Va in Soarta ✓ [TERBIT]

By SkiaLingga

2.2M 160K 8.6K

VA IN SOARTA (DIHAPUS!) Namanya Laylaa, seorang gadis cantik yang memiliki hobi tidak biasa. Penyuka hal baru... More

Va in Soarta
1. Awal Mula
2. Pangeran Yang Tertidur
3. Dia Sangat Menawan
4. Terikat Tanpa Sengaja
5. Tidak Mati
6. Kebangkitan
7. Tujuan Bertahan Hidup
8. Kesepakatan
9. Menjadi Tamu
10. Keluar Dari Hutan
11. Pangeran Haus Darah
12. Terlalu Asing
14. Akan Bercerita
15. Bermain Api
16. Jangan Mengambil Milik Orang Lain
17. Menyesuaikan Diri
18. Tahu Segalanya
19. Serangan Pagi
20. Sebuah Kesalahan
21. Keluarga Bahagia
22. Ternyata Kaya Raya
23. Alasan yang Tidak Cukup
24. Rahasia Kecil
Caracterul Vizual
OPEN PO "Va in Soarta"

13. Tinggal Bersama

53.1K 6.3K 273
By SkiaLingga

Pagi itu cuaca cukup cerah, tapi karena sudah memasuki akhir bulan November, suhu menjadi semakin menurun hingga Laylaa merasa enggan keluar dari balik selimutnya. Jika bukan karena lapar, Laylaa lebih memilih untuk tidur lagi sampai sore.

Laylaa keluar dari kamar dan berteriak kaget saat melihat penampakan seseorang di ruang tamunya. "Apa yang kau lakukan?!" Laylaa mengusap jantungnya.

"Aku hanya duduk di sini. Seharusnya aku yang bertanya, kenapa kau berteriak seperti itu? Seperti baru melihat hantu."

Lalu kau menyebut dirimu apa? Kau itu salah satu jenis hantu!

Laylaa memperhatikan gaya duduk Ioan yang terbilang aneh. Lelaki itu duduk tegak dengan dagu terangkat, kedua tangannya bertumpu pada lengan sofa. Orang ini benar-benar memiliki sindrom pangeran?

"Kenapa kau bangun cepat sekali? Apa kau tidak lelah?" Laylaa mengalihkan pembicaraan. Jika dia menjawab apa yang Ioan katakan, sudah pasti mereka akan kembali berakhir dengan adu mulut dan Laylaa akan kembali kalah.

"Aku tidak butuh tidur," jawab Ioan sekenanya.

"Tidak tidur?" Laylaa bingung. "Maksudmu, sekali pun?"

"Ya." Ioan menjawab dengan tenang saat melihat Laylaa terkejut. "Kaum kami tidak membutuhkan tidur sama sekali."

Laylaa seolah mendengar ada nada sedih dalam kalimat itu, padahal jika diperhatikan Ioan terlihat baik-baik saja. Hanya memang auranya yang suram.

"Uh, baiklah." Laylaa lebih memilih untuk tidak melanjutkan pertanyaannya. Pantas saja Ioan tidak mempermasalahkan seprainya, ternyata lelaki ini tidak menggunakan tempat tidur. "Apa kau lapar? Aku akan memasak, mungkin kau ingin makan sesuatu?" Ia mencoba bersikap baik karena merasa sedikit kasihan.

Ioan lagi-lagi menatap Laylaa datar. "Aku tidak lapar. Makanan manusia tidak memberikan rasa kenyang untuk kami," jawabnya yang lagi-lagi membuat Laylaa menggeleng miris.

Ya ampun, ternyata Ioan ini menyedihkan sekali. Tidak tidur dan tidak makan. Segala sesuatu yang menyenangkan ternyata tidak bisa dinikmati olehnya.

"Baiklah, kalau begitu aku memasak dulu. Kau boleh melakukan apa pun di sini selama aku sedang makan," ujar Laylaa akhirnya.

"Apa pun? Memangnya apa yang dapat aku lakukan di ruangan ini selain duduk?"

Laylaa melongo karena bingung. Tentu saja ada beberapa hal yang dapat lelaki itu lakukan, menonton televisi misalnya. Laylaa nyaris menepuk dahinya sendiri, tentu saja Ioan tidak tahu tentang benda bernama televisi. Hanya saja saat ini Laylaa sedang tidak berminat untuk menjelaskannya karena dia benar-benar sangat lapar.

*****


Laylaa mendongak dari piringnya saat mendengar suara kursi di depannya berderit. Ioan duduk di sana, tegak, seperti ada penggaris besi yang mengganjal punggungnya.

"Ada apa?" tanya Laylaa ketika dilihatnya lelaki itu hanya diam dan menatap lurus ke arahnya. Sesekali mata Ioan tampak mengikuti gerakan tangannya yang tengah menyuap makanan. "Kau mau makan?"

"Kalau darahmu, boleh," jawab Ioan tenang.

Laylaa mencengkeram sendoknya dengan kuat agar benda itu tidak melayang ke kepala Ioan. "Apa maumu?"

"Kau masih makan, nanti saja."

"Katakan saja." Laylaa tak sabar.

"Aku ingin kau mengajariku tentang sesuatu. Jadi, habiskan dulu makananmu," jawabnya masih dengan wajah tak beriak.

Laylaa mengernyit, tapi tetap melanjutkan sarapannya. Pagi ini entah kenapa dia ingin makan sup jamur, tapi karena tidak ada jamur di dalam lemari pendinginnya, Laylaa akhirnya menggantinya dengan jagung. Jauh berbeda memang, tapi sama-sama sup dan Laylaa tidak peduli.

Mata Ioan masih mengikuti gerakan Laylaa ketika gadis itu tengah mencuci piringnya. Matanya yang tajam dapat melihat setiap gerakan itu dengan jelas, bahkan ketika jari-jari tangan Laylaa bergerak kecil.

"Aku sudah selesai. Jadi apa yang kau inginkan?"

"Ayo ikut," ucap Ioan dan berjalan ke arah ruang tengah.

Lelaki itu meletakkan sebuah benda pipih berwarna hitam ke atas meja. Laylaa duduk di atas karpet dan meraihnya, mengernyit ke arah Ioan yang memilih duduk di kursi tunggal dengan pose yang sama seperti sebelumnya.

"Kenapa dengan benda ini?" tanya Laylaa.

"Ajari aku cara menggunakannya. Derius membelikan benda itu untukku, namun dia tidak sempat mengajariku cara menggunakannya. Aku pikir kau tidak keberatan untuk mengajariku," jawab Ioan. Benda ini aneh, pikirnya. Derius mengatakan jika pada masa sekarang banyak orang bergantung pada benda ini, tapi Ioan tidak melihat benda ini memiliki kegunaan sebesar itu.

Laylaa berdecak di dalam hati. Dia yakin jika Derius pasti sengaja melakukan ini. Lelaki dengan senyum penuh tipu muslihat itu pasti sudah mengatur hal-hal yang menyusahkan Laylaa dalam jangka panjang. "Ini namanya ponsel." Laylaa memegang benda berwarna hitam yang dia tahu keluaran terbaru itu.

"Ponsel?" Alis Ioan terangkat. Baru kali ini ia mendengar dan melihat benda itu.

Laylaa mengangguk. Pertama-tama dia menjelaskan apa itu ponsel dan bagaimana cara kerjanya. Ioan itu sangat teliti, ia persis seperti orang haus pengetahuan yang akan menyerap semua informasi dan akan bertanya sampai benar-benar puas, tidak peduli sekalipun orang yang ia tanyai bisa saja mati karena putus saraf kesabaran.

Jari tangan Laylaa kemudian bergerak menghidupkan benda itu. "Ini berfungsi sebagai alat komunikasi serbaguna. Aku tidak akan menjelaskan bagaimana detailnya, karena aku sendiri tidak tahu apa saja yang ada dalam benda ini atau pun bagaimana cara kerja satelit menangkap sinyalnya."

Gadis itu memperingatkan sejak awal, dia sudah jera ditanyai Ioan mengenai bahan apa saja yang digunakan untuk membuat pesawat sehingga dapat terbang dan bagaimana cara kerja mesinnya. Jika pertanyaannya umum, Laylaa masih dapat menjawab, tapi bagaimana jika Ioan tiba-tiba bertanya ada berapa jenis perangkat lunak atau berapa microchip di dalam ponsel ini? Laylaa bisa mati lebih cepat dari jadwal seharusnya.

"Lihat," Laylaa mendekat ke arah Ioan. "kau harus melakukan ini untuk membuka kuncinya." Laylaa menggerakkan jarinya di atas layar, kemudian memilih beberapa aplikasi yang menurutnya paling penting untuk diketahui Ioan.

"Begitu saja?" tanya Ioan. Ia dapat mengerti dengan cepat apa yang Laylaa ajarkan.

"Ya, begitu saja." Laylaa menggerakkan jarinya lagi. "Kalau kau ingin menghubungi seseorang, maka pilih menu ini. Kemudian sentuhkan jarimu di tanda ini." Laylaa mengajarkan dengan sabar dan kembali berkata, "Nomor kontak Derius sudah ada di sini."

Laylaa heran. Mereka sebenarnya menggunakan alat komunikasi seperti ini? Apakah di hutan itu Derius akan mendapatkan sinyal?

"Tapi sepertinya di kastelmu tidak ada sinyal. Itu hutan belantara dan juga tidak tersentuh." Lagipula sepertinya tempat kalian itu benar-benar terasing dari dunia manusia seolah memiliki dimensi sendiri, Laylaa menyambung dalam hati. "Jadi kau akan sulit menghubungi mereka. Kecuali mereka sedang berada di kota," ungkapnya.

"Derius sudah pindah ke kota, Calaius yang menjaga kastel." Ioan ingat jika beberapa hari yang lalu Derius mengatakan bahwa ia membeli rumah di pusat kota untuk kebutuhan tertentu.

Laylaa berguman mengerti. "Kalau begitu coba kau hubungi Derius. Lakukan saja apa yang sudah aku jelaskan tadi."

Ioan meraih ponsel yang diangsurkan Laylaa, kemudian menggerakkan jari tangannya sesuai dengan apa yang telah Laylaa ajarkan.

"Ya, kemudian sentuhkan jarimu di tanda itu," tunjuk Laylaa. "Anak pintar." Dia berbicara seolah sedang berhadapan dengan anak kecil.

Ioan menekankan jarinya di tanda panggil, dan tak lama kemudian tampak foto Derius yang tengah tersenyum di layar ponselnya.

"Kenapa ada wajah Derius di sini?" Ioan menatap bingung ke arah benda yang ia pegang.

Laylaa menolehkan kepalanya dan melihat. Ya ampun, tampan sekali! Tapi bukankah dalam novel atau cerita dikatakan bahwa vampir tidak tampak di lensa kamera? Lalu bagaimana Derius ... Ah, sudahlah! Laylaa tidak mau lagi sok tahu mengenai makhluk-makhluk ini, dan sebelumnya Ioan juga mengatakan jika mereka bukan vampir. Laylaa tidak bisa lagi percaya pada novel atau film yang pernah ia tonton.

"Halo?" Sebuah suara terdengar menjawab dari seberang.

"Hei, itu sudah tersambung." Laylaa menekan pilihan pengeras suara.

"Ioan?" Kembali suara di seberang terdengar.

"Derius?" Ioan balas bertanya. Ia bingung karena mendengar suara Derius dari benda itu.

Laylaa tampak geli saat melihat wajah Ioan sedikit bereaksi. Bagaimana jika Ioan tahu bahwa ia dapat melakukan panggilan video melalui benda ini. Apakah Ioan akan benar-benar menunjukkan lebih banyak ekspresi?

"Hei, kau sudah bisa menggunakan benda itu?" Derius terdengar antusias. Beberapa waktu terdengar Derius berbicara dengan suara teredam dan samar-samar suara seorang lelaki lain yang mengucapkan terima kasih.

Ioan melirik ke arah Laylaa yang kini tengah sibuk menekan-nekan tombol kecil di atas sebuah benda berbentuk panjang dan berwarna hitam. "Ya, tapi tidak terlalu mahir. Benda ini asing untukku," kata Ioan. Matanya menoleh ke arah kotak hitam besar yang tiba-tiba bercahaya, membuat ia sedikit terkejut.

Suara di seberang terdengar tertawa pelan. "Aku yakin Laylaa akan mengajarkanmu dengan sabar tentang semuanya."

"Siapa yang bilang begitu?" Laylaa membalas cepat. Seenaknya saja lelaki itu! Aku bukan pengasuh!

Derius kembali tertawa, suara Laylaa terdengar jelas di telinganya. "Laylaa, bagaimana kabarmu? Kuharap Ioan merepotkanmu dua hari ini."

"Oh, terima kasih untukmu karena sudah mengakui dosa." Benar dugaan Laylaa, Derius memang sudah berencana untuk merepotkannya. Sepertinya Derius masih tidak setuju mengenai Ioan yang ikut bersama Laylaa ke Swiss, jadi lelaki itu dengan sengaja membuat semuanya sulit bagi Laylaa. Ya, pasti begitu!

"Senang karena kau merasa terganggu." Derius mengakui secara terang-terangan.

"Aku menanti-nantikan kapan dia akan memintaku untuk mengajarinya bahasa Mandarin," kata Laylaa sarkasme yang membuat Derius tertawa lepas.

"Tidak perlu khawatir tentang hal itu." Derius menjawab penuh rahasia. Tidak ingin memancing kemarahan Laylaa lebih lama, Derius beralih kembali pada Ioan. "Ah benar, aku telah mengabarkan kepada keluarga yang lain tentangmu. Ayah dan Ibuku sangat senang, mereka mengatakan ingin mengunjungimu, tapi aku mengatakan bahwa saat ini bukan waktu yang tepat."

"Ya, tentu saja," jawab Ioan.

"Aku akan menyusulmu ke sana, tapi tidak dalam waktu dekat ini. Ada beberapa hal yang harus aku selesaikan, dan kau tahu sendiri jika Calaius tidak bisa ditinggalkan begitu saja. Dia akan mengacaukan segalanya." Derius tertawa, walau sebenarnya lelaki itu serius.

"Aku mengerti." Ioan berkata singkat. "Apakah sudah ada kabar mengenai orang itu?"

Laylaa melirik saat mendengar nada suara Ioan tiba-tiba berubah dingin, namun dia urung untuk bertanya saat melihat tatapan Ioan yang menatap kejauhan dengan tajam. Lagi-lagi Laylaa melihat amarah di mata itu.

"Belum." Ada jeda sebelum Derius berkata penuh penyesalan, "Maafkan aku."

Ioan menunduk, wajahnya yang datar membuat orang mengabaikan kilatan aneh di matanya. "Bukan salahmu."

"Percayalah, aku dan Calaius akan membantumu menemukan keturunan orang itu." Derius berjanji. Terdengar suara Derius lagi-lagi bergumam, kali ini dia mengatakan sesuatu mengenai 'perbaiki' dan 'jadwal. "Kalau begitu jaga dirimu, Ioan. Inilah duniamu sekarang, aku harap kau dapat menyesuaikan diri dengan cepat," ujar Derius dari seberang.

"Ya, akan aku usahakan. Sejauh ini tidak terlalu sulit."

"Aku tahu," jawab Derius ringan hingga orang dapat membayangkan jika dia sedang tersenyum di seberang sana."Baiklah, sampai jumpa. Kita akan bertemu lagi, Laylaa."

"Enyahlah kau!" jawab Laylaa ketus yang disambut tawa Derius. Sesekali dia ingin meniru cara Ioan menggunakan bahasa kunonya untuk mengutuk.

"Bagaimana cara memutuskan sambungannya?" tanya Ioan pada Laylaa.

"Tekan jarimu pada tanda yang berwarna merah." Laylaa menjawab sekenanya tanpa menoleh ke arah Ioan, sampai kemudian dia mendengar lelaki itu bersuara.

"Gelap." Mata Ioan menatap datar ke arah ponsel di tangannya.

"Kenapa?" tanya Laylaa, kali ini dia menoleh.

"Benda ini tiba-tiba saja mati dan permukaannya menjadi gelap."

Laylaa mengernyit, kemudian mendekat ke arah Ioan. "Mungkin kau salah menyentuh sesuatu," ujarnya sambil meraih benda itu. Sampai tidak lama kemudian matanya melotot. "Ini—bagaimana? Astaga, apa yang kau lakukan hingga jadi retak seperti ini?"

Laylaa mengangkat ponsel itu di depan wajah Ioan, menunjukkan jika layarnya yang gelap tampak retak hingga benar-benar cekung.

"Aku tidak melakukan apa-apa," jawab Ioan dengan polos. "Kau menyuruhku untuk menekan tanda merah di sana, aku hanya melakukan itu."

Laylaa terperangah, kemudian menepuk jidatnya. Sepertinya dia salah memberi intruksi. Bukan tekan, melainkan sentuh! Sentuh! "Ini terlihat seperti habis dipukul palu!"

Ya Tuhan, Ioan baru saja menghancurkan sebuah ponsel keluaran terbaru hanya dengan jari tangannya. Bukankah benda ini memiliki kualitas kelas satu? Seberapa kuat memangnya jari-jari Ioan? Laylaa benar-benar tidak habis pikir. Lihatlah lelaki itu, wajahnya malah tampak tidak berdosa setelah membunuh benda mahal ini!

"Jangan pernah kau berani menyentuh remote televisi atau benda rapuh apa pun di rumah ini!" ancam Laylaa. "Awas saja kau!"



●●●  


Skia

(24 Octombrie 2016)
Revisi, Rabu 10 Juni 2020

Continue Reading

You'll Also Like

2.2M 160K 27
VA IN SOARTA (DIHAPUS!) Namanya Laylaa, seorang gadis cantik yang memiliki hobi tidak biasa. Penyuka hal baru, pemburu bahaya dan pecandu adrenalin...
5.9M 787K 73
Yang engga vote, durhaka kalian...masuk neraka jalur vvip🙏 [Chapter lengkap] __________________ Selesai mengerjakan skripsi, Rana merebahkan tubuh d...
9.6M 1.1M 67
Tidak ada perlawanan ketika tubuhnya dihempaskan ke lautan luas tersebut. Otaknya tidak merespon bahwa ia berada dalam keadaan berbahaya, tidak ada r...
15.1M 1.9M 71
[ 𝙋𝙚𝙧𝙞𝙣𝙜𝙖𝙩𝙖𝙣! 𝘾𝙚𝙧𝙞𝙩𝙖 𝙨𝙚𝙨𝙖𝙩! ] . Amanda Eudora adalah gadis yang di cintai oleh Pangeran Argus Estefan dari kerajaan Eartland. Me...