Chatroom

By anonymons

201K 26.3K 3K

Siapa bilang Yeri nggak bisa modus? + 2016, Anonymons. ( private. ) More

one ; kenalan.
two ; chat jimin.
three ; temen bego.
four ; kena friendzone.
five ; baper atau potek?
six ; gak peka.
seven ; badmood.
eight ; lupa.
nine ; aku-kamu?
ten ; nyerah?
eleven ; ketemuan?
twelve ; mager.
thirteen ; sayang?
fourteen ; idk.
fifteen ; i miss you.
sixteen ; childhood yang zonk
seventeen ; ngedate?
eighteen ; khilaf dulu.
nineteen ; sunset.
twenty ; fix you.
twenty one ; thanks for everything.
twenty two ; goodbye.
twenty three ; ?
twenty four ; with other girl.
twenty six ; keduluan.
twenty seven ; sweet dream.
thirty one ; tears.
thirty two ; confused.
thirty four ; lie.
thirty five ; last.

thirty three ; the truth.

2.8K 410 62
By anonymons

Suasana kafe yang terlalu ramai, membuat Yeri cukup betah menikmati suasana sore, ditemani secangkir teh hangat dan kue ringan yang ada di hadapannya.

Setelah insiden tadi, Yeri memutuskan untuk meninggalkan Jungkook saja. Beruntung, saat sedang berjalan, tiba-tiba saja ia bertemu dengan Jimin–yang juga teman satu sekolahnya.

"Jadi, kenapa lo nangis?" Jimin menyeletuk–memecah keheningan–sambil melirik Yeri yang tengah terdiam, menatap jalanan dengan tatapan kosong. Gadis itu tak menoleh, dan tak menjawab pertanyaan Jimin.

Pria itu menghela nafasnya sebentar. "It's okay, kalo misalnya lo nggak mau cerita sama gue. Itu juga privasi lo kok," ujarnya pelan. "Lo udah agak baikan, kan?" tanyanya–lagi.

Yeri yang tengah melamun, langsung mendongakkan, kepalanya, kemudian mengangguk kearah Jimin. "Lo ga usah khawatir." Mendengar jawaban itu, Jimin hanya mendecak. "Gimana gak khawatir, kalo mata lo sembab gitu. Gue takut lo kenapa-kenapa."

Gadis itu menggeleng pelan. "Gak apa-apa." Yeri meyakinkan Jimin kalau dirinya baik-baik saja. "Ngomong-ngomong, gue jarang liat lo di sekolah. Kemana aja? Oh, atau lo lebih sering di kelas?"

Jimin yang tengah menyeruput secangkir kopi, langsung menghentikan aktivitasnya, dan terdiam. Ia menghela nafas sebentar. "Gue udah pindah dari sekolah itu." Yeri yang mendengar ucapan Jimin, langsung membulatkan matanya kaget. "Hah?! Serius?!"

Jimin memejamkan matanya sebentar, kemudian mengangguk pelan. "Gue pindah dari sekolah itu sejak beberapa bulan yang lalu," jelasnya.

Yeri langsung menatap Jimin bingung. "Kok pindah? Ada apa? Oh atau ada masalah?" Dengan cepat, Jimin segera menggeleng. "Enggak. Cuman gue pengen pindah aja. Agak nggak betah."

"Atau...gara-gara masalah sama Jungkook? Ah ya, gue juga udah tau semuanya kok," tutur Yeri. Jimin menatap gadis itu tak mengerti. "Masalah yang...oh. Masalah yang taruhan itu? Sorry, Yer. Gue nggak bermaksud apa-"

Namun, sebelum Jimin melanjutkan perkataannya, Yeri sudah memotong duluan. "Nggak apa-apa. Lupain aja soal masalah itu. Dan-oh, gue ga mau bahas Jungkook lagi," sahut Yeri datar, namun kali ini terlihat sedikit serius.

Dalam hati, Jimin bertanya-tanya. Mengapa Yeri tiba-tiba tak ingin ia membahas Jungkook di hadapannya? Yang Jimin tahu, beredar kabar kalau Yeri memang benar menyukai Jungkook, itu pun ia tahu dari Mingyu-yang memang doyan sekali menggosip.

Namun, dari semua pertanyaan yang ada di benaknya, Jimin sama sekali tak berniat menanyakan alasan apapun dari pernyataan Yeri barusan. Ia lebih memilih untuk bungkam, dan bersikap acuh tak acuh saja dengan urusan gadis di hadapannya ini.

"Jangan-jangan, lo nangis gara-gara Jungkook?" Pertanyaan itu terlontar begitu saja dari mulut Jimin. Sontak, hal itu langsung membuat Yeri terkejut mendengarnya.

Gadis itu memejamkan matanya sekilas, kemudian menghela nafas kasar. "Bukan urusan lo," ujar Yeri ketus.

"Itu urusan gue."

"Bukan."

"Iya."

"Atas dasar apa?"

"Atas dasar gue peduli sebagai teman. Mulai sekarang, lo temen gue."
   
  

****


  
"Gue sayang lo."

Singkat, padat, dan jelas.

Kalimat itu langsung terlontar begitu saja dari mulut Krystal. Jungkook sendiri awalnya tidak paham, apakah ini semua hanyalah sekedar main-main atau bukan.

Namun, begitu gadis itu mengatakan itu benar adanya, ia langsung bungkam. Jungkook diam tak berkutik, tak berani berbicara apapun. Bahkan, butuh waktu beberapa detik bagi Jungkook untuk mencerna perkataan Krystal.

Ini benar-benar aneh, sangat aneh bagi Jungkook. Kenapa perasaan Krystal pada dirinya harus nyata? Kenapa harus ada?

Bukan ia tak mau. Hanya saja, ia tak tahu bagaimana harus menanggapi perasaan seseorang yang menyukainya. Jika ia terus memikirkan hal itu, tentu hal tersebut hanya akan mempersulit diri Jungkook sendiri.

Untuk beberapa saat, Krystal memeluk Jungkook dengan erat. Awalnya, Jungkook ragu membalas pelukan tersebut. Namun, ia juga tak tega membiarkan Krystal seperti ini.

Akhirnya, dengan perlahan, Jungkook mulai membalas pelukan tersebut. Namun beberapa detik kemudian, Krystal segera melepas pelukannya.

Untuk beberapa saat, gadis itu berusaha untuk menengkan dirinya, sambil sesekali mengusap air mata. "Gue mau pergi, Jeon. Pergi jauh dari sini. Mungkin, kita nggak bakal ketemu lagi. Makanya, gue ngomong ini, biar gue lega-ga harus mendem perasaan segala," jelasnya panjang lebar, membuat Jungkook hanya bisa bungkam.

Pria itu tertunduk, menatap aspal dengan tatapan kosong. "Gue nggak berharap lebih dari lo," tutur Krystal, memasang senyum palsunya, dan Jungkook tahu itu.

"Krys-"

"Gue pergi ya, Jeon. Thanks, lo udah mau jadi temen gue, meskipun cuman beberapa bulan," ujar Krystal, sambil menyunginggkan senyumannya. "Maaf kalo gue punya salah ke lo, gue minta maaf. Dan yang tadi, anggap aja angin lalu. Itu nggak penting. So, gue pergi ya."

Krystal pun beranjak dari duduknya, kemudian melangkah pergi meniggalkan Jungkook sendirian di bangku.

Dalam diam, Jungkook merutuk dirinya sendiri. Mengapa bisa-bisanya ia tak menyadari kalau selama ini Krystal menyukainya? Setidak peka itukah seorang Jeon Jungkook?

Jungkook merutuk bukan berarti ia memiliki perasaan yang sama seperti Krystal. Hatinya masih dengan orang yang sama. Tidak usah diperjelas lagi siapa orangnya.

Tiba-tiba, pikirannya teringat pada Yeri. Bukankah tadi gadis itu bersamanya?

Kalo nggak salah, tadi dia beli minum sebentar. Terus kok belum balik-balik? Batinnya dalam hati.

Jungkook memandang sekitar, memastikan kalau Yeri berada di sekitar area tersebut. Namun nihil, ia tak menemui keberadaan gadis itu sama sekali.

Jungkook segera meraih ponselnya, kemudian mengetik pesan singkat untuk Yeri.

jungkook : yer. lo dimana?

sent.

Untuk beberapa saat, ia mengetuk-ngetuk layar ponselnya–menunggu balasan dari gadis itu.

jungkook : yer bales.
jungkook : lo dimana?

read.

Akhirnya diread, batin Jungkook pelan.

Jungkook menunggu gadis itu membalasnya. Namun nihil, Yeri tak kunjung membalas pesan tersebut. Ia mengkerutkan dahinya bingung. Mengapa Yeri hanya membaca pesannya?

"Jungkook? Kamu disini?"

Mampus. Suaranya kayak kenal nih.

Dengan perlahan, Jungkook menoleh kearah samping, dan mendapatk Yein yang tengah berdiri di samping bangku yang ia duduki.

Jungkook menelan ludah dengan susah payah. Lahaula, kenapa ketemu disini sih? pikirnya. Pasalnya, ia benar-benar tidak ingin bertemu mantan gebetan nya itu.

Pria itu tersenyum kikuk. "Gue lagi nunggu Yeri," ujar Jungkook santai. Mendengar nama Yeri, hati Yein menjadi sedikit panas. "Daripada nunggu Yeri, mending anterin aku pulang, Jeon."

"Tapi Yeri gimana? Dia kan tadi–"

"Udah. Pasti dia lagi sama cowok lain. Atau mungkin dia udah pulang? Udahlah, nggak usah dipikirin. Ayok, Jeon! Keburu malem."

Dan terpaksa Jungkook mengikuti permintaan Yein–yah, meskipun sebnarnya ia tak mau.

'  lah, Yeri kemana si? '  -jk.

'  liat pembalasan gue, yer. '  -yn.


    
****

  
Semester baru, lembaran baru.

Itulah yang menjadi prinsip Yeri mulai sekarang. Benar. Ia benar-benar akan fokus ke masa depannya saja, dan tak akan repot-repot memikirkan hal yang tidak penting. Seperti cinta misalnya. Masalah Jungkook? Yeri akan tetap berusaha untuk melupakan pria itu.

Memang, sering sekali Yeri berpapasan dengan Jungkook . Entah di koridor, lapangan, kantin, atau perpustakaan–dan tak tahu itu hanyalah sebuah kebetulan atau memang takdir. Keduanya pun sama-sama menyadari keberadaan masing-masing. Namun yang aneh, mereka tak bertegur sapa lagi semenjak kejadian beberapa minggu yang lalu. Yeri pun tak mau ambil pusing karena masalah itu. Lebih baik, ia melupakan saja ketimbang harus memikirkan masalah yang hanya akan memperberat beban hidupnya tersebut.

"Gimana? Udah puas dijauhin Jungkook?"

Suara itu langsung menggema di kuping Yeri, saat dirinya tengah sibuk mencuci tangan di toilet sekolah. Gadis itu melihat bayangan wajah seseorang yang berada di belakangnya.

Sudah ia duga. Pasti itu Yein.

Gadis dengan rambut tergerai itu langsung tersenyum sinis kearah Yeri. "Makanya, kalo jadi cewek jangan kerjaannya cari perhatian ke cowok lain. Tau rasa 'kan dijauhin Jungkook."

Dengan sabar, Yeri berusaha menahan amarahnya agar tidak meluap saat itu juga. Ia tetap berusaha santai, dan terlihat cool.

"Kenapa tiba-tiba Jungkook dibawa-bawa? Oh dan sebelumnya, emang–gue–kenal–lo?" tanya Yeri santai, sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

"Gue ga kenal sama lo, tapi gue tau lo, karena lo yang ngerebut Jungkook dari gue!" ucap Yein setengah berteriak, membuat Yeri sempat menutup kedua telinganya. "Dan lo, lo Kim Yeri yang berani ngegodain Jungkook gue, iyakan?!?"

"Ngegodain? Atas dasar apa lo nuduh gue kayak begitu? Kalo nggak punya bukti, mending nggak usah fitnah segala."

Yein mendecak pelan. "Yeri, Yeri. Jangan lo pikir gue ini bodoh. Gue tau semuanya. Gue bahkan tau masalah taruhan yang pernah Jungkook bikin bareng Jimin. Dan lo tau? Gara-gara taruhan itu, persahabatan Jungkook Jimin jadi hancur–cuman gara-gara lo."

"A-apa?"

"Sekarang lo baru tau, kan?  Dan untuk itu, gue pengen lo jauhin Jungkook mulai sekarang. Karena sebentar lagi, Jungkook bakal jadi milik gue," ucap Yein sambil melayangkan senyuman kemenangannya.

Yeri yang melihat itu hanya membuang pandangan kearah lain. Ia mendengus pelan. "Lo nggak ada hak ngelarang gue buat ngejauhin Jungkook." Gadis itu menyeletuk dengan santainya, tanpa rasa gugup.

"So, gue nggak bakal jauhin dia," ucap Yeri sebelum dirinya benar-benar meninggalkan Yein sendirian di dalam toilet.

'lo nggak tau pembalasan gue kayak apa, Yer.' -yn.
  

****


Kala itu, Jungkook baru saja selesai berganti baju mengingat hari ini memang ada jadwal pelajaran olahraga.

Baru saja Jungkook melangkah keluar toilet, tiba-tiba ia mendengar suara-suara sayup dari toilet perempuan–yang letaknya memang bersebelahan dengan toilet laki-laki.

Suaranya kayak kenal. Batin Jungkook.

"Yeri, Yeri. Jangan lo pikir gue ini bodoh. Gue tau semuanya. Gue bahkan tau masalah taruhan yang pernah Jungkook bikin bareng Jimin. Dan lo tau? Gara-gara taruhan itu, persahabatan Jungkook Jimin jadi hancur–cuman gara-gara lo."

"A-apa?"

"Sekarang lo baru tau, kan?  Dan untuk itu, gue pengen lo jauhin Jungkook mulai sekarang. Karena sebentar lagi, Jungkook bakal jadi milik gue."

"Lo nggak ada hak ngelarang gue buat ngejauhin Jungkook."

"So, gue nggak bakal jauhin dia."

Dan tepat saat itu juga, seorang gadis keluar dari dalam toilet tersebut. Tak salah lagi, itu memang Yeri. Untung saja Jungkook segera bersembunyi dibalik pintu sehingga gadis itu tak melihat keberadaannya.

Hingga Yeri benar-benar pergi jauh meninggalkan toilet tersebut, Jungkook pun keluar dari persembunyiannya. Kemudian, ia menyenderkan bahu pada dinding dekat toilet–menunggu seseorang keluar dari dalam toilet tersebut. Ia benar-benar penasaran. Sebenarnya Yeri berbicara dengan siapa? Dan kenapa tiba-tiba namanya dibawa-bawa?

"Jadi, lo yang barusan ngobrol sama Yeri?" tukas Jungkook, begitu mendapati seorang gadis dengan rambut tergerai, keluar dari dalam toilet. Tak salah lagi, itu Yein.

Yein yang tengah asik bermain ponsel langsung tersentak kaget begitu melihat Jungkook tengah bersender santai pada dinding dekat toilet tersebut. Sambil melipat tangannya di depan dada, Jungkook menyeletuk, "gue nggak nyangka lo bakal kayak gini."

"Jungkook? Kamu kok ada disini?" Yein benar-benar mati kutu sekarang. Rasanya, ia benar-benar skakmat kali ini. "Serius, lo sejak kapan ada di depan sini? Kok gue nggak liat lo pas tadi masuk, ya?" ujarnya, mengalihkan pembicaraan.

Jungkook yang mendengar itu langsung berdecak pelan. "Nggak usah buang-buang waktu. Lo bilang apa aja ke Yeri?" Kali ini, nada bicara Jungkook terlihat dingin. Bahkan, Jungkook tak segan melayangkan tatapan sinisnya kearah Yein.

Yang ditatap hanya mengalihkan pandangan kearah lain. "Gue cuman ngingetin dia buat nggak deket-deket sama lo," ujar Yein tanpa rasa gugup sama sekali. "Lagian, lo tau 'kan, kalo gue suka sama lo."

"Suka sama gue?" ujar Jungkook, diiringi tawa hambar. "Terus dulu lo kemana? Sibuk selingkuh sama yang lain? Iya? Wow, lucu lo. Ternyata bener kata Jimin selama ini. Lo emang cewek egois." Jungkook menyeletuk sarkastik. Ia benar-benar tak habis pikir dengan jalan pikiran Yein kali ini.

"Kali ini gue beneran suka sama lo, Kook. Lo nggak sadar apa?" Kini, Yein memasang wajah kesalnya. "Gue beneran suka sama lo, Jungkook. Apalagi, belakangan ini lo jadi baik dan sering ngasih perhatian ke gue. Dan gara-gara itu, gue mikir kalo lo itu suka sama gue. Dalam artian, lo membuka kesempatan kedua buat gue."

Jungkook langsung tersenyum miring. "Jadi lo beranggapan bahwa selama ini gue baik dan perhatian ke lo itu gara-gara gue suka sama lo? Iya?" tanyanya. "But sorry, pada kenyataannya, pemikiran lo itu nggak sesuai dengan kenyataan yang ada. Gue emang baik ke semua orang, terutama cewek. Gue baik ke semua cewek karena gue ngehormatin mereka."

Pria itu menghela nafasnya, kemudian memejamkan mata sekilas–sambil mencari perkataan yang pas untuk diungkapkan pada Yein. "Gue perhatian, ke lo, Yeri, Dahyun, dan anak-anak cewek lainnya. Dari perhatian yang gue kasih, harusnya lo bisa bedain. Mana perhatian yang hanya sekedar teman, dan mana perhatian yang emang lebih dari teman."

Yein melongos pelan. "Dan lo kasih perhatian lebih dari temen itu ke Yeri, kan?" Kemudian, Yein menatap Jungkook kesal. "Apa sih yang lo liat dari Yeri? Gue yang kenal lo duluan! Kenapa dia yang mesti lo pilih, hah?" Kini, Yein tidak dapat mengontrol emosinya dengan baik. Bahkan, air matanya pun mulai berkaca-kaca.

Melihat itu, Jungkook tak merasa iba sama sekali. Ia bahkan masih terlihat santai, seolah tak terjadi apa-apa dengan gadis yang ada di hadapannya sekarang. Ia tak mau termakan oleh 'tangisan buaya' Yein kali ini.

"Karena lo udah nyia-nyiain gue, dulu," tukas Jungkook, yang kemudian melayangkan tatapan dinginnya kearah Yein. "Ini bukan masalah siapa yang mengenal gue duluan. Tapi ini masalah ketulusan. Gue baik ke lo, bukan berarti gue masih punya perasaan yang sama. Karena sekarang, gue udah punya orang yang gue sayang dan dia jauh lebih baik dari lo. Namanya Yeri," jelas Jungkook panjang lebar, sebelum akhirnya ia pergi meninggalkan Yein sendirian yang masih diam terpatung di depan toilet.

'  Gimana pun caranya, gue nggak bakalan biarin mereka pacaran. '  -yn.

'  Kim Yeri for better life. '  -jk.

       

#    #

   

To Be Continue.


    

a's note.

sorry kalo ceritanya makin ga jelas.

sumpah pemikiran saya jadi buntu.

gatau bakal nerusin apa engga.

huhuhu.

sudah ya. vote comment nya!

ditunggu: )

thanks!

Continue Reading

You'll Also Like

1.3M 63.5K 47
Novel ini merupakan hasil dari pendalaman karakter yang berbeda, dengan dua tokoh yang saling membenci dan kemudian berubah jadi cinta. Proses yang s...
4.8K 1.2K 33
Perjalanan kisah tentang Lee Minho yang berusaha bangkit dari keterpurukannya selama bertahun-tahun. Ia berjalan seorang diri untuk mencari sosok yan...
47K 6.5K 21
Tentang Jennie Aruna, Si kakak kelas yang menyukai Alisa si adik kelas baru dengan brutal, ugal-ugalan, pokoknya trobos ajalah GXG
262K 13.7K 43
Perjuangan cinta seorang Zayn Malik untuk mempertahankan hubungannya dengan gadis yang mampuh membuat hatinya luluh dan mengubah sikap dan sifat Zayn...