Waiting U To Be Mine [S.M]

By ohshesweet

43.6K 4K 130

[WARNING!!!] I wrote this story when I was just a kid, there are so many cringe parts that will make you want... More

Hello!
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35
Chapter 36
Chapter 37
Chapter 38
Chapter 39
Chapter 40
Chapter 41
Chapter 42
Chapter 43
Chapter 44
Chapter 45
Chapter 46
Chapter 48
Chapter 49
Chapter 50
Chapter 51
Chapter 52
Chapter 53
Chapter 54
Goodbye
Chit Chat 1 - Sequel is out!

Chapter 47

653 72 7
By ohshesweet

Maddie's POV

Saturday October 23rd.

Sehari setelah aku sadar dari koma kedua di hidupku.

Aku masih di rumah sakit, masih dengan selang infus dan perban di kepala dan beberapa bagian tangan dan kakiku.

Disini hanya ada Nick, Shawn, Brook, Nash, dan Lily.

Jacob tadi pagi dengan terpaksa pergi ke rumah temannya untuk mengerjakan tugas kelompok yang dilupakannya karena aku koma.

Mom dan Dad tadi keluar untuk menjemput Alexa dan keluarganya di lobby rumah sakit.

"Percayalah padaku, Alexa dan Tanner itu sangat baik, Maddie. Sayang sekali kita tidak bisa bertemu adik mereka. Bukankah katanya adik mereka itu seumuran dengan kita?" kata Brooklyn.

"Ya, Alexa bilang umurnya dengan umur kita sama" kata Lily.

"Umur kalian. Berbeda dengan umurku" ucap Nash dan kami semua tertawa pelan.

Aku jadi penasaran, siapa ya nama adiknya?

"Memangnya siapa nama adik mereka?" tanyaku.

"Hmm, Alexa dan Tanner hanya memberi-tahu nama depannya saja, bukan nama lengkapnya. Kalau tidak salah namanya Gre—"

Ceklekkk

Dari balik pintu, muncul Mom dan Dad. Di belakang mereka ada sepasang suami istri, seorang perempuan yang sudah pasti itu adalah Alexa dan seorang laki-laki yang sudah pasti Tanner. Aku tidak melihat seseorang yang seharusnya ada. Maksudku adik mereka. Bukankah harusnya dia ada?

"Hey Alexa! Hey Tanner!" sapa Lily lalu memeluk Alexa.

"Hey" sapa Tanner dan Alexa.

Aku masih diam, memperhatikan mereka semua.

"Umm, hey Maddie. Aku Alexa, aku yang menabrakmu waktu itu. Aku minta maaf, aku mengendarai mobil melewati batas saat itu. Aku benar-benar minta ma—" 

"Hey, it's okay, I'm okay and everthing is okay, Alexa"

Mendengar kata-kataku, Alexa mendekat dan memelukku dari samping.

"Thank you so much! Kau benar-benar gadis yang baik. Biasanya gadis seumuranmu akan sangat marah padaku jika mereka di posisimu lalu akan menjadikanku budak mereka selama yang mereka mau" kata Alexa.

"Aku tidak seburuk itu, kauu tau "

Aku memperhatikan sekitar dan pandanganku terjatuh pada sepasang suami istri yang mendekat kearahku.

"Hello beautiful! Aku Scott dan ini istriku, Lisa. Kami benar-benar meminta maaf atas semua yang harus kau alami. Koma, berbaring disini dan harus tidur dengan alat-alat itu" kata sang suami padaku.

Aku tersenyum sejenak.

"Pasti rasanya sangat tidak menyenangkan di sini, kami minta maaf karena Alexa kau harus mengalami ini" kata sang istri.

"It's okay Mr. Scott, Mrs. Lisa, I'm totally okay right now. Ini bukan salah Alexa, ini salahku karena aku menyebrang tanpa memperhatikan sekitar" jawabku.

"Just call us with Uncle and Aunt, okay? Once again, Thank you so much" kata Aunt Lisa sambil memelukku.

"Ekh-hemmm!!"

Suara berat itu memecahkan pelukanku dan Aunt Lisa.

Aku menengok ke seseorang yang barusan berdeham.

"Aku belum memperkenalkan diriku" katanya sambil tersenyum bangga.

"Hello sweetie, namaku Tanner. Sama seperti yang keluargaku katakan, aku minta maaf kulit indahmu harus ternodai oleh jarum infus karena adik perempuan aneh ku ini" katanya.

"Tanner!" kesal Alexa sambil mencubitnya.

"Berhenti menggoda orang lain, Tanner" kata Aunt Lisa.

Serentak semuanya tertawa mendengarnya. Kecuali Tanner, tentunya.
...

Biar kuberitahu sesuatu padamu, hari ini adalah hari paling bahagia bagiku selama satu minggu terakhir ini.

Bagaimana tidak senang? Aku sudah dikurung di rumah sakit selama—kau hitung saja sendiri—dan hari ini, aku akan pulang, kembali ke rumahku.

Tapi menyebalkannya, aku masih disini. Di sofa rumah sakit. Saat aku bangun tadi pagi, aku tidak menemukan siapapun di kamar rawatku. Hanya keluargaku dan keluarga Alexa yang tau kalau aku hari ini pulang, dan kurasa teman-temanku tidak tau apa-apa.

Dan tebak apa yang terjadi sekarang? Aku sudah berganti baju, dan membereskan sisa barangku sendiri. Aku siap untuk pulang tapi dari tadi pagi tidak ada siapapun yang datang kesini.

Aku meraba perban yang masih terlilit manis di kepalaku, rasanya masih sedikit sakit, tapi yang penting aku sudah bisa pulang ke rumahku.

Tunggu dulu.

Lalu aku pulang dengan siapa?

Daritadi aku memang menunggu siapapun yang akan datang kesini karna aku yakin pasti akan ada yang datang, tapi dari tadi pagi sampai siang ini tidak ada yang datang. Kau tau apa yang lebih buruk? Ponselku masih dihandle oleh Nick, dan aku sama sekali tidak menyentuhnya semenjak sadar seminggu yang lalu.

Oke jadi pertanyaanya sekarang adalah, bagaimana nasibku?

Ceklekk

"Maddie!"

Akhirnya, malaikat penyelamat hidupku datang juga.

"Hey Shawn!" sapaku dan berdiri, menyambutnya yang sekarang berdiri di depan pintu.

"Apa yang kau lakukan? Kau tidak beristirahat? Hey! Kau ini harus cepat sembuh, jadi kembalilah ke tempat tidur dan—" 

"Aku sudah diperbolehkan pulang hari ini"

Shawn terdiam. Lalu senyum lebar tersenyum jelas di wajah tampannya.

"Yas! My Maddie is back!"

Shawn berlari kearahku, memelukku sambil mengangkatku keatas dan berputar sampai pada akhirnya kami jatuh di sofa panjang dengan posisi aku di atasnya. Tangannya masih berada di pinggangku dan aku masih mengalungkan tanganku di lehernya.

Aku terdiam, menatap mata Shawn. Mata coklatnya terlihat sangat indah, wajahnya yang terkena sinar matahari dari jendela terlihat sangat sempurna.

"Kenapa kau melihatku seperti itu?" tanyanya.

Aku langsung tersadar dari lamunanku dan aku yakin wajahku pasti sudah merah.

"You're so cute"

Dan pada saat itu juga, Shawn mencium pipiku, dalam posisi aku masih diatasnya.

Aku tidak bisa berkata apapun sekarang dan aku hanya bisa diam, kaku seperti batu.

"Uhh-umm, lebih baik kita pulang ke rumahku sekarang" kataku mengalihkan topik sambil beranjak dari atasnya.

Shawn tertawa pelan lalu ikut berdiri.

Aku mengambil tas ranselku yang hanya berisi beberapa barang. Sebenarnya aku juga bingung kenapa tadi pagi saat aku bangun yang ada hanya beberapa sisa barangku, mungkin orangtuaku sudah membawa barang-barang lainnya ke rumah. Tapi kenapa aku tidak diajak pulang?

Ah sudahlah, sekarang yang terpenting adalah, aku rindu rumahku dan aku ingin pulang.

Saat aku menyampirkan ranselku ke punggung, Shawn menarik ranselku dan memakainya.

"Apa yang kau lakukan?" tanyaku.

"Kau baru sembuh, kau tidak boleh membawa sesuatu yang berat-berat. Jadi biar aku saja yang membawanya" katanya sambil mengelus rambutku

"Tapi itu tidak berat, Shawn" bantahku.

"Sudahlah, ayo, kuantar kau pulang" katanya lalu merangkulku.
...

Aku dan Shawn akhirnya sampai di depan rumahku. Shawn membuka pintu mobilnya dan turun, memutari mobil dan membukakan pintu mobilnya untukku.

"Thank you, Shawney"

"You're welcome, Medey"

Aku berjalan keluar mobil, Shawn menyampirkan tas ranselku ke pundaknya dan membawanya. Kami berdua berjalan sampai ke depan pintu dan berhenti.

Aku menekan bel berkali-kali tapi tidak ada yang membukakan pintu.

Kemana semua orang?

"Kenapa tidak ada yang membuka pintu?" tanyaku heran.

"Kenapa kau harus menekan bel? Ini kan rumahmu sendiri, langsung buka saja pintunya" kata Shawn.

"Itu namanya tidak sopan" jawabku singkat dan Shawn hanya tertawa kecil.

Aku memegang gagang pintu dan membuka pintu. Aku masuk ke dalam rumahku yang sejujurnya cukup gelap. Kurasa jendelanya ditutup.

Aku melangkah ke arah saklar lampu dan menekannya.

And, wow!

Aku melihat ruang tamu rumahku sudah berubah. Aku melihat balon huruf yang disusun menjadi 'WELCOME HOME MADDIE', ada juga balon yang tebang hingga menyentuh langit-lagit rumah dan banyak hiasan lainnya.

Tapi, anehnya tidak ada siapa-siapa disini dan hanya ada hiasan hiasan ini.

Sebenarnya mereka niat atau tidak membuat surprise seperti ini?

"What the—" 

"WELCOME BACK TO HOME, MADDIE!!!"

"—hell" lanjutku.

Aku melihat kearah semua orang yang keluar dari persembunyiannya, di balik dinding, di balik sofa, di belakang hiasan rumah, bahkan ada yang keluar dari dapur!

Aku menutup mulutku tidak percaya.

Mom, Dad, Nick dan Jacob berada di paling depan dan Mom memegang sebuah kue. Lalu kulihat Mom meletakkan kue itu diatas sebuah meja.

Aku menengok kearah Shawn di belakangku, dia tersenyum lebar. Aku kembali menengok ke depan dan berjalan kearah keluargaku. Aku memeluk mereka dengan sangat erat. Bahkan aku yakin kami terlihat seperti teletubbies.

Setelah melepas pelukan kami, aku mengedarkan pandangan pada semua orang disini. Ada keluarga Shawn, ada semua teman-temanku—kecuali Cam dan Chloe, tentu saja. Dan aku melihat Alexa dan keluarganya.

Tepat di sebelah Alexa, aku melihat seorang laki-laki, kurasa seumuranku tapi aku tidak pernah melihatnya sebelumnya, di sebelah laki-laki itu ada dr. Megan. Jujur, dr. Megan terlihat beda sekali sekarang, karna ia tidak memakai jas putih dokternya, melainkan memakai pakaian biasa.

"Bagaimana bisa kalian melakukan semua ini dan membiarkan aku sendirian di rumah sakit?" tanyaku pura-pura kesal.

"We're sorry, dear. Tapi itu bagian dari plan kami, setidaknya kami tau kalau Shawn melakukannya dengan baik. Bukan begitu, son?" kata Aunt Karen.

"Of course Mom!" jawab Shawn sambil tertawa di akhir.

Setelah berpelukan dengan beberapa dari mereka, kami memutuskan untuk merayakan kepulanganku di halaman belakang rumahku. Di dekat kolam renang.

Aku kaget saat melihat halaman belakang juga sudah ditata rapi, sudah ada banyak kursi dan karpet, dan dilihat dari tataannya, sudah pasti ini akan menjadi BBQ party. Dan yang lebih mengejutkannya, hampir semua sudah mempersiapkan baju renang untuk berenang.

Sementara aku? Tidak usah diberi tahu pun aku sudah tau kalau aku belum boleh berenang.

Mom, Aunt Karen dan Aunt Lisa sedang mempersiapkan semua alat-alat untuk memanggang daging-daging segar dan sosis itu diatas bara api.

Dad, Uncle Manuel, Uncle Scott, Jacob dan Tanner sedang mengobrol. Entah apa yang emeka perbincangkan.

Semua teman-temanku sedang tertawa ria sambil ikut membantu menyiapkan peralatan untuk memanggang daging.

Alexa, Dr. Megan dan laki-laki itu sedang duduk di sofa panjang yang bisa dijadikan ayunan. Alexa yang menyadari aku memperhatikan mereka segera melambaikan tangannya, memintaku agar kesana.

Laki-laki itu juga menengok kearahku dan tersenyum.

Woah. Dia manis sekali.

Aku berjalan kearah mereka dan ikut duduk disana.

"Aku tak percaya kau pulih dengan benar-benar cepat" kata dr. Megan.

"Megan, aku sudah bilang padamu bahwa Maddie itu kuat" kata Alexa menepuk pundak dr. Megan.

"Apa ini hanya perasaanku saja atau kalian memang terlihat sangat dekat?" tanyaku penasaran.

"Ya, sebenarnya Alexa ini sahabatku. Hanya saja memang dia tidak pernah sopan padahal aku lebih tua darinya" kata dr. Megan.

"Tidak usah sok tua seperti itu, Megan" kata Alexa sambil tertawa.

Aku tertawa sambil diam-diam memperhatikan laki-laki yang ikut tertawa pelan ini. Sebenarnya dia siapa?

"Dr. Megan—" 

"Panggil aku Megan saja, kau sudah kuanggap adikku sendiri"

Aku tersenyum pada dr—maksudku Megan.

"Okay, Megan, Terima kasih karna kau ikut di surpise tak terduga ini. Dan sejujurnya, kau terlihat sangat berbeda hari ini. Kau terlihat lebih cantik" kataku jujur.

"Thank you Maddie" ucapnya sambil tersenyum manis.

Lagi-lagi, aku diam-diam melihat kearah laki-laki itu. Ia sedang memperhatikan sekitar dan tiba-tiba ia melihat kearahku. Kami bertatapan beberapa detik sampai akhirnya ia tersenyum dan aku membalas senyumannya.

Astaga, Demi Neptunus senyumannya manis sekali!

"Oh ya, Maddie, kenalkan ini adikku"

Aku terdiam. Jadi dia adiknya yang dibicarakan waktu itu?

Laki-laki itu mengulurkan tangannya sambil tersenyum.

"Hey, aku Gre—" 

"Maddie!!"

Ucapan laki-laki yang baru saja ingin mengucapkan namanya terpotong oleh Shawn yang memanggilku. Aku menengok kearah Shawn yang memanggilku.

"Kemarilah, hanya sebentar saja!" katanya lagi.

Aku memengok kearah Alexa, Megan dan laki-laki ini.

"Pergilah dulu, kurasa pangeran berkuda putihmu sudah menunggumu. Berkenalannya nanti saja juga bisa" kata Alexa dan diangguki Megan.

"I'll be back" kataku sebelum berdiri dan pergi menghampiri Shawn.

Aku melihat Shawn dan teman-temanku sudah menungguku di karpet besar. Entah apa yang akan dibicarakan tapi aku rasa ada sesuatu yang penting.

"Ada apa?" tanyaku saat sudah duduk tepat diantara Nick dan Shawn.

"Tidak ada apa-apa, kami hanya ingin berkumpul saja" kata Matt.

Well, dugaanku salah berarti.

Akhirnya kami mengobrol. Kadang kami mengobrol masing-masing dan kadang bersama-sama. 

"Nick, dimana ponselku?" tanyaku.

"Oh iya, aku lupa" kata Nick sambil merogoh saku celananya. "Ini, aku sudah charge semalam"

Aku mengambil ponselku dari tangannya dan memperhatikannya dengan baik, siapa tau saja ada yang lecet, kan?

"Tenang saja, aku merawatnya dengan baik" kata Nick tiba-tiba membuatku tertawa.

Aku menyalakan ponselku dan mengetik password. Nick ternyata meng-airplane mode ponselku, tapi kenapa?

"Nick, kenapa kau menyalakan airplane mode?" tanyaku.

"Tidak apa-apa" katanya tanpa melihatku.

Aku membuka pesan dan melihat siapa yang terakhir mengirimkan pesan padaku.

Chloe Moretz.

Dengan cepat aku membukanya.

From : Chloe Moretz
Maddie, aku tau kau marah padaku tapi bisakah kita bertemu?

From : Chloe Moretz
Aku benar-benar minta maaf padamu Maddie

From : Chloe Moretz

Kenapa kau tidak bersekolah? Apa kau semarah itu padaku?

From : Chloe Moretz
Kenapa kau tidak membalas sama sekali? Aku akan menelfonmu kalau begitu.

Dan yang terakhir, saat ia bilang ia akan menelfonku, tanggalnya sudah lama, dia mengirim itu saat aku baru koma.

Aku mematikan airplane mode dan menyalakan wifi yang langsung connect dengan wifi rumahku. 

Dan tebak apa? Baru semenit, notification ku sudah penuh.

Aku memperhatikan isi notificationku yang sebagian besar adalah teman-temanku yang mengucapkan 'Get well soon'.

Aku mendapat beberapa notifcation dari social mediaku dan yang mengangetkan adalah aku mendapat DM twitter dari Cam yang berisi permintaan maaf, dia juga bilang kalau dia tidak akan tau aku koma kalau saja dia tidak diberi pelajaran oleh Nick, Nash dan Shawn.

Aku melihat pesan-pesan dari Chloe yang langsung masuk, aku tidak berniat membaca semua tapi aku tau apa yang harus kulakukan.

"Guys" panggilku.

Seketika semua pandangan teralih padaku.

"Aku harus berbicara dan menyelesaikan semuaya dengan Cam dan Chloe"

Mata mereka semua membulat dan mereka benar-benar kaget.

"Yang benar saja?" jawan Shawn dan Nick berbarengan.

"Oh ya, dan satu lagi. Urusanku dengan Madison belum selesai juga, kan? Aku harus berbicara dengannya"

"Tidak, tidak. tidak! Kau tidak akan pernah berurusan lagi dengan mereka. Semua ini selesai" kata Nick

"Nick, itu tidak mungkin. Jika aku membiarkan masalah ini maka aku akan selalu kepikiran dan belum lagi Chloe, apa kalian tidak mengira kalau Chloe dipaksa oleh Madison?!" kataku kesal, karna kenyataannya, aku sudah melihat semuanya.

"Okay okay fine. Hanya Chloe" kata Nick.

"Tidak hanya Chloe. Aku masih punya masalah dengan Cam" kataku lagi.

"Maddie, kau sudah gila? Kau sudah dikhianati, Maddie. Dan kau masih mau membereskan masalah dengannya? Kau mau bersama dengannya lagi? Aku tidak setuju!" kata Lily.

"Aku juga tidak setuju," tambah Brooklyn dan yang lainnya.

"Kalian belum mendengar perkataanku. Aku bukan ingin melanjutkan hubunganku dengannya, aku justru ingin mengakhirinya. Rasanya aku sudah tidak memiliki perasaan yang sama padanya" kataku.

"Huft, kukira kau akan melanjutkannya. Aku setuju denganmu kalau begitu" kata Shawn.

Hari semakin sore dan akhirnya, makanan sudah selesai!

Kami semua berkumpul membentuk lingkaran besar dan berdoa dengan Dad yang memimpin. Setelah berdoa, semuanya mengambil daging dan sosis lalu mencari tempat terbaik untuk makan.

Setelah mengambil makananku, aku menghampiri Shawn dan yang lain.

"Hey, kapan rencananya kalian akan berenang?" tanyaku.

"Nanti malam saja, keliatannya seru. Lagipula tadi pagi Aunt Sera bilang kami boleh menginap di sini jadi tidak perlu khawatir" jawab Carter dan yang lain menaggguk.

"Ayo kita makan bersama di karpet tadi" ajak Hayes.

Aku mengedarkan padangan sampai akhirnya aku melihat laki-laki yang tadi belum sempat memperkenalkan dirinya. Ia duduk di sofa panjang ayunan seperti tadi siang. Aku melihat Megan dan Alexa berbicara sebentar padanya lalu meninggalkannya sementara mereka berjalan menuju Mom, Aunt Karen dan Aunt Lisa.

"Kurasa aku tidak makan dengan kalian," kataku.

"Why?" tanya Brooklyn.

"Aku akan menemaninya" kataku sambil menunjuknya.

"Oh dia, aku heran, kenapa dia menolak saat kami minta bergabung dengan kami tadi. Maddie, kau ajak saja dia kesini, gabung bersama kita" kata Nash.

Aku mengagguk dan berjalan kearah laki-laki itu. Saat sudah sampai, aku duduk disebelahnya.

"Hey" sapanya.

"Hey" sapaku balik.

"Kenapa kau sendirian?" tanyaku.

"Well, Alexa dan Megan tadi berkata kalau ia ingin membantu membereskan sampah dulu dan membantu memanggang daging lagi untuk tambahan" katanya.

"Kau sendiri, kenapa kau kesini? Teman-temanmu tidak mencarimu?" lanjutnya lalu mengambil sepotong daging dengan garpunya dan memakannya.

"Aku ingin disini saja, kenapa kau tidak bergabung denganku dan teman-temanku?" tanyaku sambil menengok padanya, perlahan tanganku mengambil sosisku dengan garpu dan menyuapkannya ke mulutku.

Ia menelan makanannya dan tersenyum padaku.

"Aku tidak mau mengganggu saja. Sebenarnya aku sudah kenal mereka beberapa hari setelah kau sadar, aku tak sengaja bertemu dengan mereka tapi aku belum bertemu denganmu. Melihat teman-temanmu seperti itu, aku tidak ingin menganggu" katanya.

"Kau tidak mengaggu, aku dan yang lain akan senang kalau kau bergabung dengan kami" kataku sambil tersenyum padanya.

"Terima kasih, Maddie" katanya.

Oke, dia tau namaku tapi aku tidak tau namanya, ini tidak adil.

"Kalau boleh jujur, kau itu manis sekali" katanya lagi.

Aku tersenyum malu karna dipuji olehnya.

"Thank you, umm kau belum memberi tahu namamu by the way" kataku.

"Oh right, sorry" katanya tertawa pelan lalu ia mengulurkan tangannya padaku.

Aku mengulurkan tanganku padanya—dan kau tau apa? Tangannya hangat dan halus sebenarnya—dan kami menatap satu sama lain.

"I'm Grethan, Megan's brother"

[A/N : Haaiii!! 

Gue dateng membawa kejutan dan tokoh baruu!

NGAKU COBA SIAPA YANG NGIRA ITU GREYSON LOL HAHAHA]

Continue Reading

You'll Also Like

789 116 5
𝕊𝘢𝘮𝘶𝘥𝘳𝘢 𝘭𝘶𝘬𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘫𝘪𝘯𝘨𝘨𝘢.
202K 31.1K 56
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
788K 81.6K 56
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...
70.6K 11.2K 16
Yang publik ketahui, kedua pemimpin perusahaan ini sudah menjadi musuh bebuyutan selama bertahun-tahun lamanya, bahkan sebelum orang tua mereka pensi...