My Love CEO

By adpray

12.7M 397K 6.6K

"Kalau kamu belum punya pacar, papa akan kenalin kamu ke anak sahabat papa siapa tahu aja dia suka sama kamu... More

Introduce
1. Pagi yang buruk
2. Dasar Nyebelin!
3. WHAT?! Dijodohkan??
4. First date
5. Kebersamaan
6. Lunch with Bulepetan
7. Menemani Oliver
8. The Best Days of Life
Attention
10. Fitting
11. The Wedding
12. Special's Day
13. Bule Mesum (15+)
14. After Wedding
15. Apa? Cucu?!
16. Surprise
17. Aloha!
18. Honeymoon
19. Dia Siapa?
20. Trouble (1)
21. Trouble (2)
22. Strange
23. Sekretaris
24. New House
25. Mr. Jealous
26. One Day in Singapore
27. The Party
28. Mess Up
29. Bad
30. Little Past
31. Pregnant
32. Crazy Oliver
33. Oh No!
34. She's Fine
35. Selamat Tinggal
36. My Love CEO - End.
Visualisasi MY LOVE CEO
Extra Part
Sekuel - Franzel
Pemberitahuan
Hello

9. Jealous?

284K 12.3K 192
By adpray

Karen dan Daffa pun sudah tiba di salah satu restoran untuk makan siang.

"Kamu mau pesan apa?" Tanya Daffa pada Karen yang sedang membaca buku menu.

"Aku mau nasi goreng seafood aja sama lemon tea" jawab Karen. Ia sangat suka sekali dengan makanan berbau seafood.

"Oke" Daffa pun memanggil waitress dan memesan menu untuknya dan juga Karen.

Setelah mengulang pesanan Daffa, waitress tersebut permisi dan kembali ke dapur.

"Ren, aku mau tanya sama kamu" ucap Daffa memulai pembicaraan dengan Karen.

"Apa?" Sahut Karen dengan polosnya.

"Hmm.. Apa alasan kamu menerima Oliver?" Tanya Daffa baik-baik.

Ia menyesal, jika dulu mereka masih di jodohkan, Daffa menolaknya karena ia memiliki kekasih.

"Hah? Oliver? Hmm.. Karena aku udah janji sama mama dan papa aku bahwa Oliver adalah orang yang terakhir dijodohkan sama aku" Ucap Karen. Ia terkejut dengan pertanyaan Daffa.

"Oh. Lalu, apakah kamu akan mencintainya?" Tanya Daffa dengan nada sedikit tidak rela jika Karen bersama dengan orang lain.

"Cinta? Hmm aku akan belajar mencintainya" Karen lagi-lagi terkejut dengan pertanyaan Daffa. Karen tidak tahu apa arti dibalik pertanyaan itu semua.

"Kamu yakin kamu bisa mencintainya?" Tanya Daffa lagi. Ia masih tak rela jika Karen benar-benar dengan orang lain.

"Yakin" ucap Karen dengan polosnya. Apa benar dia yakin? Cinta saja dia belum pernah merasakannya. Tapi kalau didekat Oliver ia selalu merasa aneh dengan perasaannya apalagi jantungnya yang berdebar.

"Stupid! Stupid! Gue aja gak tau cinta itu seperti apa? Udah yakin yakin aja. Dasar nih mulut main ceplos aja" batin Karen mengutuk dirinya sendiri karena main asal jawab.

"Hmm.. Ada yang mau aku sampaikan ke kamu" Daffa menghela nafasnya. Sudah saatnya ia akan mengutarakan perasaannya sejak lama sebelum Karen menikah dengan Oliver.

"Katakan saja" Daffa pun memegang kedua telapak tangan Karen yang sedari tadi berada di atas meja. Karen sendiri terkejut dengan Daffa yang tiba-tiba memegang tangannya.

"Udah lama aku mau katakan sama kamu. Bahkan semenjak kita masih SMA. Aku mencintaimu, Ren" ucap Daffa. Sudah lama ia memendam perasaannya. Sekarang ia lega karena sudah mencurahkan isi hatinya pada wanita yang ia cintai.

Karen sendiri sangat terkejut dengan pernyataan Daffa yang selama ini mencintainya sejak lama. Ia bahkan tidak mengira orang yang selama ini dianggapnya sebagai teman ternyata menyukainya.

"Maaf kalau aku telat bilangnya. Jujur, aku gak bisa lihat kamu bersama pria lain" Ucap Daffa. Hatinya sesak ketika melihat orang yang dicintainya bersama orang lain.

"Kalau kamu mencintaiku, mengapa kamu menolak sewaktu kita dijodohkan?" Karen memberanikan diri bertanya pada Daffa.

"Karena pada saat itu aku masih bersama Kayla. Aku pikir setelah aku putus darinya, orang tua kita akan menjodohkan kita lagi. Dengan senang hati aku menerimanya. Namun pada kenyataannya kamu dijodohkan dengan pria lain dan kamu menerimanya" tutur Daffa panjang lebar.

"Dan aku juga tahu bahwa kamu hanya menganggap ku sebagai teman tak lebih" lanjut Daffa. Sedari SMA ia menyukai Karen. Namun wanita itu tidak pernah peka terhadap perasaannya.

Karen tidak mampu berkata-kata lagi. Ia terlalu tidak percaya dengan kenyataan ini. Bagaimana mungkin bisa Daffa mencintainya? apa yang ia lihat dari dirinya sehingga ia bisa mencintainya? Karen bingung dengan itu semua.

"Maafkan aku Daf" Hanya itu yang dapat Karen katakan.

"Ren, aku tahu kamu udah bersama pria lain. Tapi sadarlah jika aku selalu mencintaimu. Jadi, tolong hargai perasaanku" ucap Daffa dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Maafkan aku Daf. Aku gak bisa membalas perasaanmu. Aku hanya menganggapmu sebagai teman" ucap Karen.

"Tapi, Ren .. Biarkan aku mencintaimu" ucap Daffa dengan memelas. Daffa sendiri tidak yakin ia bisa tidak melepaskan Karen ke pelukan orang lain begitu saja.

"Daffa. Itu mustahil!" Ucap Karen dengan sedikit membentak. Ia tidak menyangka Daffa sangat keras kepala.

Di ujung sana, ada seorang pria tampan mengepalkan tangannya. Ia melihat wanita yang berstatus calon istrinya sedang duduk berdua dengan pria lain di restoran ini. Ia pun tidak tinggal diam. Ia segera menghampiri mereka.

"Sayang.." Lirih Oliver memanggil Karen.

"Oliver!" Karen sangat terkejut. Bagaimana bisa Oliver di sini(?)

Daffa pun juga ikut terkejut. Feelingnya mengatakan, Oliver merasa cemburu dengannya. Sangat terlihat sekali di balik mata biru terang miliknya. Mata biru yang selalu mengintimidasi nya saat ia bersama Karen.

"Sayang, kamu kok gak bilang kalau teman kamu cowok?" Tanya Oliver dengan datarnya. Ia berusaha mengendalikan emosinya supaya tidak keluar.

"Hmm.. Maaf" sahut Karen dengan lirih. Ia tidak berani menatap Oliver.

"Ada perlu apa lo sampai berani ngajakin Karen keluar?" Giliran Oliver bertanya pada Daffa. Ia merasa sangat cemburu.

"Oliver, Daffa cuma ngajakin aku makan siang doang gak lebih" ucap Karen menyela Oliver. Ia jadi merasa tidak enak pada Daffa.

"Diam! Aku tanya dia bukan kamu.." Bentak Oliver membuat Karen langsung membukam bibirnya rapat-rapat.

"Oliver kalau marah, seram juga ya. Jadi takut gue" batin Karen.

"Jawab!" Oliver mendesak agar Daffa menjawabnya. Dilihatnya Daffa hanya terdiam tidak ada satu katapun yang keluar dari bibirnya.

"Gue cuma ngajakin Karen makan siang" jawab Daffa akhirnya.

"Gue dengar tadi lo ngomong apa sama Karen sampai pegang tangannya segala?" Oliver sangat marah melihat adegan Daffa yang beraninya menyentuh Karen.

"Oliver--" Karen ingin menyela Oliver tetapi Oliver membentaknya lagi.

"Aku bilang, kamu diam. Ini urusan aku sama dia" ucap Oliver. Karen tidak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya bisa menyaksikan dua pria di depannya yang sedang memperebutkan dirinya.

"Gue cinta sama Karen" ucap Daffa jujur. Lebih baik ia jujur daripada harus terus-terusan di intimidasi oleh Oliver.

"APA LO BILANG??" Oliver menaikkan nada bicaranya. Ia terkejut sekali.

"Oliver sudah sudah!" Karen menahan tangan Oliver yang ingin menghajar Daffa. Oliver sudah dikuasai oleh emosinya.

"Salahkah gue jika gue cinta sama Karen?" Tanya Daffa dengan nada sinisnya. Ia tidak takut sama sekali dengan pria di depannya.

"Asal lo tau, Karen itu calon istri gue. Jadi lo jangan coba-coba deketin dia!" Ucap Oliver dengan nada mengancam. Oliver pun menarik tangan Karen untuk pergi menjauhi Daffa.

"Maafin aku Daf.." Ucap Karen sebelum meninggalkan Daffa sendirian.

Daffa pun hanya bisa tersenyum miris. Ia merasa kalah lagi dengan sosok Oliver yang sudah merebut Karen darinya. Lagipula memang ini salahnya, coba saja waktu dapat diputar. Ia akan mempertahankan Karen disampingnya.

**

"Oliver, lepasin!" Karen meringis saat Oliver menarik tangannya dengan kencang.

Oliver hanya diam tak menanggapi Karen yang meronta minta di lepaskan genggaman tangannya.

"Oliver. Sakit!" Karen berusaha melepaskan genggaman tangannya. Namun hasilnya nihil. Tenaga Oliver lebih kuat darinya.

Oliver pun menuntun Karen masuk ke dalam mobilnya. Ia pun berjalan mengitari mobilnya dan duduk di samping Karen.

"Aww.." Lirih Karen setelah Oliver melepas genggaman tangannya. Tangannya terluka menimbulkan garis merah.

Oliver menjalankan mobilnya keluar dari restoran. Ia pun melirik Karen yang sedang mengusap-usap pergelangan tangannya yang tadi ia pegang.

"Tangan kamu kenapa?" Tanya Oliver dengan datar. Pandangannya fokus pada jalanan di depannya.

"Gak apa-apa kok" sahut Karen berbohong. Ia segera menyembunyikan tangannya.

"Coba sini aku lihat.." Oliver menengadahkan tangannya untuk memeriksa sesuatu di pergelangan tangan Karen.

"Gak apa-apa kok" Karen masih saja berbohong.

"Pasti ada apa-apa. Coba sini aku lihat tangan kamu sayang.." Ucap Oliver lembut.

Akhirnya Karen menuruti perintah Oliver. Oliver pun memegang pergelangan tangan Karen yang sempat ia genggam dengan kuat tadi.

"Ishh.." Karen meringis saat Oliver mulai membelai tangannya dengan lembut.

"Maafin aku ya sayang. Maaf aku terlalu kencang memegang tangan kamu.." Ucap Oliver. Ia dapat melihat dengan jelas luka di pergelangan tangan Karen yang memerah akibat ulahnya.

Oliver jadi merasa bersalah pada Karen. Tadi ia terlalu emosi dengan Daffa hingga ia tidak sadar menyeret Karen dengan kuat membuat tangan Karen terluka.

"Iya, gak apa-apa kok" sahut Karen dengan lirih. Ia tidak mau membuat Oliver emosi lagi.

Oliver lalu meniup-niup tangan Karen sambil sebelah tangannya memegang kemudi mobil.

Karen merasa nyaman sekali dengan tingkah Oliver yang peduli padanya. Karen pun menarik sudut bibirnya. Jantungnya mulai bekerja dua kali lipat saat Oliver menyentuh tangannya.

Saking asyiknya memandangi Oliver yang masih saja meniup tangannya, Karen tidak sadar jika Oliver melewati kantornya.

"Oliver, kantor aku kelewatan" Karen refleks melepas tangannya yang sedang ditiup Oliver.

"Iya memang" sahut Oliver dengan entengnya seolah tahu kalau Karen bakal protes.

"Terus kita mau kemana?" Tanya Karen panik.

"Tenang aja sayang, aku gak bakal culik kamu" ucap Oliver.

"Balik lagi ke kantor aku. Kerjaan aku masih banyak, Ver" Karen sampai lupa kalau kerjaan nya di kantor masih banyak dan itu tandanya ia harus lembur apalagi tadi ia sempat keluar dulu untuk makan siang.

"Kita mau ke kantor aku" ucap Oliver tidak menghiraukan ocehan Karen.

"Tapi--"

"Ikutin aja apa kataku!" Potong Oliver.

"Dasar nyebelin!" Ucap Karen ketus. Ia pun melihat keluar jendela. Lebih baik daripada melihat Oliver yang sangat menyebalkan.

"Good girl.." Oliver mengusap rambut Karen dengan lembut.

Akhirnya mobil Oliver tiba di kantornya. Ia pun memakirkan mobilnya dan keluar bersama Karen. Ia pun menggandeng tangan Karen lembut.

Baru kali ini Karen mengunjungi Kantor Oliver. Ternyata kantor Oliver lebih megah dari kantor miliknya. Ia sempat terpana melihat kemewahan gedung kantor.

Para karyawan di kantor Oliver terkejut melihat bos besarnya menggandeng seorang wanita. Hal itu sangat jarang di lakukan oleh sang CEO.

"Oliver aku malu.." Ucap Karen merapatkan tubuhnya pada Oliver. Ia merasa jengah di lihat terus oleh seluruh karyawan Oliver.

"Jangan malu. Ada aku di sini.." Bisik Oliver tepat di telinga Karen dan memeluk pinggang Karen dengan posesif.

Seluruh karyawan Oliver terpana melihat sang CEO yang merangkul seorang wanita cantik. Apalagi para Karyawan pria yang melihat Karen dengan penuh minat. Ingin rasanya Oliver mencolok mata para pria itu.

Mereka pun masuk ke dalam lift untuk segera menuju ruangan Oliver yang berada paling atas gedung ini.

Beberapa orang yang ada di dalam lift sempat terkejut dan saling berbisik terutama karyawan wanita. Mereka menatap Karen dengan iri. Karen hanya memberi senyum tipis pada mereka.

Oliver dan Karen pun tiba di lantai atas. Mereka keluar dari lift dan berjalan menuju ruangan Oliver.

Karen sempat melihat sekretaris Oliver yang menyapanya, tapi Oliver tidak menanggapinya dan Karen memberinya senyuman tipis.

Sekretaris Oliver, Mega. Ia merasa iri dengan Karen yang dengan mudahnya menggaet Oliver. Padahal dirinya sudah mati-matian berdandan secantik dan seseksi mungkin agar CEO-nya tertarik padanya.

"Oliver kamu tuh kalau ada orang yang menyapa, kamu jawab dong" ucap Karen pada Oliver saat mereka berada di dalam ruang kerja Oliver.

"Biarin saja. Mereka juga sudah terbiasa" jawab Oliver dengan datarnya.

"Dasar sombong. Setidaknya kamu balas mereka dengan senyuman" ucap Karen tidak suka.

Jadi ternyata Oliver begini pada karyawannya. Ia pikir Oliver sangat ramah seperti pada dirinya. Namun pikirannya salah. Justru Oliver sangat dingin dan kaku pada karyawannya.

"Itu gak penting" ucap Oliver keras kepala.

"Oh ya, yang di depan itu sekretaris kamu?" Tanya Karen yang melihat Mega dengan tampilannya yang sangat sexy.

"Iya" sahut Oliver dengan singkat.

"Oh. Kok kamu tadi gak mau melirik sedikit gitu padanya saat dia menyapa kamu?"

"Aku gak suka melihatnya"

"Kenapa? Bukankah ia cantik dan sexy?" Pancing Karen.

"Sayang.. Aku lebih suka lihat kamu. Kamu lebih sexy darinya" Oliver berbisik di telinga Karen membuat Karen merinding.

"Lihat bibir kamu. Membuat aku ingin menciumnya" Oliver meraih dagu Karen dan mengecup bibirnya.

Karen membulatkan matanya sempurna. Oliver melumat bibir Karen dengan lembut. Awalnya Karen hanya diam saja tidak membalasnya sama sekali. Namun akhirnya Karen terbuai dengan ciuman Oliver.

Oliver tersenyum dalam ciumannya. Ia senang, akhirnya Karen mau membalas ciumannya walaupun masih kaku.

Oliver melepas ciumannya karena merasa Karen membutuhkan oksigen. Karen menatap Oliver dengan malu. Pipinya merona.

Oliver tersenyum melihat rona merah di pipi Karen. Ingin rasanya ia memagut bibir Karen lagi sampai Karen tak bisa bernafas.

"Sayang, kamu janji sama aku. Kalau kamu tidak boleh ketemu pria lain. Aku gak suka itu.." Ucap Oliver. Ia masih merasa cemburu dengan kejadian di cafe tadi.

Karen pun menganggukan kepalanya mengerti. Lagi-lagi ia merasa terhipnotis dengan mata biru Oliver.

Oliver pun kembali memagut bibir Karen. Sepertinya bibir Karen sudah menjadi candu baginya.

**



Maaf banget, guys. Aku baru bisa update sekarang. Soalnya selama seminggu ini aku lagi ada masalah yang membuat aku jadi gak mood ngapa-ngapain.

Tapi pas aku buka watty, banyak yang comment dan vote cerita ini untuk segera di lanjutkan. Aku jadi semangat lagi untuk lanjutin cerita ini.

Makasih banyak atas support kalian. Semoga suka cerita Karen-Oliver ya!

Love you, guys😍

To be continue ...

Continue Reading

You'll Also Like

3.4M 49.7K 32
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...
8.5K 511 11
Jaemin!¡ top Jeno!¡ bot Diharap tidak minor yaa WARN ⚠️⚠️ 17+ BAHASA KASAR ! 🔞🔞
2.3M 94.1K 52
TELAH TERBIT Billionaire asal Indonesia yang terkenal dengan julukan 'Mr. CEO' jatuh hati dengan seorang dokter cantik yang bekerja di rumah sakit ya...
162K 6.3K 56
Devan Wijaya Pratama, cowok yang terkenal dingin tapi tampan dan memiliki sifat badboy disekolahnya, laki laki yang mempunyai kulit putih, berbadan t...