Antipole

By nunizzy

2.1M 232K 31K

•Completed• Kita ada di kutub yang berbeda. Sekolah yang terkenal disiplin dan memiliki segudang presta... More

Prolog
1st Pole
3rd Pole
4th Pole
5th Pole
6th Pole
7th Pole
8th Pole
9th Pole
10th Pole
11th Pole
12th Pole
13th Pole
14th Pole
15th Pole
16th Pole
17th Pole
18th Pole
19th Pole & QnA
20th Pole & Giveaway Time
21st Pole
22nd Pole
23rd Pole & Disclaimer
24th Pole
25th Pole
26th Pole
27th Pole
28th Pole
QnA
29th Pole
30th Pole
31st Pole
32nd Pole
33rd Pole
34th Pole
35th Pole
36th Pole & Promotion
37th Pole
38th Pole
Fun Facts
39th Pole
40th Pole
41st Pole
42nd Pole
43th Pole
44th Pole
45th Pole
46th Pole
47th Pole
48th Pole
49th Pole
50th Pole
51th Pole
52nd Pole & QnA#2
53th Pole
54th Pole
55th Pole
Sekilas Promo
QnA#2 (Part 1)
QnA#2 (Part 2)
56th Pole
57th Pole
58th Pole
Epilog
Pidato Kenegaraan Antipole

2nd Pole

56.8K 5.4K 133
By nunizzy




2nd POLE

~~||~~

Inara menyusun berkas-berkasnya dengan rapi karena akan diberikan kepada Bu Aminah. Gadis itu bersama teman-temannya di ekskul paskibra baru saja menjuarai lomba tata upacara bendera tingkat provinsi. Suatu prestasi yang tidak disangkanya, walaupun ia hanya ditempatkan di posisi pagar.

"Wuidih, banyak banget kertasnya." Gala masuk ke kelas Inara. Setiap jam istirahat, lelaki itu sering mengunjungi Inara dan Sabrina.

"Rekap prestasi, Gal," ucap Inara dengan tangan yang masih gesit menyusun berkasnya.

"Na, I'm coming!" seru Sabrina begitu ia masuk ke dalam kelas. Hanya ada mereka bertiga di kelas itu. "Kantin sesak banget. Tapi, bukan Sabrina namanya kalo nggak bisa dapetin jus mangga!" gadis itu meletakkan segelas jus mangga di hadapan Inara.

"Waa, makasih, Sab. Lo baik banget."

"Iya dong. Belum selesai juga, Na?"

Inara menggeleng. Gala hanya memperhatikan aktivitas Inara tanpa berniat untuk membantu, begitu halnya Sabrina yang mengambil tempat duduk di sebelah Inara.

"Eh ya, kalian masih inget Blackpole nggak?" Sabrina membuka suara seraya memakan kue bolu yang dibelinya di kantin.

Gala mengangguk, sedangkan Inara menghentikan aktivitasnya dan menoleh ke arah Sabrina.

"Sst, nggak boleh disebut-sebut. Tabu," ucap gadis itu.

"Alah, cuma kita bertiga doang di kelas ini." Sabrina mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kelas. Memang, nama Blackpole tidak boleh disebut-sebut, karena tidak ada yang tahu keanggotaan Blackpole. Bisa saja teman baikmu adalah salah satu di antara mereka. Blackpole adalah komunitas terlarang dan keanggotaannya dirahasiakan.

"Gue punya gosip hot. Tapi jangan kasih tahu siapa-siapa! Gue tau dari anak cheers."

"Semoga kali ini gosip lo terupdate ya, Sab. Nggak hoax atau basi."

"Ini nggak basi, Gal. Belum banyak yang tahu. Katanya sih, Rahagi itu anggota Blackpole." Sabrina berbisik di kalimat terakhir yang diucapkannya.

Inara membulatkan matanya.

Gala mengangguk. "Gue udah menduga sih. Nggak heran."

"Ada yang lebih parah lagi! Dia calon ketua Blackpole angkatan kita."

"Wuidih." Gala menatap Inara. "Kalo gitu, dia nggak mungkin jadi ketua Baseball."

Inara menatap Gala kemudian menepuk pundaknya. "Lo masih ada kesempatan, Gal. Fighting, Oppa!" Inara menirukan gaya artis Korea yang sering ditonton kakak perempuannya.

"Mangat, Bruh!" Sabrina mengepalkan tangannya di udara.

"Eh, gue ke ruangan Bu Aminah dulu. Kalian baik-baik di sini. Jangan berantem." Inara mengusap rambut Gala dan Sabrina layaknya anak kecil.

"Gue ikut, Na. Males berduaan sama Sabrina ntar gue sendiri yang manusia." Gala bangkit dari tempat duduknya.

"Maksud lo gue setan gitu?!" Sabrina menyusul Gala dan Inara, kemudian menarik rambut Gala walaupun harus melompat terlebih dahulu.

"Aduduh sakit, Bego. Rambut gue berantakan."

"Jahat."

"Kalian berisik. Gue sendiri aja, ya! Nggak lama kok." Inara berjalan cepat meninggalkan mereka berdua.

# # #

Inara masuk ke dalam ruangan Bu Aminah dengan perlahan. Entah kenapa, aura yang dirasakannya begitu mencekam. Di ruangan itu, seorang siswa sedang disidang oleh Bu Aminah.

"Kamu dengar itu, Rahagi?" bisa Inara lihat, tatapan tajam wanita paruh baya itu. Jika Inara yang berada di posisi Rahagi, gadis itu memilih untuk menundukkan kepalanya dibanding menatap Bu Aminah dengan tatapan menantang–seperti yang dilakukan Rahagi saat sekarang ini.

"Permisi, Bu. Ini rekap prestasinya." Inara memberanikan diri untuk mendekat.

Tatapan tajam itu digantikan oleh tatapan hangat dan seulas senyum.

"Eh, Inara. Kamu taruh aja langsung di lemari ya," ucap wanita itu. Sepertinya Inara berhasil meredam emosi Bu Aminah. Sudah menjadi rahasia umum bahwa Inara merupakan murid kesayangan banyak guru.

"Saya boleh keluar, Bu?"

Inara bergidik ngeri mendengar suara Rahagi yang begitu berat dan dalam. Ia memang tidak terlalu mengenal Rahagi. Paling hanya tahu nama saja.

"Ya," ucap Bu Aminah diiringi anggukan.

Siswa itu berdiri dan menyempatkan diri menyugar rambutnya sebelum meninggalkan ruangan Bu Aminah. Sesaat setelah Rahagi keluar dari ruangan, Bu Aminah menghempaskan punggungnya ke sandaran kursi.

"Capek ibu, Na. Rahagi itu susah sekali diatur," curhat wanita itu kepada Inara yang sedang menyusun rekap prestasi di dalam lemari.

"Kali ini masalahnya apa, Bu, kalo boleh tahu?"

"Lebih parah dari yang kemaren, Inara. Rahagi terduga anggota Blackpole. Ibu curiga jangan-jangan dia malah jadi ketuanya."

Mata Inara membulat. Bu Aminah update juga, batinnya.

"Tahu dari mana, Bu?" Inara yang baru saja menyelesaikan pekerjaannya, kini berdiri menghadap Bu Aminah.

"Ada yang melapor ke ibu. Inara, ibu boleh minta tolong?" tanyanya penuh harap.

"Minta tolong apa, ya, Bu?"

"Sebelumnya, kamu duduk dulu."

Inara segera mengambil tempat duduk di hadapan Bu Aminah. Firasatnya tidak enak.

"Kamu mau jadi mata-mata ibu?"

Darah Inara berhenti mengalir. Napasnya tercekat.

"Mat–mata-mata?"

Bu Aminah mengangguk. "Ibu ingin tahu siapa saja anggota Blackpole. Juga, ada andil apa Rahagi di Blackpole. Kamu tahu kan, anak itu berbahaya."

"Tap–tapi, gimana caranya, Bu?" Inara terlalu shock untuk ini semua.

"Kamu cari tahu siapa saja anggotanya, kalo bisa, kamu dekati Rahagi dan korek informasi dari dia. Ini langkah awal kita membasmi Blackpole, Inara."

"Dekati Rahagi?! Inara nggak yakin, Bu..." Inara bergidik ngeri. Mendekatinya? Yang benar saja!

"Ibu percaya, dia tidak akan berani macam-macam denganmu. Ibu dengar, kamu calon ketua bidang kedisiplinan dan upacara? Masa menghadapi masalah yang begini saja kamu takut? Hutan dan gunung yang sering kamu lewati lebih menyeramkan, lho."

Inara menghembuskan napasnya. Gue akan mencoba.

"Baiklah, Bu. Inara coba."

Jawaban penuh keyakinan itu berhasil menerbitkan senyum Bu Aminah.

# # #

"Apa?! Gila lo. Jujur aja, gue nggak yakin." Gala menggeleng. "Itu terlalu berbahaya buat lo."

"Cewek boncel kayak lo ditugasin tugas berat kayak gitu? Nggak salah tuh, Bu Aminah?" Sabrina masih memakan kue lapis legitnya selagi berkomentar begitu.

Sore ini, Inara menceritakan apa yang tadi siang dialaminya di ruang kerja Bu Aminah. Seperti yang ia duga, sahabatnya tidak yakin dengan apa yang akan dilakukannya.

"Yang gue peduliin sekarang, gimana caranya? Gue yakin ada cara yang lebih baik daripada deketin si Rahagi."

"Gue ada usul sih. Tapi, mungkin ini lebih berbahaya." Sabrina menaikkan bahunya sekilas.

"Apa?" tanya Inara yang diikuti gerakan kepala Gala yang kini menatap Sabrina.

"Lo harus masuk ke komunitas itu," ucapnya santai.

Napas Inara tertahan. "Nggak!"

"Emang bahaya sih, tapi nggak ada salahnya dicoba." Gala membuka suara.

Inara kini menatap Gala dengan tatapan horror. "Nggak, Gal. Nggak!" gadis itu menggeleng kuat.

"Coba aja, Inara. Lagian dulu pas awal masuk sekolah lo berencana masuk kan?" Sabrina menaik-turunkan alisnya.

"Itu kan sebelum gue tahu Blackpole itu kayak gimana, Sab! Plis deh."

"Fighting, Eonni! Saranghae." Sabrina berteriak. "Itung-itung ladang gosip baru, Na. Lo bisa tahu siapa aja anggotanya. Lo bakal ikut kegiatan-kegiatan mereka. Kurang keren apa?"

"Lo gila, Sab. Ogah gue."

Gala menepuk pundak Inara beberapa kali. "Lo bisa, Na."

"Tadi katanya nggak yakin." bibir Inara berkerut.

"Sekarang yakin. Lo tinggal temuin Rahagi, dan bilang mau gabung."

"Kalo dia curiga gimana? Hua, gue takut."

"Lo kan sempet masuk teater beberapa bulan. Jadi, bisalah." Gala menerawang ke masa dimana Inara masih bergabung dalam ekskul teater. Acting Inara tidak seburuk itu.

"Kami selalu di belakang lo, Na. Kalo dia macem-macem, tinggal lapor. Ya kan, Gal?" Sabrina merangkul pundak Gala.

"Yoi."

Inara menarik napasnya, kemudian membuangnya dengan napas panjang. "Makasih untuk semuanya. Kalo besok gue nggak pulang, jangan lupa kasih makan Rebit, kelinci albino gue. Sampein juga salam gue buat Kak Naya dan Bang Gafar." Inara memegang dadanya.

Sabrina menoyor kepala Inara. "Lebay lo ah. Gue udah jemput, btw."

"Gue juga," jawab Inara.

"Yok, pulang."

~~||~~

A/N

Haluu. Semoga gue diberi kelancaran dalam menyelesaikan cerita ini, aamiin. Selagi cerita ini berjalan, gue juga lagi memupuk kembali feeling buat ngelanjutin Diary of Alexander Haves. I'm so sorry:(

Maaf ya gue nggak bisa balesin komen, soalnya Wattpad gue suka error. Kalo mau tanya-tanya, bagusnya langsung ke Instagram zzhnurul. Soalnya gue lebih aktif di sana. Apalagi inbox Wattpad dan Ask.fm gue suka error.

Timakaci!

1 Juli 2016.

Continue Reading

You'll Also Like

1.8M 75.9K 9
[ SEBAGIAN CERITA DI PRIVAT. FOLLOW AKUN PENULIS UNTUK LEBIH LENGKAPNYA! ] - Dalam sehari, Keysa Tania kehilangan semuanya. Keluarga, tunangan sekali...
397K 5.3K 3
[ SEBAGIAN DI PRIVATE, FOLLOW AKUN PENULIS UNTUK LEBIH LENGKAPNYA! ] [ DI SARANKAN MEMBACA CERITA I'M FINE TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA BAGIAN INI...
Far Away By i-nessa

Teen Fiction

224K 14.8K 33
Mencintai seseorang secara diam-diam itu memang sangat sakit. Tapi entah mengapa aku sangat menyukai itu. Aku masih saja bertahan dalam keadaan seper...
1.9M 114K 89
(MENUJU REVISI BAKAL ADA YANG BERUBAH KAYAK SIKAP DIA KE KAMU. NANTI BAKAL DI UNPUB SEMASA REVISI, SEKARANG BACA AJA DULU ATAU NUNGGU VERSI REVISI JU...