Turn On

By TiaraWales

18.4M 797K 20.3K

Lebih banyak drama! Turn On Season 2 sekarang sudah tayang di Vidio. *** Andreas bersikap dingi... More

Turn On Season 2!
Watch Turn On - the brand new series coming to Vidio
Giveaway by Vidio
Announcement
Prolog
2. MARIA: Cursed
3. ANDREAS: Problem Maker
4. MARIA: Surrender
5. ANDREAS: Fierce Coldness
6. MARIA: Bloody Kiss
7. ANDREAS: Revealed
8. MARIA: Unpredictable
9. ANDREAS: Shock Therapy
10. MARIA: Suddenly
11. ANDREAS: (Not) A Royal Wedding
12. Roommate
13. Embrace
14. Jealous Erroneously
15. Friendzone
16. Confuse
17. Turn On
18. Wet
19. Love Fever
20. Desire
21. Honeymoon
22. Make Me Yours
23. The Clouds
24. Kissmark
25. An Old Friend (1)
26. An Old Friend (2)
27. Haunted
28. Manic Depression
29. Meet The Past
30. The Truth
31. Is It Too Late?
32. If You're Not The One
33. Sucks
34. Don't Push Me Away
35. If Tomorrow Never Comes
36. I Miss You More
37. You've Got A Way
38. My Everything
Epilog
Extrapart #1
Extrapart #2
Flora Sudah Hadir di Vidio!

1. ANDREAS: Shocked

754K 27K 744
By TiaraWales

Drrrrtttt drrrrrttt drrrrrrtttt ....

Sebuah getaran kuat di dada membuatku tersentak dari tidur.

Shit!

Tanganku sudah terangkat hendak melempar benda sialan itu. Walau sebenarnya salahku sendiri yang sembrono meletakkan smartphone di atas dada, setelah berjam-jam kugunakan melakukan video call bersama Ziezie. Ziezie adalah pacarku yang saat ini berkuliah di Sydney.

Jangan membayangkan kami melakukan yang aneh-aneh saat video call berlangsung. Aku masih menghormati Ziezie sebagai gadis baik-baik. Hal terjauh yang pernah kami lakukan hanya ciuman bibir beberapa kali. Rasanya sulit dilupakan. Itu adalah ciuman pertamaku. Dan aku berharap hanya melakukan hal itu bersama Ziezie, begitu juga sebaliknya.

Kuurungkan melempar smartphone itu, lampu indikator berwarna merah yang berkedip di atas layarnya menarik perhatianku. Ada sebuah e-mail yang masuk. Barangkali dari Ziezie, pemikiran itu membuatku tersenyum.

Kusentuh notifikasi di layar. Keningku berkerut saat melihat nama si pengirim. Arda Mikael.

Arda adalah sahabatku yang berkuliah di Canberra. Meski dia berada di kota berbeda dengan Ziezie, tetapi sesekali aku memintanya melihat pacarku itu. Jarak antara Sydney dan Canberra lebih kurang tiga setengah jam jika ditempuh dengan mobil.

Arda mengirimiku sebuah video. Hal yang hampir selalu dia lakukan. Video dokumentasi kegiatannya selama di Benua Kanguru yang terkadang juga bersama Ziezie.

Penasaran, kubuka file video-nya. Kerut di keningku semakin dalam.

Apa-apaan si kunyuk satu ini?

Arda mengirimiku sebuah video porno. Dengan adegan seorang laki-laki sedang menindih tubuh perempuan di atas tempat tidur besar, berlatar sebuah kamar yang terlihat seperti kamar hotel. Keduanya polos tanpa busana. Wajah keduanya tidak terlalu jelas karena mereka sedang asyik berciuman. Mereka terlihat seperti orang Asia.

Kantukku lenyap, digantikan rasa penasaran yang membuatku meneruskan tontonan 'wajib' kaum adam ini. Jujur saja aku pernah menonton film biru beberapa kali. Hanya karena penasaran, bukan sebagai kebutuhan.

Kulihat si laki-laki melepas ciumannya dan menatap sekilas ke arah kamera. Oh, my God. Itu Arda?

Aku menarik layar lebih dekat ke wajah. Dan aku yakin sedang melihat Arda dalam video itu. Dia menggerakkan tubuhnya di atas tubuh perempuan yang kelihatannya juga tidak asing di mataku.

Si perempuan menengadah dengan mata terpejam lalu mendesah, "Lebih kuat, Sayang ...."

Ada yang berdenging di telingaku saat mendengar suara itu, dan sebuah sentakan di perut membuatku menyadari sesuatu. Aku duduk tegak, dengan tangan bergetar dan mata nanar aku memperhatikan lebih seksama adegan dua manusia di layar. Keduanya sedang berpacu dengan gairah yang memuncak, jelas sekali mereka sangat menikmati dan tidak terlihat terpaksa satu sama lain.

Tiba-tiba mataku terasa panas dan mulai berair, mengaburkan sosok Arda dan Ziezie yang tersesat dalam gairah. Suara desahan mereka membuat telingaku sakit. Aku tidak tahan lagi. Kulempar benda sialan itu ke dinding kamar lalu hancur berkeping, seperti hatiku saat ini.

Tidak mungkin itu Ziezie ....

Ziezie-ku tidak mungkin seperti itu.

Ziezie-ku gadis polos dan manis.

Ziezie-ku tidak pernah membiarkanku melepas pakaiannya.

Ziezie-ku hanya membiarkanku menciumnya, tidak lebih.

Ziezie- ku tidak mungkin melakukan itu dengan Arda.

Arda sahabatku ....

***

Tiga tahun masih tidak cukup untukku melupakan semuanya. Namun, bukan berarti aku laki-laki cengeng yang menangisi mantan pacar yang selingkuh dengan mantan sahabatku itu.

Aku sudah memutuskan kontak dengan mereka dan menolak telepon dari Ziezie yang datang melalui perantara teman dan kakak perempuanku. Bahkan aku juga memutuskan kontak terhadap orang-orang yang berhubungan dengan mereka berdua.

Tidak ada seorang pun yang tahu apa yang membuatku begitu. Yang mereka tahu, aku sudah tidak lagi berpacaran dengan Ziezie. Aku sudah memutuskannya secara sepihak. Walaupun jika dikaji lagi, Ziezie-lah yang sebenarnya memutuskan diriku secara tidak langsung karena dia sudah berkhianat, dengan cara yang sangat menjijikkan.

Perlahan-lahan aku mulai mengubah diriku menjadi pribadi yang berbeda. Secara sadar aku bersikap dingin kepada semua perempuan di sekitarku. Andreas Calvin Malik yang ramah, baik, perhatian, dan mudah tersenyum sudah tak ada lagi. Aku yang dulu sudah mati. Pengkhianatan Ziezie membuatku muak pada sikap manis dan senyum memikat yang selalu ditunjukkan semua kaum hawa.

Mereka palsu. Mereka iblis berjubah malaikat. Mereka membuatku muak dan sakit hati.

Aku tahu tidak adil menyama-ratakan perempuan sama seperti Ziezie. Aku tahu tidak semua perempuan berkhianat pada pasangannya. Seperti almarhumah mamaku yang setia terhadap Papa sampai akhir hayatnya. Seperti Kak Tere, kakakku satu-satunya yang begitu mencintai Mas Gary suaminya.

Akan tetapi, perempuan lain yang berada di sekitarku seolah terlihat sama seperti Ziezie. Mereka mencoba menarik perhatianku dengan senyum malu-malu, suara halus, dan sikap anggun. Hanya mengingatkanku akan sosok Ziezie yang dulu membuatku jatuh hati.

Dan satu hal yang sangat berefek buruk bagiku sejak melihat video itu, aku impoten. Aku tidak lagi bisa terangsang saat melihat tubuh polos seorang perempuan.

Terakhir kali seorang perempuan kubiarkan melepas pakaiannya di depanku, aku berakhir muntah di kamar mandi. Junior-ku bahkan tidak memberi reaksi yang seharusnya. Bayangan tubuh polos Ziezie di bawah tubuh Arda selalu menghantui pikiranku.

Aku muak. Aku benci. Aku trauma.

Sebut aku banci. Terserah kalian mengataiku apa.

Bahkan gosip yang beredar mengatakan bahwa aku adalah seorang gay.

Aku tidak peduli. Aku membiarkan diriku melanjutkan hidup dalam bayang-bayang trauma menjijikkan. Dan anehnya, aku menikmati semua itu. Aku menikmati rasa sakit itu. Aku bahkan tidak berusaha menyembuhkan diriku. Karena aku tidak ingin sembuh.

***

"Andreas, Flora kirim salam buat lo."

Dicko, teman satu bimbingan dosen untuk tugas akhirku menarik kursi di samping kiri, kemudian dia duduk dengan santai.

"Flora siapa?" tanyaku cuek. Mataku masih menatap layar laptop yang sejak tadi menemaniku di kafetaria kampus.

"Anak tingkat tiga. Dia cantik banget."

"Ya udah, buat lo aja kalo lo suka," jawabku tak kalah santai.

Dicko melongo menatapku.

"Apa gue bilang, percuma lo ngenalin cewek ke dia," timpal Sandy, teman bimbinganku juga. Sandy sudah duduk di kursi samping kananku.

"Jadi lo beneran gay?" tanya Dicko penasaran.

Aku terkekeh. "Kalo iya kenapa? Takut gue apa-apain?" candaku lalu terbahak begitu melihat wajah Dicko yang memang cukup manis untuk ukuran laki-laki itu memucat.

"Dasar lo. Gue kira beneran," ujarnya lega.

"Gosip lo percaya," Aku terkekeh sambil geleng-geleng kepala.

"Habisnya lo juga sih, dingin banget sama cewek. Lo bayangin, cewek satu universitas patah hati gara-gara lo," timpal Sandy.

Aku terkekeh lagi lalu berkata, "Bukannya lo pada senang? Saingan lo berkurang satu, 'kan?"

"Iya juga sih," balas Dicko dan Sandy semringah.

Aku segera menghabiskan Cappuccino yang sudah tinggal separuh cangkir. "Gue cabut dulu, ya. Mau ke rumah sakit jagain bokap," pamitku. Papa sudah dua hari dirawat karena serangan jantung. Aku dan kakakku, Kak Tere, bergantian menjaganya.

"Eh, jadi gimana, nih? Salam balik, gak?" ujar Dicko menahanku.

"Bilang aja sama si Flora, gue udah punya pacar."

Aku tidak bermaksud mengatakan itu, tetapi aku benar-benar capek meladeni setiap salam yang dititipkan entah dari siapa. Hampir setiap hari.

"Siapa?" tanya Dicko dan Sandy bersamaan.

"Dasar kepo. Udah ah, gue cabut. Besok jangan lupa bimbingan sama Pak Gunawan jam satu siang."

Aku mengemas laptop dan charger ke dalam tas khusus lalu beranjak dari kursi. Akan tetapi, aku baru menyadari bahwa aku melupakan sesuatu.

Di mana ranselku?

***

Teledor adalah kata yang tepat untukku hari ini.

Bisa-bisanya aku melupakan ransel yang berisi buku dan sialnya juga dompetku di perpustakaan. Aku ingat sebelum ke kafetaria, aku sempat singgah ke perpustakaan untuk mencari literatur skripsiku.

Setelah meminjam uang Sandy untuk membayar makanan dan minumanku, aku segera berlari ke perpustakaan. Aku tidak peduli soal tas itu sebenarnya. Aku bisa membeli lagi yang seperti itu sebanyak yang kumau. Akan tetapi, dompetku terlalu berharga untuk kutinggal begitu saja.

Dompet itu adalah hadiah terakhir yang diberikan Mama sebelum meninggal. Dompet khusus yang Mama buat untukku. Meskipun berbagai macam dompet bermerek bisa kubeli dengan mudah, tetapi nilai dompet itu melebihi uang sebanyak apa pun.

Mama dulunya adalah desainer tas dan dompet ternama di negara ini. Jadi beliau selalu membuatkan sesuatu yang khusus untuk anak-anaknya kenakan, yang tidak ada duanya di mana pun.

Aku bergegas masuk ke perpustakaan yang sudah terlihat sepi. Kecemasan melandaku. Jangan sampai ranselku diambil orang. Terdengar terlalu paranoid, mengingat loker penitipan tas itu terkunci dan kuncinya ada padaku.

Loker penitipan tas ada di sebuah ruangan khusus. Aku meminta izin masuk ruang loker pada ibu petugas perpustakaan yang terlihat mengantuk.

Ruangan sudah agak gelap karena hari sudah hampir magrib. Aku berjalan ke bagian belakang ruangan dan seketika jantungku hampir copot. Seseorang berdiri di depan loker tasku, dan lokernya terbuka!

Shit!

"Hei! Ngapain kamu di situ!" seruku panik.

Orang itu membalikkan tubuhnya dan wajah pucat seorang gadis menatapku dengan wajah ngeri.

Continue Reading

You'll Also Like

93.3K 8.7K 11
[ book : 1 ] ini cerita tentang claudya. karena gengsi dengan rafa--sahabatnya, claudya mengaku kalau ia juga ditembak oleh cowok. dan cowok itu adal...
11.4M 353K 56
!CERITA PINDAH KE KUBACA! cari akunku di Aplikasi Kubaca @motzky [ CERITA SEBAGIAN SUDAH DI HAPUS ] Also Known As HEARTBEAT Menceritakan tentang seor...
115K 7.6K 34
Di mata kaum hawa, Nathan adalah sosok sempurna yang mampu membuat perempuan mana pun bertekuk lutut padanya. Di balik kesempurnaannya, Nathan merasa...
3.4M 451K 103
Bonnie diminta untuk menikahi Adisaloma Helemano Hiu karena uang perusahaan milik ayahnya dibawa kabur oleh seorang karyawan. Namun, jangankan member...