Married to Mr. Park

By yenykristina

9M 613K 78.2K

❝Aku menikah dengan artis paling songong se Korea Selatan karena sepucuk surat wasiat. Jika kalian ada diposi... More

PROLOG
CHAPTER - 01
CHAPTER - 02
CHAPTER - 03
Lease Agreement 1
Lease Agreement 2
CHAPTER - 04
CHAPTER - 05
CHAPTER - 06
CHAPTER - 07
CHAPTER - 08
CHAPTER - 09
CHAPTER - 10
CHAPTER - 11
CHAPTER - 12
CHAPTER - 13
CHAPTER - 14
CHAPTER - 16
CHAPTER - 17
CHAPTER - 18
CHAPTER - 19
CHAPTER - 20
CHAPTER - 21
CHAPTER - 22
CHAPTER - 23A
CHAPTER - 23B
CHAPTER - 24
CHAPTER - 25
Bukan update
CHAPTER - 26
CHAPTER - 27
CHAPTER - 28
CHAPTER - 29
CHAPTER - 30
CHAPTER - 31
CHAPTER - 32
CHAPTER - 33
CHAPTER - 34
CHAPTER - 35
CHAPTER - 36
CHAPTER - 37
SPECIAL CHAPTER
CHAPTER - 38
CHAPTER - 39
CHAPTER 40 [spoiler]
SPIN- OFF JAEHYUN

CHAPTER - 15

167K 14.8K 1K
By yenykristina


Chanyeol menangkupkan kedua telapak tangan pada cangkir hangat hadapannya. Menyeduh teh dan mengecek ribuan komentar pada akun instagram miliknya merupakan aktivitas yang ia lakukan pagi ini. Semalam ia putuskan untuk tidak tidur di dorm karena menurutnya, meninggalkan Emma dalam kondisi buruk adalah tindakan yang tidak benar.

Ia bukan lelaki brengsek, tentu saja.

Sejak kecil ibu Chanyeol selalu menanamkan paham bahwa laki-laki harus melindungi perempuan dan tidak boleh sekali pun membuatnya menangis. Mungkin inilah yang membuat Chanyeol tumbuh dengan kepribadian seperti itu -kecuali sikapnya yang menyebalkan.

Kehamilan Emma terus menerus menempel di otaknya tanpa sedetikpun terlewat. Kejadian itu terjadi sebulan yang lalu, ketika Chanyeol meminum anggur yang ia kira sebagai hadiah ulang tahunnya namun ternyata berisi obat perangsang. Dan Chanyeol tentunya tidak pernah menyangka bahwa melakukan "itu" satu kali akan membuat seorang perempuan hamil.

Ia menghembuskan napas panjang. Besok ia harus berangkat ke Beijing, dan Emma belum tau sama sekali perihal ini.

Bunyi bel membangunkan Chanyeol dari lamunan, dengan segera ia bangit dari duduknya dan berjalan ke depan untuk membukakan pintu.

"Nuna?" Chanyeol mengangkat sebelah alisnya begitu pintu terbuka dan memperlihatkan sesosok wanita tinggi tengah berdiri di depan pintu sambil membawa bayi di gendongannya.

"Hei, aku tidak tau kalau kau ada di rumah," ujar wanita dengan ramah. Ia adalah Park Yoora, kakak perempuan Chanyeol.

"Ini hari minggu," Chanyeol mengangkat bahu lalu tersenyum simpul, "Ayo masuk, di luar dingin."

Chanyeol tertawa pelan ketika tangan kecil itu bergerak antusias dan berusaha mengapai dirinya, "Baiklah, baiklah. Paman Chanyeol akan menggendong Bomi." tepat saat Chanyeol membawa Bomi kecil ke ruang tengah, balita itu bergerak-gerak minta diturunkan.

"Aku tidak melihat Emma, di mana dia?" tanya Yoora setelah menjatuhkan dirinya di atas sofa.

Chanyeol menurunkan Bomi dan melepas jaket keponakan kecilnya itu, "Kurasa dia masih tidur."

Melihat Bomi berlarian di dapur dengan popok besar di bokongnya membuat sesuatu dalam diri Chanyeol bereaksi aneh. Ia tidak bisa menolak untuk tersenyum.

Kakak peremuan Chanyeol mengunjunginya pagi ini dengan membawa berbagai macam makanan. Park Yoora bekerja sebagai pembawa berita di salah satu stasiun televisi dan Chanyeol sebagai artis. Meskipun sama-sama muncul di layar kaca, keduanya jarang sekali bertemu karena kesibukan masing-masing.

"Ba ba bu pa na na na," ocehan Bomi yang baru berusia 1 tahun itu terdengar menggemaskan. Tingkahnya yang lucu -melempar boneka sapi ke lantai lalu melemparkannya lagi secara berulang tersebut menyita perhatian Chanyeol. Tiba-tiba sebuah pemikiran melintas di kepalanya. Apakah anaknya nanti akan selucu ini?






--








"Nuna, apa masa-masa kehamilanmu dulu sangat sulit?"

Yoora menganggukkan kepala, "Lumayan. Kenapa?"

"Aku...hanya penasaran."

"Trimester pertama adalah waktu yang paling sulit. Aku tidak bisa makan karena perutku terus saja mual dan emosiku juga tidak stabil sehingga membuatku sering menangis tanpa alasan. Tapi semua itu bukan apa-apa karena suamiku Jung Sin selalu di sampingku."

Chanyeol menunduk. Ia merasa bersalah karena harus meninggalkan Emma selama 3 minggu di rumah sendiri, "Apa yang harus ku lakukan?" gumam Chanyeol dengan suara pelan.Sialnya, Yoora termasuk wanita yang memiliki telinga dan intuisi yang tajam. Jadi wanita itu langsung mencium jika ada sesuatu tidak beres sedang terjadi di sini.

"Apa yang terjadi denganmu dan Emma?"

Chanyeol mengangkat kepalanya lalu menatap kakaknya itu dengan pandangan terkejut, "Tidak ada apa-apa."

Yoora memicingkan mata curiga, "Aku tau kau sedang berbohong."

Chanyeol menghela napas panjang. Berbohong kepada Yoora adalah ide buruk. Seharusnya ia tau bahwa kakaknya adalah wanita yang sulit untuk dibohongi. Terlebih dirinya yang punya kemampuan payah dalam hal ini. Dengan helaan napas panjang, Chanyeol menyerah. "Emma hamil," ucap laki-laki itu pada akhirnya.

"Apa?"

Tidak butuh waktu lama bagi Yoora untuk menangkap maksud Chanyeol. Wanita itu dalam sekejap membelalakkan matanya lalu memukul belakang kepala adiknya dengan keras, "Dasar bodoh!"

"Kenapa memukulku?" gerutu Chanyeol sambil mengusap belakang kepalanya yang sakit.

"Dia masih sekolah, kenapa kau malah...?"

"Aku tidak sengaja."

"Lalu apa yang akan kau lakukan?" tanya Yoora dengan nada marah.

Jawaban Chanyeol tertahan ketika mendapati Emma keluar dari kamarnya dengan penampilan seperti baru bangun dari tidur.

"Hai... siapa ini?" tanya Emma dengan nada antusias begitu mendapati ada Bomi di rumahnya. Ia berjalan cepat menghampiri Bomi lalu mengangkat tubuh mungilnya ke udara. Kaki kecil Bomi menendang-nendang saat Emma menggosokkan hidungnya pada perut anak itu, "Bomi sekarang tambah berat ya."

Mata Emma kemudian beralih pada Yoora dan Chanyeol yang sedang duduk di sofa, "Annyeong haseyo," sapanya ketika ia mendekat.

"Bagaimana keadaanmu, Emma?" Yoora bertanya dengan raut khawatir.

Emma mengerutkan kening, bertanya-tanya kenapa Yoora tiba-tiba menghawatirkan keadaannya, dengan cepat Emma beralih menatap Chanyeol dan mendapati laki-laki itu mengangkat bahu.

"Kau sudah pergi ke dokter?" tannya Yoora lagi.

Sepertinya Emma menyadari situasi apa yang terjadi sekarang. Ia menduga Chanyeol sudah memberitahu kakaknya itu tentang kehamilannya. Lalu dengan senyum simpul ia menjawab, "Aku baik-baik saja."








--








"Kau masih marah padaku?" Chanyeol akhirnya melontarkan pertanyaan yang sedari tadi berputar di kepalanya.

Yoora dan Bomi sudah pulang 30 menit yang lalu. Dan sekarang Emma tengah menyiapkan sarapan di dapur tanpa mengucapkan sepatah katapun kepada Chanyeol.Chayeol mengikuti Emma ke meja makan.

"Ini sarapanmu," ucap Emma setelah meletakkan sepiring nasi goreng dengan telur itu di atas meja, "Aku akan makan di dalam kamar."

"Tunggu," Chanyeol menyambar pergelangan tangan Emma sebelum gadis itu pergi, "Ayo makan bersama. Ada hal yang ingin aku bicarakan."

Setelah sarapan selesai, Emma langsung menyerbu Chanyeol dengan pertanyaan, "Apa yang ingin kau bicarakan?"

"Besok aku berangkat ke Beijing, aku akan berada di sana sekitar 3 minggu."

Emma menatap Chanyeol dengan tatapan datar, "Aku tau."

"Chanyeol mengerutkan dahi, "Kau...sudah tau?"

"Aku membaca beritamu di internet."

Chanyeol mengangguk-angguk dan tiba-tiba atmostif canggung melanda keduanya, "Kau tidak keberatan tinggal di rumah sendiri?" tanyanya dengan hati-hati.

"Sama sekali tidak keberatan."







--







Hari Senin datang. Chanyeol tengah bersiap untuk berangkat ke bandara sementara Emma bersiap untuk pergi ke sekolah. Keadaannya sudah jauh lebih baik dari beberapa hari yang lalu, jadi ia berfikir tidak akan ada masalah jika ia pergi sekolah.

Bunyi ketukan pintu membuat aktivitas Emma terhenti, ia meletakkan sisirnya kembali ke meja rias lalu membuka pintu kamar. "Aku akan berangkat," pamit Chanyeol dengan nada ragu.

Emma mengangguk kemudian diam-diam mengikuti dari belakang saat laki-laki itu berjalan keluar rumah. Chanyeol berbalik dan mendapati Emma tengah berdiri di ambang pintu. Oh sial, tiba-tiba perasaannya menjadi berat untuk pergi ke Beijing. Sejujurnya, saat ini kepalanya dipenuhi oleh pikiran-pikiran khawatir tentang hal sulit apa yang akan gadis itu alami tanpanya.

Chanyeol memutuskan untuk berjalan mendekat ke arah Emma, "Hubungi aku jika terjadi sesuatu."

Lagi-lagi Emma tidak menjawab dan hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban.

Emma hampir saja kehabisan napas saat tiba-tiba Chanyeol menariknya ke dalam sebuah pelukan. Ia merasa aneh saat memikirkan hal ini. Dan tidak tau kenapa, Emma seolah-olah dapat merasakan kekahwatiran yang mendalam dari diri laki-laki itu, "Jaga dirimu."




--to be continue.


Vote+komen selalu aku tunggu :)

Say hi to Bomi ^^

Continue Reading

You'll Also Like

81K 9.3K 39
Setelah kepergian jennie yang menghilang begitu saja menyebabkan lisa harus merawat putranya seorang diri... dimanakah jennie berada? Mampukah lisa m...
You Hurt Me! By Aya

Teen Fiction

32.1K 2.1K 58
Di sebuah taman yang tampak tidak terawat, daun-daun kekuningan bunga yang gugur berjatuhan di atas rerumputan hijau yang basah terkena tetesan rinti...
Declair By miarusda

Teen Fiction

70K 2.9K 47
Bimbang adalah kata-kata yang mendiskripsikan perasaannya saat ini. Saat para Ketua dan kapten memperebutkan dirimu, siapa yang akan kamu pilih? Dian...
4.7M 58.3K 3
Bayangkan punya mantan yang selalu mengusik hidupmu. Bayangkan, bayangkan aja dulu.