2 WEEKS [END]

By Dekdi_A

890K 22.4K 1.7K

Warning 18+ [END-EKSKLUSIF FIZZO APP, GRATIS] Bagaimana jika seseorang yang baru kau kenal mengajakmu untuk t... More

Two Weeks : 02
Two Weeks : 03
Two Weeks : 04
Two Week [INFO]

Two Weeks : 01

71.8K 5.6K 720
By Dekdi_A

Selama 5 tahun bekerja di ONI TV—salah satu stasiun TV Swasta yang paling bergengsi di Korea, membuat Ahn Yura tidak mempunyai waktu untuk dirinya sendiri. Sejak dirinya diangkat sebagai Kreatif Produser tiga tahun yang lalu, Yura tidak pernah absen dalam bekerja, bahkan ketika ia sakit sekalipun.

Ia merupakan wajah dari kesuksesan ONI TV. Bahkan sejak tiga tahun ini, ia sudah mengantongi 3 penghargaan dalam bidang industri keatif. Hingga akhirnya beberapa bulan yang lalu, salah satu program yang ia rancang terkena skandal seks yang melibatkan namanya. Beberapa orang menghujat Yura sebagai salah satu mucikari dari bisnis prostitusi yang bahkan tidak ia ketahui sistem bisnisnya seperti apa.

Ia dituduh menjebak idol rookie dari acara Trendy One—salah satu program musik yang ditayangkan di ONI TV. Meskipun semuanya tidak terbukti, tapi Yura mendapatkan semua kebencian dari masyarakat Korea. Ia bahkan tidak bisa mengangkat wajahnya, dan berada di rumah selama tiga bulan lamanya. Citranya buruk sehingga segala konten yang berkaitan dengan Yura terpaksa dihentikan.

Karena semua tekanan itu, Yura depresi. Ia kesusahan untuk tidur, makan, maupun sesak karena merasa seorang diri. Ia nyaris gila, hingga teman-temannya menyarankannya untuk berlibur ke Paris. Awalnya Yura menolak, tapi setelah merenung selama satu minggu, ia tahu dirinya membutuhkan liburan, sebelum akhirnya kembali bekerja.

Ia membutuhkan suasana baru dan angin segar yang membuatnya bernapas dari rasa sesak yang menghimpit dadanya dalam beberapa bulan terakhir.

Dengan langkah percaya diri, Yura menyeret kopernya menuju bandara. Ditatapnya orang-orang yang berlalu lalang. "Sudah sangat lama..." gumam Yura.

Ia memejamkan matanya sebentar, berharap setelah ia pulang komentar kebencian tersebut mereda, dan ia bisa membuktikan dirinya bahwa ia bukanlah orang yang seperti mereka tuduhkan. Meskipun bukan orang baik, setidaknya ia bukan orang jahat.

"Semangat, Yura... Hidupmu belum berakhir," ujar Yura pada dirinya sendiri. Ia berusaha untuk tidak menangis, dan menegakkan kepalanya—menantang dunia yang membuatnya terlihat seperti manusia hina.

***

Setelah masuk ke dalam pesawat, Yura langsung memeriksa tempat duduknya yang terletak di kelas bisnis. Hampir semua kursi sudah diisi oleh penumpang—mungkin hanya kursinya saja yang belum ditempati. Tidak mau menunggu lama, Yura langsung duduk di kursi miliknya.

Sungguh, ia sangat benci berpergian. Apalagi menggunakkan pesawat seperti sekarang. Ia malas harus duduk berjam-jam lamanya tanpa melakukan kegiatan apapun. Terbiasa bekerja, membuatnya menjadi perempuan aktif yang tidak bisa diam.

Menghela napasnya, Yura memperbaiki posisi duduknya. Ia menoleh ke samping, dan mendapati teman duduknya adalah seorang pria—yang terlihat seumuran dengannya. Sepertinya dia juga orang Korea, dilihat dari hidung dan pahatan wajahnya yang khas sekali dengan citra Korean Idol. Pria itu bahkan mempunyai bentuk tubuh sempurna. Apa jangan-jangan dia model? Karena wajah itu terlalu jantan untuk ukuran seorang Idol.

Yura memiringkan kepalanya, mencoba mengingat-ngingat artis yang sudah ia temui. Dan setelah merasa wajah tersebut sangat asing, Yura mengangguk. Mungkin hanya perasaannya saja.

"Hai..." Tanpa sadar pria itu menyapa, membuat Yura salah tingkah. Sepertinya, ia sadar jika diperhatikan.

"Oh, hai..." Yura membungkuk, balas menyapa dengan canggung.

Pria itu tersenyum ramah. Well, senyum tersebut membuat Yura cukup terkejut. Ia kira pria itu tipe pria yang yang tidak peduli dengan sekitar—khas sekali dengan sifat pria tampan yang sering Yura temui.

"Maaf kalau aku mengganggu." Yura membungkuk sekilas.

"Tidak, tidak... aku juga bosan. Perkenalkan, aku—" Uluran tangan pria itu terhenti ketika mendapati ponselnya berdering.

Ia tersenyum ke arah Yura—seolah-olah meminta izin untuk mengangkat telepon. Yura hanya mengangguk saja, lalu memalingkan wajahnya ke arah lain.

"Hai, Sayang...." Pria itu menyeringai, "Maaf aku baru mengangkat teleponmu. Apa kau pulang dengan selamat? Maaf tadi aku langsung meninggalkanmu di hotel. Kau tahu sendiri aku di Korea hanya beberapa hari."

Yura berusaha mengabaikan percakapan mereka dengan menyibukkan diri.

Pria itu masih sibuk dengan teleponnya dan sesekali terkekeh geli, "Enak tidak yang tadi malam? Selangkanganmu masih lecet?"

"Kapan-kapan kau bisa main ke tempatku. Nanti aku ajak temanku yang lain, kita bisa main bertiga. Kau kan paling suka kalau itumu dijilat sambil dimasuki," ujarnya lalu terkekeh.

Yura melirik beberapa orang di sekeliling mereka. Kebanyakan dari mereka adalah orang asing. Mungkin dia tidak mengerti dengan apa yang pria itu ucapkan, tapi Yura jelas mengerti. 'Abaikan, dia hanya orang asing dan urusan seksualnya tidak ada hubungannya denganmu.' Yura memalingkan wajahnya, berusaha untuk tidak mendengar.

Tapi, suara pria itu masih tetap nyaring. Dia bahkan membicarakan ukuran organ intimnya dan membicarakan hal-hal jorok yang membuat Yura menganga tak percaya. Apa orang ini tidak punya otak? Jelas hari masih pagi, dan Yura tentu saja dapat mendengar pembicaraannya. Apa dia tidak malu?

Dengan kesal, Yura melotot ke arah orang itu—berharap dia tahu kalau tindakkannya membuat Yura tidak nyaman. Tapi, dengan cueknya, dia masih berbicara dengan teman tidurnya. Ya sudah, karena Yura masih waras untuk tidak mendengarkan kegiatan seksual orang lain, Yura meraih headphone yang ada di dalam pesawat. Lebih baik ia menonton film daripada mendengar ocehan brutal dari pria mesum itu.

Pramugari pun langsung memberikan pengumuman untuk mematikan ponsel, mengingat pesawat akan segera lepas landas. Pria di sampingnya menurut, lalu memasukkan handphone-nya ke saku jaket. Yura yang melihatnya berdecih sinis. 'Setidaknya dia masih punya otak untuk mentaati peraturan'

Setelah pesawat terbang sampai batas yang ditentukan, lampu pun dinyalakan, membuat Yura kembali mendapati senyum pria di sampingnya. Jelas sekali dia terlihat seperti playboy penjahat kelamin. Seharusnya Yura tidak mengatakan kalau senyum itu adalah senyum ramah.

"Perkenalkan, aku Park Chanyeol," ujarnya.

Yura mengangguk, tidak berniat menyebutkan namanya.

"Namamu siapa?" tanyanya.

"Hemm... Ahn Yura," balas Yura sekenanya dan tidak berniat untuk berkenalan lebih jauh.

Pria di sampingnya terkekeh, "Hei... ayolah, kita tetangga sebangku. Seoul ke Paris membutuhkan waktu 12 jam, kau pasti akan bosan di pesawat terus."

"Liburan, ya?" tanyanya lagi.

Yura mengangguk, lalu melepas headphone-nya. Pria tersebut menatapnya atas bawah, membuat Yura tidak nyaman. Karena diacuhkan, dia pun mengeluarkan sebuah burger dari dalam bungkusan paper bag merk terkenal. "Mau? Aku ada dua," tawarnya.

Yura menggeleng. Ia tidak akan menerima apapun dari orang asing, terlebih orang tersebut penjahat kelamin.

"Berapa hari di Paris?" tanyanya.

Yura berdecih, "Sepertinya bukan urusanmu, Tuan. Bisa diam? Kepala saya pusing."

"Jutek sekali," kekehnya.

Yura memasang wajah kesal, lalu memalingkan wajahnya. Aroma dari burger yang dimakan oleh Chanyeol menguar, membuat Yura menelan ludah. Ia lupa kalau ia belum sarapan.

"Aku tidak sanggup menghabiskan ini seorang diri. Ayo, kau jangan sungkan," tawarnya lagi dengan ramah.

Yura menatap wajah Chanyeol. Penjahat kelamin, bukan berarti orang jahat'kan? Dia hanya suka seks. Lagipula, pembicaraan di telepon menjelaskan kalau mereka melakukan itu tanpa keterpaksaan, alias mau sama mau. Apa yang salah? Jelas umur orang di depannya sudah cukup dewasa untuk melakukan hal-hal seperti itu. Dan yang mempertanggung jawabakan perbuatannya dia sendiri, bukan Yura.

Tanpa sadar, Yura mengambil burger tersebut. Masih hangat. Sepertinya dia baru membelinya saat masuk ke pesawat.

"Kau dari Korea?" tanya pria itu.

Yura mengangguk, "Terima kasih."

"Dimakan, ini enak ," ujar Chanyeol.

Yura pun memakannya dengan canggung. Pria di depannya kembali sibuk dengan handphone-nya. Ternyata wajahnya lebih tampan dari yang Yura bayangkan. Sayang sekali kelakuannya seperti itu.

"Ngomong-ngomong... kau cantik," ujarnya to the point.

Yura mengernyit, "Hemm... thanks I guess?" Yura kembali menggigit burgernya dan itu semua tidak lepas dari pengamatan Chanyeol.

"Bibirmu juga bagus. Seksi. Mau berciuman denganku?" ujarnya tiba-tiba.

Yura yang sedang makan tersedak, ia melotot ke arah Chanyeol, "Kau gila?"

"Kenapa? Kita bisa melakukannya di sini atau di toilet, mungkin?" Chanyeol mendekatkan wajahnya dan itu membuat Yura terbatuk.

Seharusnya dia tidak bergaul dengan orang ini!

"Mau minum?" tanyanya.

Yura memukul-mukul dadanya, membuat Chanyeol langsung memanggil pramugari untuk memberikan Yura air. Setelah mendapatkan air, Yura menatap pria itu tajam, "Kau tidak punya etika, ya?"

Bukannya tersinggung dia malah tertawa. Dasar pria sinting! Setelah itu, Yura mengabaikan Chanyeol dan bersikap tidak peduli dengan apapun yang dia lakukan.

***

Kursi yang Yura tempati berda di ujung dekat dengan jendela, sedangkan di sampingnya ada Si Pria Brengsek itu. Jarak tempat duduk mereka cukup jauh antara satu sama lain, dan seharusnya untuk keluar masuk tidaklah sulit. Namun, yang membuat Yura kesal adalah panjang kaki manusia bernama Park Chanyeol tersebut. Ia merentangkan kakinya yang panjang dan tertidur pulas, membuat Yura harus mengatakan 'Permisi...' hanya untuk sekedar lewat.

Ingin rasanya ia menahan hasratnya untuk buang air kecil, tapi sayangnya pesawat mendarat 5 jam lagi, dan ia tidak akan mampu menahannya. 'Masa bodoh dengan kesopanan,' ujar Yura. Ia berniat menerobos kaki Chanyeol. Tidak masalah dia terbangun, mengingat kelakuannya juga tidak baik. Yura tidak perlu beramah-ramah.

Yura akan keluar, tapi trolli makanan dari pramugari berhenti di depannya, membuat Yura duduk kembali. "Wine-nya, Nona..." tawarnya sembari memberikan cemilan.

Yura mengangguk, ia pun membantu Chanyeol mengurus mejanya, karena pria itu masih tidur. Setelah pramugari tersebut pergi, Yura berniat keluar.

Ia merapikan sedikit rambutnya, lalu melangkahkan kakinya. Namun sayangnya, kaki Chanyeol yang terlentang bergerak, membuat Yura tersandung lalu jatuh di dalam pangkuan pria itu.

Yura memekik, lalu refleks menjauhkan wajah mereka. Ia menoleh ke sekitar, untung tidak ada yang melihat. "Kau... sialan..." geram Yura. Ia bangun dari pangkuan Chanyeol, namun pria itu malah menahan pinggangnya.

"Lepaskan..." geram Yura saat merasakan bagaimana paha Chanyeol berada di pantatnya dan tangan pria itu melilit, menyangga pinggangnya. Yura tentu saja marah. Mereka hanyalah dua orang asing, dan berani-beraninya pria itu memperlakukannya seperti ini.

"Tuan, Park... Tolong, lepaskan!" geram Yura penuh penekanan. "Anda sudah bersikap tidak sopan pada saya."

"Kau sendiri yang jatuh di pangkuanku," bisiknya sensual.

Yura meremang, antara takut dan kesal. Ia menarik kembali pantatnya, tapi Chanyeol malah menahannya hingga pantat Yura berada di sela-sela kejantanan pria itu. Yura melotot, giginya mengeram tanda dia sangat marah. "Lepaskan!" bentak Yura.

"Aku tinggal di Paris, dan itu sangat membosankan. Mau menghabiskan malam denganku?" ujarnya, kali ini matanya mendongak menatap Yura.

"Maksudmu?"

"Tidur denganku, Yura-ssi. Kita bisa menghangatkan ranjang masing-masing selama kau berlibur di Paris."

Yura terperangah. Ia tidak pernah merasa semarah ini. Dengan kesal, ia meraih wine yang ada di mejanya dan menyiram pria bajingan itu.

"Makan otak selangkananmu itu, makan!" kesal Yura.

Chanyeol yang basah kuyup menatap Yura syok, terlebih saat Yura menghampiri petugas keamanan untuk melaporkan Chanyeol yang sudah melecehkannya.

Chanyeol sendiri hanya tertawa. Well, sudah sangat lama ia tidak mendapatkan hiburan. Tingkah Yura memberikan kesenangan tersendiri untuknya. Terlebih saat mata mereka saling menatap, Chanyeol tahu, perjalanannya ke Paris kali ini tidak akan semembosankan biasanya. Ia punya tatapan permusuhan dari gadis menggemaskan sekaligus seksi bernama Ahn Yura.

Ya, Ahn Yura. Salah satu nama gadis yang berhasil melekat di otaknya.

Continue Reading

You'll Also Like

247K 34K 24
Sederhana saja. Hanya tentang kehidupan tiga bersaudara putra Pak Bratadikara yang akan membuatmu harus memutuskan antara dua pilihan, yakni mengingi...
65.3K 7.2K 25
" kamu ga sendirian angelina Christy " -chk
80.8K 10.7K 60
⚠️:some parts contain 🔞 Akibat ketamakan dan kekuasaan, Lee Sunghoon yang merupakan Pangeran Mahkota harus mati ditangan adik kandungnya sendiri, ya...
365K 25.9K 32
Delissa Lois adalah seorang gadis cantik yang terkenal barbar, suka mencari perhatian para abang kelas, centil, dan orangnya kepo. tapi meskipun begi...