Mereka dua insan yang tidak saling mengenal satu sama lain. Hanya lewat melihat rupa sajalah mereka tahu jika pernah saling bertemu dan berinteraksi.
Pada awalnya yang lebih muda tidak sadar jika ia diperhatikan diam-diam. Ia hanya berdiri tanpa melihat ke arah lain karena fokus dengan pekerjaan yang dia lakukan. Dia terlampau serius untuk hal yang menjadi kewajiban agar selesai dengan baik.
Suatu hari dia menyadari satu hal penting: lingkungan tempat mencari sesuap nasi selalu bertemu dengan banyak orang. Ia harus bertatap muka dan berinteraksi untuk mempunyai kesan ramah. Apalagi dari perusahaan tempat dia bernaung memang diharuskan seperti itu.
Dan intuisi pada yang lebih muda menjadi tajam. Dia menemukan suatu yang menarik setiap tanggal enam belas datang. Pada sosok yang membuat keningnya berkerut tajam, hingga membuat detak jantungnya tidak karuan seiring waktu mereka bertemu.
[***]