkekeh.

"Eh, Yan, lo lagi jomblo ya?" tebak Danil tiba-tiba.

"Duh, ya ampun rumah segede ini kok gue nggak lihat air ya? Kekurangan air atau gimana ini?" Bukan menjawab, Sean malah menyindir Danil.

"Kalo haus itu bilang, bukan kode! Lo mau nembak doi atau mau minta minum? Nggak elit banget kode-kodean." Danil geleng-geleng kepala, ia bangkit lalu berjalan menuju dapur mengambil minuman kaleng dingin dalam kulkas.

Cowok itu kembali dengan membawa beberapa kaleng minuman dingin, dan menyimpannya di atas meja. Roki yang melihat minuman dingin langsung mengambilnya, membuka penutup kalengnya terlebih dahulu, setelah itu meneguknya dengan cepat tak bersisa. Sampah kalengnya ia letakkan kembali di meja sembari menatap Danil cengar-cengir tak berdosa.

Danil mendengus, "Makasih!" sindirnya. "Iya sama-sama." Ia menjawab dengan mulutnya sendiri. Dasar emang Roki, ia tidak tahu malu. Pengennya sih bilang gini di depan mukanya woi gue itu nyindir lo, pea! Tapi sayang, Roki itu nggak peka!

"Nah, gitu dong!" Sean mengambil kaleng bagiannya, sementara Wira masih sibuk dengan ponselnya yang berwarna putih. "Cariin gue cewek elah." ucap Sean tiba-tiba seraya membuka penutup kalengnya.

"CARIIN?!" Mereka bertiga memekik kaget.

Gimana nggak kaget, ini Sean lho yang lagi minta cariin cewek. SEAN! S-E-A-N! SEAN NAUFAL ALDEBARAN! Yang secara, mantannya itu bejibun dan sekarang minta cariin cewek?! Nggak salah?!

"Lo—lo serius minta cariin sama kita?" tanya Roki, tumben kali ini pertanyaannya benar, mungkin saja otaknya sedang berkerja dengan lancar.

"Ho'oh. Seriusan? Tipe lo kan banyak macemnya. Lo tahu sendiri, ini-itu lo gebet semua. Nggak sekalian emak-emak sama anak SD?" Wira bertanya seraya terkekeh, dan itu membuat Sean sebal.

"Lo itu kan, playboy kok malah minta cariin, bukannya modal tampang lo udah kinclong tuh." timpal Danil. "Emang lo udah move on sama yang onoh, Yan?" Danil menyipit.

"Sial, diingetin lagi." Sean mendengus mendengar Danil membahas sesuatu yang sensitif baginya. Sean sekarang udah kayak cewek PMS, cemberut nggak jelas. Senggol bacok, katanya.

"Emak-emak sebelah tetangga gue aja, janda lumayan." Roki tertawa dengan ucapannya.

Sean menatapnya tajam, ia meminum minuman yang tadi ia pegang hingga tandas. Lalu sampahnya ia lempar ke arah Roki, membuat laki-laki itu meringis. "Sialan lo, Tan!"

"Lagian gue serius, Roki bolot." ucap Sean.

Roki menggerakkan telunjuknya, "No, no, no bukan seperti itu Setanku, Sayang. Tapi yang benar itu adalah 'Roki Ganteng'." ujarnya meralat.

Sean mendadak mual, "Mati aja lo sono, mimpi apa semalem punya temen begini. Nil, Wir, lo bawa tuh temen lo ke RSJ."

"Bukan temen kita!" Danil dan Wira berucap dengam kompaknya.

"Mulai deh, hati bapak lampir kalian keluar. Roki tuh, nggak bisa diginiin, Mas, nggak bisa." Dan saat ini, siapapun tolong mereka untuk menjauh dari Roki yang memang rada miring.

"Anak siapa sih?" Wira geleng-geleng kepala.

"Anak baik gue mah." Lagi dan lgi, Roki menjawab.

"Heran gue sama emak lo, Rok, aaktu hamil ngidam apaan dah?" kini yang berbicara Danil, sementara Sean menatap Roki dengan pandangan permusuhan.

"Ngidam cintanya Mas Sean." Roki mengerling-ngerlingkan matanya dengan genit.

"Mau di lempar ke samudera mana, Rok?!"

Dan seperti itulah ke-absurd-an pertemanan mereka. Nggak ada kalem-kalemnya yang ada makin bikin orang pengen nampol. Untung aja punya tampang ganteng, kalau nggak? Ya udah bahaya.

Tbc

Hai-hai! Balik lagi sama Sealine dan juga teman-temannya. Mohon maaf karena kemarin kemarin aku unpub huhu :> jgn lupa cek lapak SamKena di Open Your Heart, okay?!


Jangan lupa tinggalkan jejaknya, see u!

Salam hangat, Alisha. 🌻

Czytaj Dalej

To Też Polubisz

6.9M 293K 59
On Going Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan yang tak s...
601K 23.6K 36
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
831K 100K 13
"Gilaa lo sekarang cantik banget Jane! Apa ga nyesel Dirga ninggalin lo?" Janeta hanya bisa tersenyum menatap Dinda. "Sekarang di sekeliling dia bany...
580K 27.6K 74
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...