What Can I Do For Someone?

Galing kay penuliskacangan

22.5K 1.7K 298

Shania & Boby [Jangan copy-paste story ini] Berfikir keras, dengan kereatifmu sendiri. Higit pa

Prolog
01 Pertemuan
02 Dia Shania Junianatha
03 Beautiful Night
04 Selalu Bersama
05 Satu Hari Bersama Boby!
06 Kebahagiaanku
07 Dia!
08 Apa Ini Jealous?
09 Rencana
10 Expression
11 Bad Feeling
12 Sadnees
14 Masa Kecil Shania
Believe
Believe (2)
Believe (3)
18 Try Again
19 Miss Shania
Miss Shania (2)
Cast
21. Rencana Awal
22 Kembali!
Just Info!

13 Sadness (2)

763 69 26
Galing kay penuliskacangan

Hallo... Pada kangen sama FF ini gak? hehe maaf Authornya baru nongol lagi setelah beberapa hari gak update dan baru sekarang update. Yaudah yang udah pada kangen monggo di baca. Warning Typo!

-

-

Author POV

"Om Devan! Tante Ve! Shania ada disini" Teriak Boby.

Devan yang mendengar teriakan Boby pun segera menghampiri keberadaan Boby yang ternyata di balik pohon besar. Boby sudah tidak peduli dengan tubuhnya, payung yang ada digenggamannya terlepas sudah, berjongkok tepat dihadapan Shania hingga Devan sudah berada di tempat Boby berada.

Devan mengambil alih Shania dari tangan Boby, ia berjongkok. "Dek!" Lirih Devan, yang tidak ada jawaban dari Shania.

Devan mencoba memegang tangan Shania. Terasa dingin? Ya itulah yang dirasakan Devan sampai akhirnya Devan mulai mengangkat kepala Shania agar menghadap ke Devan, terlihat raut wajah Devan sangat kaget.

"Astaga Shania! Shania pucat sekali, tubuhnya demam, ini karna dia terlalu lama dengan air hujan"

Sangat terlihat jelas wajah Shania pucat, Shania pingsan, sesekali Devan memegang kening Shania. Ve yang melihat putri kesayangannya pun turut resah dengan keadaan Shania, Boby justru merasa gagal untuk menjaga Shania.

"Shania pingsan Mi, mana mantel Shania" Pinta Devan.

Ve pun memberikan mantel Shania kepada Devan, Dengan cepat Devan menyelimuti tubuh Shania dengan mantel tersebut, di angkatlah tubuh jenjang milik Shania menuju mobil Devan di ikuti oleh Ve dan Boby.

Selama diperjalanan pulang Ve selalu memeluk tubuh putri kesayangannya yang semakin terasa dingin, saat ini Shania benar-benar membutuhkan kehangatan dari pelukan sang Maminya.

Boby juga berusaha memberi kehangatan untuk Shania, ia terus menggosok-gosokan kedua tangannya sesekali ditempelkan ke dua pipi Shania, bukan hanya itu saja Boby mencoba menggosok-gosokan kedua tangan Shania yang dingin dan sedikit kaku itu.

"Mi tolong telpon Andrew, suruh dia cepat pulang" Pinta Devan yang fokus dengan mengemudinya.

Tak butuh waktu lama Ve langsung menghubungi anak sulungnya untuk segera pulang ke rumah dan mengabarinya bahwa Shania sudah bersama Ve dan Devan.

Setelah beberapa menit pun mobil Devan sudah memasuki perkarangan rumahnya, dengan cepat Devan menggendong tubuh Shania membawanya masuk kedalam rumahnya, semua yang berada dirumah Devan pun terkejut melihat keadaan Shania, melihat wajah Shania yang pucat sekali.

"Bi Siapin air panas ya bawa ke kamarnya Shania" Pinta Ve kepada bi Iyem.

Baru saja Ve ingin mengikuti langkah Devan yang terburu-buru membawa Shania ke kamarnya, tapi langkahnya terhenti saat Om dari Shania menanyakan keadaan Shania.

"Apa yang terjadi sama Shania Ci?" Tanya Om Shania tersebut.

"Ceritanya nanti saja No" Ucap Ve yang lalu pergi meninggalkan ruang keluarga dan berjalan menuju kamar Shania.

Boby? Boby kini berada didalam kamar Shania membantu Devan, hingga kini sudah ada Ve di kamar Shania.

"Mi gimana air hangatnya sudah ada?" Tanya Devan.

"Udah Pi" Jawab Ve.

"Yaudah Papi ambil alat-alat medis papi dulu. Bob ayo keluar biar tante Ve menggantikan bajunya Shania dulu" Kata Devan, Boby pun menurut.

Setelah Boby dan Devan sudah berada di ruang keluarga, datanglah Andelo.

"Pi gimana sama Shania?" Raut wajah Andelo terlihat jelas sangat khawatir dengan keadaan sang adik.

"Andrew tolong kamu bantu Papi ambilikan alat-alat medis di ruang Papi" Pinta Devan.

"Sebenarnya apa yang terjadi sama Shania Pi?" Tanya Andelo yang masih kekeh berdiri dihadapan Papinya.

"Shania tidak kenapa-kenapa" Jawab Devan, dengan cepat Andelo berjalan menuju ruangan sang Papi.

Setelah beberapa menit Ve sudah keluar dari kamar Shania, dan memberitahu Devan ia telah selesai mengganti pakaian Shania dengan pakaian yang lebih hangat.

Devan, Ve, Boby dan juga Andelo pun bergegas menuju kamar Shania dengan dibantu bi Iyem yang membawa tabung dan selang oksigen sedangkan Andelo membawa alat-lat medis milik Devan. Sesampainya dikamar Shania, Devan dan Ve pun langsung memeriksa keadaan Shania.

Sebelum Devan memeriksa keadaan Shania, Ve terlebih dahulu memeriksa tekanan darah Shania menggunakan Sphygmomanometer, Terlihat jelas tekanan darah Shania sangat rendah.

Devan segera memeriksa denyut jantung dan paru-paru Shania menggunakan stethoscope, lalu Devan menyuntikan cairan sesuatu ke tubuh Shania, dengan cepat juga dibantu Ve yang memasangkan infusion set di aliran nadi tepat dibawah lengan Shania lebih tepatnya disaluran Ulna *Pokoknya itulah tau deh namanya* dan sedikit menekuk baju dibagian lengan Shania, Devan pun memasang alat-alat bantu pernafasan yaitu selang Oxygen dihidung Shania dan oximeter di jari tengahnya Shania *Noh biar jelas*

Berhubung Devan seorang dokter jadi Devan tidak perlu pusing untuk membawa Shania kerumah sakit, ia justru ingin merawat Shania dirumah saja. Devan pun selesai memeriksa Shania, sedangkan Ve? Ia masih punya satu tugas untuk mengobati luka dikaki kanan Shania.

Devan menatap putri satu-satunya itu dengan tatapan sendu, sesekali Devan sambil mengelus rambut hitam milik Shania.

"Lekas sembuh putri kesayangannya Papi" Gumam Devan pelan, ia beranjak mencium kening Shania yang masih terasa panas-dingin.

"Mi. Papi kebawah dulu ya, Andrew kamu jaga adik kamu ya" Pinta Devan.

"Om tunggu!" Cegah Boby.

"Ya Bob?"

"Om ijinin Boby menjaga Shania untuk malam ini, please!" Boby Memohon.

"Tapi Bob sudah ada kak Andrew yang menjaga Shania, terus itu papa sama mama kamu gimana?" Jelas Devan.

"Om please... Boby sayang banget sama Shania om" Ucapan Boby membuat Andelo yang duduk di sofa pun menoleh kearah Boby, Andelo tersenyum tipis.

"Yaudah kalo itu mau kamu, nanti om bilang ke Papa Mama kamu" Ucap Devan yang lalu pergi meninggalkan kamar Shania.

Kini Boby duduk ditepian kasur Shania lebih tepatnya disamping kanan Shania. Sedangkan Ve ia masih mengobati luka yang ada dilutut Shania, dengan pelan Ve membersihkan lukanya dengan kapas yang sedikit diberi cairan antibiotic.

"Mi itu lututnya Shania lukanya gede banget, kenapa?" Tanya Andelo.

"Mami juga gak tau Ndrew, waktu Shania ke rumah sakit kakinya udah luka. Tapi kalo menurut mami ini jatuh atau gak kecelakaan kecil, Kamu tahu Bob?" Ucap Ve, yang lalu bertanya kepada Boby tapi Boby hanya menggeleng.

"Terus gimana Mi?" Andelo bertanya lagi.

"Ini sobek Ndrew, mungkin Mami harus menjahitnyanya" Jelas Ve.

"Hee! Kira-kira berapa jahitan Mi?" Andelo mendelik ngeri, tapi Andelo juga sudah terbiasa karena dia juga akan menjadi seorang dokter.

"mungkin 2 atau 3. Tolong ambilkan alatnya Ndrew diruangan Papi" Perintah Ve.

"Shan cepet sembuh ya... aku kangen sama kamu" Gumam Boby pelan tapi terdengar oleh Ve.

Ve tersenyum melihat raut wajah Boby yang sangat khawatir dengan putrinya itu. "Shania kuat kok Bob"

"Kalo kamu capek bisa tidur di sofa itu" Ve menunjuk sofa yang tak jauh dari kasur Shania.

"Nggak Tan, aku mau disini aja" Kata Boby.

"Yaudah kalo gitu, ambil kursi kecil yang disana" Tunjuk Ve kearah kursi kecil yang berada disamping rak panjang bisa dibilang rak yang penuh koleksi novel Shania yang tertata rapi.

Kini Ve perlahan menjahit luka di lutut kanan Shania dengan Suture Needles nya, dan dengan teliti juga, tak butuh waktu lama beberapa menit saja Ve sudah selesai menjahit luka Shania itu, lalu Ve menutup luka jahitan Shania dengan Heochst. Heochst sejenis perban, tapi perban perekat bukan kain, bisa di bilang terbuat dari lapisan plastik juga, biasanya untuk menutupui luka jahit atau luka baru.

"Sudah selesai" Ve menarik selimut tebal untuk menutupi tubuh Shania yang masih terasa panas-dingin.

Ve menedekat kewajah Shania, diciumlah kening Shania dengan lembut lalu bergumam "Lekas sembuh putri kesayangannya Mami"

Ve sangat rutin mengucapkan seperti itu, bukan 'lekas sembuh' tapi tiap malam saat Shania sudah tertidur lelap Ve sering berucap 'Selamat tidur, mimpi indah, good night' Sekiranya seperti itulah

"Ndrew jaga adik kamu baik-baik, Boby juga ya jangan terlalu dipaksain kalo capek istirahat" Andelo dan Boby pun mengangguk.

Setelah kepergian Ve dari kamar Shania, kini hanya ada Boby, Andelo dan tentunya Shania yang masih terbaring lemah, wajah pucatnya masih terlihat.





Cilukkkk Baaa.... hayo gimana gimana? Makin gak jelas aja hehehe.

Terus gimana? Hahaha Authornya lagi gila :D hahaha

Yaudah segitu aja dulu. Monggo di Vote+Coment.

Nyuwun ngapurone ya kalo ada salah-salah kata, bahasanya juga campur aduk kayak Sego pecel wehehe ^^

#TBC

Ipagpatuloy ang Pagbabasa