My Naughty Boy [SUDAH TERBIT]

By anavetj

3.1M 19.5K 1.3K

SUDAH TERSEDIA DI TOKO BUKU Dikenal sebagai dosen killer dan kaku, Britt di takuti oleh semua muridnya... More

Pengumuman [UPDATED]
II. Once Bitten, Twice Shy
III. The Ugly Truth
IV. Play, Rewind, and Repeat
V. Dream and Nightmare

I. The Black Mail

251K 3.7K 66
By anavetj

"Class dismissed!" Ucap Brittany siang itu.

Satu per satu mahasiswa yang mengikuti kelasnya mulai berjalan keluar meninggalkan ruangan.Brittany sendiri mulai membereskan buku-bukunya dan menyimpannya dalam rak buku yang berada di sudut ruangan.

Dari sudut matanya, ia dapat melihat seorang mahasiswa yang terburu-buru meraup semua barang bawaannya dan memasukkannya dalam tas, tidak peduli bahwa buku-bukunya tersusun dengan berantakan.

Dengan setumpuk kertas di tangannya, mahasiswa itu setengah berlari melewati deretan bangku dan meja yang ada di depannya. Ia lalu berhenti tepat di hadapan Brittany dan Brittany tahu apa yang diinginkannya bahkan sebelum mahasiswa itu membuka kedua bibirnya.

"Professor, mengenai batas waktu pengumpulan assignment-"

"Batas waktunya adalah pagi ini, Mr. Lane," potong Brittany tanpa menoleh pada mahasiswa pria yang bernama Anthony Lane dan lanjut berkata, "Aku akan melihatmu lagi semester depan."

"Tapi-"

Brittany mengambil tas tangannya dan berjalan keluar tanpa mendengarkan ucapan pria itu, menuju lapangan parkir universitas.

Ia menyesali keterlambatan pengumpulan assignment Anthony karena pria itu sebenarnya cukup cerdas dan selalu meraih nilai-nilai yang memuaskan. Tapi apa daya, ia adalah orang yang terlalu tegas dan disiplin, menoleransi keterlambatan seperti ini bukanlah hal yang akan dilakukannya.

"Saya sudah menyelesaikan assignment saya, Professor. Saya mohon, terimalah," ucap Anthony lagi sambil terus mengiringi langkah kecil Brittany.

"You are 3 hours late, Mr. Lane. Tidak ada alasan bagiku untuk menerima keterlambatanmu. End of discussion," jawabnya kemudian mempercepat langkah kakinya menuju sedan baru pemberian orangtuanya.

Tidak mudah bagi Brittany untuk mengeraskan hatinya dan tidak luluh pada permohonan Anthony karena sebenarnya pria itu sejauh ini sudah menunjukkan tingkah laku dan prestasi memuaskan di kelasnya.

"Kumohon, Professor, saya-"

Brittany membuka pintu mobilnya dan memandang tajam Anthony lalu berkata, "end of discussion, Mr. Lane."

Mahasiswa pria itu menekuk wajahnya dan menghela napas ketika Brittany langsung naik memasuki mobilnya. Dosennya itu terlihat terburu-buru dan Anthony tahu bahwa ini bukan saat yang tepat dan usahanya akan menjadi sia-sia.

Anthony mengacak rambutnya melihat professor muda itu menutup pintu mobil dan memundurkan mobil keluar dari parkir yang diberikan khusus untuknya.

Sial! Maki Anthony.

***

Ethan Hart, salah seorang mahasiswa unggulan Hawkins University, memiliki wajah maskulin yang selalu berhasil menarik perhatian orang lain baik lawan jenis ataupun sejenis, terbukti dari tatapan yang selalu dilemparkan kearahnya setiap kali ia melangkah melewati lorong-lorong kampus yang luas.

Meskipun begitu, Ethan tidak terlalu memikirkannya. Berkebalikan dengan pemikiran orang lain, ia bukanlah seorang playboy dan cenderung serius, tapi ia juga bukanlah orang suci dan pernah menjalani masa-masa nakalnya.

Dengan personalitas ramah dan hangat, ia jelas tidak pernah mengalami kesulitan dalam mencari pasangan. Selalu ada wanita-wanita yang mengantri dibelakangnya untuk menjadi kekasihnya. Dan mengingat bahwa Ethan adalah seorang pria cerdas dan sehat, ia tentu saja pernah memanfaatkan kelebihannya itu.

Ethan tersenyum menggoda menanggapi tatapan memuja dari beberapa mahasiswi yang tidak ditutup-tutupi.Ada kalanya, sifatnya yang seperti inilah yang membuatnya terkesan liar dan nakal, dan Ethan tidak berniat repot-repot meluruskannya.

Langkah panjangnya membawanya ke salah satu taman universitas yang ramai, dimana ia tahu teman-temannya sering berkumpul dan merumpi bersama. Namun kali ini, Ethan tidak menemukan siapapun selain Anthony disana.

"Hei," sapanya sambil menepuk pundak Anthony.

Sahabatnya itu hanya tersenyum masam menanggapinya.

"Ada apa, Tony?" Tanya Ethan ketika melihat wajah putus asa dan letih milik Anthony.

"Ice Queen menolak memberikan tambahan waktu untuk batas waktu pengumpulan tugas, dan aku harus bertemu dengannya lagi semester depan," tutur Anthony lesu.

Kedua alis Ethan terangkat membentuk dua lengkungan tajam yang menunjukkan kebingungannya.

"Bukankah assignment-mu sudah selesai?" Ethan bertanya heran.

Anthony menggerakkan bahunya pasrah. "Sudah, hanya saja aku terlambat mengumpulkannya karena masalah Joanne."

Ethan mengumpat keras. Sahabatnya ini tidak membutuhkan masalah lain di hidupnya setelah segala sesuatu yang sudah menimpanya, terutama masalah Joanne.

Ia memahami perasaan Anthony dan turut kesal terhadap Professor Brooks yang tidak memberikan waktu tambahan bagi Anthony.

Melihat wajah Anthony membuat Ethan prihatin dan ingin membantunya. Sebelum ia sempat berpikir baik-baik, ia berkata, "Berikan assignment-mu padaku "

Anthony memandang tangan kanan Ethan yang terulur ke arahnya, meminta tumpukan kertas yang masih berada dalam genggaman tangannya.

"Apa yang kau rencanakan, Ethan?" Anthony was-was melihat ekspresi Ethan.

Ethan menarik kertas assignment Anthony dan melangkah mundur. Ia belum tahu apa yang akan dilakukannya namun yang pasti ia tidak bisa diam saja melihat Anthony yang sedang kesusahan.

"Kau pulanglah. Aku akan memastikan Professor Brooks menerima assignment-mu," ucap Ethan kemudian.

Pria itu langsung melesat dari tempatnya dan Anthony memandang punggung Ethan yang menjauh sambil berteriak, "tapi ia sudah pergi!"

Ethan hanya melambaikan tangannya tidak menghiraukan ucapan Anthony.

Sahabatnya itu tidak tahu, tapi sebenarnya Ethan tinggal di gedung apartemen yang sama dengan dosen killer itu. Ia yakin Profeasor Brittany Evelyne Brooks langsung pulang ke kediamannya karena sepanjang sepengetahuan Ethan, wanita itu tidak memiliki kehidupan sosial.

***

Suara bel pintu yang berbunyi nyaring mengalihkan perhatian Brittany dari kompor, wanita itu sedang memasak makan malamnya yang lebih awal.Ia langsung mematikan kompornya dan meninggalkan area dapur.

Tanpa melihat lubang pintu, Brittany langsung membuka pintu dan berhadapan langsung dengan salah seorang muridnya yang tergolong pintar dan populer itu.

"Mr. Hart? Apa yang membawamu kemari?" tanya Brittany. Ia sedikit terkejut melihat kedatangan Ethan namun tidak menunjukkannya.

"Bolehkah aku masuk, Professor? Ada hal yang ingin kubicarakan," pinta Ethan menjawabnya.

Ini bukan pertama kalinya Ethan datang ke tempatnya, sebelumnya pria muda ini pernah datang beberapa kali untuk menanyakan soal pelajaran ataupun assignment, namun biasanya pria itu tidak pernah minta memasuki kediamannya.

Brittany menoleh ke belakangnya dan melihat ruang tamunya yang kecil, tidak tahu apakah ia harus membiarkan pria ini masuk ke tempatnya atau tidak karena khawatir akan menyalahi etika mengajarnya.

Menyadari Brittany yang sedang berpikir, Ethan memberikan tatapan memelasnya yang ia tahu selalu berhasil terhadap para wanita. Ia berharap jurusnya ini pun akan berkerja terhadap dosen ini.

Brittany kemudian mengangguk dan menggeser tubuhnya, membiarkan Ethan melangkah masuk ke dalam. Ia rasa seharusnya tidak akan menjadi masalah untuk satu kali ini saja.

"Duduklah," Brittany mempersilahkan Ethan untuk duduk di atas sofa ruang tamunya.

"Trims, Professor."

Brittany mengambil posisi tepat berseberangan dengan pria itu dan menyilangkan kakinya mencari posisi nyaman.Ia tidak menyadari bahwa posisinya itu menunjukkan jelas tungkai telanjangnya yang bersih dari bulu-bulu halus.

"Apakah kau menemukan kesulitan dalam kelas?" tanya Brittany tanpa berekspresi, mengembalikan tatapan Ethan ke wajah seriusnya.

Ethan berdeham dan memandang dosennya ini dengan perasaan tidak enak meskipun sepertinya Brittany sama sekali tidak menyadari tatapannya tadi. Ia lalu berpikir bagaimana baiknya meminta agar Brittany mau menerima assignment Anthony.

"Ehm, saya kesini untuk membicarakan tentang assignment Anthony," Ethan memulai kata-katanya.

Ekspresi yang terukir pada wajah Brittany setelah mendengar perkataannya berhasil membuatnya mengumpat. Ethan berpikir ini akan menjadi misi yang sulit. Tidak, Ethan yakin ini adalah misi yang sulit.

Brittany di kenal sebagai dosen killer dan dosen termuda di kampusnya.Wanita ini selalu mengikuti kelas akselerasi dan mengantongi gelar PhD pada usinya yang ke 25, kemudian bekerja sebagai dosen di salah satu universitas ternama sejak saat itu.

Selama 2 tahun lebih wanita itu mengajar, seluruh penghuni kampus menjulukinya 'Ice Queen' atau menambahkan kata 'killer' pada nama apapun yang dipakai untuk memanggilnya. Dan yang paling terkenal dari Brittany adalah, ia hanya memiliki 3 ekspresi. Ekspresi datar, ekspresi dingin, dan ekspresi marah.

Dan sekarang, Ethan sedang mendapatkankan ekspresi marah wanita itu. Ia lebih memilih dosennya ini tidak memberikan ekspresi apapun atau bahkan ekspresi dinginnya akan lebih mudah untuk dihadapi. Tapi marah? It's your death, man.

"Kau berniat membuang waktuku, Mr. Hart?" tanya Brittany.

Ethan menggelengkan kepalanya cepat. "Tentu tidak, Professor. Saya hanya berpikir bahwa setidaknya anda harus mendengarkan alasan Anthony dan mengambil keputusan dari sana."

"Kau mengajariku?"

Oh, shit! Ethan menelan salivanya.

"Dengar, Mr. Hart, jika kau tidak ingin mengulang semestermu, lebih baik kau pergi selagi aku berbaik hati."

"Ta-tapi itu tidak adil!" seru Ethan masih belum mau menyerah.

Brittany menyilangkan tangannya di depan dada, menarik perhatian Ethan ke dua bukit kembar wanita itu yang tercetak di balik blouse putihnya.

"Kau mau berbicara tentang keadilan? Bukankah kau kesini mencoba untuk menyelamatkan assignment temanmu? Apakah itu adil bagi yang telah mengumpulkan tugas mereka tepat pada waktunya?"

"Tapi ini berbeda!" bantah Ethan kembali memalingkan matanya ke wajah Brittany yang sekarang sudah berubah dingin. "Bukan salahnya adik perempuannya harus menjalankan operasi hingga pagi tadi sehingga ia harus menjaganya. Ia hanya memiliki adiknya tanpa ada keluarga lain, kau tahu?"

Brittany mulai mengetukkan kakinya di lantai dan Ethan kembali mengumpat.Ini artinya dosennya itu merasa bosan atau tidak mau mendengarkan perkataan lawan bicaranya lagi.Keputusan sudah diambil.

"Dan apakah kau tahu berapa banyak orang yang tidak mengumpulkan assignment mereka? Aku yakin sebagian dari mereka juga memiliki alasan valid. Tapi terlambat adalah terlambat, Mr. Hart."

Brittany bangkit berdiri dan berjalan melingkari Ethan, memutuskan bahwa pembicaraan mereka selesai sampai disini. Ethan tidak bisa menyerah sekarang setelah ia berjanji pada Anthony bahwa ia akan membuat Professor mereka menerima tugasnya. Maka, dengan nekat ia menarik tangan dosennya itu untuk memohon.

"Please-"

Ethan tidak tahu siapa yang lebih terkejut antara dirinya dan dosennya ketika Brittany menarik tangannya keras dan memeluknya di depan dada. Ethan tidak tahu apa yang terjadi namun wanita itu menggenggam tangannya sendiri dan memberikan ekspresi terkejut.

Ethan memutuskan untuk berdiri agar tubuhnya sejajar dengan tubuh Brittany dan memudahkannya untuk melanjutkan permohonannya.Namun, Brittany terlihat panik dan menunjukkan telapak tangannya untuk menghentikan Ethan di tempatnya semula.

"Ke-keluar!" ucap Brittanya terpatah.

Ethan menaikkan alisnya bingung dan melangkah mendekat. Ia memperhatikan bagaimana Brittany melangkah mundur ketika ia mendekat.

Apakah dosennya ini takut? pikir Ethan. Tapi tidak, jika ia perhatikan baik-baik, Brittany bukannya takut tapi lebih terlihat gugup. Ethan berpikir keras. Wanita ini langsung berubah ketika ia menyentuh tangannya. Apakah artinya dosennya ini gugup karena sentuhannya?

Ethan tidak tahu apa yang merasukinya tapi ia kembali mengambil langkah mendekat. Brittany kembali melangkah mundur menjauhinya.Ketika punggung wanita itu menabrak dinding, Ethan sudah berada tepat dihadapannya dan hanya berjarak satu langkah.

"Apa yang kau lakukan, Mr. Hart?" desis Brittany dengan suara bergetar.

Memperhatikan bagaimana Brittany masih memeluk sebelah tangannya di dada dan mendukkan kepalanya, Ethan nekat mengambil langkah terakhir, membuatnya masuk dalam zona personal Brittany.

"Professor," panggil Ethan. Suaranya terdengar tertahan.

Brittany hanya memalingkan wajah menatap lantai membuat tatapan Ethan jatuh pada garis lehernya yang terbuka karena wanita itu mengikat rambutnya rapi di ujung kepala.Menelan salivanya, tiba-tiba saja Ethan dapat mencium aroma sabun dari tubuh Brittany dan wanginya menggoda Ethan.

Pria muda itu baru menyadari betapa mulus kulit dosennya ini dan wanita ini hanya setinggi dagunya tanpa heels yang biasanya dikenakannya. Rahang Brittany pun terukir tajam dengan dagu mungil dan bibir merah.

Ethan ingin melihat matanya.Dengan serampangan pria itu menarik kacamata Brittany dan melepaskannya.Brittany terkejut dan menolehkan wajahnya berusaha mengambil kacamata yang dinaikkan tinggi-tinggi.

Sempurna. Wanita ini memiliki wajah sempurna.

"Apa yang sedang kau lakukan, Mr. Hart?" tanya Brittany lagi dan wanita itu mulai terlihat marah.

Uh-uh, Ethan tidak bisa membiarkannya. Dengan satu tangannya yang bebas, Ethan menangkap tangan wanita itu yang berusaha menggapai kacamatanya.

Perubahan ekspresi Brittany membuat jantung Ethan melompat.Dosennya ini berusaha melepaskan genggaman tangannya dan wajahnya memerah.Ethan bahkan baru menyadari bahwa sedari tadi dosennya tidak pernah menatap matanya langsung.

Ia gugup bedekatan dengan pria.

Kesimpulan yang didapatkan oleh Ethan membuat pria itu mendapatkan ide busuk. Dengan satu dorongan, ia menahan wanita itu ke dinding dan mendekatkan wajahnya.

Brittany memalingkan wajahnya, membuat Ethan berakhir di ceruk lehernya yang jenjang.Melirik wajah Brittany, Ethan memperhatikan bagaimana wanita itu menelan gugup dan napasnya tidak teratur.Hasrat tiba-tiba merasuki Ethan dan pria itu kemudian menempelkan bibirnya pada bibir Brittany yang menggoda.

Brittany membelakkan matanya ketika sentuhan itu mendarat di bibirnya yang setengah terbuka karena terkejut. Otaknya mengalami kebekuan total yang mencegahnya untuk memproses apa yang sedang terjadi.

Untuk ukuran otak cerdasnya, Brittany tergolong lamban dalam menyadari apa yang sedang dilakukan oleh muridnya sendiri kepadanya dan sementara itu, Ethan sudah meneguk rasa bibir Brittany selama beberapa saat.

Ketika darah mengalir kembali ke setiap sel otaknya, Brittany akhirnya mendapatkan kesadarannya kembali dan mencoba untuk mendorong tubuh Ethan, namun pria itu ternyata lebih kuat darinya dan usahanya sia-sia.

Napas dan mulut Ethan terasa panas di bibirnya dan entah mengapa membuat jantung Brittany berdegup kencang.

Sial! Makinya dalam hati.Ia kurang berhati-hati, menyebabkan pria ini menyadari kelemahannya. Ya, ia lemah jika berhadapan dengan seorang pria. Salahkan itu semua kepada belajar dan prestasi yang ia raih sehingga ia kurang bersosialisasi.

Tapi demikian, ada perasaan lain yang menjalari tubuhnya dan ia bersumpah dapat melihat lampu peringatan merah berkedip di balik kepalanya.

"Hah," desahan napas yang keluar dari bibirnya ketika bibir Ethan mulai mengecup lehernya mengejutkan Brittany, terlebih lagi Ethan yang masih menahan tubuhnya di sana.

Desahan napasnya terasa panas di telinganya sendiri dan Brittany sama sekali tidak pernah menyangka ia bisa mengeluarkan suara seperti itu. Wajahnya berubah merah dan ia tidak dapat mencegah deru napasnya berubah semakin cepat.

Bibir Ethan mulai menciumi leher jenjangnya dan bergerak dari pangkal leher dan naik menuju telinganya.Ia dapat merasakan sentuhan lidah pria itu di belakang telinganya, membuatnya menggelinjang geli.

Ethan mendorong kedua tangan Brittany dan menahannya di belakang tubuh wanita itu, membuat Brittany sedikit membusungkan dadanya. Tanpa sadar, ia juga mulai menolehkan kepalanya memberikan akses lebih lagi kepada Ethan.

Brittany tak kuasa menolak ketika jemari Ethan mulai bermain di kancing teratas blouse nya dan melepaskannya satu-satu. Memperlihatkan lekukan payudaranya yang mulus.

"Hen-hentikan," pinta Brittany setengah mengerang menerima serangan bibir dan lidah pria itu.

Ethan tidak menghiraukannya karena meskipun mulut wanita itu memintanya berhenti, tubuh wanita itu berkata lain dan malah semakin membusungkan dadanya ke arah Ethan.

Ethan kembali menciumi leher Brittany dan bergerak turun ke tulang leher wanita itu.Dengan santai dan perlahan digodanya ceruk di dekat tenggorokkan wanita itu. Brittany sama sekali tidak melawan dan hanya memejamkan matanya rapat-rapat.

Melihat hal itu membuat Ethan menjadi lebih berani dan lidahnya mulai menjilati bagian depan leher Brittany. Tidak lama kemudian, mulut pria itu mulai menghisap lembut di sana, meninggalkan jejak basah dan kemerahan.

Napas Brittany tercekat merasakan isapan pria itu dan tanpa sadar membiarkan dirinya hanyut dalam sensasi yang dibangkitkan oleh Ethan secara perlahan-lahan.

Ia masih memejamkan mata dan bibirnya terbuka. Meskipun jantungnya berdegup kencang dan ia gugup setengah mati, namun perasaan aneh yang dibangkitkan Ethan membuatnya ingin merasakan lebih.

Tubuh Ethan semakin mendekat dan melekat erat padanya.Kaki pria itu menyelusup masuk ke antara pahanya dan memaksanya terbuka.Tangan Ethan tidak lagi menahan tangannya dan mulai bergelirya bebas menyisir rambut Brittany dan melepaskan ikatannya.

Isapan lembut pria itu berhenti dan digantikan dengan kecupan basah di sepanjang leher dan rahangnya.Bibir Ethan menjelajahi dagu dan sudut bibirnya sebelum dengan kasar melumat mulut Brittany yang terbuka.

Lidah nakal Ethan menyelinap masuk diantara bibir Brittany yang terbuka dan mulai mencicipi rongga mulut dosennya ini.Meskipun awalnya ragu-ragu, namun Brittany membalas godaan lidah Ethan.

Bibir keduanya bergumul dalam ciuman yang semakin panas dan basah.Lidah mereka saling menjelajah dan mulut mereka saling menghisap.

Dengan tubuh keduanya begitu menempel, Brittany dapat merasakan sesuatu yang keras menekan perutnya. Ia tahu benda apa yang sedang menekannya itu tapi tidak tahu apa yang harus diperbuatnya.

Paha kokoh Ethan yang berada diantara kakinya semakin mendorong sebelum akhirnya menempel di pusat kewanitaannya.Rasa panas mulai menjalari dirinya ketika Ethan mulai menggerakkan pahanya pelan.

Tanpa Brittany sadari, satu kakinya sudah terangkat, membuatnya dapat merasakan tekana paha Ethan pada selangkangannya lebih lagi.

Ia tidak yakin apa yang sedang terjadi namun pinggulnya mulai membalas tekanan paha pria itu dan suara desahan mulai terdengar lagi dari tenggorokkannya.

Sepertinya Ethan tahu apa yang sedang terjadi karena pria itu semakin mendekatkan diri dan mulai bergerak sambil mencumbunya. Tangan pria itu meraih pinggulnya dan menariknya semakin menempel pada benda keras di perutnya.

Brittany tidak peduli. Yang ia tahu adalah perasaan panas yang melingkupinya dan bibir Ethan yang bergerak liar di atas mulutnya. Ia mulai hanyut dalam sentuhan Ethan dan mulai kehilangan kewarasannya.

Tiba-tiba, Ethan menghentikan perbuatannya dan menjauhkan kepala mereka. Sebelum Brittany sadar dan membuka mata, ia mendengar suara kamera berbunyi dan menyentakkannya.Dihadapannya, kamera ponsel pria itu terarah kepadanya.Dengan refleks Brittany menarik blousenya dan berusaha untuk menutupi dadanya yang sedikit terpampang.

"Too late," komentar Ethan sambil menjilat bibirnya yang terlihat bengkak.

Wajah Ethan merah dengan mata yang menggelap dikabuti hasrat membara terhadap dosennya. Namun, ia berhasil berpikir dan ingat akan tujuannya datang ke tempat ini.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Brittany dengan suara bergetar.

Ethan memandang Brittany yang mendekap blousenya di depan dadanya erat-erat. Bibir wanita itu bengkak karena ciumannya dan Ethan dapat menangkap kissmark yang berjejer di bagian depan lehernya.

Ada sedikit penyesalan karena ia menghentikan perbuatannya. Seharusnya ia bisa melanjutkan menikmati tubuh dosennya itu dan membawa mereka berdua ke tingkat yang lebih jauh lagi.

Ethan menghirup napasnya dalam dan menetralkan hasrat yang masih bergelombang dalam tubuhnya. Step by step, Ethan. Ia mengingatkan dirinya sendiri. He got mission to accomplish.

"Blackmailing you," jawab Ethan sesantai mungkin sambil memasukkan ponselnya ke dalam kantong celana.

Ethan kemudian memutar tubuhnya dengan segenap kendali yang dimilikinya dan meraih tas ranselnya. Ia mengeluarkan segenggam kertas dari tas nya dan meletakkannya di atas meja.

"Kita sama-sama tahu betapa cerdas dirimu, professor. Jadi, kurasa kau tahu apa yang harus kau lakukan," ucap Ethan.

Brittany membeku di posisinya dan tidak bergerak.Ia dapat merasakan punggungnya dingin mendengar ancaman yang tidak terucap itu.

"Foto itu tidak berarti apa-apa," ucapnya yang terdengar bagai lelucon bahkan untuk telinganya sendiri.

Ethan tertawa mendengar ucapan dosennya. Dengan santai ia menyampirkan tas ranselnya ke atas pundak dan membuka pintu.

"Kau harus berkaca professor. Sampai jumpa," ucapnya sebelum melangkah keluar dari apartemen Brittany.

Kaki Brittany lemas dan ia membiarkan dirinya merosot ke lantai. Ia tidak dapat berpikir dan tidak mengerti apa yang baru saja terjadi. Dengan tangannya yang gemetar, ia menyentuh bibirnya yang terasa penuh.

Buru-buru Brittany bangkit dan berlari ke kamar mandi untul melihat pantulan dirinya.Apa yang dilihatnya di cermin membuat napasnya tercekat.Rambut dan pakaiannya berantakan, bibirnya juga bengkak karena ciuman mereka, dan Ethan meninggalkan sederet bekas ciuman merah di sepanjang lehernya.

Apa yang sudah kulakukan?

Brittany cerdas dan ia selalu tahu kapan dirinya sedang masuk ke dalam masalah, dan ini adalah masalah besar baginya.

***

Apa yang sudah kulakukan?

Pertanyaan yang sama terlintas di pikiran Ethan. Pria itu langsung berlari naik ke apartemennya dan mengunci diri di kamar.Jantungnya masih berdegup kencang setelah apa yang nekat di perbuatnya. Ia telah mencumbu dosennya sendiri dan bukannya minta maaf, ia malah mengancam wanita itu.

Ethan mengusap wajahnya dan mengatupkan tangan pada mulutnya berpikir.Ia pasti sudah dirasuki sesuatu sehingga berani melakukan hal itu.Tapi setelah dipikir-pikir, bukankah salah dosennya itu karena memerah setelah mereka bersentuhan?Wanita itu memasang tampang polos dan malu-malu yang entah mengapa membangkitkan sisi primitif dirinya.

Ethan tidak yakin ia membenci ekspresi terbaru dosennya itu. Jauh dari perasaan benci, Ethan merasa suka dengan apa yang wanita itu tampilkan di wajahnya.Imej gambar diri Brittany yang menempel di tembok dengan kancing blouse nya yang sudah terbuka menampakkan lekukan payudara dan juga bekas ciuman memenuhi lehernya akan selalu diingatnya.

Bahkan mengingat kondisi Brittany saat ini saja sudah dapat membangkitkan harsatnya, terbukti dari celananya yang terasa sempit.

Ethan mengeluarkan ponselnya dan membuka galeri foto.Foto yang di ambilnya sedikit buram karena diambil dengan terburu-buru. Meskipun begitu, siapapun yang melihat masih dapat mengenali siapa yang ada di dalam gambar tersebut dan apa yang sedang dilakukannya.

Wanita itu terlihat sangat menggairahkan membuat Ethan ingin meraih pelepasannya sekarang.Dengan sangat sadar, Ethan mengelus dirinya sendiri yang berada di balik celananya.

Ia kemudian menghempaskan dirinya ke atas ranjang dan mulai melepaskan celananya. Dengan satu tangan memegang ponselnya dan sebelah tangannya yang lain mulai mengelus dirinya naik turun.

Pikiran-pikiran nakal dan bayangan akan tubuh Brittany di bawah tubuhnya tidak bisa pergi dari benaknya. Dan tidak dibutuhkan waktu lama bagi Ethan untuk mencapai pelepasannya kali itu.Ketika ia mencapai pelepasannya yang terasa lebih nikmat daripada sebelum-sebelumnya, Ethan tahu bahwa ia akan kembali lagi pada Brittany dan mengulang apa yang dilakukannya.

tp://wO�T�uD8

Continue Reading

You'll Also Like

465K 29.7K 24
21++ Yang belum cukup umur, silahkan kembali lagi lain waktu. Saat jantungmu adalah bukan milikmu. Dan jantung itu membawa hatimu pada kekasihnya sem...
2.5M 38K 50
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
55.4K 1.2K 31
18+ Dione adalah mahasiswi baru di kampus.Dione tak menyangka kalau di hari pertamanya dia akan bertemu dan jatuh cinta pada seniornya yang juga atle...
18.8K 486 123
Lapak lirik lagu NCT 127 Jangan lupa Komentar + Vote nya Thank u