What Can I Do For Someone?

By penuliskacangan

22.5K 1.7K 298

Shania & Boby [Jangan copy-paste story ini] Berfikir keras, dengan kereatifmu sendiri. More

Prolog
01 Pertemuan
02 Dia Shania Junianatha
03 Beautiful Night
04 Selalu Bersama
05 Satu Hari Bersama Boby!
06 Kebahagiaanku
07 Dia!
08 Apa Ini Jealous?
09 Rencana
10 Expression
11 Bad Feeling
12 Sadnees
13 Sadness (2)
14 Masa Kecil Shania
Believe
Believe (2)
Believe (3)
18 Try Again
Miss Shania (2)
Cast
21. Rencana Awal
22 Kembali!
Just Info!

19 Miss Shania

870 78 20
By penuliskacangan

Author Point Of View

-
-
-

Diperjalanan pulang. Handphone Shania terus berdering hebat tanda panggilan masuk tapi dihiraukan oleh sang pemilik, Shania justru lebih terfokuskan pada novel yang ada ditangannya.

"Non itu telponnya nggak diangkat?" Tanya sang supir, Shania menggeleng.

Sekitar 30 menit kini akhirnya mobil yang ditumpangi Shania telah terparkir rapi di halaman rumahnya.

Shania berjalan memasuki rumah tersebut, ia berjalan menuju ruang keluarga yang sudah terlihat Devan berdiri tegap menunggu kedatangan putrinya.

"Shania! Papi sudah perintahkan pak agus untuk langsung pulang, tapi kenapa kamu jam segini baru pulang? Ingat kondisi kamu!" Ucap Devan dengan nada tinggi.

"Maaf Pi, tadi Shania suruh pak Agus buat mampir ke rumah pohon sebentar" Jelas Shania.

"Papi enggak mau tau alasan kamu Shania! Ke rumah pohon besok-besok kan bisa?!" Bentak Devan

Ini pertama kalinya Shania dibentak oleh sang Papi, dari arah dapur Maminya berjalan menuju ruang keluarga tersebut.

"Maaf Pi... Shania permisi"

PLAK

Tamparan keras dari tangan Papinya itu, menuju pipi halus Shania yang ingin melangkah melewati Devan.

"Devan!" Ve tersentak kaget dengan perlakukan Devan kepada anak bungsu.

"Sekali lagi Shania minta maaf Pi..."

Shania berjalan melewati sang Papi sampai di tangga tiba-tiba setetes air mata jatuh dipipi Shania tanpa sepengetahuan Papi dan Maminya, Ia terus berjalan sampai didepan kamarnya.

Entah kenapa ia enggan untuk masuk kedalam kamarnya, justru ia terus berjalan sampai akhirnya berada di lantai tiga ia berjalan pelan menuju taman rooftop dirumahnya.

"Devan! Yang kamu lakukan itu salah besar!" Hati ve benar-benar kalut dengan perbuatan suaminya tersebut.

"Itu Shania anak kamu Dev! Anak aku! Anak kamu juga!" Ucap Ve penuh penekanan.

Entah setan apa yang merasuki tubuh Devan? yang jelas kini kedua lutut Devan terduduk dilantai.

"Ya Tuhan! Tuhan apa yang aku lakukan barusan?" Devan benar-benar menyesali perbutannya.

"Apa kamu tidak ingat kondisi Shania down sampai sekarang! Setelah kehilangan Reyhan untuk selama-lamanya. Seharusnya kita bisa buat dia bahagia, bukan malah menambah beban dipikirannya Dev!" Sungut Ve yang sudah terlihat sekali kemarahannya pada Devan.

"Ya Tuhan... maafkan aku, aku menyesal sangat menyesal" Devan berjalan gontai mendekati Ve.

"Maafin aku Ve, maafin aku..., aku menyesal. Aku terlalu khawatir dengan keadaan Shania saat ini" Devan memeluk sang istri, begitu pun sebaliknya.

"Samperin Shania Dev, minta maaf lah kepadanya" Devan mengangguk.

Devan berjalan menuju kamar Shania.

Tepat berada didepan kamar putri kesayangannya, Devan perlahan mengetuk pintu kamar tersebut. Sudah 3 kali Devan mengetuk pintu kamar Shania, tapi sama sekali tidak ada jawaban dari dalam kamar.

Tangan Devan beralih di knop pintu kamar Shania, Tidak terkunci! Dan saat itu juga terlihat didalam kamar Shania kosong.

Kini Devan beralih berjalan menuju lantai paling atas lebih tepatnya taman rooftop berada, sudah terlihat Shania duduk di bangku putih panjang ditaman rooftop.

"Dek."Lirih Devan dari arah belakang, dengan cepat tangan Shania menghapus air matanya.

Shania menoleh ke belakang, kemudian tersenyum tipis kearah Papinya."Iya Pi?"

Bisa-bisanya kamu tersenyum kepada Papi, padahal Papi tau hati kamu sangat rapuh saat ini. Batin Devan.

Devan berjalan mendekati Shania, lalu ia duduk disamping Shania.

Pandangan Devan menatap lekat wajah samping putrinya."Maafin Papi ya?" Shania mengangguk pelan.

"Sakit ya tamparannya Papi?" Shania menggeleng.

"Dek lihat Papi" Devan mulai menggenggam erat tangan putrinya.

Perlahan kepala Shania bergerak perlahan memberanikan diri untuk menatap sang Papinya, Devan sangat tersentak kaget saat melihat pipi kiri Shania sedikit memerah.

"Pipi kamu sampai merah gini kamu bialng nggak sakit?" Shania masih menjawab dengan gelengan.

"Maafin Papi ya? Papi menyesal... Papi sayang sama kamu dek" Jelas Devan.

Shania tersenyum lalu sedikit gelengan dari Shania."Papi enggak salah kok"

"Dek Papi mau kamu jujur, jangan selalu menutup diri. Bicaralah kepada Papi, bilang saja kalo memang kamu tidak suka dengan pengawasan Papi bilang! Jangan pernah takut, Papi tidak akan memaksamu lagi"

Shania menarik nafas panjang."Shania nggak suka Pi. Itu terlalu berlebihan, dengan Papi menyuruh pak Agus jadi pengawas Shania. Shania bisa jaga diri Pi, Papi enggak usah takut karna Shania selalu baik-baik saja..."

Devan memotong perkataan Shania."Tapi saat ini putri papi sedang tidak baik-baik saja. Benarkan?"

Dengan cepat Shania memeluk erat tubuh kekar Papinya, tangisnya pecah tiba-tiba. Shania sudah tidak bisa menahan lagi, kekesalan dalam hatinya keluar sudah.

Entah sudah berapa kali Shania menangis, tapi saat ini hatinya benar-benar sangat rapuh

"Menangislah, keluarkan semua Dek sampai hati kamu bisa tenang kembali, Papi selalau ada disamping kamu, Papi akan menemanimu sayang" Devan mengelus rambut hitam Shania, terlihat bahu Shania bergetar di pelukkan Papinya.

"Papi kangen Shania yang dulu" Devan berbisik pelan.

****

Malam pun tiba. Angin semilir menerpa gorden balkon kamar Shania yang terbuka lebar, ya! Saat ini Shania sedang menikmati angin malam di balkon dengan novel yang setia berada digenggamannya.

Dari balkon kamar Boby juga terbuka lebar tanpa Shania ketahui, diam-diam Boby memperhatikan Shania dari balkon kamarnya.

Ibu jari tangan Boby bergerak di touchscreen dengan balok-balok huruf di Iphone miliknya, lalu tak lama kemudian ia touch sent.

Ting

Tertera di Iphone milik Shania tertulis nama Boby, tapi Shania masih sibuk dengan kegiatan membaca novelnya.

Ting

Shania masih tidak berkutik dengan kegiatannya, ia sama sekali tidak memperdulikan chat masuk di Iphonenya tersebut.

Ya memang hari ini Shania merasa malas untuk bermain dengan gadget miliknya, bahkan panggilan masuk dari Papinya tadi sore saja dihiraukannya.

Boby pun berinisiatif untuk menelpon Shania. Satu kali, dua kali, sampai tiga kali pun terlihat Shania tidak menoleh sedikit pun kearah handphonenya.

Ayo dong Shania angkat... Batin Boby.

Sama sakali tidak ada pergerakan dari Shania, hanya jari-jarinya yang membolak-balikan selembar demi selembar halaman novel.

Jujur Shan. Aku kangen kamu, aku kangen bareng-bareng lagi sama kamu, main ke panti bareng sama kamu. Gumam Boby dalam hati . *Duh cup cup cup, kok author kasian ya sama si Boby*

Masuklah seorang laki-laki tampan berbadan sedikit kekar di kamar Shania yang tidak lain tidak bukan adalah Andelo sang kakak, Andelo berjalan menuju balkon kamar Shania.

"Dek makan malam dulu yuk?" Ajak sang Kakak, yang langsung dapat anggukan dari Shania.

Terlihat Shania mulai membereskan semua barang-barangnya yang berada diatas meja dan segera masuk ke dalam kamarnya, ketika Shania ingin menutup pintu balkon kamarnya pandangan mata Shania dan Boby saling bertemu beberapa detik saja dengan cepat Shania segera menutup pintu balkon yang terbuat dari kaca dan hanya ditutupi oleh gorden tebal.

Saat ini Shania sudah berada di meja makan bersama Papi, Mami dan Kakaknya. Papi dan Kakaknya terlihat sedang bercanda ria yang disertai oleh tawa mereka berdua, berniat untuk membuat Shania ikut tertawa tapi nyatanya tidak untuk Shania yang fokus dengan makanan yang ada dihadapnya.

Hingga akhirnya keduanya menghentikan leluconnya.

Kokoh kangen kamu Dek, kangen tertawa bareng saat-saat seperti ini. Gumam Andelo dalam hati.

"Dek nanti Mami tidur bareng kamu ya?" Shania melihat wajah cantik sang Mami sekilas, lalu disertai dengan anggukan darinya.

****

Di kamar Shania. Terlihat Maminya dan Shania sudah terbaring di kasur besar milik Shania, mereka saling berhadapan. Tangan kiri Ve tiba-tiba terangkat menyentuh lembut pipi halus milik putrinya yang sudah tertidur pulas, dipeluklah tubuh sang putri kesayangannya dengan pelan.

Mami kangen sama kamu Shan. Ucap Ve dalam hati.

.
.
.
.
.
.
TBC

Don't forget! Baca yang "Crazy Love" Ya! Boleh klik bintangnya juga! Hehe





Salam
Septiana Ayu

Continue Reading

You'll Also Like

1M 64.3K 119
Kira Kokoa was a completely normal girl... At least that's what she wants you to believe. A brilliant mind-reader that's been masquerading as quirkle...
539K 8.4K 85
A text story set place in the golden trio era! You are the it girl of Slytherin, the glue holding your deranged friend group together, the girl no...
1.8M 49.2K 71
𝐅𝐑𝐎𝐙𝐄𝐍 | ❝Ye a cute little thin', aren't ya? I think ye will be mine now...❞ ❆❅❄❆❅ ʙᴏʀɴ ᴏғ ᴄᴏʟᴅ ᴀɴᴅ ᴡɪɴᴛᴇʀ ᴀɪʀ ᴀɴᴅ ᴍᴏᴜɴᴛᴀɪɴ ʀᴀɪɴ ᴄᴏᴍʙɪɴɪɴɢ...
1M 25.2K 23
Yn a strong girl but gets nervous in-front of his arranged husband. Jungkook feared and arrogant mafia but is stuck with a girl. Will they make it t...