Pieces of Heart [COMPLETED]

By NinaMusIn

88.9K 2.2K 55

18+ WARNING BIJAKLAH DALAM MEMILIH BACAAN Buku kedua dari trilogi heart series Book I - Eye of Heart [COMPLE... More

Prolog
Part 1 : Pertemuan Masa Lalu (1)
Part 2 : Pertemuan Masa Lalu (2)
Part 3 : Lamaran Masa Lalu
Part 4 : Keraguan Masa Lalu
Part 5 : Kekesalan Masa Lalu
Part 6 : Pertaruhan Masa Lalu
Part 7 : Keputusan Masa Lalu
Part 8 : Kunjungan Masa Lalu
Part 9 : Masalah di Masa Lalu
Part 10 : Malam Pertama [WARNING!!! 18++]
Part 11 : Tidak Terduga
Part 12 : Awal Malapetaka
Part 14 : Penjelasan
Part 15 : Kabur
Part 16 : Lamaran (2)
Part 17 : Malam Pertama (2) [WARNING 18++]
Part 18 : Kebahagiaan dan Petaka yang Bersembunyi
Part 19 : Sweet Moment
Part 20 : Ancaman
Part 21 : Perangkap
Part 22 : Chaos, Catastrophe & Killer
Part 23 : Seharusnya Kupatahkan Kakimu
Part 24 : Kau Tidak Bisa Menipu Maut
Part 25 : Murka
Part 26 [END]
Epilog

Part 13 : Reunited

1.8K 72 1
By NinaMusIn

Halo-halo..
Dear readers,
Bagi yang membaca part 12 sebelum direvisi mohon maaf.. Part tersebut harus direvisi agar ceritanya menjadi semakin jelas. Bagi yang penasaran dengan editannya mari dibaca xD

Sincerely,

Nina

---**---

"Aku pergi dulu, tolong jaga kantor untukku," ucap seorang pria, ia mengambil kopernya, kemudian berjalan menuju ambang pintu.

Sarah membungkuk pelan, mengantarkan kepergian bosnya ke Inggris. Dia bilang akan berada di sana untuk tiga tahun ke depan, meninggalkan Sarah yang baru bekerja di firma hukum ini tak lebih dari dua bulan yang lalu. Bosnya itu tidak menceritakan untuk urusan apa ia ke Inggris, tapi samar-samar Sarah tahu alasannya. Bosnya, Iwan Saputra pergi ke Inggris untuk menemui istrinya. Tampaknya hubungan mereka tidak disetujui karena sang istri berasal dari keluarga bangsawan.

Sarah sudah lelah berurusan dengan dunia seperti itu. Lagipula ia memang tidak boleh lagi terlibat di dalamnya, ia terikat ikrar yang dibuatnya kepada ayah Merlin. Syarat agar Lily dan Merlin dapat bersatu. Walaupun untuk sesaat ia melanggar ikrarnya.

Ya, saat ia menemui William dan menghabiskan sebulan penuh kebohongan yang sangat ia nikmati. Bahkan jika hal yang itu terulang kembali ia akan mengambil keputusan yang sama. Sarah bertanya-tanya bagaimana keadaan William saat ini? Apakah William telah melupakan dirinya? Atau ... akankah hal yang ia khawatirkan mengenai William sebenarnya hanya kecemasan yang tidak beralasan semata? Sarah harap demikian.

Sial. Lalu firasat sialan macam apa yang selalu ia rasakan akhir-akhir ini? Apakah terjadi sesuatu pada Lily? Apakah Merlin keparat itu melakukan sesuatu pada saudari kembarnya? Jika iya maka pria itu akan menerima ganjaran yang setimpal saat Sarah mengetahuinya.

Sarah mengelus perutnya. Menenangkan sang janin yang ikut gelisah. "Maafkan ibu, Nak ... ayo kita pulang."

Ia segera merapikan meja kerjanya, menyambar ponselnya dan segera bergegas keluar kantor. Sebelumnya tak lupa ia kunci terlebih dahulu. Sarah melihat jam tangannya, pukul 19.00 WIB, ia harus bergegas pulang ke rumah kecilnya.

---**---

Ketika malam semakin larut hujan lebat yang lebih menyerupai badai datang. Sarah merapatkan dirinya ke perapian dengan percikan api yang menjilat-jilat. Ia mengulurkan kedua tangannya ke arah api, berusaha menghangatkan tubuhnya yang kedinginan.

Suara guntur bersahutan, beberapa berhasil membuat Sarah terkejut pada awalnya. Dalam keheningan hujan, firasat buruk yang ia rasakan semakin menjadi-jadi. Sarah mengetuk-ngetukkan jarinya pada pegangan kursi, keningnya mengerut bersamaan alisnya yang bertautan.

Suara ketukan pintu terdengar, memecah keheningan yang terjadi karena hujan. Sarah melirik jam dinding yang tergantung tepat di hadapannya, tengah malam dengan cuaca seperti ini siapa gerangan yang bertamu ke rumahnya. Lamunan Sarah buyar ketika suara ketukan tersebut semakin kencang.

Sarah bangkit dari kursinya, tak lupa mengenakan baju hangatnya. Ia memutar kenop pintu dan mendapati sosok seorang wanita yang menyerupai dirinya, namun wanita ia terlihat begitu pucat, basah kuyup diguyur hujan, dan putus asa.

"Ya Tuhan Lily!" Sarah terkejut bukan main, ia segera meraih tangan saudarinya dan membimbingnya masuk ke dalam rumah. "Apa yang kau lakukan disini? Apakah Merlin tahu? Kau tentu sadar tindakanmu ini sangat beresiko!" Walaupun Sarah menggerutu tapi ia tetap mengelap Lily yang basah kuyup dengan telaten. Lily yang masih membisu membuat Sarah semakin khawatir.

Hening.

"Jika aku tinggal di sana jauh lebih beresiko ..." ucapan Lily lebih terdengar seperti sebuah bisikan.

Sarah berhenti. "Apa?"

Lily mendongakkan kepala, matanya yang sendu menatap mata Sarah, walaupun gadis itu bersedih tapi sinar-sinar keteguhan masih terlihat jelas. "Merlin telah tiada, aku sedang mengandung."

Sarah tampaknya sangat terkejut hingga tak bereaksi sedikitpun, Lily tahu sederet pertanyaan telah terbentuk dalam benak saudarinya oleh karena itu ia kembali menjelaskan.

"Sarah, kali ini percayalah padaku, William mencintaimu, sungguh. Semenjak kau meninggalkannya dia tak menatapku seperti yang kau jelaskan dulu. Malah setiap ia bertemu denganku ia selalu mencari tahu mengenai dirimu. Bukan Lily Azalea, tapi Sarah Azalea yang dicari oleh William Frederick Laniana."

Sarah merosot dari tempatnya berpijak, ia menatap Lily dengan tatapan penuh tanda tanya besar.

"Benarkah ...?" tanya Sarah tidak percaya.

Lily mengangguk.

Sarah kembali terfokus pada dirinya. Ekspresi awalnya bingung, kemudian ia tersenyum kecil, beberapa saat setelahnya senyumnya menghilang digantikan rasa cemas. Sekarang ia juga terlihat pucat.

"Jangan katakan padaku kematian Merlin berhubungan dengan William."

Lily terdiam sesaat, "Kuharap bukan."

Sarah terkesiap, ia otomatis menutupi mulut dengan kedua tangannya. "Itu pasti dia, yang kukhawatirkan terjadi."

"Tapi kau mencintainya Rah."

"Tetap saja ...." Sarah menatap perutnya yang sedikit membuncit. "Oh tidak, William tidak boleh menemukanku."

Lily mengelus perutnya, "Begitu juga denganku. Ia tidak akan membiarkan anak Merlin lahir dan menghalangi jalannya. Oleh karena itulah aku kemari."

Sarah bangkit dari kursinya. Ia terlihat sedikit gemetaran. "Kita harus menemukan cara agar William tidak menemukanku ataupun dirimu, dan juga cara bagaimana jika anak kita lahir nantinya ia tidak akan diketahui."

"Anak-anak kita adalah Laniana, bola mata dengan warna ungu adalah warisan untuk keturunan Laniana yang lahir, itu hal mutlak Sarah. Ketika mereka lahir mereka akan memilikinya dan berlaku untuk selamanya."

"Tapi warna mata mereka bisa berganti kan?" tanya Sarah.

Sarah menunduk. "Ya. Tapi apa gunanya hal itu? Walaupun mereka bisa mengendalikan warna mata yang tampil hal itu tidak menjamin keselamatan mereka. Bagaimana jika mereka bertemu Laniana yang lain? Kita tidak mungkin secara terang-terangan memperingatkan anak-anak kita untuk menjauhi keluarga itu, bagaimana jika karena hal itu mereka bertanya-tanya dan kita tidak mempunyai jawabannya? Bagaimana jika karena itu mereka dalam bahaya besar? Atau karena suatu hal seorang Laniana mengetahuinya dan kemudian memberitahu William?" Lily menatap Sarah dengan tatapan putus asa, "Hal itu terlalu beresiko Rah."

Sarah terdiam, air mukanya terlihat datar. Lily tidak bisa menebak apa yang saudarinya pikirkan, namun setelahnya ia bisa. Ketika mata Sarah menyala dengan cara yang tidak asing lagi bagi Lily. Persis ketika saat-saat di mana gadis itu merencanakan hal gila ketika mereka masih remaja.

"Tentu kita bisa Ly," gumamnya lebih terhadap diri sendiri, ia membalas tatapan Lily dengan berbinar-binar, "Kita bisa, ada satu cara."

"Apa?"

Sarah tersenyum berseri-seri, ia mengambil beberapa langkah. "Ayo ikut denganku."

"Aku tidak mengerti."

Sarah menarik tangan Lily hingga ia bangkit dari kursinya. "Ayo, kutunjukkan caranya."

Lily memiringkan kepalanya, seraya tak mengerti dengan ucapan Sarah. Namun ia mengikuti langkah Sarah dengan patuh, melewati lorong-lorong rumah saudarinya.

Ia tiba di sebuah ruang bawah tanah.

"Jadi?" tanya Lily memastikan.

Sarah kembali tersenyum, ia membuka pintu besi yang menjaga dengan kokoh ruangan tersebut. Begitu ruangan itu terbuka Lily terpesona dibuatnya.

Sebuah ruangan yang menyerupai laboratorium kecil. Ruangan itu tak kalah canggih dengan laboratorium yang Lily lihat di televisi maupun aslinya.

"Kita akan menggunakan ilmu pengetahuan untuk menyabotase warisan Laniana," jawab Sarah.

---**---

To be Continued

Vote dan komennya ditunggu ya xD

Continue Reading

You'll Also Like

16.1K 757 12
πŸ”žPERHATIAN 21++ Cerita Dewasa Mohon Bijak dalam membaca. Anak-anak diharapkan skipp aja... πŸ₯€πŸ₯€πŸ₯€ Wanita Cantik dengan nama Anna. Sifat Arogan, pen...
646K 53.6K 27
WARNING BXB !!! Jeno dipaksa di jodohkan oleh Jaemin, yang pada kenyataannya Jeno sama sekali tak menyukai Jaemin πŸ“Œ#3-NOMIN (07-01-22) πŸ“Œ#2-YUWIN(0...
788 59 28
πŸ”žπŸ”ž "Akankah kau lari lagi Nona? sampai berapa lama lagi aku harus mengejarmu? Tolong kembalilah" Jimin menatap wajah tertunduk itu dengan mata yang...
181K 4.2K 12
[#1 in FanFiction 10/07/2014] Menikah dengan dosen muda yang tak lain adalah saudara laki-laki dari sang sahabat membuat gadis itu mengembangkan se...