What Can I Do For Someone?

By penuliskacangan

22.5K 1.7K 298

Shania & Boby [Jangan copy-paste story ini] Berfikir keras, dengan kereatifmu sendiri. More

Prolog
01 Pertemuan
02 Dia Shania Junianatha
03 Beautiful Night
04 Selalu Bersama
05 Satu Hari Bersama Boby!
06 Kebahagiaanku
07 Dia!
08 Apa Ini Jealous?
09 Rencana
10 Expression
11 Bad Feeling
12 Sadnees
13 Sadness (2)
14 Masa Kecil Shania
Believe
Believe (2)
18 Try Again
19 Miss Shania
Miss Shania (2)
Cast
21. Rencana Awal
22 Kembali!
Just Info!

Believe (3)

795 78 8
By penuliskacangan

Author Point Of View

.
.
.

Kini mereka telah sampai tepat di depan pintu utama rumah Shania."Permisi, Im coming, waspada!!!" Teriak Nabilah yang langsung mendapat toyoran oleh Jeje.

Nabilah meringis."Sakit Je, gila lu! ini kepala bukan bola basket!"

"Mata gue kagak buta. Dasar Kubil...." Teriak Jeje.

Keluar lah seorang wanita paruh baya yang memakai daster."Eh teman-temannya non Shania, mari masuk"

"Bi ini rumah enggak ada penghuninya?" Celetuk Nabilah asal, yang dapat sikutan dari Jeje sedangkan Sonia sedari tadi diam berbisu.

"Ada den Andrew mbak. Yaudah saya permisi dulu ya... Non Shania ada di kamar" Pembantu di rumah Shania itu pun pergi meninggalkan mereka.

Terlihat Andelo berjalan kearah Boby, Jeje, Sonia, dan Nabilah dengan tangannya yang menggenggam segelas es sirup.

"Mau jenguk Shania?" Tanya Andelo pada keempat teman Shania, mereka pun mengangguk.

"Muka Lo kenapa babak belur Bob?"Andelo menatap Boby heran.

"Gapapa Kak, tadi ada masalah sedikit"

"Hmm yaudah, langsung aja ke kamar Shania, ada suster juga yang lagi periksa Shania" Jelas Andelo.

"Oh iya gue cuma minta bujuk Shania buat makan ya, tadi pas dia siuman makannya dikit, paling juga minum susu" Jelas Andelo.

"Pasti koh! koh Andrew enggak kuliah?" Tanya Jeje.

"Tadi sih udah berangkat. Tapi karna dosen enggak ada, yaudah nganter Mami ke rumah sakit" Jelas Andelo.

"Oh gitu... Thank ya Kak, kita duluan." Ucap Boby, Andelo mengangguk.

Mereka sudah berada tepat didepan kamar Shania, masuklah Nabilah terlebih dahulu terlihat Shania masih terbaring sambil menonton Televisi, dan suster yang sedang menyuntikan cairan sesuatu tepat di infus Shania berada.

Reflek Shania menoleh kearah pintu yang sudah terlihat batang hidung nabilah yang tersenyum kearahnya, lalu disusul Jeje, Sonia dan terakhir Boby.

"Kalian..."

Mata Shania terbelalak kaget keempat temannya bisa berda disini, Sedangkan mereka tersenyum lebar kearah Shania.

"Loh kamu kenapa Bob?" Shania melihat Boby dengan bibir yang masih sedikit berdarah dan luka lebamnya di bawah mata.

"Aku gak papa kok" Jawab singkat dari Boby.

"Nggak! Nggak! Nggak! kamu pasti bohong, sini aku obatin..."

Boby segera mencegah tubuh Shania yang ingin bergerak kearahnya."Eh eh eh... Jangan sok kuat deh orang baru aja di periksa sama suster udah mau gerak aja. Hih!"

Shania memasang wajah jengkel."Yaudah, sus tolong obatin temen saya ya" Suster Sonya mengangguk


***

Mari kita lihat Elaine CS.

"Aduh Pak saya ini temennya Shania! Bukain dong!" Rengek Elaine.

"Tapi saya kok gak pernah liat adek-adek ini kesini ya?" Pak Yono memasang wajah polos.

"Hih dasar! diliat dari seragamnya kan sama" Cetus Nadse.

"Wah tapi saya gak bisa bukain, kata dek Nabilah kalian sering jahat sama non Shania" Jelas pak Yono.

"Jangan percaya sama nabilah, kita anak baik kok iyakan" Ucap Elaine yang lalu diangguki oleh kedua temannya.

"Tetap tidak bisa" Elak pak Yono, Elaine pun berpikir cerdik.

"Pak! Tuh ada maling masuk!"

Saat pak Yono melihat kearah belakang dengan sigap Elaine mengambil kunci gerbang dan membukannya dengan cepat lalu berlari masuk kedalam rumah Shania tanpa permisi, mobilnya dibiarkan terparkir di depan gerbang rumah Shania, terlihat pak Yono mengejar ketiganya.

Kini Elaine dan teman-temannya sudah berada didalam rumah Shania dengan sedikit berjalan pelan-pelan , celingak-celinguk seperti penyusup, Takut-takut mereka ketahuan sang empu rumah.

"Buset rumahnya gedongan gini tapi sepi banget ya" Celetuk Sofia pelan.

"Iya ternyata rumah Shania mewah banget ya, rumah gue aja kalah. Sama rumah Elaine juga bagusan ini" Ucap Nadse.

"Apa lo bilang?!" Kedua mata Elaine melotot kearah Nadse.

Nadse tersenyum kikuk." Weitss selow len. Hehe bercanda Len, sensi amat sih..."

"Lagian yang lo bilang juga salah. Shania disini kan numpang sama Papa, Mamanya" Celetuk Sofia asal dengan innocent.

Mereka masih mengendap-endap jalan mencari kamar Shania, sampai akhirnya mereka ingin menginjak kaki di tangga...

"Ekhm" Deheman dari seseorang, membuat mereka menoleh ke sumber suara.

"Kalian siapa?" Ternyata Andelo lah yang sekarang ada dibelakang mereka.

"Hehe kita temennya Shania kak" Jawab Elaine cengngengesan.

Sedangkan Sofia dan Nadse saling berbisik."Buset ini cowok ganteng banget ya Sof" Bisik Nadse yang diangguki Sofia.

Mata Andelo menatap mereka penuh selidik. "Temen Shania? Kok enggak pernah lihat main kesini?" Tanya Andelo lagi.

"Hehe iya Kak, kita kan beda kelas. Btw kakak siapa ya?" Ucap Nadse yang mulai basa-basi.

"Saya kakaknya Shania. Mau jenguk Shania juga?"

Mereka mengangguk."Oh yaudah naik aja cari aja kamarnya, tadi juga udah ada sahabat Shania"

"Duilee sof... Kakaknya aja ganteng begitu, pantes aja adiknya jadi primadona di sekolah" Bisik Nadse pada Sofia, tak tinggal diam Elaine pun juga mendengarnya.

"Primadona pala lu peyang. Cantikkan juga gue..." Kedua temannya mangut-mangut.

Setelah mereka bertiga sudah menghilang dihadapan Andelo, kini giliran pak Yono yang berada dibelakang Andelo.

Andelo terlonjak kaget dengan kedatangan pak Yono."Pak Yono duh kagetin aja"

"Duh maaf den Andrew, saya harus ngejar ketiga perempuan tadi, kata dek Nabilah mereka sering jahatin non Shania" Jelas pak Yono yang langsung berlari menuju kamar Shania.

****

Mereka bertiga sudah berada dikamar Shania.

"Lo! kok bisa masuk sih..."

Mata Nabilah terbelalak melihat kedatangan Elaine CS. Terlihat Shania juga menatap heran kedatangan Elaine, Kini sudah ada pak Yono berdiri tegap dibelakang Elaine CS.

"Maaf dek Nabilah, saya segera bawa mereka keluar dari sini" Kini pak yono sudah menahan tangan Elaine.

"Eh eh pak Yono, biarin mereka disini. Jangan mengusir tanpa persetujuan Shania" Cegah Shania.

Pak Yono menunduk."Baik Non, permisi"

"Shania! Hih kenapa lo biarin mereka ada disini sih" Ucap Nabilah jengkel.

"Udahlah gapapa bil" Jawab Shania.

"Tuh dengerin! Shania aja gak sewot kenapa lo yang sewot!" Ucap Elaine jutek.

"Mulut lo tuh ya!!!" Nabilah yang ingin menerkam Elaine pun segera dicegah oleh Sonia dan Jeje.

"Kenapa jadi ribut gini sih, kita disini kan jenguk Shania" Jelas Sonia.

"Lo juga Len udah gue bilang jauhin gue!" Boby cetus.

"Tapi aku sahabat kamu Bob. Apa kamu lupa sama omongan aku saat kita terakhir berpiasah? Aku berharap bertemu kamu kembali dan Tuhan mengabulkannya sekarang, Apa aku masih bisa berharap untuk mencintaimu Bob?"

Ucapan Elaine benar-benar membuat semua orang yang berada didalam kamar Shania tersentak kaget lebih-lebih Shania yang kini terfokus pada Elaine yang tulus mengungkapan perasaan. Angin yang berhembus membuat mata Shania mengeluarkan sebulir air mata, tanpa Boby mengetahuinya.

Hati Shania saat ini bagaikan teriris pisau belati, entah perasaan sakit, senang atau sedih. Saat ini hati Shania benar-benar campur aduk dengan semua ucapan Elaine, selama ini dugaannya benar Elaine masih mencintai Boby, yang tak lain adalah sahabat kecil Elaine.

"Maaf Len tapi bagi aku, kamu sahabat yang dulu selalu menemaniku, sahabat yang aku kenal adalah Elaine yang dulu yang selalu baik, yang selalu ramah sama semua orang, Elaine yang rendah hati. Tapi..." Boby menggantukan ucapannya, bahkan dia berAku-Kamu.

"Tapi sekarang kamu berubah Len, tidak seperti Elaine yang aku kenal dan sampai kapan pun sahabat aku tetap sahabat aku bukan sebagai kekasih aku, Maaf len"

Suasana di kamar Shania kini menjadi hening tidak ada kata-kata yang mampu keluar dari mulut Elaine, entah kenapa lidah Elaine menjadi kelu untuk mengucapkan sesuatu kepada Boby lagi, burung yang berkicau pun diam membisu, angin kencang menerpa gorden pintu balkon Shania.

Setitik air mata lolos jatuh di pipi Elaine."Sampai kapan pun perasaanku juga tidak pernah berubah sama kamu Bob, nggak akan dan nggak akan terjadi"

Elaine pun pergi meninggalkan kamar tersebut dengan hati yang menahan sesak, air mata keluar setetes demi setetes, lalu disusul oleh kedua sahabatnya tersebut.

"Kejar Bob!" Pinta Shania.

"Enggak Shan" Tolak Boby yang masih tertunduk, entah perasaan apa yang jelas kini Boby merasa dirinya adalah laki-laki pengecut.

"Please Bob kejar Elaine..."Shania memohon.

"AKU BILANG ENGGAK SHAN!" Bentak Boby, suara Boby meninggi membuat Shania diam membisu dan setetes air mata juga jatuh dipipi Shania.

"Maaf..." Boby menunduk lalu menghampiri Shania yang masih berbaring.

Sahabat Shania hanya mampu diam membisu melihat suasana kalut di kamar Shania. Perlahan Boby mulai menyentuh tangan halus Shania, Shania menepisnya pelan. Boby mencoba lagi dan berusaha, Shania memalingkan wajah pelan ia benar-benar tidak ingin melihat wajah Boby.

"Shan lihat aku please..." Boby memohon. Tidak ada jawaban dari Shania.

"Shan lihat aku sebentar saja" Boby mengulanginya.

"Nggak Bob. Kamu laki-laki egois, kamu laki-laki pengecut" Ucap Shania yang masih tidak ingin melihat wajah Boby.

"Iya Shan emang aku egois, aku pengecut Shan, apa aku pantas mendapatkan itu semua Shan? Aku enggak bisa mencintai wanita lain selain kamu. Walaupun itu sahabatku sendiri, Aku..."

Boby menarik nafas."Aku yakin perasaan kamu juga sama denganku, kamu enggak perlu menutupi semua demi kebahagiaan Elaine Shan, kamu nggak perlu melakukan itu"

Kini mata Shania mulai sembab karena air mata tak henti-hentinya mengalir."Apa kamu masih ingat dengan ucapan kamu waktu di Panti? Apa kamu tahu aku sedang berusaha saat ini, berusaha buat kamu yakin, buat kamu percaya sama aku Shan, buat kamu enggak ragu lagi sama aku"

"Lihat aku Shan" masih tidak ada jawaban dari Shania.

Entah angin dari mana terpaksa Boby menarik wajah Shania menghadapnya, perlahan ibu jari tangan Boby menghapus air mata Shania.

Boby tersenyum tipis."Aku mencintai kamu Shania Junianatha. Entah kapan kamu bisa menjawab perasaanku, yang kamu harus tau aku selalu menunggu jawaban dari kamu Shan. Aku janji buat kamu percaya sama aku, aku janji selalu ada untuk kamu Shan, aku bahkan punya janji dengan Reyhan"

Tangisan Shania semakin pecah saat mendengar nama 'Reyhan' sekilas Shania melihat gelang pemberian dari Reyhan.

"Re-Reyhan.." Lirih Shania sambil seseguk menahan air matanya untuk jatuh dipipi.

"Reyhan udah tenang Shan, disini ada aku. Ada aku yang selalu disamping kamu jangan pernah takut" Terlihat sahabat-sahabat Shania sudah berlinang air mata.

"Ada kita juga Shan. Tuhan bakal kasih tempat yang terbaik buat Reyhan Shan, percayalah kita selalu ada buat lo Shan" Sahut Jeje, kedua temannya yang lain pun mengangguk.



TBC.

FYI. Jangan lupa baca Fanfiction baru author hasil kolab bareng IndraSeva



Septiana

Continue Reading

You'll Also Like

1.9M 85.5K 192
"Oppa", she called. "Yes, princess", seven voices replied back. It's a book about pure sibling bond. I don't own anything except the storyline.
269K 9.3K 106
She was a capitol elite. He was the youngest victor in history. Their friendship was frowned upon, but their love was forbidden. Extended Summary Ins...
187K 3.9K 46
"You brush past me in the hallway And you don't think I can see ya, do ya? I've been watchin' you for ages And I spend my time tryin' not to feel it"...
208K 9.8K 31
Desperate for money to pay off your debts, you sign up for a program that allows you to sell your blood to vampires. At first, everything is fine, an...