Celestial Soul Online [End]

By KuroHako

381K 22.1K 1.9K

Rank 3 #Adventure Rank 2 #Adventure Sinopsis; Kisah berpusat kepada Kuro Kanata. Dari luar dia terlihat han... More

Transfer 00 [Prolog] rev.
Transfer 01 [Beginning Player (Liber)] rev.
Transfer 2 [My Skills] rev.
Transfer 3 [Adventure Begin] rev.
Transfer 4 [Death City] rev.
Transfer 5 [Flamia] rev.
Transfer 06 [First Kiss] rev.
Transfer 07 [That is Secret] rev.
Transfer 08 [Fight to Despair] rev.
Transfer 8,5 [Nine Minutes] rev.
Transfer 9 [Happy Birthday (I)] rev.
Transfer 10 [Happy Birthday (2)] rev.
Transfer 11 [Wonderful Gift] rev.
Transfer 12 [Celestial World] rev.
Chapter 13 [Truth] rev.
Transfer 14 [Bonds (I)] rev.
Transfer 15 [Bonds (II)] rev.
Transfer 16 [Bonds (III)]
Transfer 17 [The Twin]
Transfer 18 [The Three]
Transfer 19 [Dimension Break]
Transfer 20 [True God Slayer]
Transfer 21 [God Slayer and Liber)
Transfer 22 [God Slayer and Liber part 2]
Transfer 23 [God Slayer and Liber part 3]
Transfer 24 [God Slayer and Liber part 4]
Transfer 25 [Memories of Secret: The beginning of Everything] rev.
Transfer 26 Memories of Secret ; First Love
Tranfer 27 [Memories of Secret ; Re-Life]
Transfer 29 [Awakening of Darkness]
Transfer 30 [Angels]
Transfer 31 [Beyond The Truth]
Transfer 32 [Guardian part 01]
Transfer 33 <Guardian part 2>
Transfer 34 [Dream World]
Transfer 35 <Never Give Up>
Transfer 36 [Believe]
Transfer 37 [Will]
Transfer 38 [Confrontation]
Transfer 39 [Flamia VS Verona I]
Transfer 40 [Flamia VS Verona II]
Transfer 41 [The Answer is Me]
Transfer 42 [Death and Return]
Transfer 43 [Light and Darkness]
Transfer 44 [Hope and Hopeless]
Transfer 45 [Kuro Kanata]
Extra I

Transfer 28 [Memories of Secret ; The Beginning]

4.8K 362 21
By KuroHako

Seminggu berlalu sejak ritual penyegelan. Kuro bertingkah dan berperilaku seperti sebelum dia melakukan ritual. Dia bersekolah, belajar dan bermain seperti anak kecil normal lainnya.

Bisa dikatakan tak ada perubahan berarti, namun teman temannya tak bisa berhenti merasakan aura jahat dan tak menyenangkan dari Kuro. Hal itu tentu saja membuat tak ada yang mau bermain dengannya atau menjaga jarak dari Kuro.

Meskipun tak ada teman bermain, bukan berarti Kuro sedih, kecea atau marah. Tak ada perasaan spesial seperti itu lagi di dirinya. Alasan kenapa itu terjadi, tentu karena meskipun dari luar dia adalah Kuro, namun di dalam jiwanya merupakan jiwa lain, yaitu Shiro.

Shiro bukanlah Kuro. Mereka mungkin berbagi kenangan dan perasaan, namun itu bukan berarti membuat keduanya memiliki keinginan kesukaan yang sama. Selain itu ada perbedaan besar yang membuat keduanya sangat berbeda.

Kuro adalah anak yang bertipe pendiam dan selalu memendam perasaannya, maka Shiro kebalikannya. Dia selalu mengatakan apa yang ada dipikirannya tanpa terlalu peduli dengan sekitarnya.

Shiro juga bisa dibilang ceroboh dalam menggunakan kekuatannya. Dia beberapa kali merusak permainan di taman dan dia tanpa ragu melompat dari lantai tiga hanya karena alasan bosan. Mungkin ini juga alasan kenapa sebagian temannya menjauhinya.

Hari ini, Kuro sendirian di taman bermain. Di kakinya sebuah bola sepak dia mainkan. Tak seperti anak kecil lain yang hanya menendang asal asalan, dia memainkannya seperti pemain sepak bola profesional.

Normalnya dia akan membuat orang disekitarnya kagum, namun yang dia tunjukkan bukanlah hal yang mengagumkan, namun menakutkan.

"...."

Kuro mengalihkan perhatiannya kepada sosok yang perlahan mendekat.

"Yo... Chi-chan. ..apa kau ingin bermain denganku?"

"..."

Chiaki masih terdiam dan hanya memeluk boneka beruangnya yang berukuran kecil. Dalam ingatan Kuro, Chiaki memang menyukai boneka Teddy Bear. Dia memiliki beberapa boneka dengan ukuran besar di kamarnya.

Tapi meskipun menyukai boneka, namun Chiaki bukanlah tipe anak kecil yang memainkan boneka untuk rumah rumahan.

"Kenapa kau menatapku dengan tatapan dingin seperti itu? Apa kau takut denganku seperti yang lainnya?"

Kuro memainkan bola dan menendangnya ke atas dengan keras. Bola itu menghilang dan Kuro kali ini menatap Chiaki dengan perhatian penuh.

"....jika dibilang takut, itu akan terdengar sangat lucu bagiku, Kuro-chan."

"Aku tak mengerti apa yang lucu disini?"

Kuro mendekat dan keduanya berhadapan satu sama lain.

"..benar, ini lucu. Daripada takut, mungkin lebih tepat jika aku saat ini marah. Kuro-chan, apa kau tahu kenapa aku marah?"

Setelah berpikir dan mengingat kembali apa yang terjadi di antara mereka, Kuro paham apa yang dirasakan Chiaki.

".....maaf karena waktu itu aku meninggalkanmu sendirian..? Aku lupa kalau kau hanya gadis kecil."

Kuro ingat meninggalkan Chiaki sendirian di hutan. Meskipun keduanya mengenal baik hutan itu, namun Chiaki tetaplah anak kecil. Dia akan ketakutan jika di tinggal sendirian di tempat seperti itu.

Kuro mengutuk dirinya di masa lalu karena tega melakukan itu kepada Chiaki.

Chiaki mendesah.

"Kau tak tak tahu kenapa aku marah? Ya ampun, sudah kuduga palsu tetaplah palsu."

Setelah mengatakan itu, Chiaki berbalik dan pergi dari taman bermain.

Kuro hanya bisa terdiam. Dia tak cukup bodoh untuk tahu apa arti dibalik perkataan Chiaki.

"....begitu rupanya..."

Disaat itulah bola yang ditendang ke atas, kini jatuh tepat ke tangannya.

"..meskipun memiliki tubuhmu, namun bukan berarti aku memiliki semua apa yang kau miliki.."

Dadanya terasa sakit. Baginya, perasaan itu begitu menusuk dan menyakitkan. Tak ada yang bisa dia sembunyikan dari Chiaki. Dirinya yang dulu dan sekarang sangat tahu hal ini.

"Uh.. jika aku tak melakukan sesuatu, mungkin aku menyesal..."

Aneh. Dulu dia tak peduli dengan apa yang dinamakan penyesalan. Dia tak butuh itu. Tapi hanya kepada Chiaki dia merasa harus melakukan sesuatu.

Matahari perlahan tenggelam ke barat. Kuropun memutuskan untuk pulang.

Di rumah, dia langsung menuju kamar mandi. Bukan karena saat ini tubuhnya kotor karena habis bermain, tapi karena dia tahu ada apa di kamar mandi saat ini.

Dengan cepat dia melepaskan pakaiannya. Dia kini telanjang bulat. Lalu dia tanpa ragu membuka pintu kamar mandi. Dan diapun menemukan sosok gadis kecil sedang menggosok tubuhnya.

Entah mengapa busa putih yang menutupi sebagian besar tubuh Ruko memunculkan sebuah imajinasi liar.

"Ho..ho.. tidak buruk, Hime.." ucap Kuro dengan wajah berkaca kaca.

Selain itu, Kuro yang menaruh tangannya di dagu dan bertingkah seperti detektif membuat dia seperti orang mesum sejati. Tidak, Kuro memang mesum.

Ruko secara alami menutupi bagian tubuhnya. Wajahnya memerah karena malu.

Dia sudah sering mandi bersama Kuro. Keduanya sudah mengenal seluk tubuh masing masing. Tak ada kata malu bagi keduanya. ..seharusnya.

Namun sejak di dalam Kuro sudah bukan yang dulu lagi, kini ada perasaan malu di hatinya. Dia menyukai Kuro sebagai kakak dan sebagai lawan jenis. Namun saat ini dia tak bisa menganggap Kuro seperti dulu lagi.

Kini Kuro adalah orang asing. Hanya tubuh dan wajahnya saja yang sama.

Tapi meskipun begitu, dalam hatinya. Sosok Kuro yang baru adalah sosok yang dia impikan. Sosok yang menyukai dirinya dan mencintainya.

"Yosh.. aku sudah putuskan untuk menggosok punggungmu hari ini. Yah.. meskipun mungkin aku tak sengaja menyentuh bagian tertentu.. he he he..."

Satu satunya hal yang paling berubah dari Kuro, mungkin sekarang dia lebih mesum daripada dulu.

Ruko mendesah dalam.

"Onii-chan, mungkinkah kau ini iblis siscon? Tidak, kurasa lebih tepat jika disebut lolicon?"

Iblis yang berada di tubuh Kuro memiliki usia yang tak diketahui. Bisa saja dia sudah berusia 100 tahun, atau bahkan 1000 tahun. Dia lebih tua daripada yang terlihat.

"Kata katamu begitu menusukku, Hime. Baiklah, jika tak mau cukup bilang saja. Aku akan menggosok punggungmu di dalam imajinasiku saja."

Dan kemudian, diapun menerima lemparan botol sampo tepat di kepalanya.

"Jangan melakukan itu. Itu lebih buruk. Dan itu membuatmu menjadi yang terburuk. Lagipula aku tak bilang Onii-chan tak boleh menggosok punggungku."

"....jadi..."

"..apa Onii-chan ingin aku berubah pikiran?"

Kuro akhirnya tersenyum senang karena permintaannya terkabul. Tapi bukan berarti dia akan mencari kesempatan dalam busa. Dia menggosok punggung Ruko dengan normal dan akhirnya dia mandi seperti biasa.

Setelah mandi, Kuro bermalas malasan di kamarnya. Dulu biasanya dia akan berlatih kendo, namun sekarang dia tak pernah melakukan itu lagi. Jika ditanya kenapa, itu karena Kuro saat ini memiliki kekuatan God Slayer. Daripada memiliki, lebih tepat jika bisa menggunakan kekuatannya.

Jika dia berlatih, mungkin dia akan menghancurkan rumah itu dalam sekali tebas. Itulah yang menakutkan dari kekuatannya.

Jadi selama seminggu lebih Kuro hanya bisa tidur tiduran atau membaca buku yang berada di rak kamarnya.

"...bosan.."

Untuk pertama kalinya dia merasa bosan. Ceritanya akan berbeda jika dia memiliki hobi atau pekerjaan, namun semua itu mustahil.

Jika ingin melamar pekerjaan paruh waktu, usianya belum cukup. Dia mungkin akan dikira aneh dan dipulangkan. Dan meskipun ingin bertarung sebagai God Slayer, namun kekuatannya belum cukup untuk melawan Fallen God. Dia tak ingin mati sebelum mengambil keperawanan Ruko, tapi dia juga tak ingin mati hanya karena bosan.

Dia lalu melirik ke arah jendela. Dari sana dia bisa melihat rumah Chiaki. Jendela kamar Chiaki masih dalam kondisi lampu menyala.

"..."

Kuro masih ingat dengan perkataan Chiaki saat berada di taman. Chiaki menyebut dirinya palsu, itu artinya Chiaki tahu saat ini dirinya bukan Kuro yang dulu.

Dirinya yang dulu memiliki perasaan terhadap Chiaki. Bisa dibilang itu adalah perasaan cinta. Mungkinkah perasaan itu yang membuat Chiaki tahu?

"..."

Dia tak tahu. Baginya cinta adalah emosi yang selamanya tak akan dia pahami. Namun bukan berarti dia tak merasakannya.

Saat ini dia memiliki perasaan itu kepada Ruko. Ini aneh, namun suatu yang wajar mengingat dirinya bukanlah Kuro yang dulu.

"Haaa.... kenapa kau memilih lari, dasar pengecut."

Untuk pertama kalinya, dia marah kepada dirinya yang dulu.

-dua hari kemudian, Kuro memutuskan untuk melakukan sesuatu terhadap kebosanannya. Meskipun dia memiliki kekuatan untuk menghancurkan gunung Fuji dengan beberapa pukulan, namun bukan berarti dia memilih untuk menghancurkan.

Dia justru memilih untuk ke perpustakaan.

"....baiklah... mari kita lihat berapa banyak buku yang bisa kubaca hari ini.."

Dia dengan cepat mencari buku yang menurutnya menarik. Dengan buku, setidaknya imajinasinya akan meliar dan bisa bervariasi.

Di era ini buku banyak yang berbentuk digital, namun Kuro memilih buku kertas.

Sekitar 15 menit berkeliling, kini di tangannya sekitar 20 buku tersusun rapi seperti sebuah menara. Tentu dia menarik perhatian pengunjung lain, namun tak ada yang berani berkomentar.

Sekitar 2 jam, Kuro sudah membaca 50 judul buku yang berbeda. Untuk sesaat dia bisa mengurangi kebosanannya, namun dia tetap merasa ada yang kurang.

Diapun menyerah untuk membaca buku dan memutuskan untuk mengakhirinya setelah dua jam lebih.

Dia lalu keluar dari perpustakaan dan memutuskan untuk berkeliling wilayah sekitarnya. Yang menjadi tempat tujuan pertamanya, adalah sebuah mall. Namun dia menjadi pusat perhatian karena dia merupakan seorang anak kecil berusia 9 tahun.

Polisi yang menjaga tempat itu dengan cepat menghampirinya.

"Hey, kenapa kau bisa ada disini? Mungkinkah kau tersesat? Dimana orang tuamu?"

Kuro manusia super yang tak butuh bantuan orang dewasa, namun dia tahu polisi itu hanya menjalankan tugasnya.

"Etto.. sebenarnya aku datang bersama orang tuaku. Aku mengambil dompet ayahku yang tertinggal di mobil."

"Sungguh keterlaluan. Tega teganya mereka menyuruh anak kecil sendirian. Apakah mereka tak berpikir kalau mungkin saja anak mereka akan diculik?"

Dalam hati Kuro hanya bisa tertawa kering.

Di matanya, manusia biasa tak lebih dari sebuah daun yang tumbuh di sebuah pohon. Mereka terlahir, tumbuh dan akhirnya mati menjadi pupuk.

"Sudahlah Paman. Mereka bukannya takut aku diculik, namun mereka tahu karena mereka percaya padaku. Meskipun begini, aku bisa ilmu bela diri he he..."

Polisi itu hanya bisa tersenyum kecut, lalu mengelus kepala Kuro.

"Kau tetap masih kecil yang butuh orang dewasa untuk menemanimu. Haa.. tapi memang di zaman seperti ini kau bisa mengawasi seseorang dari jauh. Aku yakin mereka melakukan hal sama kepadamu."

Benda semacam GPS biasanya dipasang oleh orang tua pada anak mereka untuk mengawasi dari jauh. Dengan itu orang tua bisa sedikit lega, namun bukan berarti hal itu mengurangi angka kriminalitas seperti penculikan.

"Yup. Sekarang bolehkah aku pergi?"

"..aku akan menemanimu sampa-"

"Ah..Ibu‼"

Kuro berteriak sambil menunjuk ke arah belakang polisi. Polisi itu langsung menoleh ke arah belakang, namun yang dia lihat adalah patung badut yang menjulurkan lidah.

"Hey.. dima- eh?"

Polisi terkejut karena sosok Kuro sudah menghilang. Polisi itu menoleh ke berbagai arah, namun tetap tak bisa menemukan Kuro di manapun.

Itu wajar. Saat ini Kuro sudah berada di lantai dua setelah menggunakan sihir teleportasi. Dia lalu berjalan berkeliling mall dengan wajah ceria.

(Sudah kuduga mengerjai orang memang menyenangkan..)

Untuk sesaat Kuro merasakan sesuatu yang sudah lama tak dia rasakan. Kesenangan. Meskipun itu didapat dengan menjahili orang lain. Mungkin sifat iblisnya mulai bangkit kembali.

Tapi meskipun sifat buruk iblisnya mulai muncul, namun ada sesuatu yang mendorong dirinya untuk menahan diri.

(Tch.. apa kau ingin aku tak menggunakan kekuatanku untuk keburukan?)

Sesuatu itu tak lain adalah dirinya yang lain. Meskipun dia tertidur, namun mereka saling memperingatkan satu sama lain. Ini seperti iblis dan malaikat yang berada di hati manusia, namun tak ada malaikat dalam diri Kuro.

Ini cukup lucu jika dipikirkan secara nalar.

"?"

Saat melihat lihat, dia melihat toko boneka. Disana ada boneka beruang teddy bear. Tiba tiba tanpa sadar dia melangkahkan kakinya ke toko itu.

Tapi sebelum dirinya masuk, dia kembali berbalik arah dan pergi dari toko itu.

(Sial.. ada apa denganku?)

"KH‼"

Boneka beruang teddy bear merupakan kesukaan Chiaki. Dia tak mempunyai alasan untuk membelikan Chiaki boneka, namun hatinya menggerakkan tubuhnya sendiri.

Dia tak tahu pasti apa yang dia alami, namun dia menduga satu hal.

(Mungkinkah aku mulai menjadi Kuro?)

Ini gawat. Dia menyadari itu.

Selama ini dia menganggap dirinya bukan Kuro. Jiwa yang lain. Mereka tak sama.

Namun setelah beberapa waktu, dia sadar kalau dirinya tak ada perbedaan dengan dirinya yang lama.

Pada akhirnya, dia tak mengerti tujuannya ke mall dan kembali pulang.

____________________________

_________

___

Di rumah, dia membantu Ruko mengerjakan PR-nya di kamar. Dengan otak yang dia miliki, Kuro saat ini menjadi salah satu orang paling jenius di dunia.

Tapi Ruko berbeda. Meskipun God Slayer, namun dia memiliki kepintaran yang hanya dikategorikan sangat pintar. Meskipun sebenarnya dia tak mengalami kesulitan mengerjakan PR, namun dia senang saat Kuro menawarkan diri membantunya.

Tapi ada yang membuatnya terganggu saat berkonsentrasi.

"Onii-chan, apa kau serius membantuku?"

"Kenapa kau bertanya seperti itu?"

"Jika ya, bisakah kau menyingkirkan tanganmu dari bokong dan dadaku? Aku tahu kau mesum, tapi bisakah kau menahan dirimu?"

Kuro tertawa kecil lalu menyingkirkan tangannya dari dada kecil dan bokong Ruko. Setelah itu, dia membaringkan tubuhnya di kasur Ruko dan mengendus bantal yang terletak di kasur.

Melihat itu Ruko hanya bisa mendesah berat. Dia lalu melanjutkan mengerjakan PR-nya dengan wajah memerah. Pada akhirnya Kuro hanya menjadi penonton mesum.

"...Hime, apa kau mencintaiku?"

Ruko berhenti menulis lalu menoleh ke Kuro.

"Aku tak tahu kenapa Onii-chan membahas ini, namun aku yakin kau tahu jawabannya. ..aku mencintaimu, Onii-chan."

Perkataan yang tulus dan dikatakan oleh gadis cantik yang bagaikan seorang putri. Hal itu membuat Kuro terpana hingga mematung beberapa saat.

Kuro senang dan bahagia. Hatinya mulai damai kembali dan rasa bosan yang dia rasakan langsung menghilang tertiup angin.

"Aku juga mencintaimu, Ruko... eh?"

Kenapa dia memanggil Ruko, bukan Hime? Saat menyadari itu, Kuro mulai takut dengan keadaan dirinya sendiri. Dia perlahan mulai menjadi orang lain.

"Onii-chan?"

"Bukan apa apa, Hime. ......Malam ini bolehkah aku tidur bersamamu?"

"Uh..."

Wajah Hime memerah dan terlihat panik dengan permintaan Kuro yang secara tiba tiba. Tapi dia tak mungkin menolak undangan Kuro.

"Baiklah..."

Ruko lalu melanjutkan mengerjakan PRnya dengan senyuman lebar.

Sementara itu, Kuro justru merengut. Dia memiringkan tubuhnya ke arah lain agar Ruko tak melihat dirinya yang sedang sedih.

(Aku tak tahu berapa lama aku bisa menjadi diriku sendiri, namun sebaiknya aku melakukan sesuatu agar tak menyesal..)

Dia membuat keputusan. Keputusan yang dia ambil setelah mengetahui takdirnya sebagai Shiro, bukan Kuro.

___________________________________________

_____________________

__________

Keesokan harinya, seperti biasa keduanya sarapan dengan masakan buatan Ruko. Meskipun baru 8 tahun, namun masakan Ruko bagaikan masakan koki restoran terkenal. Setidaknya itulah pendapat Kuro.

Tak seperti biasanya, Ruko makan dengan wajah senang. Biasanya dia akan tersenyum tipis, namun ada suatu yang berbeda dari Ruko pagi ini.

Mungkin tidur bersama Kuro memberikan efek yang lebih dari yang diduga.

"Onii-chan, apa ada yang salah?"

"Tidak."

"Jangan bohong. Meskipun kau menyembunyikannya, namun aku pasti akan tahu. Pasti saat ini ada sesuatu yang mengganggumukan?"

"...kau benar benar tahu."

"Tentu saja. Kau pikir sudah berapa lama aku bersamamu, Onii-chan."

"...."

Kuro menyantap sarapan dengan tenang. Biasanya dia sangat menikmati momen sarapan bersama Ruko, namun entah mengapa sarapan pagi ini terasa dingin.

(Sudah lama ...kah..)

Keraguan mulai muncul. Siapa sebenarnya dia? Kuro? Atau Shiro?

"Uh... Onii-chan, kau membuat ekspresi itu lagi. jika kau menyembunyikan sesuatu, aku akan sangat sedih. Bukankah tadi malam kau bilang menyukaiku, jika ya, seharusnya tak ada rahasia di antara kita."

"....kupikir kau benar. Tapi ini bukan masalah besar kok. Hanya saja, jika boleh tahu. Hime, siapa yang lebih kau cintai, aku atau Kuro?"

"..huh?"

Mendengar pertanyaan itu, Ruko justru tertawa kecil. Dia menguyah lauk berupa ikan goreng dan setelah itu barulah dia mulai menjawab.

"Onii-chan, apakah kau berpikir aku menganggap kalian berbeda? Meskipun kau menyebut dirimu Shiro atau apapun, namun itu tak akan mengubah fakta kalau kau adalah Onii-chan yang aku cintai. Yah meskipun aku akui lebih senang dengan dirimu yang sekarang, bukan dalam hal mesum, namun pada kenyataannya, kau bukanlah orang asing. Kau tetaplah Onii-chan."

"Tapi aku.."

"Kau pasti ingin mengatakan kalau kau adalah iblis yang merasuki tubuh Onii-chan, tapi sejauh ini yang kulihat, kau hanyalah melarikan diri dari kenyataan yang ada."

"Apa maksudmu?"

Yang melarikan diri adalah dirinya yang dulu. Karena itulah dia bingung.

"Jika kau bandingkan dengan dirimu yang lama, apa yang berbeda? Kau dulu mencintai Chiaki-chan, sekarang kau mencintai aku. Dulu kau tak menggunakan kekuatanmu, namun sekarang kau bagaikan last boss dalam sebuah permainan. Pada akhirnya, kau hanya melarikan diri dari dirimu yang lama, Onii-chan."

"..."

"Kau mungkin menyebut dirimu adalah Shiro, namun di mataku kau sama sekali tak berubah. Tidak, perubahanmu mungkin kau lebih jujur dengan dirimu sendiri. Itulah yang membuatku sangat senang, Onii-chan."

"...terima kasih, Hime. Aku mencintaimu."

"Aku juga mencintaimu, Onii-chan."

Setelah sarapan, mereka bersiap bersekolah. Mereka keluar bersama seperti biasa, namun saat di luar rumah, mereka bertemu dengan Chiaki.

Chiaki menunjukkan tatapan acuh dan bersiap berangkat sendirian, namun tiba tiba tangannya dipegang oleh Kuro.

"Apa maumu?"

Seram. Orang lain mungkin akan kabur jika melihat tatapan Chiaki.

"Ah... tidak. Tapi bisakah kita berangkat sekolah bersama?"

Chiaki melirik ke arah lain untuk menghindar, namun tiba tiba dia mendesah.

"Baiklah. Ayo kita berangkat bersama, Kuro-chan, Ruko-chan."

"Ya."

"..."

Aura kecemburuan ditunjukkan Ruko, namun Chiaki justru tersenyum kecil seolah senang melihat reaksi Ruko. Tak ada yang tahu siapa yang iblis dan siapa yang manusia.

Tapi inilah awal dari kehidupan cinta segitiga di antara mereka.

-Sayangnya, ada sebuah rahasia kecil yang Kuro(Shiro) sembunyikan.

Mungkin Ruko dan Chiaki menganggap dirinya adalah orang yang sama, namun sebenarnya mereka adalah dua orang yang berbeda. Bisa dibilang bagaikan positif dan negatif.

(Mungkin suatu saat mungkin aku akan menghilang, namun sebelum itu aku harus memberi tahu mereka tentang 'dia' yang sebenarnya. Jika 'dia' bangkit kembali, mungkin tak ada yang bisa mencegahnya. Chiaki, Hime. Aku mencintai kalian berdua.)

Setelah beberapa bulan, Shiro menghilang. Tapi bukan berarti menghilang sepenuhnya. Dia hanya tertidur.

Sebagai gantinya, ada kepribadian baru yang muncul. Kepribadian ketiga yang merupakan gabungan Shiro dan Kuro.

Kepribadian itulah yang kini mereka kenal sebagai Kuro Kanata.



Author Notes;
Ini adalah chapter/ Part terakhir di Ruko ARC.

ARC terakhir akan dimulai di updatetan selanjutnya. <3

Thanks For Reading.. ^_^/

Continue Reading

You'll Also Like

89.7K 13.7K 39
Setelah kelompok Cale hidup bahagia dan bebas dari para pemburu. Mereka pergi satu persatu karna umur mereka. Cale yang sudah memperkirakan meski dia...
264 36 2
Zerin sungguh menikmati hidupnya, menjadi gadis populer yang di jauhi tidak membuat Zerin gempar, dia sangat menyukai momen di mana orang memujanya n...
24.7K 1.2K 9
"Bibir gw asem kalo gak ada ni rokok" ~Gevan "Ogah anjir gw ma elu" ~ Gevan "Gw seme tolol" ~Gevan "Avan... Evan mau ice cream" ~Gevan "Avan mau ded...
15.9K 3.1K 39
[COMPLETE] Bagaimana manusia bertahan hidup dari kejaran zombie hingga kebrutalan para mayat hidup saat memburu manusia? Mendengar kata zombie sepert...