My Unplanned Husband

By Happiness_sugar

1.5M 36K 583

Takdir tak akan pernah ada yang tau kecuali sang maha kuasa. Ada yang bilang, batas antara cinta dan benci it... More

Welcome
Part 01
Part 02
Part 03
Part 04
Part 05
Part 06
Part 07
Part 11
Part 12
Part 13
Part 16
Pengumuman
Part 17
Part 19
Part 20
Part 21
Part 23
Part 24
Part 26
Part 27 Bab 2
Welcome back
Kabar Bahagia!!!
VOTE COVER
Akhirnyaa

Part 28

33.3K 1.2K 23
By Happiness_sugar

Tepat sebulan lebih MUH baru update wkwkwk. Mohon maaf sebesar-besarnya ya. saya sekarang tak bisa menulis cerita dimana saja karena laptop saya harus dicas kalau mau dipakai dan itu amat sangat merepotkan. Mau pakai laptop teman itu gak bisa dapet feelnya. Jadi yang sabar yaa.. ohh iya bulan Desember nanti saya bakalan lebih sering update karena bulan itu saya banyak liburnya hehe.. yang sabar ya kalau nunggu, makasih buat yang setia nungguin cerita gak jelas ini... Oke langsung saja, selamat membaca dan jangan lupa votemen nya...

Tepat pukul 3 pagi. Nata sudah pingsan selama 1 hari penuh. Tak ada tanda-tanda dia akan siuman. Terbaring lemah di atas tempat tidur dengan wajah pucat. Tangannya yang saat ini kugenggam pun sangat dingin. Sedari tadi aku selalu menggenggam tangannya. Menunggu mata indah itu terbuka dan menatapku. Aku merindukannya, sangat merindukannya.

Ana sedari tadi juga ikut menunggu kesadaran Nata. Namun mungkin dia sangat lelah hingga akhirnya tertidur dengan lelap di sofa yang berada di kamar ini. akhirnya ku suruh Mike untuk memindahkan Ana ke kamar tamu di lantai 1. Mike sedari tadi juga masih duduk dengan setia di sofa yang berada di kamar ini setelah memindahkan Ana. Dia menatapku kosong. Dia sahabat baikku dan aku tau dia sedang memikirkan banyak hal saat ini. Termasuk Nata.

"Dia wanita hebat." Ucap Mike datar tanpa penekanan. Tatapannya menatapku kosong.

"Siapa?"

"Istrimu. Maksudku Nata bukan Ren." Aku terkesiap. Mike bukanlah seseorang yang dengan begitu mudahnya bisa mengagumi seseorang apalagi ini tentang wanita.

"Kau menyukai istriku?" Tanyaku dengan nada penuh penekanan.

"Bukan, bukan seperti itu. Aku hanya mengaguminya saja. Tapi jika kau meninggalkannya, aku siap untuk mengisi tempatmu. Menjadi suaminya itu istimewa. Nata wanita hebat. Dia cerdas, aku sudah menyelidikinya."

"Untuk apa kau menyelidikinya? Kau benar-benar berniat merebutnya dariku?" tanyaku dengan geram. Bisa-bisanya sahabat baikku ini mengkhianatiku.

"Bisakah kau menahan emosi brengsekmu itu Ram. Kau selalu saja menuruti emosimu."

"Aku tak akan emosi jika kau tidak berniat merebut istriku bajingan." Volume suaraku pun semakin meningkat seiring amarah di dalam diriku yang semakin memuncak.

"BISAKAH KALIAN BERHENTI BERTENGKAR SEPERTI REMAJA LABIL KURANG PERHATIAN! Bicarakan masalah kalian baik-baik dengan kepala dingin. Teriakan kalian membangunkanku." Tiba-tiba saja Ana membuka pintu dengan keras sambil memarahi kami. Wajah bangun tidurnya yang memerah sungguh membuatku ingin sekali tertawa.

"Oke-oke akan kujelaskan. Aku menyelidikinya setelah kau menikah dengannya. Saat aku melihatnya, aku merasa Nata sangatlah penuh dengan rahasia. Dia seperti tak tersentuh. Sorot mata tajam itu, seperti menariku untuk mencari tau siapa dia. Akhirnya aku pun menyelidikinya." Mike menatapku sejenak sebelum kembali melanjutkan ceritanya.

"Dia bekerja di perusahaan Ayahnya sebagai wakil CEO yang menyamar sebagai sekertaris di perusahaan pusat yang berada di Indonesia karena Ayahnya yang sering pergi ke luar negeri. Dia adalah pemimpin yang tegas dan cerdas. Bisa mencari banyak peluang di tengah kesempitan sekalipun. Dia bekerja seperti bayangan sehingga tak ada satu pun karyawan yang mengetahui jika selama ini Nata lah yang memimpin mereka. Selain itu, Nata juga memiliki sebuah panti asuhan dan dia mengadopsi seorang anak bernama Romeo. Aku yakin kau tau jika anak itu telah meninggal beberapa hari yang lalu. Nata bisa menguasai perdagangan saham namun dengan cara bersih. Walaupun mungkin kepinatarannya masih tak bisa menandingimu, tapi dia akan bisa mengalahkanmu dengan caranya sendiri."

Aku tersenyum mendengarkan penjelasan Mike sambil menatap wajah pucat pasi istriku yang tengah tak sadarkan diri. Dia memang wanita hebat, jika dia mau dia bisa mengalahkanku. Hanya saja dia menghormati semua orang yang dia sayangi. Walaupun dulu aku tak menganggapnya sebagai istriku, dia selalu menghormatiku sebagai suaminya. Suara deheman Ana membuatku tersadar dari lamunanku. Dia menatapku dengan sorot terluka.

"Tapi apa yang akan kita lakukan sekarang? Nata yang saat ini bersama kita bukanlah Nata si wanita hebat itu. Dia Ren, seseorang yang dengan mudahnya bisa membunuh dirinya sendiri. Aku memang belum mengenal Ren. Tapi aku takut. Bagaimana jika dia melenyapkan Nata begitu saja?"

"Semuanya akan baik-baik saja. Aku yang akan mengurusnya An, dia istriku. Sebaiknya kalian beristirahat. Ini sudah pukul 4 pagi. Besok kalian harus bekerja bukan?"

Ana dan Mike pun pergi meninggalkanku bersama Nata dikamarku. Pintu itu ditutup perlahan oleh Mike, menyisahkan keheningan di ruangan kamar yang remang ini. Aku menatap Nata. Menyingkirkan anak rambut yang menutuoi sebagian matanya. Namun tiba-tiba saja mata indah itu terbuka. Menampilkan iris mata hitam kelam yang memandangku dengan penuh rasa takut. Entah apa yang dia takuti hingga menatapku seperti itu. Dia menghempaskan tanganku kemudian bangkit dan duduk. Memandang kesegala arah dengan gemetar. Dia menangis dan mencoba menghindari tanganku yang ingin menggapainya. Menutup kedua telinganya dengan kedua telapak tangannya.

"Kumohon.. Ku-kumohon.. ja-jangan lakukan.. le-lepaskan aku.. ku-kumohon.." gumamnya sambil tetap menutup matanya.

"Hei ini aku, ini aku Ramiro.. Nat ini aku.. Suamimu." Kataku sambil menggapai tangannya. Menggenggam kedua telapak tangannya yang dingin dan gemetar. Menyalurkan kehangatan yang mungkin saja bisa menenangkannya.

Dia membuka matanya. Menatapku dengan penuh ketakutan dan air mata yang berlinang di matanya yang memerah. Seakan tersadar dari sesuatu pupil matanya melebar. Dia menjatuhkan dirinya memelukku dengan erat. Seakan-akan takut aku akan meninggalkannya. Ku gerakkan tangan kiriku untuk mengelus punggungnya yang bergetar dan tangan kananku untuk mengelus kepalanya. Mencium ujung kepalanya dengan segenap hati. Menghirup feromon miliknya yang seakan tak akan pernah ada bosannya untuk ku hirup. Aku sangat merindukanya.

"Sttt kau sudah bersamaku. Semuanya akan baik-baik saja. Aku akan menjagamu. Tidurlah, ini masih terlalu pagi. Kau butuh istirahat."

"Temani aku." Ucapnya lirih bahkan hampir saja tak terdengar jika aku tak memiliki pendengaran yang bagus.

"Aku akan duduk disini dan menemanimu. Tidurlah Nat." Nata menggelengkan kepalanya dan memelukku semakin erat.

"Tidurlah disini, bersamaku."

Jika saja jantung ini bisa meledak, maka saat ini jantungku pasti akan meledak. Jantungku berdebar dengan cepat. Aku mengangguk dan menidurkan tubuhnya di bagian lain tempat tidur. Menarik selimut untuk dan menyelimutinya agar dia tetap hangat. Nata sama sekali tak melepaskan pelukannya. Ku lepaskan pelukan tangan kirinya agar tak tertindih tubuhku dan mulai menyamankan diriku tidur sambil memeluknya dan tetap mengelusnya dengan lembut. Aku bukanlah seseorang yang selembut ini, tapi dengan Nata hukum itu tak akan pernah berlaku.

Ini sudah pukul 6 pagi. Sedari tadi aku masih saja belum bisa menutup mata untuk mengistirahatkan tubuhku. Aku tak bisa menyianyiakan hal ini. Menatap dan memeluk Nata dengan erat dan lekat. Dia tampak sangat cantik dengan wajah polosnya yang sudah tak sepucat tadi. Dia tertidur dengan lelap didalam rengkuhan tubuhku. Aku menyukai ini, menyukai hal baru yang baru saja aku alami. Tidur sambil memeluknya. Karena aku bisa menghirup aroma Nata sepuasku. Aroma yang membuatkuseperti kehilangan seluruh beban dalam hidupku. Seakan-akan aku telah hidup di surga dengan seorang malaikat cantik yang selalu berada disampingku.

Nata menggeliat dalam pelukanku. Mengerjapkan matanya yang kemudian bertatapan langsung denganku. Dia sedikit kaget dan ingin memundurkan tubuhnya namun dengan segera kutahan pinggangnya dan kembali menariknya untuk menempel pada tubuhku. Ku sunggingkan senyum termanis yang ku punya untuk meredakan rasa takutnya.

"Morning sweety. Kau tidur dengan nyenyak semalam?" Nata mengangguk kaku dan mencoba untuk membalas senyumanku.

"Ram, ayo bangun. Kurasa ini sudah siang." Segera saja kutahan tubuh Nata yang ingin bangkit dan meletakkan kepalaku dekat dengan lehernya dan menyangga daguku dengan pundak mulusnya. Menghirup harum tubuh Nata sepuasku.

"Aku lelah dan tak tidur semalam. Tetaplah disini, aku ingin tidur sambil memelukmu."

Selama 1 jam kami hanya berdiam diri dengan posisi yang sama. Membuatku merasa canggung disampingnya. Aku Nata tidaklah tidur. Dia melamun. Jika saja memang uang bisa membeli segalanya, aku ingin membelis ebuah alat yang bisa kugunakan untuk membaca pikiran Nata. Dia terlalu rumit untuk dimengerti. Jika kau sudah mulai mengerti satu hal tentang Nata, akan ada berbagai hal lagi yang harus kau mengerti. Seperti menguraikan benang yang telah kusut dan tak berbentuk. Seperti berlari ditengah hutan setelah melewati satu persimpangan akan melewati persimpangan lainnya. Nata bagaikan labirin.

"Ren, aku ingin berbicara banyak hal denganmu. Ada banyak sekali pertanyaan yang ingin kutanyakan padamu."

"Tanyakan saja, aku akan menjawabnya sebisaku." Gumamnya sambil sedikit membenahi posisinya yang kaku.

"Apa arti teman bagimu?"

Aku menunggunya menjawab pertanyaanku. Nata berpikir cukup lama untuk menjawab pertanyaanku.

"Teman.. seseorang yang percaya padamu. Kita memang tak bisa percaya 100% tapi sebagai teman kita tetaplah harus percaya satu sama lain. Semua manusia memiliki kesalahan dan keraguan, saat itulah kepercayaan seorang teman dipertaruhkan. Sebuah kesalahpahaman bisa menjadi bumerang untuk sebuah pertemanan. Jika sudah seperti itu, seharusnya sebagai teman kita harus membicarakannya berdua terlebih dahulu baru mencari bukti lain."

Aku cukup tercengang dengan jawabannya. Ren dan Nata sebenarnya tak jauh beda. Hanya kelainan Ren saja yang membedakannya.

"Menurutmu, Nata itu sepeti apa?"

Aku bisa merasakan Ren tersenyum dan sedikit terkekeh dengan pertanyaanku. Aku memang seperti orang bodoh, menyakan sesuatu hal yang tidak begitu logis. Aku hanya ingin berbicara dengannya, itu saja. Mendengar suara merdunya yang tepat berada didekat telingaku. Merasakan detak jantungnya yang teratur.

"Nata, dia wanita bodoh. Seseorang yang amat sangat mempercayai temannya. Seseorang yang tak akan pernah membalas kemarahanmu jika dia memang sangat menyayangimu. Nata adalah wanita terbodoh yang pernah kukenal. Berkorban untuk semua orang walaupun harus mengorbankan dirinya sendiri. Contohnya Azka. Nata pergi hari itu dengan keputusan bulat bahwa dia merelakan Azka untuk sahabatnya. Aku sepetinya sangat membenci Nata. Kenapa dia sebaik itu pada seseorang yang telah menyakitinya?"

Aku sedikit tersentuh mendengarnya. Ren seperti seorang kakak yang sangat prihatin dengan keadaan adiknya. Jujur saja saat ini aku merindukan Nata. Nata dengan senyuman lembut namun sorot mata tajam yang begitu menggairahkan itu tak akan pernah sirna dari wajah rupawannya. Walaupun Ren dan Nata adalah orang yang sama, mereka sangatlah berbeda. Dan seseorang yang kusukai adalah Nata. Tapi sepertinya aku akan menyukai Ren juga. Dia lebih ekspresif dibanding Nata.

Ku lepaskan pelukanku dan memegang kedua bahu Nata. Menatapnya dengan sungguh-sungguh. Dia tampak sedikit risih sekaligus kebingungan dengan sikapku. Tapi jika tidak kulakukan sekarang maka semuanya akan sia-sia. Dan aku tak ingin semua yang kuperjuangkan akan sia-sia ataupun terlambat.

"Ren, jika kau bisa memilih. Maukah kau memulai semuanya dari awal denganku? Tetaplah disini, sebagai Ren dan sebagai istriku. Will you?"


Continue Reading

You'll Also Like

3.1M 147K 31
Erlyna Puri Ramadhani Bagaimana aku bisa masuk dalam keadaan ini. Anisa pergi ketika hari pernikahannya akan berlangsung,dan hal yang membuatku terke...
1.4M 45K 30
"dia adalah orang yang paling menyebalkan di dunia! satu - satunya pria yang harus kujauhi sebelum aku ketiban sial! dan sekarang aku harus jadi istr...
1.9M 90.1K 55
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
3.2M 46.5K 31
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...