Pieces of Heart [COMPLETED]

By NinaMusIn

89.9K 2.2K 55

18+ WARNING BIJAKLAH DALAM MEMILIH BACAAN Buku kedua dari trilogi heart series Book I - Eye of Heart [COMPLE... More

Prolog
Part 1 : Pertemuan Masa Lalu (1)
Part 2 : Pertemuan Masa Lalu (2)
Part 3 : Lamaran Masa Lalu
Part 4 : Keraguan Masa Lalu
Part 5 : Kekesalan Masa Lalu
Part 6 : Pertaruhan Masa Lalu
Part 7 : Keputusan Masa Lalu
Part 8 : Kunjungan Masa Lalu
Part 9 : Masalah di Masa Lalu
Part 10 : Malam Pertama [WARNING!!! 18++]
Part 12 : Awal Malapetaka
Part 13 : Reunited
Part 14 : Penjelasan
Part 15 : Kabur
Part 16 : Lamaran (2)
Part 17 : Malam Pertama (2) [WARNING 18++]
Part 18 : Kebahagiaan dan Petaka yang Bersembunyi
Part 19 : Sweet Moment
Part 20 : Ancaman
Part 21 : Perangkap
Part 22 : Chaos, Catastrophe & Killer
Part 23 : Seharusnya Kupatahkan Kakimu
Part 24 : Kau Tidak Bisa Menipu Maut
Part 25 : Murka
Part 26 [END]
Epilog

Part 11 : Tidak Terduga

5K 84 3
By NinaMusIn

Sinar matahari merambat perlahan, menembus kaca jendela yang terpasang. Salah satu sinar jatuh tepat mengenai wajah Lily, memberikan implus yang membuat Lily terjaga.

Kelopak mata Lily yang tertutup perlahan bergerak-gerak. Gadis itu mengerjapkan mata beberapa kali sebelum sadar sepenuhnya. Ia menoleh ke samping dan mendapati Merlin yang tengah tertidur sambil memeluk dirinya.

Lily mencoba menyingkirkan tangan Merlin dari tubuhnya dengan hati-hati agar pria itu tidak terbangun. Lily tak ingin membangunkan Merlin yang sedang tidur pulas. Tapi tunggu, mengapa sulit sekali menyingkirkan tangan Merlin? Berat tangan pria itu seperti berton-ton. Sedikitpun tidak dapat digerakkan.

Pandangan mata mereka bertemu, kilatan jahil mata Merlin menjelaskan segalanya. Lily menggerutu dan menggumamkan kata-kata tidak jelas.

Suara tawa bahagia memenuhi kamar tersebut. Merlin menangkap pergelangan tangan Lily dan kembali memulai aktivitas menggairahkan yang sangat ia sukai.

Selama seminggu tak satupun dari mereka keluar kamar, pintu terbuka sesekali untuk mengambil makanan yang tersedia tepat waktu.

"Mmmmmm ... hentikan Merlin, aku harus memasak," keluh Lily, bibir Merlin menjelajahi lehernya tanpa malu.

Napas Merlin menggelitik. "Lanjutkan saja, abaikan aku."

"Kau tahu tidak bisa," rajuk Lily.

"Jika aku membiarkanmu membiarkanmu memasak, apa yang yang kau tawarkan sebagai kompensasinya?"

Lily berjinjit, kemudian membisikkan sesuatu ke telinga Merlin. Merlin tersenyum berseri-seri, ia melepaskan tangannya dari tubuh Lily dan duduk manis di kursi ruang makan. Menunggu dengan patuh hingga istrinya selesai memasak.

---**---

Sarah mengumpulkan segenap keberanian yang ia punya untuk menyelesaikan masalah yang ia buat. Ia tampak gelisah dan ketakutan tapi tekadnya yang sekeras baja menjaganya untuk tetap berdiri tegak.

Sarah telah menekan bel, bunyi bel yang berdering setiap detiknya seolah menjadi hitungan mundur menuju kematiannya. Pintu kokoh di hadapan Sarah terbuka, tampak sosok seorang pria dengan rambut pirang madu. Pria itu tampak berantakan, rambutnya mencuat dengan liar, lingkaran hitam terlihat jelas di kelopak bawah mata, dan cahaya tak mengisi bola mata berwarna batu gioknya.

"Kau ...." desisnya.

Sarah menelan ludah dengan susah payah, tekadnya yang sudah bulat tiba-tiba menciut. "Ada yang harus kubicarakan denganmu. Bisakah kita membicarakannya di dalam?"

William memutar bola matanya, hening sejenak. "Masuklah."

Sarah mengikuti langkah William, jantungnya berdetak dengan cepat. Telapak tangannya terasa membeku. Sesekali keringat dingin meluncur dari dahinya yang putih.

"Apa yang ingin kau bicarakan? Salam perpisahan sebelum pergi?" tanya William dengan nada mengejek yang tidak disembunyikan.

Sarah tahu William pasti sangat membencinya kini. Ia mengepalkan tangannya yang berada di atas pahanya. Mengangkat wajah dan menatap lurus ke arah William.

"Aku ... aku tahu aku telah membuat kesalahan besar. Menipumu yang telah banyak membantu kami, tapi percayalah aku tak pernah berniat mempermainkanmu."

William tertawa sumbang, bahunya yang lebar bergoyang-goyang. "Hah? Bisa kau ulangi?"

"Aku ...."

"Hentikan," potong William. William bangkit dari sofa, ia berjalan mendekati Sarah. Melihat William yang mendekat bak monster tanpa sadar Sarah memundurkan tubuhnya beberapa cm. "Gadis kecil, apa yang akan kau dapat dari pengampunanku?"

"Sebuah ketenangan sebelum aku pergi."

William menyeringai. "Ketenangan? Setelah kau membuatku hancur? Jangan bercanda." William mendorong tubuh Sarah hingga terbaring di sofa, ia mengunci pergelangan tangan Sarah.

"Lepaskan!" ronta Sarah.

William tidak bergeming sedikitpun, air mukanya datar.

"Kau tahu apa yang kau bisa lakukan untuk membuatku memaafkanmu?" William mendekatkan wajahnya ke arah kuping Sarah. Ia membisikkan sesuatu, "Jadilah pengganti Lily."

Detik berikutnya bibir William menyapu bibir Sarah dengan kasar, ia menghujani Sarah dengan kecupannya yang menuntut. Sebelah tangan William menyatukan kedua tangan Sarah dan menguncinya. Sebelahnya lagi menyusup ke balik kemeja yang gadis itu gunakan.

William mengelus perut Sarah yang rata, kemudian naik menuju payudara Sarah. Dengan lihai ia melepaskan kaitan bra Sarah kemudian memijat-mijatnya. Sarah mengerang, ia meronta-ronta dengan harapan dapat meloloskan diri. Namun sepertinya hal itu mustahil.

Emosi asing membanjiri Sarah, sekarang bahkan tubuhnya melengkung seperti busur. Bagian pangkal pahanya berdenyut-denyut. Mulut William turun menuju payudara Sarah dan mengecupnya, sesekali ia memberi gigitan-gigitan kecil yang selalu membuat Sarah tak bisa menahan desahannya.

Sarah terengah-engah, begitu pula William. Mata pria itu kini dipenuhi gairah yang berkobar-kobar. William kembali menyapukan bibirnya pada bibir Sarah dengan lapar, memaksa bibir Sarah membuka dan membalas ciumannya. Tahu-tahu Sarah sudah berada di sebuah ruangan yang ia yakin kamar William, aroma pria itu tercium dimana-mana. Sarah tidak tahu sejak kapan William membopongnya ke sini. William kembali menjelajahi tubuh Sarah tanpa melewatkan satu inci pun.

Sarah tak bisa berpikir dengan jernih, yang ia inginkan sekarang hanyalah William terus menyentuhnya. Kemudian ia merasa bebas, pakaian yang ia pakai telah terlepas entah kapan. Kini William tengah membuka pakaiannya sendiri dengan tidak sabar.

William merengkuh Sarah, bibirnya terus mencari-cari dengan lapar. Pahanya yang kokoh memaksa Sarah membuka kakinya kemudian ia mendorong tubuhnya.

Sarah menjerit, sesuatu miliknya telah robek. Air.mata menetes dari pelupuk matanya.

"Jangan menangis," bisik William. "Biarkan aku memuaskanmu."

William menepati kata-katanya, ia membawa Sarah ke puncak kenikmatan begitu pula dirinya.

---**---

Sarah menatap William yang terlihat sangat damai dalam tidurnya, air matanya turun rintik-rintik. Ia mengelus pipi William. Mata Sarah teralih pada jam yang sedang berdetak. Ia menghitung hari lamanya ia berada di sini.

Hampir sebulan Sarah berada di rumah William, membohongi dirinya sendiri bahwa yang dipikirkan William setiap menyentuhnya adalah dirinya dan bukan Lily. Sarah mengelus gundukan kecil di perutnya, tampaknya William tak menyadari perubahan tubuhnya ini, dan ia berdoa seterusnya demikian.

Sarah menangisi dirinya, ia sangat bodoh dan juga serakah. Terlena pada fantasi yang ia buat. Dan dengan arogannya menikmati perlakuan William yang begitu lembut padanya selama sebulan ini. Sadarlah! Yang dilihat William setiap menatapnya adalah Lily! Dia tidak lebih dari pengganti Lily!

Sarah terlambat menyadari bahwa sebenarnya ia mencintai William, selama ini ia berharap yang dilihat William adalah dirinya dan bukan Lily. Ia menikmati saat-saat mengantikan Lily bertemu William dan beralasan semua demi kecurigaannya. Sarah jijik menyadari betapa hina dan kotornya dia. Ia menyeka airmatanya dan bertekad melakukan apa yang seharusnya ia lakukan sejak lama.

"Selamat tinggal," ucap Sarah seraya mengecup ringan pipi William.

William bergerak-gerak gelisah, tangannya menyentuh kosong. Ia membuka mata dan mendapati Sarah tak ada di sampingnya. William bangkit dari ranjangnya, ia mengelilingi rumahnya yang besar dengan rinci namun tak kunjung menemukan sosok yang ia cari.

Jantungnya berdegup dengan cepat. Tidak mungkin Sarah meninggalkan dirinya, sialan. Mengapa dirinya terganggu dengan kepergian gadis itu? Bukankah gadis itu telah membayar kesalahannya? Bukankah seharusnya ia lega tidak perlu repot-repot memberikan apapun?

Kecuali tanpa sadar William telah memberikan sesuatu yang seharusnya tak pernah ia berikan. Hatinya.

William menggigit bibir bawahnya. Mengucapkan sumpah serapah sambil mengelilingi rumahnya dengan frustasi.

Sarah tidak bisa meninggalkan dirinya, tidak setelah ia membuat dirinya jatuh cinta. Walaupun enggan, William mengakui dirinya bahwa sekarang ia mencintai Sarah melebihi cintanya pada Lily dulu. Setiap ia menyentuh Sarah ia merasakan surga dunia, dan gadis itu tidak akan pergi darinya. Tidak lagi.

Tawa William pecah tiba-tiba, dan justru terdengar menakutkan.

"Aku akan menemukanmu, bagaimanapun caranya," ucap William dengan seringai lebar.

---**---

To be Continued

Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 52.6K 22
Keira Anastasia, gadis berumur 26 tahun yang di jodohkan oleh orang tuanya. Ia harus terseret dengan kegilaan suaminya Daniel kusuma wijaya yang meru...
19.5M 2.7M 74
Judul awal : Pak Dosen Pak Suami 🚫𝐊𝐀𝐋𝐀𝐔 𝐌𝐀𝐔 𝐇𝐄𝐁𝐀𝐓, 𝐉𝐀𝐍𝐆𝐀𝐍 𝐉𝐀𝐃𝐈 𝐏𝐋𝐀𝐆𝐈𝐀𝐓🚫 UNTUK 17 TAHUN KEATAS!! "Shella udah gedee Bu...
668K 22.8K 23
Sequel My Lovely Maid / COMPLETE Dimana tempat yang kau inginkan sebagai tempat honeymoonmu? Semua impianmu pasti akan terwujud jika suamimu adalah C...
Honeymoon By ima

Fanfiction

80.1K 2.5K 11
{Revisi} ................................................ Highest Rank: #1 in Flashback (06/08/2020) #1 in Sarada (26/02/2020) #1 in Bulan Madu (26/0...