Beautiful in Its Time (COMPLE...

By venacornelya

43.4K 2.3K 36

Jehna seorang cewek gemuk yang sangat anti dengan cowok yang lebih muda darinya, menurutnya cowok yang lebih... More

-
Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 16
Bab 17
Bab 18
Bab 19
Bab 20
BEAUTIFUL IN ITS TIME#2
SHOULD I MAKE A NEW STORY?

Bab 6

1.8K 114 0
By venacornelya

sorry ya, uda berbulan-bulan gak ngepost. habisnya gak ada waktu. sibuk x.x

jangan lupa vote dan comment nya ya! thank you!

xoxo

***

"Jehna!!!" Teriak mama dari bawah sana. Jehna berlari di kamarnya dengan gelisah.

"haduh, gimana nih, aku gak mau pergi ke pesta! Ribet nih! Aku harus pakai gaun lah, make-up lah, gak banget tau..." Gerutu Jehna dengan bete.

Tiba-tiba Jehna mendengar pintu kamarnya digedor-gedor dengan kuat. Jantung Jehna berpacu dengan kuat.

"Jehna!! Buka pintunya dong! Nih mama udah bawain kamu gaun!!" Teriak mama Jehna dengan kuat.

"Duh, ma! Jehna gak mau ikut! Jehna gak suka pakai gaun, make-up gitu..." Balas Jehna tak kalah kuat.

"Kamu kok gitu sih Na? Ini kan acara besar papamu, masa demi papamu kamu gak mau? Kasian loh papamu..." Ujar mama yang membuat Jehna berpikir ulang untuk keseribu kalinya.

"Apa sih? Bising banget." Ujar John dengan kesal, "kenapa sih ma?"

"Ituloh, Jehna, gak mau pergi ke acaranya papa." Jawab mama.

"Woi Jehna! Buka pintunya kalau gak mau gue dobrak!!" Teriak John sambil memutar kenop pintu kamar Jehna dengan kasar. "Gue hitung sampai 3 ya! SATU......" duh gimana nih... buka gak ya??

"DUA........." buka...nggakk...buka...nggak...

"TI...." John tersenyum sinis saat Jehna membuka pintunya dengan panik.

"Apaan sih lo?! Kalau lo sempet ngedobrak pintu gue, gue sumpahin lo jadi ayam penyet!!!" Ujar Jehna dengan kesal.

"Wah!! Gue takut!! Ntar kalo gue jadi ayam penyet pasti lo yang makan gue habis!!!" Ujar John dengan nada meledek.

"Mama heran deh sama kalian berdua, kerjanya berantem terus." Ujar mama sambil menggelengkan kepala.

Mama menatap Jehna sebentar kemudian memberikan gaun kepada Jehna. Jehna mengambilnya dengan malas. Dan kemudian menutup pintu kamarnya dengan kasar.

Sambil memeluk gaun tadi, Jehna menghempaskan tubuhnya ke atas kasur. Baru saja baring sebentar, pintu kamar terbuka dengan tiba-tiba.

"Aduh Jehna!!! Kok masih belum pakai gaunnya sih?" Tanya mama kesal. "Cepetan pakai gaunnya, habis itu mama dandan-in kamu."

Jehna mendengus kesal sambil berjalan menuju kamar mandi dan mengenakan gaunnya dengan asal-asalan. setelah itu, Jehna pun keluar tanpa mempunyai niat untuk melihat refleksi dirinya dari cermin.

Mama menatap Jehna sambil berdecak kagum, "tuhkan, kamu cocok pakai gaun itu. Cantik! Mama gak sabar lihat kamu kurusan deh." Ujar mama lembut sambil menggiring Jehna ke depan cermin. "Duduk di sini." Tanpa basa-basi Jehna langsung duduk. "Tutup matamu." Jehna mengikuti kata-kata mamanya.

Bete banget deh, masa harus didandan segala sih? Kesel kesel kesel!!!! Duh gak enak banget sih pakai lipstick segala. Jadi ada yang mengganjal di bibir gitu. Gaunnya juga, gak enak banget dipakai. Meskipun pas ye. Tapi tetep aja gak suka. Gaun hitam polos yang berlengan pendek dan panjang gaunnya pas di lututku. Aku pasti jelek banget. Siap-siap aja buat diledekin di acaranya papa.

"Kamu sudah boleh buka matamu Jehna." Ujar mama pelan. Jehna membuka matanya perlahan. Dia menatap cermin dengan takjub. Ternyata dirinya bisa menjadi cantik juga.

"Terima kasih ma." Ujar Jehna sambil tersenyum kecil. Mama mengangguk.

"Siap-siap, lima menit lagi uda mau berangkat." Ujar mama seraya berjalan keluar dari kamar Jehna.

Jehna berdiri dan mengambil handphone miliknya. Dia menutup pintu kamarnya dan berjalan menuruni tangga. Baru saja menuruni 3 anak tangga, John muncul dengan tuksedo yang membaluti tubuhnya dengan sempurna.

"Gue tau gue keren, lo gak usah sampai ngiler gitu juga kali." Ujar John. John menatap kakaknya dari atas sampai bawah. Kemudian mengangkat kedua alisnya. No comment.

"Keren dari mananya coba? Ngiler ngiler, sembarangan ngomong aja lo." Balas Jehna tak acuh. Jehna kembali menuruni anak tangga yang kemudian disusul oleh John.

"Kira-kira ada cewek seksi gak ya di sana?" Tanya John. Jehna menatapnya bingung. Nih anak ngomong sama siapa coba?

John menatap Jehna tak senang, "jawab kek!"

Jehna menatap John dengan bingung, "lo nanya siapa sih?"

"Lo lah. Ternyata lo gak hanya jelek ya, tapi juga budek!" Sindir John. Tapi tak mempan untuk Jehna.

"Makanya jadi orang jelas dikit! Ganteng-ganteng tapi hobi ngomong sendiri. Hiiyy, kasian banget yang jadi pacar lo nanti." Balas Jehna. John menggeram dalam hati. Jehna tersenyum setan saat tau John tidak bisa membalas sindirannya.

Papa dan Mama sudah menunggu John dan Jehna di bawah. Mereka berdua tersenyum lembut kepada kedua anaknya. John dan Jehna membalas senyuman mereka. Mereka berjalan keluar rumah dan masuk ke dalam mobil.

Dalam perjalanan, Jehna hanya menatap keluar jendela mobil. Pikirannya kosong. Suasana hatinya juga kosong. Seperti sekarang ini, dia hanya merasakan kekosongan. Aku bernafas, tapi tidak hidup.

"Woi!! Bengong aja!" Omel John sambil menepuk pundak Jehna. "Uda sampai nih!"

Jehna keluar dari mobil sambil menggenggam handphone-nya. Dia berjalan mengekori keluarganya. Mereka memasuki gedung mewah yang baru buka itu. Dan kemudian papa dan mama mereka disambut hangat oleh semua orang di dalam sana.

"Selamat ya." Ujar papa ke seorang laki-laki yang usianya mungkin 40-an.

Laki-laki itu tersenyum, "terima kasih, Alex. Tanpa bantuanmu, aku mungkin tidak bisa membuka perusahaan ini."

"Ah, jangan begitu Rold, aku kan temanmu, aku siap membantumu jika kamu sedang kesusahan." Mereka berdua pun tertawa.

"Oh, ya. Kenalkan, ini istriku, Leeyana. Anak pertamaku, Jehna dan anak keduaku John." Kami pun melaksanakan ritual jabat-jabat tangan. Saat oom Rold menjabat tangan Jehna, dia menatap Jehna lama dan tersenyum menenangkan.

"Kamu cantik ya, sama seperti mamamu. Body kamu juga gak gemuk-gemuk amat. Tapi alangkah baiknya kalau dikurusin sedikit." Kata oom Rold sambil menepuk punggung tangan Jehna. "Oom pergi dulu ya, masih banyak tamu. Oh iya, terima kasih ya sudah datang." Katanya sambil berbalik pergi bertemu dengan tamu yang lain. Jehna hanya terbengong.

Baru ketemu saja, uda ada yang bilang Jehna cantik, body-nya yang gak gemuk-gemuk amat tapi bagusnya dikurusin. Jehna tersenyum kecil mengetahui bahwa ada yang begitu perhatian kepadanya. Tapi senyuman Jehna hilang saat menoleh ke arah John yang tengah memegangi perutnya dengan bahu bergetar.

Sialan! Dia menertawaiku! Jehna mencubit lengan John dengan kesal.

"Aw!" Umpat John. "Apa sih?!"

"Lo! Napa ketawain gue hah?!"

"Ya lucu aja! Masa ada yang bilang lo cantik!" Ujar John kembali menertawakan Jehna.

"Huh." Jehna mendengus kesal. Dia berjalan menuju tempat duduk yang disediakan. Dia memilih tempat duduk yang paling pojok.

Masih dengan perasaan kesal, dia duduk di atas sofa empuk itu. Tiba-tiba datang seorang pelayan, dia menawarkan jus jeruk ke Jehna. Jehna tersenyum dan mengambil segelas jus jeruk itu dan meletakkannya di meja depannya.

"Terima kasih." Ujar Jehna sopan.

Pelayan itu tersenyum, "sama-sama, jika ada yang ingin anda butuhkan, panggil saya saja." Ujarnya kemudian berjalan pergi.

Jehna menghela napas dengan berat. Dia benci tempat keramaian seperti ini. Matanya menelusuri setiap sudut dari tempat ini.

DEG!

Shit! Ngapain dia ada di sini?!!! Dengan cekatan Jehna menutup wajahnya dengan tangannya. Tadi Jehna melihat Luvin dan Jack ada di sini.

"Kami numpang duduk di sini boleh?" Tanya seorang laki-laki, suara familiar. Jehna mengenalinya, itu Jack.

Jehna menggeleng tapi tetap menutupi wajahnya. "Urm, pergi! G-gue lagi kena... cacar air. Yeah, gue kena cacar air!!" Ujar Jehna setengah histeris.

"Gapapa kok, gue sama kakak gue juga uda kena." Ujar Jack santai, kemudian duduk di samping Jehna. Jehna diapit oleh kedua kakak beradik sialan itu.

Tempat duduk gini banyak, tapi duduk dekat aku. Dah aku nya diapit lagi. Sial!

"Loh, kok lo tutup muka lo sih? Buka dong, santai aja kali." Ujar seseorang di samping kanan nya, Luvin.

"Iya, santai aja." Sambung Jack.

"Muka gue jerawatan, ada bisulnya lagi." Jawab Jehna sembarangan.

"Normal kok itu." Ujar Luvin,lagi.

"Erm,.. gue pergi dulu deh." Ujar Jehna bangkit dari tempat duduknya masih dengan kedua tangan menutupi wajahnya. Tapi tiba-tiba lengannya ditarik, otomatis kedua tangannya lepas dari wajahnya. Tubuhnya menabrak tubuh Luvin yang keras.

"Eh, sorry! Reflek." Ujar Luvin. Jehna menunduk, agar Luvin tidak bisa menatap wajahnya.

Jehna mengangguk. Baru saja ingin pergi, Luvin memegang dagu Jehna dan mengangkatnya. Matanya langsung bertemu dengan mata Luvin.

Awalnya Luvin terkejut, tapi kemudian dia tersenyum. Bukan senyuman tulus. Senyuman yang sangat mengerikan.

"Kita bertemu lagi, Jehna." Jehna membungkam. Tenggorokkannya serasa macet. "Makin cantik aja ya." Ujar Luvin mengelus pipi Jehna. Jehna membeku. Dia tidak bisa bergerak. Rasanya berat sekali untuk beranjak dari tempatnya.

"Bro, ngapain sih lo ganggu ce...." Jack mengangkat kedua alisnya matanya saat melihat Jehna. Apalagi dengan posisi Jehna sekarang ini. Luvin memegang dagunya, dan tangan satunya lagi sedang mengelus pipi Jehna.

Jehna menyingkirkan kedua tangan Luvin dengan canggung. Dia merapikan gaunnya padahal gaunnya sama sekali tidak berantakan. Dia hanya tidak ingin melihat Jack dan Luvin.

"Lo di sini ternyata." Ujar seseorang. Jehna mendongak. Thank God, It's John.

"John!" Jehna memeluk adiknya dengan kuat. John menatap Jehna dengan bingung. Tapi jujur, John merindukannya. Dia merindukan saat dia menjadi body guard-nya Jehna.

"Lo kesambet apa sih?" Tanya John bingung. Jehna tetap bergeming. John baru menyadari bahwa ada Jack dan Luvin di depannya. John mengangkat alis matanya.

"Kalian di sini noh." Ujar oom Rold, yang datang dengan istrinya.

"Kalian saling mengenal?" Tanya istrinya, tante Ashley.

"Ya.. begitulah." Ujar Luvin.

"Jehna, John, tumben kalian berpelukan?" tanya papa dengan air muka bahagia.

"wah..." Mama berdecak kagum. "Jarang-jarang loh pa, kita dapat pemandangan gini dari mereka berdua. Lagi kena angin apa nih? Kok bisa baikan gini?"

"Ini nih, Jehna yang aneh!" Ujar John. Tapi tidak melepaskan pelukan Jehna dari dirinya.

"Kebetulan kita berkumpul di sini, Alex, Leeyana, ini anak pertamaku Luvin dan yang kedua Jack." Ujar oom Rold. Mereka pun berjabat-jabat tangan.

"Karena kalian berempat uda saling kenal, gak usah kenalan lagi kan?" oom Rold tertawa.

"kapan-kapan kita bisa maka bersama-sama,mungkin?" tawar tante Ashley.

Jehna rasanya ingin menghilang dari bumi. Makan bersama-sama dengan mereka?!! Jangankan makan, telan ludah aja uda berat banget rasanya!

"boleh." Jawab papa dan mama.

"Udah malam, besok anak-anak sekolah. Pamit pulang dulu ya." Ujar mama. Dan mereka pun melakukan ritual perpisahan.

Thank God, it's over. Jehna menghembuskan nafas lega saat sudah berada di kamarnya. Hari yang sangat berat sekali. Semoga besok gak ada masalah lagi. Berjalan dengan lancar. Seperti biasa. Amin.

***

Continue Reading

You'll Also Like

1.2M 85.2K 43
• Obsession series • [ SELAMAT MEMBACA ] Romeo akan menghalalkan segala cara demi mendapati Evelyn, termasuk memanfaatkan kemiskinan dan keluguan gad...
3.5K 681 25
[complete] ••• gema tuh penasaran, kenapa echa selalu ngasih dia barang ber-sticky notes yang katanya sih, "titipan dari kelas sebelah." ❝echa, titip...
2.2M 240K 44
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
573 95 16
Tugas para penulis yang baik salah satunya adalah riset. Tujuannya untuk memperkaya apa yang akan disajikan pada para pembacanya. Jadi, saya mencoba...