Peka Banget! 「END」

By andhyrama

1.2M 57.3K 14.7K

Ketika Cantika dan Karlita-dua cewek pengidap kesehatan mental-bertemu dengan sosok cowok yang peka banget. M... More

PREVIEW
PENGANTAR
PROLOG: CANTIKA
PROLOG: KARLITA
01. CANTIKA: AKU ISTIMEWA!
02. KARLITA: AKU SAMPAH!
04. KARLITA : AKU SENDIRI!
05. CANTIKA: LIHATLAH DIRIMU!
06. KARLITA: BUANG WAJAHMU!
07. CANTIKA: DIA MENGERTI!
08. KARLITA: TIDAK AKAN ADA LAGI!
09. CANTIKA: MEMBUATKU LUPA!
10. KARLITA: MEMBERI JANJI!
11. CANTIKA: TERIMA TANTANGAN!
12. KARLITA: BUKAN URUSANKU!
13. CANTIKA: INGIN MENYERAH!
14. KARLITA: TAK KUMAAFKAN!
15. CANTIKA: DIA MENGERIKAN!
16. KARLITA: RASANYA DAMAI!
17. CANTIKA: MAHKOTA BUNGAKU!
18. KARLITA: DIBUNGKUS PLASTIK!
19. CANTIKA: KENDALIKAN EMOSI!
20. KARLITA: JADILAH PEMAAF!
21. CANTIKA: TEPATI JANJI!
22. KARLITA: ADA MASALAH!
23. CANTIKA: ALASAN KLASIK!
24. KARLITA: AKU BERGUNA!
25. CANTIKA: JATUHKAN LUTUT!
26. KARLITA: TIDAK MUNGKIN!
27. CANTIKA: BERLARI PERGI!
28. KARLITA: PECAHKAN KACA!
29. CANTIKA: AKU BAHAGIA!
30. KARLITA: HIDUP KEMBALI!
EPILOG: CANTIKA
EPILOG: KARLITA

03. CANTIKA: DIA DATANG!

54.4K 2.5K 700
By andhyrama

Aku mengganti baju di ruang ganti yang berada di dekat parkiran belakang–aku tidak mau ganti baju di toilet yang ada di gedung fakultas. Di toilet gedung itu banyak orang, cewek-cewek sering mengobrol di dalam toilet atau lebih menjengkelkan lagi, mereka selfie di depan cermin wastafel. Aku yang butuh waktu untuk mengganti baju dan merapikan pakaianku di tas, tidak akan betah berada di toilet sana. Di sini sedang sepi, biasanya ruang ganti ini hanya dipakai oleh cewek-cewek yang mau olahraga saja.

Keluar dari ruang ganti aku terkejut bukan main. Payungku! Sebagian dari payung hitamku yang terbuka itu masuk ke selokan. Siapa yang melakukan ini? Payung seharga 127 ribu itu kotor sekarang. Bagaimana bisa aku kembali ke gedung fakultas menggunakan payung yang sudah kotor? Aku tidak bisa ke sana tanpa payung. Matahari sangat menyengat! Bencana, sungguh ini malapetaka! Aku hanya bisa mondar-mandir, sambil menunggu awan menutupi mentari agar aku bisa berjalan tanpa sengatan sinar.

Dalam kepanikanku yang tidak kunjung reda, aku melihat dia. Cowok yang mengendarai motor besar berwarna hitam. Aku tidak tahu merek motor itu. Bagaimana ini? Tidak masalah, Tika! Itu tidak terlalu penting. Dia tidak menggunakan helm, hanya jaket hitam. Aku amati saja sampai dia memarkirkan motornya di parkiran yang jaraknya sekitar dua puluh meter dari tempatku berdiri. Dia datang dengan tas gendong yang ada wajah tengkoraknya. Sekarang, dia tengah melangkah ke arahku. Bagaimana ini?

Aku ingin mengambil cermin kecil di dalam tas, tetapi aku mengurungkannya. Jangan melihat dirimu di cermin, kamu bisa cemas, Tika! Percaya saja bahwa dirimu sudah sempurna. Iya, aku sudah sempurna, tidak perlu mengecek lagi. Aku pun segera mengatur napas dan kemudian berlagak tidak melihatnya. Padahal aku memperhatikannya melalui sisi mataku. Aku tahu dia sedang mengambil sesuatu dari tasnya. Sebuah kotak yang kira-kira berukuran 8x20 senti. Apa itu hadiah untukku?

"Cuaca sangat panas ya, Neng," suara beratnya terdengar di dekatku.

Berhenti pura-pura cuek, aku menoleh dan memperhatikannya. Dia melengkungkan bibirnya, tersenyum padaku. Astaga! Sangat manis. Dia adalah Bayu Aji Saputra, dia anak Fakultas Hukum, dia punya rambut yang acak-acakan, kulit kecokelatan, tubuh kurus dan tinggi. Belakangan ini, dia sering datang mendekatiku. Setiap ada dia, entah kenapa ada debaran yang berbeda di dadaku.

"Ini untuk Neng Tika," kata dia menyodorkan kotak hitam itu.

"Dalam rangka apa?" tanyaku yang bermaksud untuk basa-basi dulu sebelum menerimanya. Aku malu kalau langsung terima. Lagi pula, cewek harus sedikit jual mahal.

"Buka saja," suruhnya seraya mendekatkan kotak itu ke tanganku.

Aku buru-buru mengambil sarung tangan di saku celanaku dan memakainya, menerima kotak itu, lalu kugerakkan perlahan untuk menebak apa isinya. Seperti yang dia suruh, aku membukanya dan aku cukup terkejut karena isinya payung. Sebuah payung lipat dengan motif bunga-bunga.

Aku pun segera mengeluarkan payung dari bungkus plastik transparannya, lalu membuka payung itu. Wah bagus! Aku menghitung jumlah bunga di payung ini dan kemudian memutar-mutar payung dengan senang.

Dari banyaknya barang di planet ini, Bayu kok belikan aku payung, ya? Apa dia tahu kalau payungku jatuh dan kemudian membelikan yang baru untukku? Mungkin saja itu bisa terjadi, aku kan di dalam ruang ganti cukup lama. Eh, bisa jadi dia memang sudah dari awal ingin memberikan aku payung ini. Tapi, apa aku terkesan gampangan kalau menerima barang pemberiannya begitu saja? Ah, sepertinya aku akan mengembalikannya saja.

"Kita bertukar payung, ya. Payung ini masih bersih kok, selokannya, kan, kering," kata dia yang tanpa kusadari sudah memegang payung hitamku. Wah, sepertinya aku tidak jadi mengembalikan payung ini. Dia memilih bertukar. Aku jadi tidak merasa gampangan lagi. Eh, ternyata memang benar, dia tahu kalau payung yang terjengking itu milikku.

"Iya, ambil saja, itu milikmu sekarang," kataku yang ikut tersenyum senang sembari memutar-mutar payung. "Eh, iya kamu bilang cuaca sangat panas, kan? Tapi, kamu sendiri memakai jaket tertutup seperti itu," keluhku yang memperhatikan jaketnya yang ditutup hingga leher.

"Bayu terburu-buru, Bayu belum pakai baju, jadi cuma pakai jaket," jawabnya seraya meringis.

Ih, dia lucu. Saat Bayu meringis, aku memperhatikan gigi-giginya yang kurang rapi itu. Biasanya aku tidak suka ketidakteraturan, tetapi kenapa aku suka giginya, ya? Ah, ada faktor lain pasti. "Kenapa kamu terburu-buru?" tanyaku masih bingung.

"Bayu mengkhawatirkan Neng Tika."

Aku tersenyum, apa aku sedang tersipu? Tika, jangan perlihatkan pipi merahmu ke dia! Aku mengangguki pikiranku sendiri dan segera memalingkan pandangan darinya.

"Ayo kita jalan ke FBS, kelas Neng Tika ada di lantai tiga?" kata dia menunjuk ke gedung Fakultas Bahasa dan Seni yang punya cat warna biru.

Ah, bagaimana dia tahu, ya? Seharusnya aku takut karena dia seperti mengetahui semua hal tentangku. Tapi, anehnya aku malah senang. Aku pun mengangguk dengan senyum simpul. Kami berjalan bersama menggunakan payung.

Di sela-sela perjalanan, dia memutar-mutar payung sembari melemparnya ke udara. Dia sok melakukan akrobat agar terlihat keren di depanku. Ah, tanpa melakukan itu aku sudah menganggapnya keren. Tidak ada percakapan saat kami berjalan berdampingan. Itu karena aku sibuk menutupi wajah yang tengah tersipu, sembari memperhatikan tingkah konyolnya yang hampir menabrak dosen karena keasyikan memainkan payung.

"Sampai sini saja," kataku yang menyuruhnya berhenti ketika sudah sampai di pintu gedung.

"Siap, Neng!" jawabnya yang kemudian menutup payung yang bisa dilipat menjadi kecil itu, lalu memasukkannya ke tas hitamnya. Aku pun melakukan hal yang sama pada payung darinya.

"Bayu akan jaga payung itu," ucapnya yang tersenyum di depanku.

"Aku juga," jawabku malu-malu. "Kamu tidak masuk ke kelas?" tanyaku untuk menghancurkan momen canggung ini.

Dia menggeleng. "Bayu ke sini hanya untuk menemui Neng Tika, kalau sudah ketemu Bayu akan pulang," jawabnya yang melebarkan senyum sampai matanya menyipit. Dia sangat manis.

"Di rumah kamu ngapain?" tanyaku yang sesungguhnya masih ingin berlama-lama dengannya.

"Tidur lagi."

"Habis tidur?"

"Main PS sama Abang," jawabnya yang tampak berpikir.

"Habis main PS, ngapain lagi?"

"Belajar," jawabnya meringis. "Belajar main PS."

"Ih, PlayStation mulu," ujarku sebal.

"Neng Tika banyak tanya, ada maksudnya, ya?" tanya dia dengan begitu percaya diri. "Neng Tika pasti mau bertemu Bayu lagi, kan?"

Aku menggeleng, walau sejujurnya aku sangat mau. "Siapa bilang aku mau ketemu kamu lagi? Aku cuma penasaran apa yang dilakukan cowok tengil macam kamu."

"Kalau penasaran artinya mau ketemu lagi," ucapnya seraya terkekeh.

Dia tahu banget kalau aku mau. "Aku ada latihan teater besok," ucapku yang bermaksud memberi kode.

"Bayu akan menontonnya, boleh?" tanya dia yang berhasil mengartikan kodeku dengan sempurna.

Aku mengangguk dan dia tersenyum lagi. Kemudian, dia berjalan mundur menjauhiku. Sembari melambaikan tangan padaku, dia masih memunculkan senyum yang sangat melengkung itu. Aku tertawa saat dia menabrak salah satu pot besar yang berjajar di depan gedung ini. Dia menggaruk belakang kepalanya karena malu aku perhatikan. Kemudian, Bayu malah menceramahi pot bunga itu dan menyalahkannya. Ada-ada saja.

Apa Bayu memang datang untukku? Apakah aku seistimewa itu baginya? Namun, biasanya cowok tidak hanya mendekati satu cewek. Mereka itu suka mempermainkan hati cewek. Apalagi cowok macam Bayu yang terlihat tengil. Aku menggeleng-geleng tidak setuju dengan pikiran negatifku, Bayu pasti hanya mendekatiku. Aku istimewa dan dia pasti berbeda dengan cowok kebanyakan.

Continue Reading

You'll Also Like

62.5K 5.5K 63
Tulisan inspiratif dan edukatif membahas tentang: ✔SNMPTN ✔ Dunia Perkuliahan ✔ Kehidupan Mahasiswa Baru Beberapa part saling berkaitan💦 Semoga men...
35.8K 5.3K 55
[SELESAI] Padahal jelas-jelas Naira sudah punya pacar. Pacarnya pun cakep, perhatian, dan personil band terkenal. Mereka juga saling sayang. Tetapi...
2.2M 243K 44
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
527K 7.1K 6
"Lo mau jadi pacar gue nggak, Dy?" "Hah?!" Aku menatap horor lelaki yang sedang duduk di depanku dengan wajah seriusnya. "Cuma pacar pura-pura, kok...