Kumpulan Cerpen Cinta Remaja

By BeImoet

19.8K 71 4

Cerita-cerita ini di tulis berdasarkan pengalaman pribadi penulis, teman penulis dan orang-orang di sekelilin... More

Yang Tak Termaafkan
Di Antara yang Tersayang
SELALU INGIN DI MENGERTI
PERJANJIAN KONYOL
MY CUTE TEACHER
Sandal Tanda Sayang?
TERIMA KASIH CINTA
Tiadakah Kesempatan Kedua?
100% SANDIWARA #1
TEMAN TERISTIMEWA #1

TERPATRI GAYA JUTEKMU

457 5 0
By BeImoet

Setelah cukup lama hatiku membeku karena kisah masa lalu yang memilukan, iya, bisa dikatakan cukup memilukan karena aku sudah berusaha sekuat tenaga mempertahankan cintaku untuknya, walau akhirnya aku harus merelakannya bahagia bersama pilihannya. Rasanya sudah capai kalau aku harus merasakan sakit hati lagi. Aku pun memutuskan untuk menutup pintu hatiku agar tak ada lagi perih yang kurasa. Namun....

"Fir, sudah kenal sama siswa baru? Tinggal kamu aja lho yang belum kenal." tanya Via, salah satu teman sekolahku. Dengan spontan aku mengulurkan tangan dan memperkenalkan diri pada anak baru itu... "Fira."

"Rizal." Ucap sang anak baru dengan seriusnya.

"Aku aja belum kenalan kok Fir." Ucap Via.

"Busyet... tahu gitu aku gak usah buru-buru kenalan." Batinku.

Kita semua sudah berkumpul di kantin sesaat setelah bel istirahat berbunyi. Satu per satu teman-temanku tanya ini itu kepada Rizal, kecuali aku tentunya. Apalagi setelah aku tahu dia kelahiran bulan Mei. Rasanya gejolak darahku langsung memuncak. Ya alasannya, aku trauma dekat dengan orang yang lahir pada bulan Mei. Karena mereka keras kepala dan gengsinya gedhe. Ada salah satu dari mereka yang berzodiak Taurus itulah yang telah membuatku sakit hati.

Anehnya, aku selalu merasa gelisah dan badanku dingin tiap pagi mau berangkat sekolah. Gak tahu kenapa tiap kali aku lihat Rizal rasa benci di hatiku mendadak menggeliat padahal dia tidak salah apa-apa.... Hanya dua hal yang aku tahu bahwa Rizal itu orang yang jaimnya selangit dan keras kepala. Gimana gak jaim? Orang pas kita berpapasan aku udah lihatin dia dan memamerkan senyumku eh malah dia mengalihkan pandangan, Siapa yang gak sebel coba?

Suatu hari di kelas, teman-teman membuat aku tidak bisa berkutik, apalagi untuk berfikir jernih saja tidak bisa.

"Zal, biasanya anak baru yang pindah sekolah di sini itu dapatnya pacar juga orang sini lho. Seperti aku, Kurnia, Mario," jelas Rifky panjang lebar.

"Nah, di sini yang masih jomblo ya cuma dia itu." Tambahnya lagi, sambil menunjukku.

Teman-temanku yang lain juga malah ngasih bumbu segala.

"Udah Zal, sama dia aja...." Ucap Kurnia terkekeh.

"Terima nasib Zal...." Tambah Mario, tersenyum sambil mengangkat alisnya.

"Lagian, Fira cantik & jago nyanyi lho Zal." Rifa promosiin aku. Idih... emang aku apaan dipromosiin segala?

Sesaat seluruh tubuhku terasa panas, seperti mau terbakar. Pingin rasanya aku berlari dan nongkrong dalam lemari es.

Suasana seperti itu berlangsung beberapa lama, bahkan aku pun mengambil sikap untuk tidak terlibat pembicaraan berdua dengan Rizal. Aku berusaha menghindar dengan berbagai cara, tetapi ada waktu dua jam yang harus aku lalui bersama Rizal. Satu ruang lagi. Bagaimana tidak? Aku dipasangkan dengan dia untuk mengerjakan tugas kelompok.

Haduh, dua jam yang terasa seperti dua tahun. Sikap kami yang saling diam, belum lagi si April yang di meja sebelah tiap lima menit sekali mengintip sambil senyum-senyum melihatku. Eh, ditambah lagi anak-anak yang lain berdehem-dehem dan senyum-senyum tiap kulihat mereka. Cuma satu pertanyaan yang memenuhi otakku saat itu. "Apa ada yang salah dengan penampilanku?" kurasa tidak, aku seperti biasa tampil imoet dan ceria. Ulah mereka benar-benar bikin aku salting.

Kejadian itu pun tidak merubah sikapku yang tetap berusaha tidak terlibat pembicaraan dengan Rizal. Namun, nasihat dari seseoranglah yang melunturkan sikap yang aku pertahankan selama ini. "Jangan bersikap seperti itulah. Kasihan dia." Itulah kalimat yang aku ingat sebelum orang itu tertidur di sofa ruang tamunya, saat aku main ke rumahnya. Iya, Kurnia adalah orang yang menasihati aku. Walhasil, keesokan harinya aku mulai memberanikan diri menyapa Rizal duluan. Maaf, Rizal aku hanya tidak ingin ada salah paham di antara kita karena aku merasa hubungan kita jadi canggung setelah mereka mengolok-olok kita.

Hingga suatu hari, salah satu temanku, Erika sakit. Aku mengajak teman-teman untuk menjenguknya sepulang sekolah.

"Kita 'kan ber-tujuh nih... pas ya boncengannya." Ujar Rifky.

"Kok bisa pas?" tanyaku. 'Aneh, tujuh itu 'kan ganjil kok Rifky bisa bilang pas sih.' Pikirku.

"Kurnia sama Rifa, Mario sama April, Via sama Kemal, dan kamu tentunya sama Rizal." Jawbnya.

"Terus kamu?" tanyaku.

"Aku? Ya sendirilah." Jawabnya meyakinkan.

"Udahlah Fir, ayo ah buruan. Tinggal naik aja." Ucap Via ga sabaran.

"Aku bonceng kamu aja deh ya Rif?" Pintaku.

"Eit... NO! bisa-bisa ntar aku dipecat lagi sama camer kalo aku boncengin cewek lain." Jawab Rifky.

"Yaelah Fir, ayolah. Gak usah kelamaan mikir. Atau kita tinggal nih?" Ucap Rifa.

"Kamu harus pengertian dong Fir, gimana nanti Erika kalau lihat kamu boncengan sama Rifky?" Tambah April.

Aku menepuk jidat. Oh My God! Aku lupa. Lalu aku pun tersenyum ke arah mereka.

"Udah buruan! Kalo gak aku tinggal." Ucap Rizal dingin.

Aku pun langsung naik ke sepeda motor Rizal. Setelah sepuluh menit, kami sampai di rumah Erika. Orang tuanya menyambut kami dengan ramah.

"Kamu sakit apa sih Er? Kok sudah dua hari ini gak masuk?" Tanya Rifa.

"Gak tahu nih, kayaknya ada masalah dengan lambungku." Jawab Erika yang masih terlihat pucat dan badannya lemas.

"Makanya kamu jangan capai-capai lah. Emang kamu habis ngapain sih?" Tanya Rifky khawatir.

"Ya, biasalah cuma ngerjain PR. Abis itu nonton TV bentar." Jawabnya.

"Trus sebelum itu kamu habis makan apa?" Tanya Via.

"Sorenya sih aku beli mie ayam." Jawabnya.

"Ah, aku tahu pasti kamu sakit gara-gara mie ayam. Kamu habisin sendiri. Gak ngajak aku pula." Goda Rifky, membuat Erika pun tersenyum.

"Ehem...." Aku dan Rizal berdehem bareng. Aduh gak sengaja bareng kok.

"Cieeee... kompak." Ledek Kurnia. Yang lain pun tertawa.

Aku pura-pura tak mendengar, kurasa Rizal pun begitu. Hingga Rizal mengalihkan pembicaraan tentang tugas-tugas yang sudah menanti.

Sejak itu, aku dan Rizal pun mulai dekat. Walaupun Rizal masih tetap saja cuek dan dingin terhadapku. Beda dengan sikapnya pada yang lain. Dia bisa jail dan tertawa lepas dengan yang lain. Apalagi sama April. Kalau sudah bercanda, mereka lupa kalau ada aku di dekatnya. Hingga pada suatu hari...

"Eh, Zal, tolong dong anterin aku ambil buku. Bukuku ketinggalan nih." Pinta April.

"Emang Mario ke mana?" Tanya Rizal.

"Itu dia lagi dipanggil Pak Himam. Gak tahu deh." Jawabnya.

"Ya, udah ayo." Ajak Rizal.

Mereka pun langsung pergi. Aku hanya diam dan menunduk, pura-pura menyibukkan diri. Padahal itu hanya alibiku agar aku tak menangis. Sepertinya Rifa mengetahui perubahanku.

"Fir, kamu kenapa?" tanyanya.

"Gak apa-apa kok Fa. Ada PR yang belum aku kerjakan." Jawabku, sambil membuka-buka bukuku, sekenanya.

Jam pelajaran pun dimulai. Namun, aku tak bisa konsentrasi penuh. Entahlah. Hingga waktu istirahat pun tiba... aku segera berjalan ke kantin tanpa mengajak teman-teman. Memang aku sengaja menghindar.

"Fira, tunggu dong?" teriak Via, lalu mengejarku.

"Kamu kok ninggalin kita sih?" Tanya Erika saat sudah tiba di kantin.

Aku nyengir. "Maaf ya, aku sudah benar-benar kelaparan nih.." jawabku asal. Mau tak mau pun aku duduk bersama mereka. Mereka asyik bercerita, aku hanya jadi pendengar setia.

"Kamu kenapa sih Fir? Dari tadi pagi kok diam?" Tanya Rifa.

"Ah, nggak apa-apa kok. Aku hanya lapar, jadi menikmati makanannya. Lanjutkan saja ceritanya." Jawabku.

"Iya, kamu aneh deh Fir." Tambah Via.

Aku masih bersikeras menjawab bahwa aku tak apa-apa.

"Gak mungkin deh kalau gak kenapa-kenapa. Apa ada hubungannya dengan yang tadi pagi Fir?" Tanya Erika.

Aku hanya menggeleng dan berusaha tersenyum.

"Yang tadi pagi?" Tanya April, berfikir.

"Bentar-bentar... apa kamu cemburu Fir tadi aku minta Rizal mengantarku pulang?" tambahnya.

Aku hanya diam.

"Udahlah Fir jujur aja. Sama kita ini." Ucap Erika.

"Maaf ya teman-teman." Jawabku. Aku tak tahu harus bilang apa.

"Oh.... Jadi ini masalahnya? Aduh... maafin aku ya Fir. Kalau aku tahu kamu cemburu gitu tadi mending minta tolong sama Kurnia. Janji deh Fir, gak lagi kok." Ucap April sambil mengangkat kedua jarinya membentuk huruf V.

"Maaf ya Pril. Aku sudah berusaha untuk tidak cemburu sama kamu, tapi kayaknya gak bisa." Ucapku lirih, menahan air mata.

"Kalau gitu kita semua harus jaga jarak juga nih sama Rizal. Biar gak ada yang ngambek tiba-tiba." Ucap Erika. Yang lain hanya mengangguk pertanda setuju.

Pulang sekolah.

"Fir, tunggu." Rizal memanggilku.

"Kamu bawa motor gak?" tanyanya. Aku menggeleng.

"Yuk, aku antar." Dia menawariku untuk pulang bersama.

"Gak usahlah. Merepotkan." Tolakku.

"Udah ayo, ada yang mau aku bicarakan juga." Ucap Rizal.

Aku pun mengikutinya menuju tempat parkir.

"Kamu gak usah cemburu sama April dan yang lain ya. Aku janji deh akan jaga jarak sama mereka. Bahkan sama cewek mana pun." Ucapnya tiba-tiba, membuatku kaget dan bingung harus jawab apa. Masih tak percaya Rizal ngomong kaya begitu.

"Gak usah heran deh. Anak-anak sudah bilang tadi." Tambahnya.

Wajahku pun rasanya memanas.

"Mau sampai kapan bengong? Ayo naik." Ajaknya, menyadarkanku. Aku pun menurut.

"Ehem... cieee..." Sorak anak-anak keluar dari persembunyiannya, membuat Rizal mengurungkan niatnya melajukan sepeda motornya.

"Udah Fir, kamu gak usah cemburu-cemburu lagi ya. Jangan khawatir, Rizal gak akan berpaling kok." Ucap Kurnia.

"Masih gak percaya?" Tanya Rizal, melihatku. Aku hanya tersenyum, bingung.

"Ya, gimana dia bisa percaya Zal. Kamu 'kan gak pernah jailin dia, ngajak bercanda dia." Ucap Via. Aku hanya melotot pada Via. Via menutup mulutnya menyadari kalau dia keceplosan.

"Gimana mau jail ke Fira. Orang kalau ada di dekat Fira aja dia udah gerogi duluan." Lanjut Rifky.

Aku lihat Rizal hanya tersenyum dan menggaruk kepalanya, malu.

"Ya, udah yuk pulang." Ajak Erika.

"Zal, selamat ketemu camer ya...." Ucap Rifky sambil melambaikan tangan, mengantar Erika pulang. Yang lain pun tertawa dan pulang.

"Ya, udah sampai ketemu besok ya." Ucap Rizal, setelah aku turun dari motornya.

"Dan, maaf kalau aku gak bisa menuhin permintaanmu. Tapi akan kucoba memperlakukanmu seperti ke mereka." Lanjut Rizal, menatapku dan tersenyum manis.

Baru kali ini aku melihatnya tersenyum padaku. Biasanya cuek. Ngomong pun seperlunya.

"Udah ya, aku pulang dulu. Dan soal hubungan kita, kita jalani saja seperti air mengalir." Ucapnya lagi.

Aku hanya mengangguk, tak mampu berkata apa pun. Perlahan, aku berjalan ke halaman rumah.

"Eh iya," ucapnya menghentikan langkahku. Aku menoleh lalu dia bilang "Jangan lupa belajar." Aku hanya tersenyum dan menganggguk.

Namun, tak kupungkiri, sikap dan penjelasannya itu membuat perasaanku berbunga-bunga. Entahlah, apa ini pertanda kita jadian? Aku tak tahu. Yang jelas aku suka dengan gayanya yang cuek dan jutek itu namun dia pengertian.

Continue Reading

You'll Also Like

105K 15.4K 83
Short Story and Os book Cover credit: @sidnaaz_alaxy
133K 2.1K 28
˚₊‧꒰ა ☆ ໒꒱ ‧₊˚ in which lando norris falls for oscar piastri's sister. or an upcoming rookie joins mclaren and his sister causes a stir.
10.9K 216 3
اعاده تنزيل الروايه على شكل صور
28.1K 2.1K 29
« ហឹក អ្ហឹក ៗ ខ្ញុំមិនចង់បានបែបនិងទេ ខ្ញុំចង់ឲ្យប៉ាស្រឡាញ់ខ្ញុំក្នុងនាមស្នេហាមិនមែនរវាងប៉ាកូន » « រវាងយើងទៅមិនរួចទេជុងគុក ប៉ាមិនបានគិតលើឯងលើសពីចំណងប៉...