Some

By rapsodiary

4.9M 223K 13.4K

[TELAH TERBIT & TERSEDIA DI TOKO BUKU] Menyatukan dua hati jelas tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ba... More

Prolog
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3.
Chapter 4.
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
CAST
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30[End]
Rumah Abang Tampan

Chapter 26

80.3K 5.4K 406
By rapsodiary

Tara sedang sibuk menyelesaikan soal tentang persamaan kuadrat ketika Alvan memainkan anak-anak rambutnya yang terlepas dari cepolan membuatnya melirik ke arah pacarnya itu sebentar sebelum akhirnya kembali melanjutkan menyelesaikan soal matematika tersebut.

"Van, diem deh jangan iseng," katanya memperingati saat gerakan tangan Alvan memainkan rambutnya semakin intens.

"Abis gue gemes masa Ra ngeliatin rambut lo yang keluar-keluar gini," kata Alvan sambil berusaha menyelipkan anak-anak rambut yang mencuat keluar masuk kedalam cepolan tapi karena rambut Tara yang terlampau lembut, rambut itu tergelincir lagi keluar. "Tuh...masa keluar-keluar lagi." Tunjuk Alvan pada rambut pacarnya.

Tara menghela nafas. Lalu dia melingkari jawaban pada option baru dia beralih kepada pacarnya. "Lo tuh ya dari kemaren demen banget nguyel-nguyel rambut gue, deh."

Alvan terkekeh. "Abisnya wangi, sih."

Tara memutar bola matanya. "Lo udah ngerjain soal latihan dari tempat bimbel belum? Katanya mirip-mirip soal TO besok."

Alvan masih berfokus pada rambut Tara saat menjawab, "semua soal TO juga mirip Ra, Cuma beda angka doang."

"Alvan,ih!" omel Tara karena Alvan yang masih saja asyik memainkan rambut Tara seolah ini baru pertama kalinya bagi Alvan melihat sebuah rambut.

"Pacaran mulu lo berdua! UN woy UN!" komentar Dimas yang sedang melintasi ruang keluarga dimana Alvan dan Tara sedang bercengkrama untuk menuju ke dapur. Dibelakang Dimas ada Gio yang mengikutinya dengan wajah datar. Gio melengos cuek seolah Tara dan Alvan adalah makhluk tak kasat mata. Maklum, Gio belum sepenuhnya ikhlas soal Tara. Apalagi saat tau jika Tara dan Alvan kini pacaran.

"Bacot!" seru Tara kepada Dimas.

Lalu dari arah dapur terdengar nyanyian yang entah kenapa lebih kepada curahan hati daripada sebuah lagu.

Tuhan tolonglah

Hapus dia dari hatiku

Kini semua percuma

Tak kan mungkin terjadi

Kisah cinta yang selalu aku banggakan

Kau hempas semua

Masa yang tercipta untukmu

Tanpa pernah melihat

Betapa ku mencoba

Jadi yang terbaik untuk dirimu

Alvan dan Tara sama-sama terdiam. Mereka tau kalau Gio lah yang sedang bernyanyi. Dan lagu itu pasti dia nyanyikan untuk Tara.

Alvan pun memilih tidak ambil pusing dengan Gio. 'kan dia tidak merebut Tara dengan sengaja. Memang sudah jalan takdir yang menuliskan jika Alvan dan Tara harus saling jatuh cinta. Jadi Alvan tidak perlu merasa bersalah apa-apa terhadap Gio.

Sedangkan Tara meringis, merasa sedikit tidak enak juga. Tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa.

Alvan lalu kembali memainkan rambut Tara. "Gue mau dong nyoba ngiketin rambut lo, Ra," pinta Alvan membuat Tara menatapnya.

"Hah?"

Alvan memasang cengiran, "boleh ya?" pintanya lagi membuat Tara akhirnya berdecak sambil melepas ikatan rambutnya. Membuat rambut kecoklatannya tergerai dengan indah.

"Contohin dulu coba," pinta Alvan membuat Tara semakin tidak habis pikir.

"Lo kenapa sih, salah makan ya?" tanya Tara sambil menggeleng-geleng lalu dia menyontohkan bagaimana dia membuat cepolan dari rambutnya sendiri.

Alvan memperhatikan dengan begitu serius lalu mengangguk-angguk saat Tara sudah selesai menyontohkan. Dengan semangat Alvan langsung menarik lepas ikatan rambut Tara sehingga rambutnya kembali terurai dan Alvan bersiap untuk melakukan apa yang tadi Tara contohkan.

Beberapa kali Alvan mencoba dan Alvan kesulitan saat harus membelit rambut Tara dengan kunciran menyebabkan terkadang Tara menjerit karena rambutnya yang tidang sengaja tertarik.

"Van, udah ah pusing gue kepalanya di unyeng-unyeng, emangnya lo mau jadi hair styelist apa belajar cepol-cepol segala," protes Tara saat Alvan masih saja dengan betah berkesperimen dengan rambut Tara.

"Gapapa suka aja gue sama rambut lo, dimaininnya lembut sama wangi. Hehe." Alvan terkekeh seperti anak kecil lalu sibuk mengutak-atik rambut Tara lagi dan sore itu mereka habiskan dengan kegiatan Alvan yang mencoba berbagai gaya rambut untuk Tara yang semuanya jelas tidak ada yang benar.

Tiba-tiba Dimas dan Gio kembali melintas dengan mangkuk berisi mie goreng di tangan masing-masing serta sepiring nasi dan satu toples kerupuk udang. Dimas kembali mencibir ketika melihat kakaknya sedang asyik pacaran sedangkan Gio memilih untuk melanjutkan bernyanyi dengan nada yang semakin ditekan.

"OH MENGAPA TAK BISA DIRIMU...YANG MENCINTAIKU TULUS DAN APA ADANYA..."

"AKU MEMANG BUKAN MANUSIA SEMPURNA TAPI KU LAYAK DICINTAAAA, KARNA KETULUSAN!!!"

Tara dan Alvan sama-sama memandangi Gio yang terus berjalan sambil menyanyi menaiki tangga.

"Kini biarlah waktu yang jawab semua, tanya hatiku!"

"Kok gue jadi kasian ya Ra, sama itu bocah?" tanya Alvan saat suara Gio tidak lagi terdengar.

Tara menghela nafas. "Iya abis mau gimana? Terus kalo lo kasian lo mau gue pacaran sama dia?"

Alvan melotot, "enak aja! Dapetin lo aja gue harus menempuh perjalanan ribet dan waktu yang lamanya udah kayak bumi berevolusi, eh udah dapet malah dikasih orang."

Tara memukul bahu Alvan. "Emangnya gue barang apa!"

Alvan mengaduh tapi kemudian dia senyum-senyum genit, "kalo lo barang, lo adalah barang paling berharga yang pernah gue milikin."

Tara mengernyit jijik, "najis lo, kayak jamet-jamet di jalan ih."

Dan Alvan hanya bisa tertawa menanggapinya.

***Instagram Post***

[tarajnrty] hair style by: alvanprmn

Makasih mas Alvan :)

***

"Van, kamu ke sekolahnya naik mobil aja, ya?" ucap Rully saat Alvan baru saja selesai memasang sepatunya.

"Kenapa emang, Pa?" tanyanya bingung.

"Papa gak enak badan, kayaknya Papa gak ngantor dulu, jadi kamu aja ya yang nganter Mou," ucap Rully dengan suara serak.

Alvan memang sejak semalam melihat wajah Papanya itu sedikit pucat tidak seperti biasanya. Lalu Alvan mengangguk, "yaudah Mou jalan sama aku aja."

"Mou mau naik motor, mas Al!" pinta Mou yang muncul dari arah pantry bersamaan dengan Adri yang berjalan di belakangnya sambil menenteng segelas susu.

"Gak Mou, 'kan kita mau jemput kak Tara dulu nanti motornya sempit."

Maura memanyunkan bibirnya. "Yaudah deh," katanya lesu sambil menerima gelas berisi susu yang disodorkan Adri.

"Yaudah sana berangkat, 'kan dari sini ke rumah Tara dulu abis itu baru ke sekolah Mou."

"Iya, yaudah Alvan sama Mou jalan dulu ya Ma, Pa," ucap Alvan sambil menyalimi kedua orang tuanya dan tidak lupa mendaratkan kecupan di pipi Adri, lalu menggandeng adik kecilnya.

Di dalam mobil Mou terus berceloteh soal betapa kangennya dia dengan Tara yang sudah lama tidak main ke rumah. Memang karena sekarang sudah masuk musim ujian praktek, Alvan sudah jarang berpergian dengan Tara. Yah namanya juga siswa kelas akhir, sedang sibuk-sibuknya belajar untuk masa depan.

Setelah sampai di rumah Tara rupanya cewek itu sedang membantu ibunya menyiapkan bekal ke sekolah karena Teh Ulan asisten rumah tangganya sedang pulang kampung.

Alvan mengajak Maura duduk di kursi teras Tara sambil menunggu pacarnya itu selesai siap-siap.

Mata Alvan lalu tertuju kepada rambut adiknya yang di kuncir dua.

"Mou," panggil Alvan membuat adiknya itu menatapnya.

"Apa?"

"Rambut kamu Mas Alvan dandanin, ya?" tanya Alvan sambil mengusap-usap kepala adiknya dan menoel-noel kunciran adiknya yang bergambar kelinci.

Maura mengernyit sambil menatap kakaknya itu aneh. "Emangnya Mas Alvan bisa?" tanya Maura yang langsung dijawab dengan Alvan anggukan mantap.

"Bisa dong, diajarin kak Tara. Nanti Mas Alvan bikin kayak princess barbie."

"Barbie sama princess itu beda Mas Al," koreksi Maura membuat Alvan mendengus.

"Iya, maksud mas itu deh. Gimana? Mau, ya?" tanya Alvan lagi dengan sedikit memaksa.

Maura akhirnya mengangguk polos. Lalu dia memutar tubuhnya membelakangi Alvan, memasrahkan rambutnya yang sudah dikuncir rapi oleh Adri diacak-acak oleh kakaknya.

"ADUH!!" pekik Maura saat Alvan tidak sengaja menarik sehelai rambut adiknya.

"Sakit, Mas Alvan!" jerit Maura lagi saat Alvan kembali tidak sengaja menarik rambutnya.

Maura lalu memegangi rambutnya yang acak-acakan akibat ulah Alvan dan menangis. Sebenarnya Maura tidak sungguhan menangis, melainkan dia merengek seolah menangis membuat Alvan kebingungan dibuatnya.

"Hue, rambutnya jadi jelek, mas Alvaaaaaan!"

Alvan menggaruk kepalanya. Perasaan dia sudah mempraktekan apa yang Tara ajarkan deh kok saat dia praktekan ke Maura hasilnya malah gagal begini, ya?

Tara setengah berlari menghampiri Alvan dan Maura begitu mendengar suara rengekan Maura dari dalam.

"Loh, Mou? Van, Mou kenapa? Kok nangis?" tanya Tara sambil berjalan mendekati Maura dan gadis berusia tujuh tahun itu langsung memeluk tubuhnya. Tara bingung menatap rambut Maura yang ikatannya berantakan. "Mou rambutnya kenapa?" tanya Tara sambil menyentuh hasil karya Alvan di kepala adiknya tersebut.

Tara menatap Alvan tajam, "Van, kamu apain sih ini rambut si Mou?" tanya Tara galak dan Alvan hanya cengengesan menanggapi. Ohiya, mereka membuat perjanjian untuk bicara aku-kamu jika di depan Maura karena menurut Alvan adiknya itu masih terlalu kecil untuk bicara menggunakan gue-lo dan dikhawatirkan jika Maura mendengar Alvan dan Tara bicara dengan bahasa gue-lo gadis kecil itu akan menyontoh mereka.

"Ya Allah, Mou sayang jangan nangis yaa, sini kak Tara benerin rambutnya," bujuk Tara kepada Maura yang akhirnya mengendurkan pelukannya.

"Rambut Mou jadi jelek gara-gara mas Alvan!" ucap Maura saat Tara membimbingnya untuk duduk dan Tara bersiap membereskan kekacauan yang Alvan buat.

Alvan hanya cengengesan seolah tak berdosa, "perasaan aku praktekin yang waktu itu kamu ajarin, deh," kata Alvan tidak mau disalahkan.

Tara memutar matanya, "yaampun Van, aku aja waktu itu ampe pusing, ini lagi Maura kamu giniin."

Dan lagi-lagi Alvan hanya cengengesan. Lalu Alvan mendekatkan bibirnya ke pipi Maura untuk ia kecup kilat. "Maafin Mas Al ya, Mou!" pinta Alvan sambil mengelus sayang kepala adiknya.

"Beliin es krim tapi."

"Ye dasar bocah sa ae, iya-iya entar dibeliin," kata Alvan yang langsung membuat Maura berucap, "yes!"

Melihat adiknya begitu menggemaskan, Alvan tidak tahan untuk tidak menggoda Maura.

"sayang mas Al, gak?" tanya Alvan sambil mencolek dagu Maura gemas.

Maura mengangguk membuat Alvan ingin menggodanya lagi. "Masa? Cium dulu dong kalo sayang," kata Alvan yang langsung dituruti begitu saja oleh Maura.

Tara yang sedang menata ulang rambut Maura hanya bisa tersenyum melihat pemandangan yang menghangatkan hati tersebut. Siapa sih yang tidak meleleh melihat cowok yang sayang dan dekat dengan anak-anak?

Alvan memang tipe yang sayang anak-anak, sama seperti Tara yang sejak beberapa tahun yang lalu punya cita-cita ingin menjadi guru TK karena rasa cintanya terhadap anak-anak.

Alvan sendiri mudah akrab dengan anak-anak karena di keluarganya cukup banyak anak-anak, ditambah Alvan punya Maura yang usianya cukup jauh dengannya sehingga Alvan sudah terbiasa dengan kehadiran anak kecil.

"Nah udah beres, deh!" ucap Tara saat rambut Maura kini sudah kembali terkuncir dengan rapi.

"Yaudah yuk berangkat, tuh udah cantik lagi kayak princess snow white!" kata Alvan memuji adiknya, tetapi Maura malah menatap Alvan sengit.

"Snow white 'kan rambutnya pendek Mas Alvan, gak kayak rambut Mou panjang. Mas Al tukang bohong dasar." Maura lalu berdiri dari duduknya dan menggandeng Tara untuk mengajaknya berjalan menuju mobil sementara Alvan mengekorinya dengan bibir tertekuk.

Dan Tara hanya bisa terbahak melihat kelakuan dua kakak adik tersebut. Dan juga sekaligus bersyukur karena bisa berada di antara mereka. Tara jadi ikut merasa bahwa dia memiliki adik lagi yaitu Maura.

Continue Reading

You'll Also Like

3.3K 135 41
[ SUDAH TERBIT ] ••• [ PINDAH KE NOVELTOON ] *Note: sebagian bab sudah dihapus. "Jika kamu memang ditakdirkan untukku maka Tuhan pasti dapat mempersa...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.4M 77.3K 53
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
1.5M 170K 33
Mika putus dari sahabat Luna. Luna putus dari sahabat Mika. Satu keinginan Mika: melupakan Ana. Satu keinginan Luna: melupakan Juna. Namun di Bulan D...
431K 15.6K 30
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...