Raden (New Version)

By DaxSevin

37.5K 2.9K 717

NEW VERSION Aden, sebagai pemeran utama yang bertindak sebagai cowok konyol -bukan bermaksud tidak serius-. P... More

Prolog
:: Cobaan ::
:: First Meet, First Kiss ::
:: Ini ngode ya? ::
:: Dekat ::
:: Es krim ::
:: Jadi pacar gue ya!! ::
:: Pertemuan tak terduga ::
:: Talitha Ashara ::
:: Pacaran yeay! ::
:: Klasik ::
:: Dream ::
:: Break ::
:: Baikan cieee ::
:: Happy moment ::
:: Tiba Saatnya ::

:: I think i love you ::

1.5K 155 68
By DaxSevin

🎵NCT Dream - Hot Sauce






::: Baru disenyumin juga gue udah give up :::

***


Malam ini lapangan streetball yang digunakan untuk bertanding tampak ramai seperti malam-malam kamis sebelumnya. Ada beberapa yang sudah memulai bertanding di tengah area, ada pula yang mojok di bagian lapangan yang sepi dengan pasangan masing-masing.

Aden mendengus, lalu mengalihkan pandangannya saat melihat sepasang cowok cewek lewat di depannya sambil pamer kemesraan.

Aden mendudukan dirinya di bangku panjang pinggir lapangan dengan sebelah tangan memainkan bola basket. Memantulkannya beberapa kali tanpa tujuan yang jelas. Beberapa kali Aden melihat jam tangannya dan harus kecewa saat melihat jarum jam bergerak terlalu lambat.

"Woy Den! Kenapa muka lo kusut?" Aden tak berminat untuk menjawab pertanyaan salah satu temannya itu.

"Kurang asemmm!! Gue dikacangin man?!" teriak orang itu. Aden mendengus lalu menatap temannya dengan malas.

"Lo bisa diem nggak sih Do?! Males tau liat muka lo," ucap Aden pada temannya yang bernama Aldo itu.

Aldo melotot, marah mendengar ucapan Aden barusan, dia mengambil bola di tangan Aden dan dengan kekuatan penuh melemparkan bola itu ke arah lengan Aden.

"Cari mati lo ya!!" teriak Aden murka. Dia dengan cepat mengambil bola basket yang tak jauh dari tempatnya dan dengan keras kembali melemparkan bola itu ke arah badan kecil Aldo. Aldo yang tak siap langsung tersungkur dengan tidak elitnya.

"Bokong gue astaga," ringis Aldo sambil mengusap-usap bokongnya.

"Sukurin! Makanya jangan cari masalah sama gue, lo tau kan gue nggak suka diganggu?!"

"Ck! Nggak asik, dasar jones!"

"Kampret ya lo, Do!" teriak Aden, dan sekali lagi melayangkan bola basket yang ada di tangannya ke arah Aldo yang masih terkapar di lantai. Aldo mendengus, lalu memaki Aden dengan segala macam umpatan.

Aden tak peduli, dia kembali sibuk dengan pikirannya tanpa mau bersusah payah menolong Aldo. Lagipula dia masih normal, takutnya Aldo terpesona padanya. Dan jika itu terjadi bisa-bisa dia habis di tangan Robi. FYI Aldo memang yahh, agak berbeda dari laki-laki lainnya, dia belok sukanya sama sesama jenis. Tapi Aden tidak ada urusan dengan lelaki mungil itu, dia masih normal. Aden tekankan sekali lagi, dia masih normal, okay!

Buktinya sejak bertemu Chelsea, dia jadi terus menerus memikirkan Chelsea. Padahal ini sudah beberapa minggu setelahnya, setiap hari Chelsea tak pernah absen dari pikiran Aden. Cewek itu membuatnya tak fokus melakukan apa pun.

Dan jika kalian ingin tau, sebenarnya sejak tadi Aden resah menunggu kehadiran Chelsea, hari ini hari dimana dia harus bertanding melawan Chelsea. Entah kenapa Aden masih menyanggupi permintaan Cikal itu, padahal dia yakin seratus persen bahwa dia tak akan mampu melawan Chelsea, karena dia tentu tak akan tega membiarkan Chelsea terluka dalam pertandingan kali ini.

"Aden... Hei! Aden kan?!" baru saja dibicarakan, cewek itu kini sudah berdiri di depan Aden.

Cantik, seperti sebelumnya Chelsea tampak cantik dalam pakaian apa pun. Apalagi dengan bola mata melebar karena terkejut itu.

"Ya ampun, Aden! Lo kok bisa di sini? Lo salah satu dari mereka?" tanya Chelsea beruntun.

Aden mengangguk. "Gue udah lama gabung di sini," jawabnya dengan mata masih lekat memandang Chelsea.

Chelsea mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti.

"Hai Chel, udah siap main malam ini?" interupsi dari Cikal membuat kecanggungan di antara mereka mencair.

Chelsea mengangguk semangat, "udah. Gue lawan siapa aja?" tanya Chelsea pada Cikal. Cikal tersenyum penuh makna, "lo lawan Lexi, Gue, sama satu lagi," Cikal mengarahkan telinjuknya pada Aden.

"Hah? Aden?" tanya Chelsea tak percaya. Cikal mengangguk pasti, dengan senyum di bibirnya.

Aden yang melihat itu hanya mampu diam saja, sebenarnya dia tak tau apa alasan Cikal membuat duel ini. Awalnya dia tak ragu, dia berniat untuk mengalahkan siapa pun lawannya. Tapi setelah melihat Chelsea, dia ragu, dan takut.

"Ok lebih baik sekarang kita mulai," ucap Cikal.

Chelsea menatap Aden sekilas, hanya sekilas lalu pergi begitu saja meninggalkan Aden termenung di sana. Dia hanya bisa mengamati setiap langkah Chelsea yang terus menjauhinya. Hingga Cikal menepuk bahunya dan menyuruh Aden untuk segera bersiap.

Pertandingan itu di mulai lima belas menit kemudian, bola ada di tangan Aden. Aden terus mendribble bola itu ke arah ring, dua orang menghadangnya, membuat Aden segera melemparkan bola di tangannya ke arah Lexi yang bebas tanpa penjagaan. Lexi bergerak cepat, langkahnya di halangi oleh Chelsea, membuatnya geram dan dengan sengaja mendorong badan Chelsea hingga tubuh kecil itu jatuh terduduk di lantai lapangan.

Aden yang melihat itu langsung berjalan cepat ke arah Chelsea dan mengulurkan tangannya untuk membantu, Aden menatap Chelsea khawatir, tapi Chelsea hanya mendongak sekilas lalu berdiri sendiri mengacuhkan tangan Aden yang masih terulur.

Aden masih terdiam di tempatnya, sampai suara teriakan Farel yang menyuruhnya fokus membuat Aden dipaksa bangun dari lamunannya.

"Gue nggak mau kita kalah! Jangan hancurkan pertandingan ini dengan lamunan nggak penting lo!" geram Cikal di dekat telinga Aden.

Aden mengangguk kaku, dan mencoba fokus pada permainan. Lexi bergerak dengan lincah, cowok berotot itu tampak nyaman dengan permainan, berbanding terbalik dengan Aden yang merasa tertekan sejak dimulainya pertandingan.

Lexi menghentikan langkahnya saat salah satu pemain tim Chelsea menghadangnya. Skill pemain itu sangat bagus, dan badannya besar walau jika dibandingkan dengan Lexi, masih jauh lebih besar badan Lexi. Akan tetapi sepertinya Lexi memilih cara damai ketimbang harus adu badan dengan salah satu pemain tim Chelsea itu, dia mencari keberadaan Aden dan melemparkan bola itu ke arah Aden.

Aden dengan siap menerimanya, mendribble ke arah ring, dan melakukan lay-up dengan sempurna.

"Bagus! Jangan pernah lemah dengan pesona Chelsea!" ucap Cikal mengingatkan Aden. Kembali hanya anggukan singkat yang diberikan oleh Aden. Dia sudah terlanjur lemah Kal, mau bagaimanapun Aden sudah terlanjur terpengaruh dengan Chelsea.

Angka di tim Cikal terus bertambah, sedangkan angka di tim Chelsea bergerak lambat layaknya siput.

Aden sempat beberapa kali melihat ke arah Chelsea dan menemukan cewek itu sudah bermandikan keringat dengan wajah lelah yang dipaksakan. Hal itu ternyata membuat Aden lengah. Bola di tangannya langsung diambil oleh tim Chelsea. Orang itu melakukan shoot dari luar garis tiga angka, tapi gagal. Bola rebound di manfaatkan oleh Lexi, dan melakukan tembakan bebas ke arah ring.

Shoot dari Lexi mengakhiri pertandingan malam itu yang dimenangkan oleh tim Cikal. Cikal ber-highfive dengan Lexi dan Aden. "Good!! Permaian kalian malam ini bagus banget. Tenang aja, bayaran udah gue siapin." Lexi bersorak girang, sedangkan Aden terlihat tidak terlalu berminat.

"Yoi bro, kapan-kapan gue mau dipanggil lagi kalo lo butuh," ucap Lexi dengan cengiran konyolnya.

Aden mengalihkan pandangannya pada Chelsea yang kini terduduk tak jauh darinya. Ada rasa tak tega saat melihat Chelsea kelelahan. Tapi Aden terlalu bingung, dia hanya bisa melihat saja tak bisa melakukan apa pun. Sebenarnya dia tidak melakukan kesalahan apa pun. Pada saat permainan tadi pun dia tidak bersentuhan fisik dengan Chelsea, dia malah menghindari hal itu, tapi entah kenapa dia merasa bersalah.

"Lo ada apa Den?" tanya Cikal setelah Lexi pergi dari sana.

"Nggak tau, gue nggak bisa fokus." Jujur Aden.

"Karena Chelsea?" Aden mengangguk singkat, "gue dulu juga gitu. Gue bertekuk lutut sama dia, tapi sayang orang tuanya nggak suka gue dan yaahh gue mundur teratur. Kalo lo beneran suka sama dia, gue kasih tau sebelum terlambat. Lebih baik lo buang jauh-jauh rasa suka lo, karena kalo rasa itu makin bertambah, gue yakin lo akan berakhir tragis."

"Nggak mungkin ah, emang ini jaman apaan? Masih ada gitu orang tua yang ngatur kehidupan anaknya sampai ke arah percintaan anaknya segala? Lagian gue ketemu sama bokapnya, dia welcome sama gue," ucap Aden.

Cikal menyeringai, lalu menepuk pundah Aden beberapa kali. "Gue juga nggak akan percaya kalo belom pernah ngerasain sendiri, tapi ini nyata. Lo belum ketemu keluarga lengkapnya," Jelas Cikal.

Aden mendongak lalu menggelengkan kepalanya, meraup oksigen sebanyak-banyaknya, tanpa mau mengindahkan ucapan Cikal barusan.

"Lo harus tinggalin dia Den! Gue jamin hidup lo akan mudah kalo lo bisa jauhin dia."

Sayangnya Aden tak bisa, tak semudah itu menghilangkan rasa suka yang masih sebiji jagung di hatinya. Belum pernah sekali pun Aden merasakan apa yang dia rasakan sekarang. Setiap dia melihat cewek, hanya sebatas tertarik. Tak pernah sampai ke jenjang yang lebih tinggi dari itu. Dan sekarang, saat ada yang bisa mendobrak masuk, Aden tak bisa mengusirnya begitu saja.

"Den!"

"Eh apa?" tanya Aden bingung.

Cikal menggelengkan kepalanya dan menepuk bahunya. "Lo udah jatuh Den, good luck!" ucap Cikal dengan tatapan kasihannya.

***

Chelsea meneguk air mineralnya banyak-banyak. Dia biarkan saja air itu tumpah membasahi leher dan bajunya. Tidak peduli tatapan-tatapan lapar dari orang-orang di sana. Sesekali Chelsea menoleh ke arah cowok yang dia tau sejak tadi mencuri pandangan ke arahnya.

Dan saat tatapan mereka bertemu, Chelsea tak berniat untuk mengalihkan tatapannya. Mata itu seolah menariknya, rasanya melebihi rasa senang saat mendapat sebuah senyuman dari mantan gebetannya, Arang.

Entah sejak kapan cowok itu mampu membuatnya terlena. Dia jatuh cinta? Secepat itukah?

Chelsea merasa clueless, hanya jantungnya yang bekerja di luar nalar. Dia pernah begitu jatuh, sampai rasanya menyakitkan. Chelsea ingin dekat, tapi disatu sisi ada rasa trauma yang masih membekas.

Chelsea memejamkan matanya sejenak, melantunkan doa pada Tuhan agar cowok itu menjadi jodohnya. Mungkin ini bukan waktu yang tepat, tapi rasa yakin dalam hatinya mendorong Chelsea untuk segera meminta pada Tuhan agar cowok itu menjadi bagian dari hidupnya kelak, sampai dia menjemput maut.

Chelsea kembali fokus pada cowok itu, sebuah senyuman membuatnya tanpa sadar melengkungkan bibirnya dan membalas senyuman cowok itu.

Chelsea tak tau sejak kapan cowok itu sudah berdiri di depannya, yang dia tau jantungnya kembali berdebar di luar nalar. Chelsea mendongakkan kepalanya agar bisa menatap wajah cowok itu. "Aden... Eh hai!" lirih Chelsea.

Aden meringis, sambil menggaruk bagian belakang kepalanya. "Ehm Chelsea."

Chelsea terkekeh lalu menundukkan kepalanya, "canggung ya."

Aden terkekeh, dan suasana canggung sebelumnya kini mulai mencari. Tanpa beralasan, Chelsea pun ikut terkekeh bersama dengan Aden.

"Padahal kemarin berani cium-cium, berani peluk-peluk... eh!" Aden menutup mulutnya rapat-rapat. Sedangkan Chelsea tampak menahan tawanya, membuat Aden merutuki dirinya sendiri karena sudah berkata yang tidak-tidak.

Aden nyengir sambil menggaruk tengkuknya untuk menghilangkan perasaan gugupnya. Setelah merasa cukup tenang, Aden kembali menatap Chelsea. Chelsea tersenyum, dan Aden membalasnya dengan senyuman terbaiknya.

"Den/Chel."

Aden dan Chelsea terkekeh bersama. "Lo duluan aja Chel," ucap Aden.

Chelsea bediri dari duduknya dan bertatapan langsung dengan Aden. "Gue sengaja ngalah, karena itu gue mau kita duel lagi, tapi 1 on 1, dengan aturan basket yang sah dan legal. Gue harap lo mau," ucap Chelsea membuat Aden sedikit terkejut dengan permintaan Chelsea.

Aden mendesah berat, kembali menatap Chelsea dengan pandangan lemahnya. "Gue pikir gue nggak akan menang lawan lo Chel."

"Kenapa lo seyakin itu? Kita bahkan belum pernah nyoba buat tanding," tanya Chelsea dengan sebelah alis terangkat.

"Karena lo titik lemah gue," jujur Aden. Chelsea membolakan matanya, terkejut mendengar jawaban Aden yang terlampau jujur.

Mereka terdiam, hanya mata yang saling menatap satu sama lain. Hembusan napas yang tak beraturan dari keduanya, ruangan yang ramai terasa sepi serasa hanya meraka berdua di dalam ruangan itu.

"Kalo lo menang, lo bisa minta apapun dari gue. Dan kalo gue yang menang, gue bisa minta apapun dari lo. Terserah lo mau ngalah, atau mau melawan gue dengan skill terbaik lo. Setuju?" Chelsea mengulurkan tangannya.

Aden tak segera menyambut tangan itu, barulah saat satu hal mengganggu pikirannya membuat Aden dengan cepat menyambut tangan itu. Tampaknya uang begitu menggiurkan bagi siapa pun, tapi hati menjadi prioritas utama seorang Aden. Mulai saat itu.

***

tbc...

Lovin

Continue Reading

You'll Also Like

354K 12.4K 26
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
3.9M 309K 51
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
RAYDEN By onel

Teen Fiction

3.7M 226K 68
[Follow dulu, agar chapter terbaru muncul] "If not with u, then not with anyone." Alora tidak menyangka jika kedatangan Alora di rumah temannya akan...
6.7M 219K 75
"Mau nenen," pinta Atlas manja. "Aku bukan mama kamu!" "Tapi lo budak gue. Sini cepetan!" Tidak akan ada yang pernah menduga ketua geng ZEE, doyan ne...