More Than Friends [Seven Squa...

By Itsluvi_

1.7M 77.6K 3K

(Sudah terbit di GagasMedia) Kamu terlalu sibuk dengan urusanmu sendiri, mengabaikan dia yang sangat menyaya... More

Prolog
2) Putih Biru? Byee..
3) Trouble in the Family
4) Tahap Awal Pertemanan
5) Tahap Kedua Pertemanan
6) Cowok Menyebalkan itu Namanya Raka
7) Welcome to Putih Abu-Abu
8) Insiden Tak Terduga
9) Berawal dari Kata Damai
10) Membasmi Berandalan Sekolah
11) Ketika Gebetan Sudah ada yang Punya
12) Sejarah, Sikap dan Sahabat
13) Hidup Tanpa Hape dan Drama Korea
14) Raka dan Sekelumit Cerita Pahitnya
15) Pesek itu Mancung yang Tertunda
16) Tawaran Nge-date Ditolak
17) Sunshine Becomes You
18) Everything Gonna Be Alright
19) Takut Petir
20) Jatuh Cinta
21) Ayah Selalu Menang
22) Raka Cemburu?
23) Rindu, Renggang dan Remuk
Sebut aja Trailer
INFO PENGHAPUSAN
VOTE COVER KUY!!!
OPEN PRE-ORDER
GOOD MORNING!

1) Punya Tetangga Baru Tapi Menyebalkan

95.9K 5.4K 194
By Itsluvi_

SENJA menggantung di langit. Raina baru saja tiba di rumah setelah asyik bersepeda keliling komplek dengan teman-teman satu kompleknya sore itu. Turun dari sepedanya untuk membuka pintu gerbang, namun baru selangkah berjalan, sebuah benda menghantam sepedanya hingga terjungkal. Raina terlonjak, mengumpat pelan ketika melihat sebuah bola basket yang baru saja menjatuhkan sepedanya.

Dengan bibir yang terus berkomat-kamit mengucapkan sumpah serapah, Raina membangunkan kembali sepedanya lalu mengambil bola basket berwarna orange garis hitam yang teronggok di dekat sepedanya.

"Bola siapa sih ini?" berdecak, kepalanya celingukan ke kanan ke kiri mencari tahu siapa pemilik bola basket sialan yang berada di tangannya. Nihil tidak ada tanda-tanda sekelompok orang bermain basket, hingga akhirnya ia memutuskan untuk masuk saja ke dalam gerbang rumahnya dengan membawa bola basket itu.

"Sorry, itu bola punya gue!"

Langkah Raina terhenti dan berbalik badan. Di depannya berdiri seorang cowok memakai jersey basket tanpa lengan yang berhasil menampilkan warna kulitnya yang kuning langsat serta otot otot lengannya yang mulai jadi. Raina menyipitkan matanya, meneliti cowok di hadapannya dari atas sampai bawah.

"Punya lo?" tanya Raina sarkas, melempar bola yang berada di tangannya pada cowok itu.

Dengan sigap si cowok menangkapnya. "Iya. Kan tadi udah gue bilang!"

Raina mendengus. "Lain kali main basket tuh di lapangan!"

Cowok itu tidak merespon sama sekali. Lalu tanpa rasa bersalah melengos pergi begitu saja menyisakan Raina yang melongo dengan mulut terbuka.

"Belagu banget sih tuh cowok. Sok kecakepan, eooohhh!" gerutunya sambil meninjukan tangannya ke arah si cowok.

"Ehh?" Dia tercengang saat cowok itu memasuki gerbang rumah yang tepat berada di seberang rumahnya. "Tuh cowok tetangga gue? Sejak kapan?"

Raina mengendikkan bahunya berpikir kalau apapun yang berhubungan dengan cowok tadi tidak harus menjadi urusannya. Memutuskan untuk masuk rumah tanpa perlu repot memikirkan kenapa cowok tadi tinggal di seberang rumahnya. Siapa juga dia? Cuma cowok menyebalkan yang tidak tahu sopan santun. Tapi, Raina hanya tahu rumah seberang dulu hanya dihuni oleh dua orang suami istri yang sudah lanjut usia. Tetapi rumah itu sudah satu tahun terakhir kosong karena istri memilih pindah rumah setelah suaminya meninggal.

"Rain! Udah berapa kali Bunda bilang, kalau sepatu kotor jangan di pake ke dalam rumah!" omel Felly sambil berkacak pinggang menanti kedatangan Raina.

Raina menyengir kuda tanpa merasa bersalah. Ia membungkuk untuk melepas sepatu yang sudah meninggalkan jejak berwarna coklat yang bercecaran di lantai keramik putih rumahnya. "Hehe, lupa Bun."

Felly berdecak. "Bukan lupa tapi kebiasaan itu." Felly berjalan mendekati Raina dan menjewer telinga sang putri bungsu dengan gemas, sampai Raina mengaduh kesakitan. "Kalau dinasehati itu gak cuma didengerin tapi dilaksanain, jangan masuk telinga kanan keluar telinga kiri dong," Felly mengomeli Raina panjang lebar.

"Aa.. Aawww. Sakit Bun," Raina merajuk.

"Janji dulu sama Bunda, gak akan bantah lagi kalau dikasih tahu."

"Iya iya, Rain gak jan--aawww,"

Jeweran Felly semakin kencang. "Gak akan Bunda lepasin plus uang jajan Bunda potong!" ancam Felly.

"Yah Bunda," rajuknya memasang wajah memelas.

"Makanya janji dulu!"

"Iya iya, janji. Suwer tekewer-kewer."

Barulah tangan Felly lepas dari telinga Raina, meninggalkan jejak merah di telinga gadis yang mulai beranjak remaja itu. Raina merupakan sosok gadis yang sangat manja memang, dia anak bungsu yang pintar memanfaatkan statusnya. Ditambah kedua kakaknya berjenis kelamin laki-laki, dia berasa merdeka karena menjadi anak perempuan satu-satunya.

"Jangan sering ngomel-ngomel lho, Bun. Nanti cepet tua," ujarnya sambil tertawa geli.

"Ya makanya kamu yang nurut biar Bunda gak ngomel-ngomel terus," jawab Felly.

Raina menyeringai, ia menjinjit dan mencium pipi sang Bunda. "Bunda cantik deh," cengirnya sebelum berlari menaiki tangga.

Felly hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah Raina yang masih saja seperti itu walau sekarang sudah mau naik tingkat ke SMA. Mungkin karena kedua kakak kembarnya kuliah di luar negeri, jadilah dia merasa kasih sayang kedua orangtuanya tidak terbagi. Hanya untuk dirinya.

*****

"HALLO adik kecilku!"

Raina melotot pada layar I-phone yang menampilkan seringai jahil kakaknya, Arkan.

"Aku udah gede kak!" protes Raina tak terima.

Arkan tergelak. "Iya deh percaya yang udah mau SMA. Udah UN belum Rain?"

"Belum, minggu depan."

"Belajar yang bener jangan main-main terus! Nanti kalau NEM-nya gede Kakak kasih hadiah."

Mata Raina langsung berbinar cerah. "Beneran Kak?"

"Iya bener dong. Tapi harus laksanain dulu syaratnya."

"Siap Bos. Eh? Dari Kak Arsen juga dong Kak," Raina memasang puppy eyes-nya.

"Kak Arsen lagi kuliah." Arkan dan Arsen kuliah di kampus yang sama di Los Angeles. Hanya berbeda fakultas. Dulu sewaktu SMA, Arkan sempat menolak ajakan Arsen untuk kuliah di luar negeri alasannya hanya karena tidak mau berhubungan jarak jauh dengan sang kekasih, namun akhirnya ia menerima ajakan dari Arsen walau harus mengorbankan banyak waktunya untuk kekasihnya.

"Ya udah bilangin nanti kalau pulang."

"Hmm," gumam Arkan. "Bunda sama Ayah sehat kan?" sambungnya.

"Sehat, Kakak kapan pulang? Kangen tahu."

Arkan tertawa geli. "Nanti bulan Juli. Iya Kakak juga kangen nyubit pipi kamu."

Raina bersorak sebal, "Kangennya gak ada yang lain apa?"

"Nggak!"

"Dasar Kakak jahat!!!" sungutnya, Raina teringat akan pertemuannya dengan cowok tadi sore. "Eh Kak, rumah yang depan kayaknya ada yang tinggal deh?"

"Ohh, punya tetangga baru dong?"

Raina mengangguk. "Ya gitu deh, ada yang seusia aku juga lho. Tapi belagu banget anaknya." Raina mendengus mengingat cowok yang tadi sore.

"Cewek apa cowok?"

"Cowok."

"Ganteng nggak?"

"Biasa aja!"

"Emang udah ketemu?"

"Udah tadi sore. Bola basketnya kena sepedaku. Eh bukannya minta maaf kek ini malah melengos pergi, belagu banget kan tuh cowok," curhat Raina menggebu-gebu.

Arkan tergelak. "Hati-hati baper kalau tiap hari ketemu Rain."

Raina mencebikkan bibirnya. "Ih ogah!"

"Ogah-ogah eh taunya suka beneran."

"Ih apa sih Kak, nyesel deh cerita ke Kakak."

"Kakak gak nyuruh kamu buat curhat kok."

"Rain, sini dulu sayang!"

Raina memalingkan wajah ke arah pintu, saat terdengar seruan dari sang Bunda. "Iya, Bun!" balasnya teriak.

"Kenapa?"

"Gak tahu dipanggil sama Bunda, nanti disambung lagi ya Kak. Aku tutup dulu, I miss you."

"Miss you too."

Raina bangun dari posisi rengkurapnya. Mencepol asal rambut sepunggungnya. Menggeletakkan I-phone miliknya di atas kasur begitu saja, lalu keluar dari kamar.

Drap, drap, drap.

Raina sengaja menghentak-hentakan kakinya pada setiap undakan tangga, hingga menimbulkan suara yang cukup nyaring.

"Bun?" panggilnya. Ia mengernyit ketika tak mendapati sosok Bunda juga Ayahnya yang biasa bersantai di ruang televisi jika jam segini.

"Di sini sayang, ruang tamu." Felly berseru.

"Tumben," gumam Raina pelan. Kakinya ia langkahkan menuju ruang tamu.

Raina mengerjap tak percaya. Cowok yang baru saja jadi objek obrolannya dengan Arkan kini berada di rumahnya. Menatap aneh padanya. Raina mendengus ditatap seperti itu, ia memperhatikan penampilannya dari bawah sampai atas. Tidak ada yang salah, ia memakai piyama dengan benar. Dengan motif Hello Kitty berwarna pink, juga memakai sendal rumah berbentuk keroppi.

"Sini Nak," Felly melambaikan tangannya, meminta Raina turut bergabung. Meski enggan Raina berjalan mendekat.

"Nah ini anak bungsu kami, Mbak." Felly berpaling pada Raina, memintanya mendekat dengan anggukkan kepala. "Rain, kenalin ini Tante Marina dan putranya Raka, mereka tetangga baru kita, baru datang dari Bandung. Ayo salim!"

Raina melempar senyum tipis pada wanita yang usianya kira-kira di bawah Bundanya sedikit. Ia mengulurkan tangannya untuk bersalaman.

"Rain, Tante." ujarnya pelan.

"Malam Rain, kamu cantik sekali."

Pujian Marina sontak membuat Raina salah tingkah. "Ah tante bisa aja."

"Jangan dipuji, Mbak, nanti idungnya terbang."

Raina merengut mendengar cibiran Ayahnya, ia memberikan delikan tajamnya. Yang langsung direspon dengan kekehan geli oleh Reza.

"Memang cantik kok, perpaduan sempurna dari Papa dan Mamanya."

Semakin terbanglah hidung Raina jika sudah dipuji seperti itu. Orangtuanya saja jarang memuji kecantikannya, tetapi sekarang ada orang lain yang ternyata sadar dengan kecantikan dirinya. Raina tersenyum lebar.

Marina mengalihkan perhatiannya pada Raka, "Oh iya, kenalin ini putra semata wayang Tante, namanya Raka." Marina menyenggol pelan bahu Raka yang sejak tadi hanya diam menyimak.

Oh jadi nama cowok belagu yang sok kecakepan ini Raka.

"Raka. Ayo kenalan sama Rain!"

Raina mengumpat dalam hati. Wajah yang kini ditunjukan Raka ingin sekali Raina tonjok kanan kiri. Sambil mengangkat wajahnya, Raina mengulurkan tangannya.

"Raina," ujarnya ketus.

Yang dijawab malas oleh Raka, "Raka."

Dengan cepat Raina menarik tangannya kembali dan duduk di tengah antara Felly dan Reza.

"Tante berharap kamu sama Raka bisa berteman baik lho Rain," ujar Marina penuh harap.

Raina terkesiap, ia hanya melempar senyum tipis pada Marina dengan hati yang mengumpat. Ck temenan sama nih cowok belagu kayak dia, gak ada dalam list gue.

"Raka sekolah di mana?"

"Di SMP Pasundan 8," jawabnya singkat.

"SMP-nya masih di Bandung, Mbak. Sayang kalau pindah ke sini. Apalagi minggu depan UN," Marina menjelaskan.

"Bolak-balik Jakarta-Bandung, Mbak?" tanya Reza.

"Nggak, ikut Papanya sampai kelulusan. Setelah itu dianterin ke sini lagi. Kalau Rain sekolahnya dimana?" Marina bertanya balik.

"SMP Bhineka. Tan," jawab Raina sopan.

Marina berohria, "Mau lanjut di SMA mana?"

"Luzardi."

"Oh yang bertarap internasional itu ya?"

Raina meringis, entah kenapa nada suara Marina seperti sindiran untuknya. Apa salah jika bersekolah di sekolah favorit seperti dulu kakak-kakaknya? Bukan karena ingin menunjukan kalau dia anak orang berada.

"Dulu kakak-kakaknya sekolah di sana. Makanya Rain keukeuh mau lanjut ke Luzardi," Raina hanya mengangguk atas jawaban yang Felly berikan.

"Oh di situ fasilitasnya terjamin ya?"

Ini lagi acara konferensi pers ya, kok banyak tanya sih. Raina menggerutu dalam hati.

"Alhamdulillah, kedua putra kami udah merasakannya. Mbak," Felly menjawab dengan santai--Reza mengangguk setuju.

"Gimana A, SMA-nya nanti bareng sama Rain aja ya?" tanya Marina lembut.

Raka memandang datar Raina. Yang dibalas Raina dengan mengangkat kepala--angkuh. "Gak usah Ma, sayang uangnya kalau habis buat bayar uang bangunan sama SPP-nya," jawab Raka datar.

"Lho gak apa-apa A, Uang tabungan Mama masih cukup kok."

"Nanti aku cari sekolah yang biasa aja, Ma, lagian sama aja. Intinya dapat ilmu sama ijazah."

Raina lagi-lagi mengumpat dalam hati. Matanya menatap tajam Raka. Dasar tetangga baru yang menyebalkan!!!

*****

T.B.C

Kalau vommentnya banyak ALHAMDULILLAH :D

Continue Reading

You'll Also Like

2.3M 71.6K 10
Orang bilang, hubungan paling rumit dalam cinta adalah saat kedua pasangan memiliki keyakinan yang berbeda. Nyatanya ada yang lebih rumit dari itu...
3.3K 1.5K 74
- 40 Chapters total - ⚠ [Trigger Warning: Sexual abuse (kekerasan sexual), torture (penyiksaan), toxic family, suicide (bunuh diri), murder (pembunu...
2.8M 427K 79
Telah tersedia di toko buku seluruh Indonesia dengan judul yang sama Kamila orangnya easy going. Fadhil kaku banget. Kamila pengangguran, Fadhil work...
1M 17.5K 13
SUDAH TERBIT❤ SEKARANG PINDAH KE DREAME❤ AKUN DREAME misswenes❤ #1 HUMOR 191020 Bosan dengan cerita CEO dan Bawahan? Sama kok. Maka, kemarilah. Bacal...