NOIR [SUDAH TERBIT]

By diahsulis

71.8K 6.1K 404

[NOIR #1] - [SUDAH DITERBITKAN OLEH FRENDZUKZEZ PUBLISHER! SEBAGIAN ISI BAB TELAH DIHAPUS!] - Mereka me... More

2. Pemuda dengan Tongkat Perak
3. Lima Tahun Lalu
4. Ilya
5. Perintah Dewan
6. Ketakutan
7. Bertemu Lagi
8. Noir
9. Akhirnya Bicara
10. Infeksi dan Survivor
11. Kejadian yang Sebenarnya
12. Kotak Pandora
13. Tragedi
14. Bayaran dan Sebuah Janji
15. Awal yang Baru
Kelanjutan + Pengumuman
Bocoran Isi Novel
Fun Facts
VOTE COVER
COUNTDOWN PRE ORDER
PRE ORDER DIBUKA!๐Ÿ’œ

1. Pertemuan

20K 863 68
By diahsulis

Semua orang memiliki masalah sendiri-sendiri, entah itu masalah sebagai makhluk sosial, masalah menyangkut sebagai warna negara yang sah, masalah keuangan, dan berbagai masalah lain yang tak terhitung jumlahnya dengan berbagai tetek bengeknya. Sebagai manusia, aku pun tidak lolos dari satu-dua masalah itu.

Hanya saja, masalahku bukan masalah yang biasa dialami oleh manusia kebanyakan.

Ketika masalah yang menerpa hidup manusia hanya seputar hubungan vertikal dengan keyakinan dan horizontal dengan sesama manusia, masalahku ini ... entahlah, mungkin diagonal ... hanya saja hubungan diagonal dengan siapa, aku sendiri juga tidak tahu.

Yang aku tahu, hubungan diagonal ini semakin hari semakin kacau.

Kedengaran baik? Tidak sama sekali.

Yang ada, keadaan malah bertambah buruk, seperti hari ini.

Jam masih menunjukkan pukul setengah tujuh pagi dan jalanan baru saja dipenuhi kendaraan bermotor. Di atas kendaraan-kendaraan berkanlpot gaduh itu, para pelajar dan wali maupun orang tua mereka naik dan berdesak-desakan di atas jok yang sempit. Dalam balutan seragam rapi, mereka semua berkendara berpencar ke berbagai arah. Di bulan Juli, matahari berada di wilayah condong ke selatan, mengakibatkan pergeseran pergerakan terbitnya matahari sehingga meski sudah jam setengah tujuh, belum ada sinar silau kekuningan di langit kota Bogor, apalagi karena kemarin kota ini baru saja diguyur hujan deras sehari semalam yang membuat jalanan berair, udara dingin, dan angin bertiup menggetarkan tengkuk leher semua orang.

Menurut sebagian orang, ini masih terlalu pagi. Tapi bagiku, semakin pagi dan semakin sepi jalanan, artinya semakin bebas aku bisa berlari.

Seperti hari ini.

Ya, bagi semua orang, hari ini mungkin hari yang biasa, rutinitas yang biasa di hari Senin pagi. Aku sering mendengar sindrom I Hate Monday karena hari ini menjadi hari pertama di hari kerja dan ada banyak orang yang bermasalah jantungnya di hari ini. Mungkin aku termasuk salah satu orang yang bermasalah jantung karena jantungku sering dipacu ke kecepatan maksimum. Sayangnya penyebab jantungku dipacu sampai ke kecepatan tertinggi itu bukan karena sindrom I Hate Monday pun bukan karena jantungku punya kelainan.

Yah, kurasa. Kenapa aku kedengaran tidak yakin? Karena jika aku terus seperti ini satu tahun lagi saja, aku yakin jantungku pasti akan mulai menunjukkan gejala-gejala kelainan.

Menengok ke belakang, aku melihat makhluk-makhluk itu bergerak semakin dekat. Mata-mata merah mereka yang besar dan bulat mendelik ke arahku. Mulut mereka menyeringai, lebarnya membelah wajah mereka jadi dua, membiarkanku bisa melihat deretan gigi mereka, tumpul maupun tajam, berderet rapi seperti jajaran pisau penuh air liur. Lidah hitam muncul dari dalam mulut mereka, menjilati deretan gigi mengilap seperti silet itu sambil mengeluarkan suara kikik tawa paling menakutkan yang pernah aku dengar.

Lima tahun lalu, mereka hanya berupa bayangan samar tembus pandang yang muncul di sekitar orang-orang. Empat tahun lalu, suara-suara mereka mulai terdengar. Tiga tahun lalu, mereka mulai memiliki mata. Dua tahun lalu, mereka mulai memiliki mulut dan sosok bayangan mereka perlahan sirna, menjadi semakin padat dan semakin jelas mengerikannya.

Mungkin ketakutanku terdengar tak berasalan bagi sebagian besar orang, terutama karena ada kasus sepertiku menimpa sebagian orang dan sudah dianggap lumrah di beberapa negara termasuk negara ini. Tapi apa yang aku alami ini berbeda. Mereka bukanlah makhluk seperti yang biasa digambarkan oleh orang-orang yang mengaku punya indera keenam itu. Mereka bukan makhluk yang bisa diusir hanya dengan membaca mantra, mereka bukan juga makhluk yang bisa diajak berdamai hanya dengan mengucapkan salam.

"Ah, mereka hanya bayangan. Apa yang bisa mereka lakukan selain menakut-nakuti?" Begitu pikirku sambil menghibur diri sekitar lima tahun lalu, ketika semua fenomena ini bermula.

Namun semua penghiburan itu berakhir satu tahun lalu, sejak mereka mulai menampakkan serangan fisik yang nyata dan membuatku memiliki jejak darah di sepanjang langkah kakiku di dunia.

Mereka berbeda dari apa yang biasa dipersepsikan oleh orang banyak dari pengakuanku. Mereka bisa menyakiti, mereka bisa membunuh, dan parahnya, tidak ada manusia yang ingat apa yang mereka perbuat.

Bagai hilang ditelan bumi, dulu kata-kata itu terdengar seperti kiasan konyol, tapi sekarang tidak lagi. Berurusan dengan makhluk-makhluk aneh itu membuatku paham arti sebenarnya dari 'Menghilang ditelan bumi'.

[Kamu bisa melihat kami.]

[Kamu kelihatan lezat sekali.]

Suara itu bergema di dalam kepalaku tanpa henti seolah memang sebenarnya berasal dari dalam sana sambil terus menerus mengulangi ucapan yang sama. Kamu bisa melihat kami dan kamu kelihatan lezat, hanya itu yang terus makhluk-makhluk itu katakan. Tapi cukup dengan kata-kata itu, aku tidak pernah bisa tidur, terjaga, maupun bernapas dengan tenang selama lima tahun ini.

Astaga, kenapa juga aku tadi menengok ke belakang? Untuk melihat mereka menyeringai kepadaku? Tolol! Kamu benar-benar tolol, Nadia!

Tanpa sadar, jalanan mulai ramai di sekelilingku. Orang-orang yang tadi berjalan dalam kecepatan normal, mulai meningkatkan kecepatan mereka. Tubuhku yang tadi bisa menyelinap, melewati orang-orang tanpa mengundang banyak perhatian, kini mulai sering bersinggungan dan bahkan menabrak manusia-manusia yang berdiri di depanku. Tak pelak, umpatan-umpatan mengalir masuk ke telingaku. Pada awalnya, hinaan itu terasa sangat menghunjam dan menyakitkan, tapi sekarang tidak lagi. Aku sudah kebal pada semua hinaan itu ... atau itulah yang berusaha kuyakinkan pada diriku sendiri.

Kenyataannya, tidak peduli berapa kalipun aku dikatai aneh, gila, tolol, serta disumpahi sepanjang jalan, aku tidak pernah sekalipun terbiasa.

Maaf, hanya itu yang bisa kukatakan pada setiap orang yang tidak sengaja kutabrak. Mungkin bagi mereka, maafku yang sekilas tanpa berhenti maupun bertatapan mata sama sekali tidak sopan dan perbuatan kurang ajar, tapi meski kujelaskan pun, mereka tidak akan mengerti dan itu hanya buang-buang waktu karena yang buruk dari semua masalahku adalah ... hanya aku sendiri yang bisa mengalami masalah ini.

Benar, maksudku, tidak ada orang lain yang bisa melihat makhluk-makhluk itu. Meski manusia-manusia ini bisa dimakan, mereka sama sekali tidak terlihat memahami situasi. Dengan wajah tolol dan tanpa tahu ada monster di sekitar mereka, manusia-manusia itu dimakan dan terabaikan dari dunia ini dengan mudahnya. Aku pernah mencoba memperingatkan, tapi tidak ada yang mau mendengar dan aku malah semakin dikucilkan.

Gila, mereka mengataiku demikian. Mungkin benar, mungkin aku sudah gila dan mungkin semua makhluk itu hanya ada dalam kepalaku, seperti suara-suara mereka.

[Ketemu!] Salah satu makhluk itu tiba-tiba saja jatuh di hadapanku.

Dengan tinggi yang menyamai tiang listrik, makhluk itu berdiri menjulang di hadapanku. Mulutnya yang tertutup tentakel bergerak-gerak dengan suara kecap menjijikkan. Lendir berwarna kelabu pekat beraroma amis melumuri seluruh tubuhnya yang berwarna kelabu dengan banyak benjolan serupa borok yang mengeluarkan asap dan lendir berwarna kuning persis nanah. Matanya yang merah tanpa kelopak mata mendelik tepat ke arahku. Tangannya yang masing-masing memiliki cakar panjang berwarna hitam perlahan-lahan mengangkat, hendak meraihku.

Kaki-kakiku yang gemetar nyaris tidak bisa bergerak. Suara-suara di sekelilingku terasa menjauh. Hinaan dan sorot kebingungan orang-orang tak lagi ada dalam pandanganku. Yang ada di sini sekarang hanya aku dan monster itu.

Langkah kakiku yang tak bertenaga mengambil satu langkah mundur dan punggungku langsung menabrak sesuatu.

Rasanya seperti menabrak tubuh seseorang dan dari apa yang dirasakan punggungku, siapapun yang kutabrak ini tinggi, lebih tinggi dari kepalaku. Otakku sudah memikirkan berbagai skenario, mulai dari minta maaf dan lari, menyingkirkan siapapun-orang-ini dan lari, atau meminta bantuan pada siapapun-orang-ini sambil berdalih memberikan alasan yang masuk akal.

Tetapi bunyi kepakan sayap itu membuatku mematung.

Mendongak, aku melihat sepasang sayap raksasa berwarna hitam mengepak satu kali sebelum menghilang dari langit biru. Satu helai sayap itu jatuh perlahan ke wajahku. Dengan panik, tubuhku berputar, bersiap untuk menghadapi makhluk aneh lain yang mungkin hendak memakanku juga.

Namun ternyata yang ada di belakangku hanyalah seorang pemuda.

Dilihat sekilas, dia hanya seorang pemuda biasa yang bisa ditemui di manapun. Dengan rambut hitam, kulit putih, dan senyum ramah yang mengembang padaku, dia tidak jauh berbeda dengan para pemuda yang pernah aku temui seumur hidup. Jika ada satu hal yang membuat pemuda ini berbeda, itu adalah matanya, karena kedua mata pemuda ini sama sekali tak bisa kulihat warnanya.

Kedua matanya tertutup rapat.

***

Continue Reading

You'll Also Like

24.8K 2K 22
Muhammad Wildan Ashena, adalah seorang detektif yang namanya sudah sangat terkenal ke seluruh dunia dikarenakan kehebatannya, sehingga orang-orang me...
1.4K 172 35
TW // 18+ murder, physical violence, bullying Sebelumnya aku mau ngingetin kalau cerita ini tuh bakal penuh dengan kata-kata kasar dan juga hal-hal y...
47.6K 3.8K 120
Pengarang: Gardenia Jenis: perjalanan waktu dan kelahiran kembali Status: Selesai Pembaruan terakhir: 09-03-2024 Bab terbaru: Teks utama Bab 119 Pemb...
13.7K 1.9K 32
[Jangan lupa untuk feedback nya, baik sebelum atau sesudah membaca] [Lokal] BABYMONSTER | Season 1 | ๊“ƒ | Three Blood Promises! | ***** Dikisahkan 7 s...