Lost // louis tomlinson

By carallins

1.7K 76 17

Di sini kami bertemu dan di sini juga lah kami berpisah. More

Lost / l.t

1.7K 76 17
By carallins

A/N: ini ceritanya pernah aku share di twitter tapi per-tweet dan ceritanya jg diubah tp alurnya enggak hehe. yaudah...... happy reading xx

"Bisa kah kau mendengarkan penjelasan ku terlebih dahulu sebelum kau mengambil keputusan sendiri?!" Maggie bersi keras untuk menjelaskan perbuatannya yang cukup membuat hati ku sakit.

Aku berhenti dan membalikan badan ku hingga bertatap mata dengannya, "Apa lagi yang mau kau jelaskan, Lawrence? Semua bukti sudah jelas!"

"Tapi kau tak tahu siapa dia sebenarnya."

"Terserah kau saja, aku sudah muak dengan semua ini!" Aku membentaknya, dia tersontak tak percaya.

"Kalau memang ini jalan terbaik untuk kita, we're over." Matanya terbendum dengan air. Aku tak percaya mendengar ucapannya. Hati ku terasa seperti serpian kaca yang pecah. Dia menunduk, agar aku tak melihat tangisannya.

"Fine kalau memang kau maunya seperti itu!" Aku ingin sekali memeluknya, ingin membelai rambut brunette-nya, ingin menghapus air mata dari pipinya tapi.. aku memilih jalan untuk pergi meninggalkannya.

Aku tak percaya, hanya karna laki-laki tak tahu diri itu bermesraan dengannya, hubungan yang telah ku jalin bersama Maggie selama 4 tahun berakhir begitu saja. Ya, aku berpacaran dengannya sejak masih di Junior High School.

Bodoh!

Tomlinson, kau bodoh!

Kalau memang kau masih mencintainya, mengapa kau membiarkannya menjadi milik orang lain?!

Stupid Tomlinson, stupid!

Aku berlari ke arah taman yang menjadi favorite-nya, kembali. Ya, aku harus minta maaf padanya. Aku akan memeluknya erat, aku akan membisikkan kata-kata yang menurutnya manis, aku akan...

What the actual fuck?!

Laki-laki itu lagi?! Aku menggepalkan tangan ku dan mengigit lidah ku. Menahan amarah yang sudah sampai ke puncaknya, menahan agar aku tak berteriak seperti orang tak waras.

Yang seharusnya aku memeluk dia erat, tapi posisi itu di tempati oleh laki-laki itu!

Fuck.

Jadi ini semua rencananya?

Fuck. Fuck. Fuck.

Kalau memang ia sangat cepat move on dari ku, mengapa aku tidak? Aku akan mencoba melupakannya dan kenangan-kenangan yang tersisa di ingatan.

3 years later

Hidup ku sekarang berubah, aku sudah lulus SHS dan sekarang aku adalah salah satu member dari boyband yang sudah mendunia. One Direction. Nama ku selalu disebut-sebut dimana-mana, paparazzi selalu mengikuti ku bersama ke-4 member lainnya. Banyak perempuan yang ingin menjadi pacar ku tetapi aku tak bisa. Aku selalu mengingatnya.

Apa kau ingat saat aku bilang aku akan move on dan mencoba melupakan dia? Aku sudah mencoba dan aku pernah menjalin kasih dengan perempuan lain, tapi itu tak berjalan dengan baik karna aku gagal untuk melupakannya.

Bilang aku bodoh, bilang aku idiot, bilang aku.. Terserah apa yang ingin kau bilang, tapi hati ini tetap memilihnya.

*

"London!!!!" Harry berteriak girang dan yang lain tertawa kecil tetapi aku hanya terdiam. Kami memang baru pulang dari Las Vegas.

"Mate, kau kenapa?" Tanya Zayn padaku.

"Sedang memikirkannya," Jawab ku singkat.

Dia menarik nafas dan menghembuskannya pelan, "Apa kau sudah menghubunginya?"

Aku menggeleng. Tiba-tiba Niall menempeleng dahi ku, aku menggeram kesal. Aku berdiri dan berjalan menjauhi mereka berempat, menuju balkon. Sesampainya, aku terdiam dan menatap kosong lalu lintas yang dilajui oleh kendaraan beroda empat, dua dan pejalan kaki.

"Apa dia masih mengingat ku? Apa dia masih mencintai ku? Atau apakah dia sudah mendapatkan lelaki lain?" Seribu pertanyaan mengelilingi otak ku tapi tak ada satu pun yang terjawab.

Aku merogoh kantung celana ku, mengambil gadget dan mengetik namanya lalu menelfonnya. Aku harap dia akan mengangkat. Ini kali pertama aku menghubunginya kembali sejak tiga tahun.

Damn, mengapa nomernya tidak aktif? Apa dia sudah mengganti nomernya?

Aku melihat nama-nama di kontak ku, Julie -Teman dekat Maggie. Aku menelfonnya dan dia mengangkat saat ring ke tiga.

"Hallo," Sapanya.

"Hmm hi Julie,"

"Tomlinson? Ini kau bukan? Oh my god, ada apa kau menelfon ku, Tuan popular?" Ia berteriak, sungguh membuat kuping ku sakit.

"Ya ya ya, aku ingin bertanya tentang..." Aku menggantung kan ucapan ku, belum siap mengatakan namannya.

"Siapa? Biar ku tebak, Maggie bukan?" Dia menebak apa yang ingin ku katakan.

"Ya.. Hmm apa- apa kau tahu dia berada dimana sekarang?"

"Um.. Aku.. Aku tak tahu," Dia berbohong.

"Liar. Ayolah, tinggal katakan saja dia ada dimana?" Aku memaksanya.

"Buat apa kau mencarinya? Bukan kah dulu kau yang selalu mengucapkan 'aku tak ingin melihat mu lagi' padanya? It hurts, Lou,"

Aku memutarkan kedua bola mata ku, "Bagaimana pun juga itu tetap salahnya! Lagi pul-"

"Okay stop! Jangan bentak-bentak di kuping ku," Dia menyerah. "Jika kau ingin bertemu dengannya, cari lah di tempat favorite-nya. Jika kau sudah menemukannya, katakan pada ku." Ucap Julie lagi.

"Tunggu, dimana tempatnya? Dan mengapa aku harus menghubungi mu kembali?"

Tut.

Sial, aku saja tak tahun tempat favorite-nya, lalu bagaimana bisa aku pergi kesana? Ah!

*

Aku mengetuk-ngetuk meja makan dan menatap kosong piring yang sudah terpenuhi makan malam, di depan ku ini. Aku masih memikirkan dimana tempat favorite-nya itu? Mengapa aku bodoh sekali, bisa sampai lupa?

"Hey berisik sekali kau. Habiskan lah dulu makanan mu itu, lalu pikirkan kembali apa yang sedang kau pikirkan," Liam menasihati ku.

Aku memutarkan mata ku, lalu menyantap perlahan hidangan ku.

Sembari makan, aku kembali mencari-cari tempat yang ia sukai di memoriku. Mall? Dia bukan tipe seperti itu. Perpustakaan? Memang ia gemar membaca, tapi tak mungkin. Taman? Taman ap-

"Taman Strawberry! Ya itu pasti tempatnya!" Teriakan ku membuat semua mata langsung tertuju pada ku, mereka memandang dengan tatapan aneh.

"Hey kau ingin pergi kemana, Lou?" Teriak Niall saat aku mengambil jaket dan memasangkan pada tubuh ku.

"Bertemu dengannya," Teriak ku.

BRAK!

Aku membantung pintu apartment dengan sangat keras.

*

Strawberry Park. Aku memasuki taman ini perlahan, menatap ke sekeliling. Ya aku ingat, dulu dia sering mengajak ku kesini. Aku memejamkan mata ku dan kembali mengingat memori di kepala ku. Indah sekali. Tiba-tiba aku teringat...

Di sini kami bertemu dan disini juga lah kami berpisah.

Miris.

Aku mengelilingi taman ini, melihat jam melingkar di tangan ku. Masih jam setengah 8, mengapa dia tak ada? Biasanya dia selalu disini.

Waktu terus bergulir, aku menekuk kedua kaki ku dan memeluknya. Menatap danau di depan ku dengan perasaan tak enak.

11.20 pm

Sudah 3 jam lebih aku menungguinya. Maggie, dimana kau?

Aku memutuskan untuk pulang ke apartment. Sebelum benar-benar keluar dari taman ini, aku berbalik badan dan menatap sekeliling lagi. Tiba-tiba mata ku terbuka lebar. Melihat sosok perempuan yang memakai dress putih selutut. Badannya mungil, rambutnya coklat tapi agak berantakan. Saat dia menengok ke arah samping, aku bisa melihatnya senyum.

Itu... Itu Maggie!

Aku berlari ke arahnya dan saat itu juga dia jalan dengan sangat cepat.

"Maggie!" Aku berteriak memanggil namanya.

"Maggie, please listen to me," Aku memanggilnya lagi tapi dia tetap mengabaikan ku.

"Lawrence, please," Suara ku mulai melemah. Dia berhenti lalu membalikkan badannya.

Ya ampun. Mengapa ia pucat sekali? Mengapa pergelangan tangannya dikelilingi oleh darah? Mengapa dress nya juga terkena bercak-bercak darah? Dan mengapa matanya sangat sembab?

Aku melangkahkan kaki ku agar lebih dekat dengannya. Tiba-tiba hp ku berdering. Damn. Aku mengambil dan menatap layar hp ku, Horan. Ah, paling hanya menyuruh ku untuk pulang. Aku langsung menempatkannya ke kantung celana ku kembali.

Saat aku menatap ke depan, ia sudah tak ada. What the heck? Dia kemana? Ah!

*

"Kau yakin itu adalah Maggie?" Liam bertanya, aku hanya mengangguk.

"Bagaimana keadaannya?" Kini giliran Harry yang bertanya.

"Terus mengapa ia pergi begitu saja tanpa mengucapkan sedikit kata pada mu?" Tanya Zayn.

"Apa dia cantik?" Aku langsung menatap Niall tajam, yang lain pun begitu. "What?" Ucapnya.

Semua pertanyaan yang dilontarkan aku abaikan begitu saja. "Aku akan pergi ke sana lagi. Jika kalian ingin melihatnya, silahkan pergi bersama ku. Tapi satu syarat,"

"Apa?" Ucap Zayn, Liam, Harry dan Niall bersamaan.

"Jangan berisik,"

Semuanya memutarkan mata mereka masing-masing dan, "Aye aye captain!"

*

Sekarang tepat jam 7 malam. Liam dan Zayn asik bercanda, Harry hanya memainkan permainan di gadgetnya dan Niall hanya memandangan pohon Strawberry yang menjulang tinggi.

"Dimana perempuan itu, Louis?" Akhirnya Harry bertanya. Aku hanya menggedikkan bahu. Tiba-tiba insting ku mengatakan untuk pergi ke danau yg letaknya di belakang taman ini.

Aku berjalan menuju danau sendirian. Tak ada apa-apa. Aku bersender pada pohon yang pasti pohon Strawberry sambil memainkan gadget ku. Melihat gallery foto dan tanpa ku sadari mata ku sudah berkaca-kaca.

Foto ini diambil saat aku masih di SHS, 11 Februari 2009.

"Aku merindukan mu, Maggie. Sangat merindukan mu." Air mata jatuh perlahan membuat pipi ku basah. Aku berdiri dan kembali menuju The Boys. Saat aku ingin melangkahkan kaki, tiba-tiba aku mendengar suara tangisan.

Aku langung mengurungkan niat untuk kembali dan menyelusuri ke sumber suara tangisan itu. Suara tangisannya semakin dekat. Sangat dekat, dan...

"Maggie!" Aku berteriak saat melihat Maggie sedang duduk sendiri di ayunan yang tak jauh dari danau. "Maggie kau disana,"

Saat ia ingin berlari aku langsung berteriak, "Jangan, please. Jangan lari Maggie. Aku sangat merindukan mu,"

Dia terdiam dan membalikan badannya, mengapa penampilannya persis seperti kemarin aku bertemunya?

"Maggie kau- kau kenapa? Mengapa penuh darah di pergelangan tangan mu? Mengapa kau pucat? Menga-"

"Louis, stop," Dia membuka mulutnya. Suara yang aku rindukan selama tiga tahun akhirnya dapat ku dengar kembali.

"Jangan, jangan mendekati aku. Aku berbeda dunia dengan mu sekarang," Dia kembali menangis tapi dengan senyuman.

"Mak- Maksud mu? A- Apa?" Aku terbata-bata, menahan air mata agar tak jatuh.

"Aku... Ak-"

"Louis, dimana kau?" Teriakan The Boys memberhentikan ucapan Maggie. Aku mengahadap ke belakang sekilas dan kembali menatap Maggie tapi dia sudah tidak ada. Fuck! Dia hampir berbicara sesuatu.

*

"Argh!" Aku membanting benda apa pun yang berada di depan ku. Yang lain hanya menatap ku kasihan.

"Stop Louis stop! Tenangkan jiwa mu, pikir lah secara lurus. Jika dengan emosi, bagaimana bisa kau berpikir dengan baik?" kata Liam.

"Bagaimana bisa aku tenang?! Dia hampir berbicara dengan ku! Anggap aku gila, anggap aku bodoh, tapi dia... Ah sudah lah keluar kalian dari ruangan ku!" Saat mendengar ucapan ku, mereka keluar dari ruangan ku. Aku menunduk, menutup muka ku dengan kedua tangan ku lalu kembali menangis.

Besok malam, aku akan kembali kesana. Sendirian. Aku mencintai mu Maggie Lawrence.

*

31 Desember 2012, hari ini adalah hari terakhir di tahun 2012 dan aku akan menghabiskannya bersama Maggie.

Aku kembali ke taman Strawberry, taman dimana semua cerita cinta ku berada dengannya. Taman itu mempertemukan kami, taman itu membuat hari-hari ku menjadi indah selama empat tahun dan taman itu pula lah yang menhancurkan hari-hari ku selama ini. Aku terpuruk. Aku rapuh. Jiwa raga ku seperti hilang entah kemana. Dan tulang rusuk ku ikut menghilang.

11.35 pm

Dimana Maggie? Kemana dia? Mengapa ia sedari tadi tak ada? Aku kembali mengunjungi danau dan tepat dugaan ku, dia disana.

"Maggie..." Aku memanggil namanya dengan lembut, ia menatap ku lalu tersenyum.

"Aku.. Aku mencari mu kemana-mana. Aku merindukan mu. Aku menyesal. Setiap hari aku memikirkan mu, setiap malam aku susah tidur karna memikirkan mu, tapi aku... aku malu untuk mengakuinya. Aku terpuruk, sangat terpuruk..." Aku memulai pembicaraan, dan air mata sudah bergelimang.

"Seharusnya aku yang bertanya Lou, mengapa kau sekejam ini? Mengapa kau senang mempermainkan hati ku? Mengapa kau tak mau mendengarkan penjelasan ku terlebih dahulu? Mengapa kau tak mau menatap wajah ku lagi tapi nyatanya kau masih merindukan ku dan mencintai ku?" Maggie bertanya dengan tangisan yang selalu mengucur dari matanya.

"Maksud mu kejam apa? Aku tak pernah melukai mu secara physically," Memang benar aku tak pernah melukainya.

"Bukan. Kau melukai ini," Dia meletakkan tangannya pada dada sebalah kirinya. Aku menangis, lagi dan lagi.

"Ingat saat kau pergi ke prom night saat itu bersama perempuan lain? Ingat saat kau membuat ku cemburu dengan memegang tangannya erat? Ingat saat kau menatapnya dengan tatapan lelaki yang sangat sayang pada perempuannya? Ingat saat kau berdansa dengannya? Ingat saat kau menciumnya tepat saat aku berada di depan mu? Ingat saat kau berpelukan di atas panggung? Kau ingat semua itu? Sakit Lou, itu sangat sakit! Akhirnya aku ke taman ini, dan ya aku menggoreskan serpian beling ke tangan ku sampai terkena urat nadi ku,"

Pipi ku sudah basah karna tangisan ini. Mata ku merah, begitu pun dengan hidung ku, "Tapi kau tak seharusnya berbuat bodoh seperti ini! Lagi pula kau juga bermesraan dengan lelaki lain dan kau yang memutuskan hubungan kita! Ingat saat aku meninggalkan mu di taman sendiri? Saat itu aku merubah pikiran ku, aku berlari menyusul mu dan ingin meminta maaf tapi tebak apa yang aku dapat? Kau berpelukan dengannya. Yang seharusnya aku yang membelai rambut mu tapi malah dia, yang seharusnya aku memeluk mu erat tapi posisi itu digantikan dengan dia! Itu juga sakit, Maggie!"

"Dan aku sudah bilang bukan aku akan menjelaskan semuanya tapi kau malah menghiraukan ku? Dia itu hanya sahabat kecil ku! Dia datang mengunjungi ku karna ia baru datang dari Chicago. Dia sudah aku anggap sebagai kakak ku sendiri. Keluarga kami juga sangat dekat. Dia sendiri juga mengatakan bahwa dia menyayangi ku hanya sebagai adik. Lagi pula dia sudah mempunyai pacar!" Mendengar penjelasannya aku langsung jatuh. Kaki ku tak bisa menahan lebih lama lagi. Tubuh ku bergemetar sanat hebat. Tangisan ku makin menjadi. Aku berharap hujan yang akan turun, bukan lah salju. Bodoh aku sangat bodoh!

Aku tertawa, tertawa miris dengan perbuatan ku yang sangat fatal, "Maaf," itu lah yang bisa aku katakan. Aku berdiri dan melihat dia menghampiri ku.

Dia tersenyum, senyuman yang aku rindukan, "Aku sudah memaafkan mu, tapi semua sudah terjadi,"

Bilang aku cengeng, bilang aku lebay, bilang aku sok dramatis tapi sungguh hati ini sangat sakit. Sakit akan realiti yang pait, "Maaf Maggie, aku sungguh menyesal,"

"Semua sudah terlambat Lou, aku lega semuanya sudah ku jelaskan. Aku mencintai mu, Louis,"

"Kau, kau ingin kemana Maggie? Aku sudah lama tak melihat mu dan kau mau menghilang begitu saja?" Ucap ku disela-sela tangisan ku. Dia hanya tersenyum.

"Aku tak pergi kemana-mana, aku selalu ada disini..." Dia mengatakannya sambil menyentuh dada ku. Saat aku ingin menggapai tangannya dan memeluknya, dia hilang. Aku menangis kejar.

"Aku mencintai mu, Maggie. Dan aku akan selalu mencintai mu. I love you, Maggie Tomlinson."

Tiba-tiba kembang api terdengar dimana-mana, aku menatap ke arah langit. Dan terlihat senyuman manis milik Maggie. "Happy New Year, Maggie. Aku merindukan mu." Aku kembali terjatuh dan menangis, meratapi nasib ku yang sangat pait.

*

Aku membawa bunga mawar kesukaannya, menuju tempat dimana Julie memberikannya pada ku, dimana Maggie di makamkan...

"Hi Sayang, selamat tahun baru. Maaf ya aku hanya membawakan bunga kesukaan mu. Bagaimana keadaan mu saat ini? Aku tahu kau sedang tersenyum bukan? Kau sudah bahagia, kan di alam sana? Tapi aku sengsara disini," Tangan ku menjelajahi nisan milik Maggie dan mengusap-usap namanya.

"Mengapa kau hanya terdiam, Sayang? Dulu kau bilang kau tak suka diabaikan bukan? Lantas mengapa kau mengabaikan ku? Maaf ya, jika memang dulu aku sering menyakiti mu. Aku benar-benar tak bermaksud," Aku tertawa miris dicampur tangisan, masih memegang nisannya.

"Sayang, aku harap kau disini. Aku harap kau sedang duduk dipangkuan ku, aku harap kita meminum kopi bersama, aku harap kau mencubit pipi ku sewaktu dulu jika aku membuat mu kesal, aku harap kau terus memarahi ku agar aku dapat melihat tingkah mu yang lucu, aku harap... Aku harap aku bisa memeluk mu sekarang dan membisikkan kata-kata yang manis di telinga mu," Aku mulai menangis kejar. "Dan aku harap kau bisa mendengar ku dari atas sana. Maaf ya aku hanya sebentar disini, maaf aku tak bisa berlama-lama. Aku janji, aku akan selalu kesini. Aku akan terus menceritakan hari-hari ku. Aku akan terus menjaga mu. Dan aku akan terus mencintai mu." Aku meletakkan bunga mawar ini disamping nisan milik Maggie.

"Terima kasih atas cinta mu yang tulus, terima kasih atas pengorbanan mu yang aku tak tahu harus membalas apa, terima kasih karna kamu telah hadir di kehidupan ku. Terima kasih kamu telah menjadi bagian penting di hidup ku. Terima kasih atas semuanya, Lawrence. Aku sangat mencintai mu, tolong jangan lupakan itu." Aku menatap nisan milik Maggie dan meninggalkannya dengan tangisan yang tak berhenti-henti.

Tak ada cinta yang lebih besar dari cinta ku pada mu di dunia ini. Aku merindukan dan sangat menyayangi mu, Maggie.

THE END

A/N: pict Maggie ada di multimedia yap. maaf kalau absurd atau jelek. makasih yang udah mau baca:* vommentsnya aku tunggu HAHA.

Continue Reading

You'll Also Like

9.8M 183K 41
[15+] Making Dirty Scandal Vanesa seorang aktris berbakat yang tengah mencapai puncak kejayaannya tiba-tiba diterpa berita tentang skandalnya yang f...
31.1M 2M 103
1# Mavros Series | COMPLETED! MASIH LENGKAP DI WATTPAD. DON'T COPY MY STORY! NO PLAGIAT!! (Beberapa bagian yang 18+ dipisah dari cerita, ada di cerit...
474K 5K 86
โ€ขBerisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre โ€ขwoozi Harem โ€ขmostly soonhoon โ€ขopen request High Rank ๐Ÿ…: โ€ข1#hoshiseventeen_8/7/2...
106K 18K 187
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...