OneShoot

By heraseyou

1.3M 14.8K 201

Warning: 21++ More

Babe
KenSea
Sira
Teenage Dream
Daddy?
HELENA

RevaNye

461K 4K 30
By heraseyou

Vanye tertawa geli saat melihat sahabat-sahabat semasa SMAnya terlihat mabuk dan hampir tak sadarkan diri.

Berbeda dengannya yang masih terlihat baik-baik saja. Untuk hal ini, Vanye bersyukur karena dirinya tidak mudah mabuk hanya karena minum beberapa gelas alkohol saja.

Malam ini adalah malam acara reuni sekolahnya. Dan Vanye merasa bahagia berada di sini karena satu dan beberapa lain hal.

Contohnya, dia bisa berkumpul lagi bersama sahabat-sahabatnya semasa sekolahnya duly. Dan yang lainnya, yaah...dia senang bisa kembali bersantai seperti ini, tanpa takut harus bertemu dengan seseorang yang paling Vanye hindari.

"Nye, kenapa wajahmu tegang sekali?" Ivy, salah satu sahabat Vanye yang masih sadar, menyentuh pundak Vanye dengan pelan.

Wanita itu terlihat sempoyongan dengan suara yang terdengar tak jelas sambil memegang gelas kecil pada salah satu tangannya. Dia menyeringai ke arah Vanye yang juga membalasnya dengan seringaian yang sama.

"Tenang saja. Pria brengsek itu tak akan datang malam ini. Kau bisa percaya padaku. Lebih baik kau minum ini dan bersenang-senang bersama kami!" Kalimatnya dia akhiri dengan tawa sambil memberikan gelas yang tadi dia pegang ke arah Vanye yang langsung meminumnya sekali teguk.

Ivy benar. Seharusnya dia bersenang-senang di hari pertamanya kembali ke kota ini, jadi dengan senang Vanye memesan minuman lagi kepada bartender, memutuskan untuk mencoba mabuk hari ini.

Atau tidak.

Vanye tersedak saat meminum minumannya.

Dia merinding saat hembusan nafas seseorang terasa di belakang lehernya. Lalu disusul dengan geraman halus yang semakin membuat Vanye ngeri.

Vanye tahu betul siapa orang yang ada di belakangnya ini. Dia sangat kenal karena hanya orang ini yang memiliki sapaan aneh tersebut kepadanya.

Dengan pelan sambil mengumpulkan tekadnya, Vanye berbalik untuk memastikan jika perkiraannya benar atau salah.

Tapi sebelum dia berbalik seutuhnya, Vanye memekik saat tubuhnya di angkat tiba-tiba lalu di letakkan begitu saja di atas bahu orang tersebut.

Kepalanya terasa pening. Tapi tak bisa mengurungkan niat Vanye untuk memberontak. Dia memukul punggung keras pria itu dan berteriak dengan keras.

"Turunkan aku brengsek!"

Walaupun dia tahu, semua hal itu percuma.

***

Vanye benci saat tahu dirinya tak bisa berbuat apa-apa saat seseorang memperlakukan dirinya dengan seenaknya.

Apalagi saat diperlakukan seperti ini dan dengan seenaknya tubuhnya malah terbuai.

"Berhenti brengsek!" Vanye mencoba menggali akal sehatnya dan mendorong dada pria yang berada di atasnya itu dengan susah payah.

Pria itu melumat bibirnya dengan rakus sambil menyentuh tubuh Vanye dengan godaannya yang menyiksa.

"No! You miss me. And I will never let you go again!" Pria itu tidak benar-benar menjawab perintah Vanye. Dia hanya bergumam karena tetap fokus terhadap Vanye yang ada di bawahnya.

"Revan!" Vanye mencengkram satu lengan pria itu. Mencoba tidak bergetar karena diri Revan yang sangat tahu bagaimana caranya membuat seorang Vanye terbuai seperti ini.

"Berhenti oke? Kita bicarakan ini baik-baik." Dirinya mencoba membujuk. Bagaimana pun juga tujuan utamanya adalah menjauh dari pria ini. Karena alasan itu jugalah dia pergi selama empat tahun untuk kuliah di luar dan berusaha sekeras mungkin untuk menghindari Revan yang entah mengapa ngotot untuk mencarinya.

"Jangan bercanda." Revan akhirnya berhenti mencium Vanye lalu tertawa dengan sinis.

"Aku serius Revan."

"Dan setelah itu kamu ninggalin aku. Lagi?! Damn you girl!" Revan bangkit dan berlutut di atas Vanye yang akhirnya bisa bernafas sedikir lega.

"Revan, kamu tenang, oke? Coba dengarkan aku dulu." Vanye mencoba bangkit dari posisi tidurnya tapi Revan kembali mendorong pundaknya agar dirinya jatuh tertidur.

"Kamu yang dengar aku Vanye! Aku tidak akan melepaskan kamu lagi. Kamu mengerti?" Suaranya terdengar keras dan memenuhi kamar hotel yang sedang mereka tempati sekarang ini.

Vanye tahu kenapa Revan membawanya ke sini. Dan Vanye tidak akan membiarkan hal itu terjadi lagi.

"Dengar Revan, ini semua sudah berakhir empat tahun yang lalu. Kita sudah berakhir oke? Permainan itu, kesepakatan kita, itu semua sudah berakhir. Jadi aku mohon lepasin aku sekarang." Vanye mencoba kembali duduk. Posisinya tidak nyaman jika harus bicara seperti ini.

Walaupun dengan cepat dirinya kembali terbaring lagi dan kini di susul dengan Revan yang kembali melumat bibirnya. Kali ini benar-benar tak membiarkannya bicara sedikitpun.

"Permainan kita memang sudah selesai, Vanye. Tapi kita tidak pernah selesai. Mengerti kamu?!" Revan kembali menggeram. Dia tidak suka dengan perkataan Vanye yang mengatakan jika mereka sudah tidak memiliki hubungan apapun. Itu tidak akan pernah terjadi!

"Dengar, Van. Selama ini, yang ada di antara kita, itu semuanya main-main oke? Itu cuman akal-akalan geng-geng kita yang tujuannya cuma seru-seruan. Dan itu semua sudah berakhir empat tahun yang lalu."

"Tapi aku tidak pernah main-main dengan kamu! Sial!" Revan berdiri dengan menahan semua emosinya. Dia mengusap rambutnya dengan frustasi sambil menjauhi Vanye.

Pria itu mendekati jendela besar yang terdapat di dalam kamar mereka dan memperhatikan pemandangan yang ada di luar.

Lama mereka seperti itu sampai Vanye memutuskan untuk mendekati Revan yang berdiri membelakanginya.

"Revan, kita mulai semua dari awal oke? Sebegai..hm..teman?" Vanye meringis saat mendengar kalimatnya sendiri. Bagaimanapun juga dia tidak yakin bisa berteman dengan Revan setelah apa yang mereka lewati selama ini.

Mendengar ucapannya, Revan dengan cepat menoleh ke arahnya, "Teman katamu? Kamu pikir setelah apa yang kita lakukan selama ini, aku bisa menganggap kamu sebatas teman? Tidak, Vanye! Kamu tidak akan pernah jadi temanku!" Lalu setelah itu, karena amarahnya yang meluap-luap dan rasa sakit di hatinya karena ucapan Vanye padanya, Revan kembali mengangkat wanita itu dan membuangnya ke sofa panjang yang tidak jauh dari mereka.

Rahang pria itu mengeras sambil melepaskan kemejanya dan mendekati Vanye dengan cepat.

"Kamu milikku Vanye! Ingat itu!" Bibirnya melumat Vanye dengan cepat dan dalam. Tangannya yang lain mencoba membuka dress wanita itu dengan sekali robekan.

Vanye memekik saat kedua tangannya di tahan oleh satu tangan Revan agar tidak memberontak lagi. Sedangkan satu tangan pria itu membuka sisa pakaian yang ada di tubuhnya.

Wanita itu hampir saja memekik lagi saat Revan melumat salah satu putingnya dengan keras. Terasa perih sekaligus nikmat sehingga pekikan Vanye berubah menjadi desahan tertahan.

Vanye tidak tahu rasanya akan kembali seperti ini. Seperti dulu.

Tubuh Vanye kembali lemas dan itu tidak di sia-siakan oleh Revan yang langsung melepaskan cengkaraman tangannya pada kedua tangan Vanye.

Masih sambil melumat kedua payudara Vanye, tangan Revan tak tinggal diam. Dia membuka kedua tungkai Vanye dan langsung menggoda inti wanita itu.

"Oh shit. You so wet baby." Revan menjilati bibirnya sendiri sambil melihati Vanye yang menggeliat di bawahnya.

Wanita itu mendesah dengan keras. Otaknya sudah tidak bisa berpikir lagi saat membalas lumatan Revan.

"Kau suka huh?" Revan berbisik tapi tidak betul-betul menginginkan jawaban dari Vanye. Dia sudah tahu saat melihat ekspresi wajah Vanye di tambah lagi dengan suara desahan wanita itu yang membuatnya tak tahan.

Vanye mendesah kecewa saat tangan Revan berhenti beegerak di intinya. Tapi rasa kecewanya hanya berlangsung sebentar saat Revan bergerak untuk berlutut di depannya dan langsung melumat intinya dengan rakus.

"Rasamu bahkan masih sama ketika pertama kali aku ingin memilikimu, sayang."

"Shut up!" Revan tertawa lalu kembali melumat inti Vanye sampai wanita itu memekik di susul dengan kedua kakinya yang bergetar.

Revan berdiri dari posisinya dan naik ke atas sofa setelah melepaskan sisa pakaian yang ada di tubuhnya.

Keduanya mendesah saat Revan memasuki Vanye yang masih terasa berdenyut.

"Bagaimana rasanya sayang? Apakah sama dengan rasa pria lain yang pernah menjadi kekasihmu?" Mata Revan terlihat menggelap.

Vanye sendiri tidak mau menjawab karena dirinya tidak mau mengakui jika hanya Revanlah yang pernah memasukinya. Dirinya memang pernah menjalin hubungan dengan beberapa pria untuk melupakan Revan karena tanpa sadar dirinya juga sudah jatuh pada pesona pria itu, tapi tidak pernah sampai sejauh ini.

Karena Vanye tidak bisa.

Vanye mendesah dengan keras saat Revan bergerak dengan cepat di atasnya sambil sesekali menciumi lehernya dengan keras. Meninggalkan banyak tanda di sana yang pasti akan membuat Vanye panik esoknya.

Tapi tak apa. Hal itu tak perlu dia pikirkan sekarang di tengah-tengah pergulatan mereka.

"Kamu tidak akan bisa lari dari aku, Vanye! Kamu harus paham akan hal itu!" Tuntut Revan lalu di susul dengan erangan mereka berdua saat mencapai klimaks.

***

Fin.

*enjoy(y)

Continue Reading

You'll Also Like

419K 3.9K 9
Kumpulan cerpen WARNING romance,fiksi,oneshoot selamat membaca,jgn lupa vote dan follow.. Semua hanya hiburan, dan murni dari pemikiranku sendiri yan...
794K 6.6K 71
Season 2 dari SATC 1 yang telah mencapai 200 parts. Ini adalah story lanjutan petualangan cinta, seks dan kehidupan Julia, Vero, Nadine, Louise, Rani...
4.7M 59.8K 40
Cerita Dewasa! Warning 21+ Boy punya misi, setelah bertemu kembali dengan Baby ia berniat untuk membuat wanita itu bertekuk lutut padanya lalu setela...
313K 24.8K 80
Cinta hanya untuk manusia lemah, dan aku tidak butuh cinta ~ Ellian Cinta itu sebuah perasaan yang ikhlas dari hati, kita tidak bisa menyangkalnya a...