The White Lotus (Telah Diterb...

By cosmoscokelat

96.1K 2.2K 107

Cerita telah diterbitkan oleh AEPublishing. Bagi yang penasaran ceritanya silahkan beli yaaaa ^^ Berharap m... More

Kotak Kayu
Cahaya Itu...
Jatuh Cinta
Pilu di Negeri Tao
SPECIAL PART
Ekstra : PO Buku
Ekstra : Open PO ke 2

Dunia Asing

8.1K 401 24
By cosmoscokelat

Sesosok gadis terbaring di rerumputan nan hijau. Sebuah pohon besar berdaun merah kecoklatan menaungi semua tubuh gadis itu. Menghambat pancaran sinar matahari dan menyisakan sedikit kehangatan yang menembus daun itu. Semilir angin membelai wajah sang gadis yang masih menutup kedua kelopak matanya. Rambutnya yang berwarna merah muda terlalu kontras dengan segarnya rumput hijau.

Seorang laki – laki berpakaian sederhana berwarna biru muda berjalan mendekat. Ia memangku beberapa kayu kering yang akan digunakan untuk berjualan di pasar nanti. "Ah apa itu?" laki – laki itu berlari dan menghampiri sang gadis yang damai dalam tidurnya. "Ma... Manusia?" teriaknya setelah mendekat.

Laki – laki itu berjongkok dan mengguncang bahu sang gadis. "Hei, nona! Nona! Bangunlah! Kenapa anda disini?" panggil laki – laki itu.

Setelah beberapa guncangan, perlahan Ghita membuka mata. Matanya berkedip menahan cahaya terang yang masuk ke dalam matanya. Bayang laki – laki yang terus membangunkannya semakin jelas. Ia terkejut. Dan langsung mengubah posisinya. Duduk dan menatap laki – laki asing yang baru saja ia temui. "Kamu siapa?" Tanya Ghita bingung.

"Justru aku yang bertanya demikian nona. Kenapa nona tidur di sini? Dan lagi, nona dari mana? Melihat pakaian dan rambut nona, nona bukanlah orang klan Tao kan?" jabar laki – laki itu.

Ghita bingung. Laki – laki ini berbicara menggunakan bahasa asing dan anehnya ia mengerti itu. Bahkan ia sedang berbicara menggunakan bahasa asing itu. "Aku? Aku juga tidak tahu."

"Lalu mengapa nona bias berada di sini?" tanya laki – laki itu lanjut.

Ghita berpikir, mengingat kembali kepingan ingatannya sebelum membuka mata. Yang ia tahu, ia baru saja tidur di kamarnya. Ia melihat baju yang tengah ia gunakan. Masih sama dengan baju ketika ia tidur. Sebuah piyama putih dengan hiasan bunga kecil di seluruh bagiannya. Aku baru saja tertidur. Tapi mengapa aku bisa berada di sini? Di tempat asing ini? Kepalanya terasa pusing. Sulit untuk menganalisa apa yang sebenarnya terjadi.

"Nona?" panggil laki – laki itu lagi.

"Aku tidak tahu. Maaf!" balas Ghita tertunduk.

"Kalau begitu bagaimana kalau ikut bersama kami? Kebetulan kami hanya berdua. Aku dan ibuku. Dan panggil saja aku Zhao. Siapa namamu?" ucap laki – laki itu sambil mengulurkan tangan, membantu Ghita berdiri.

"Aku boleh ke tempat mu?" tanya Ghita sambil menyambut uluran tangan itu. Mungkin dia bukan orang jahat. Setidaknya aku tidak terlantar di negeri antah berantah ini. Ia menepuk pelan bajunya kemudian tersenyum. "Namaku Ghita, salam kenal Zhao!"

"Ghita? Nama yang unik. Kamu pasti bukan berasal dari sini. Oh ya, pakai ini. Tutupi rambutmu." Zhao melemparkan sebuah kain putih pada Ghita. Ia kembali memangku kayu bakar yang sempat diletakkannya di tanah ketika membangunkan Ghita.

"Mengapa aku harus memakainya?" tanya Ghita sambil menutupi rambutnya dengan kain itu sehingga hanya wajah putihnya yang terlihat.

"Kamu lihat rambutku? Semua orang disini berwarna seperti ini. Dan lihat rambutmu. Sangat berbeda dengan kami." jelas laki – laki itu.

Mereka menelusuri hutan menuju desa terdekat. Desa Da Li. Ghita terus mengikuti Zhao dari belakang. Sesekali ia tersandung karena tersangkut akar pohon yang mencuat ke permukaan tanah.

"Lalu, boleh aku bertanya kita ada dimana? Dan bisakah kamu memberikanku informasi umum tentang daerah ini?" tanya Ghita.

"Oke. Kita akan menuju desa Da Li. Wilayah ini adalah wilayah bangsa Tao. Tentu saja wilayah ini dipimpin oleh bangsawan klan Tao. Dan saat ini pemimpinnya adalah Lord Liu Fang. Dan seperti yang kamu lihat kami memiliki rambut berwarna biru." Zhao menjelaskan sambil terus melangkah menuju cahaya yang terlihat di ujung sana.

"Begitu." Ghita mengerti. Ia sekarang bukan berada di Indonesia. Melainkan berada di suatu tempat dan dimensi lain. Dan segala hal disini berbau dengan China. "Lalu, kenapa kamu begitu percaya padaku?" tanya Ghita lanjut.

"Karena matamu tak menampakkan sebuah kebohongan. Kamu begitu polos Ghita." Zhao memalingkan wajahnya ke belakang. Ia memberikan senyum tulus pada Ghita. "Ah lihat! Kita sudah sampai. Silahkan masuk!" Zhao membuka pintu dan mempersilahkan Ghita masuk.

Ghita terpana. Laki – laki ini begitu baik. Ia tak percaya. Seorang laki – laki yang asing mau menerimanya dan percaya padanya. Padahal ia pendatang baru. Bisa saja ia adalah mata – mata dari daerah lain. Ghita berusaha untuk tidak panic. Ia bukanlah gadis kecil yang akan menangis menghadapi peristiwa aneh bin ajaib. Umur delapan belas tahun harus mampu bersikap tenang dalam situasi apapun. Walaupun sebenarnya jauh di lubuk hatinya kecemasan tanpa akhir mengikatnya.

Seorang wanita paruh baya terkejut. Ia menatap Ghita dari atas sampai bawah. Dan matanya tak berhenti melihat warna rambut Ghita. Mungkinkah? "Anakku, siapa yang kamu bawa pulang?" tanya wanita itu lembut.

Ghita dipersilahkan duduk di salah satu kursi kayu yang sudah using. Keluarga yang didatangi Ghita bukan keluarga kaya. Namun hanya buruh dan petani biasa. Kasta terendah dalam negeri itu.

"Aku bertemu dengannya di tengah hutan." Zhao menjelaskan awal mula pertemuannya dengan Ghita. Untunglah ibu Zhao orang yang baik. Ia menawarkan Ghita untuk tinggal beberapa hari sebelum memutuskan akan pergi kemana.

Ghita senang bukan main. Sendirian di negeri asing bukanlah hal yang baik. Setidaknya ia menemukan keluarga yang akan membantunya menjalani kehidupan baru di negeri baru.

***

Ghita membukan jendela, menatap hamparan hutan tempatnya berpijak pertama kali. Hutan yang begitu sejuk dan damai. Matanya teralih menatap Zhao yang sibuk mengikat kayu bakar. Hari ini ia akan pergi pasar untuk menjual kayu bakar. Sedangkan ibu Zhao menyiram ladang kecil yang berada tak jauh dari jendela tempat berdiri Ghita.

Ghita setengah berlari keluar rumah. Ia ingin membantu Zhao berjualan di pasar. "Zhao, aku akan ikut denganmu ke pasar. Boleh?" tanyanya sambil membantu mengikat kayu bakar juga.

"Boleh, tapi kamu tak boleh membawa kayu – kayu ini." Balasnya sambil merebut kayu yang akan diangkat Ghita.

"Tapi... Baiklah!" ucap Ghita sambil menyerahkan kayu itu.

"Ghita, kamu harus pakai selendan ini. Sembunyikan rambutmu agar tak menarik perhatian!" teriak Ibu Zhao dari dalam rumah.

Ghita dan Zhao berjalan pelan menuju desa yang berjarak lima belas menit. Saat itu Ghita memakai baju Ibu Zhao dan selendang putih untuk menutupi warna rambutnya. Sepanjang perjalanan Zhao dan Ghita banyak berbincang – bincang. Ghita dengan antusias menanyakan semua yang ia ketahui tentang dunia aneh itu. Dan sesekali bertanya dengan pekerjaan orang yang ditemuinya sepanjang perjalanan.

Sesampainya di pasar, Ghita melihat hiruk pikuk. Pasar yang sangat ramai membuat suara gaduh di semua sisi. Ghita dan Zhao terus berjalan lurus menuju ujung pasar. Tempat mereka menjual kayu berada paling ujung pasar. Sepuluh meter dari sana, terdapat sebuah gerbang megah dengan dua penjaga yang masing – masing memegang pedang.

Setelah menyelesaikan transaksi, Zhao berniat membeli beberapa bahan makanan. Sebelum itu Ghita menarik lengan Zhao dan bertanya tentang gerbang megah yang baru saja ia lihat. "Zhao, itu gerbang apa?"

"Ohh itu. Itu gerbang menuju istana penguasa. Istana Lord Liu." Jelas Zhao.

"Begitu." Ghita mengangguk – angguk mendengar penjelasan Zhao. Ia memilih beberapa bahan makanan. Banyak bahan makanan yang tidak pernah dilihat Ghita. Ini menarik. Tiba – tiba saja ia menikmati hal baru yang ia temui. Namun pemikiran cepat menghilang ketika ia melihat seorang anak berpegangan tangan dengan ayahnya. Ayah. Aku rindu padamu.

"Kamu tidak apa – apa Ghita?" sapa Zhao.

"Tidak apa – apa."

Sebuah keributan muncul dari arah gerbang. Beberapa kuda dengan penunggang yang membawa senjata berjalan menuju pasar. Ghita terkejut bukan main. Karena di atas penunggang kuda terdapat burung bangau seukuran kuda terbang melayang dengan pengendaranya.

Ghita masih terpana melihat keajaiban itu. Namun bebrapa orang segera berlari dan bersujud menyambut rombongan itu. Zhao dengan tangkas menarik Ghita untuk ikut bersujud. Namun sayang, seseorang menarik selendang putih sehingga rambut merah mudah terekspos.

Salah seorang penunggang bangau terkejut melihat hal itu. Ia memerintahkan bangaunya terbang rendah. "Gadis itu! Tangkap gadis itu!" teriaknya pada prajurit penunggang kuda.

Mendengar hal itu, Zhao segera menarik Ghita untuk berlari menyelamatkan diri dari kejaran prajurit itu. Laki yang berteriak kembali memberi perintah. "Tangkap gadis bagaimanapun caranya!"

Hal itu membuat prajurit pengejar melayangkan tombak ke arah mereka. Tombak runcing itu melesat melukai lengan kiri Zhao. Luka yang cukup dalam. Namun Zhao tetap berlari membimbing Ghita keluar dari kejaran itu.

"Zhao. Tangan... mu!" teriak Ghita dengan napas terputus – putus.

"Tak apa. Yang penting kita harus cepat pergi dari sini." Zhao merasakan tubuhnya semakin lemah. Mungkin tombak yang melukainya adalah tombak beracun. Namun ia tetap mencoba bertahan. Setidaknya menyelematkan mereka dari kejaran Lord Liu. Akankah kita selamat dari kejaran tentara berkuda itu?



# Note

Jeng jeng jeng....

Bangau nya Lord Liu

Continue Reading

You'll Also Like

566K 33.4K 57
Selena Azaerin, walau dirinya bekerja sebagai agen intelijen negara, Selena tak pernah kehilangan sifat cerobohnya. Ketika gadis itu telah menyelesai...
402K 30K 16
menceritakan tentang seorang gadis yang bernama adena terpaksa yang bertransmigrasi dan menetap ke dalam sebuah novel yang berjudul My Lovely Sun. A...
5M 920K 50
was #1 in angst [part 22-end privated] ❝masih berpikir jaemin vakum karena cedera? you are totally wrong.❞▫not an au Started on August 19th 2017 #4 1...
9.8M 1.2M 60
"Sumpah?! Demi apa?! Gue transmigrasi cuma gara-gara jatuh dari pohon mangga?!" Araya Chalista harus mengalami kejadian yang menurutnya tidak masuk a...