My Bad Girl (Melvin D. Frankl...

By Sitinuratika07

1.6M 68.9K 3.1K

Series #4 Fantasi [Sequel Mine - Melvin D.Franklin] Hai namaku Melvin. Anak kedua yang lahir dari perut Mama... More

Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10
My Bad Girl New Cover
ORDER KELUARGA FRANKLIN
Ebook My Bad Girl

Bab 11 - Chit Chat

105K 5.4K 326
By Sitinuratika07

Itu mulmed si Melvin lagi ngapain 😂 gak tau nih anak kok beda banget ya sama kelvin😂 btw  bab 16 END yak! Thank you and happy reading ❤❤

Jangan lp vote & comments 🙌 ini bab tentang percakapan Melvin dan Keyla aja :D

****

Keyla's POV

Malam ini, aku dan Melvin kembali berkenalan dari awal. Rada aneh juga sih kalau dipikir-pikir, tapi menurutku ini lebih baik karena kami tidak akan menyimpan rahasia lagi. Dia tahu tentangku dan aku juga tahu tentangnya. Tidak ada yang perlu ditutup-tutupi.

Sebenarnya aku masih ingin bersikeras tidak memaafkannya, hmm perihal tentang dia mengusirku tadi. Soalnya aku sakit hati banget sih, padahal Melvin kan sudah menganggapku 'dekat', bahkan dia menganggapku sebagai kekasihnya, tapi kok dia tega bilang 'PERGI DARI RUMAHKU' seakan itu kalimat yang mudah. Jujur, aku kaget dan syok saat mendengar teriakannya. Saat itu juga, aku langsung berlari keluar tanpa pikir dua kali.

Tak ku sangka, pria itu mengejarku. Aku pikir-pikir, untuk apa dia mengerjarku lagi setelah tadi dia mengusirku? Huh dasar labil. Aku pun bertekad tidak akan mau kembali padanya. Tapi melihat kegigihan Melvin saat meminta maaf padaku padahal sudah lebih tiga kali ku tolak, aku pun luluh. Kau tahu, wajah puppy eyes Melvin itu sangat lucu dan menggemaskan. Aku tak tahan.. dia ganteng banget sih. Sudah ku katakan bukan, aku paling lemah terhadap pesona cogan. Uhh.

Bukan itu saja, aku memaafkan dia karena kutahu, Melvin niatnya tulus. Saat dia memelukku tadi, jantungnya berdetak sangat cepat. Sama denganku. Seakan-akan, detakan jantung kami menyatu jadi satu. Bisa kusimpulkan, kalau Melvin tidak berbohong tentang perasaannya kan? Dan oleh karena itu juga, jujur, aku merasa senang.

Melvin memang mudah banget ngubah mood aku. Heh.

"Dagu kamu gak apa-apa kan?" tanya Melvin sambil mengelus daguku pelan. Tulangnya agak nyeri sih tapi untunglah tidak sampai patah. Cuma bunyi otot 'kretek' aja tadi.

"Gak terlalu sih. Sudahlah jangan ngalihin pembicaraan terus, kamu dah janji ngasitau aku tentang 'jenis' kamu itu kan." desakku karena Melvin selalu mencari-cari alasan saat aku bertanya tentang jenisnya itu. Aku yakin 100% kalau dia bukan manusia biasa. Bagaimana ya kalau dia manusia jadi-jadian, kayak iblis mungkin. Atau yang lebih parahnya lagi, dia melakukan persugihan dengan setan seperti yang ku kira kemarin! Arghhh, aku tak mau.

Melvin mengusapkan kedua tangannya di depan mulut, aku rasa dia sedikit gugup. Hemm, apa se-begitu sulitnya? Tinggal bicara saja susah.

"Aku takut kamu gak akan percaya, beb. Soalnya ini sedikit .... ehmm mungkin bisa dikatakan impossible kalau di zaman sekarang," jawab Melvin sambil menatap mataku lurus.

"Aku percaya kok. Cepetan deh. Lumutan nih nungguin kamu," balasku.

"Oke-oke. Begini sayang. Sebenarnya aku.. " Melvin mengerutkan dahinya dan menatap mataku lagi, "Aku ini ... half vampire dan half wolf." lanjutnya dengan nada serius.

WHAT? Setengah vampir dan setengah serigala? Apa Melvin bercanda? Tapi, kenapa dia tidak tertawa ya. Apa dia serius?

"Are you serious?" tanyaku. Melvin cuma mengangguk mantap. Hmpphh, entahlah aku mendadak ingin tertawa. Dia bohong kan? Duh, gak mungkin bangetlah di zaman sekarang ada makhluk kayak gitu. Melvin ngigau nih.

"Sayang kok kamu malah ketawa gitu sih?" rengut Melvin saat melihat pipiku berkedut menahan tawa. HAHAHA, dia lucu banget. Beneran.

"Haahahha, kamu gak serius kan? Masak sih, hahaha." Tiba-tiba, tawaku pecah. Aku tak tahan lagi, Melvin niat banget bohongin aku sih. Tidak mungkin dia makhluk jadi-jadian kayak gitu? Vampir? wolf. Hahahah, aku jadi teringet sinetron Indonesia pas aku SD dulu. Apa ya judulnya.. Hmm, GGS kali.

"Sayang aku serius!" tegas Melvin dengan suara unyuknya itu membuatku spontan berhenti tertawa. Kelihatannya dia serius banget deh. Tuh dia malah marah lihat aku tertawa lepas tadi.

"Maaf.." cicitku sambil mengalihkan pandangan karena tak tahan dilihatinya terus. Beneran marah dia. Huuuu.

Setelah itu, Melvin menangkup wajahku dan menariknya lembut seakan ingin berkata, "lihat mataku." Ya sontak saja, aku menurut. Aku pun menatap bola matanya yang awalnya berwarna hitam lalu perlahan-lahan berubah warna menjadi merah terang. Seperti darah. Aku sering sih melihat mata Melvin berubah tiba-tiba seperti itu. Aku kira dia memakai softlens otomatis. Eh tunggu, emang ada softlens yang begitu?

Aku terperangah saat bola matanya lama-kelamaan berubah menjadi warna merah tua. Kok.. bisa ya?

"Sekarang percaya 'kan?" tanya Melvin menatap mataku tajam. Pandanganku turun ke arah bibirnya dan melihat gigi taringnya memanjang sendiri. Tidak terlalu panjang seperti di film-film dracula, itu sih panjangnya lebay menurutku. Hehe.

"Jadi kamu tuh asli ya? Boleh pegang gigi kamu gak?" tanyaku tanpa pikir panjang dulu. Entahlah, aku cuma penasaran. Aku juga belum percaya, Melvin bohong atau memang lagi serius.

Awalnya Melvin ragu tapi kemudian dia mengangguk dan membuka mulutnya lebih lebar sehingga gigi taringnya kelihatan. Aku pun sedikit beranjak dari duduk rebahanku dan mendekat padanya. Ya dekat banget sampe harum parfum Melvin langsung menusuk hidungku. Uhh jantungku..

"Aku pegang ya?" izinku sekali lagi. Melvin mengangguk lagi. Aku persis seperti dokter gigi yang mau memeriksa pasiennya kalau posisi begini. Tak memakan waktu lagi, aku pun langsung menyentuh gigi taringnya yang putih itu dan JLEB! dengan sengaja aku menusuk daging telunjukku sendiri ke sana.

WOW! Langsung berdarah.

"Kok tajem banget ya. Kayak pisau. Aw.. perih," ucapku langsung melepaskan jari tanganku dan hendak mengelap darah itu dengan bajuku, tetapi Melvin segera merebut jariku dengan gerakan yang sangat cepat. Aku bahkan tak sempat melihatnya.

"Pinter banget sih yng, berdarah kan." katanya sambil mengisap darah di jari tanganku. Deg..deg..deg.. Oh my God, Melvin!!

"Kamu tau gak kalau darah kamu manis banget? Umm, melebihi permen.." nikmat Melvin mengulum ujung jariku yang berdarah tadi.

"Iya  apa?" Aku tak percaya, lantas aku mencabut tanganku paksa dan menyicip sedikit darahku tadi. Wueek... Gak enak!! "Bohong! Gak ada manis-manisnya!" sergahku langsung. Melvin tertawa keras melihat aksiku tadi. Huh, menyebalkan.

"Iyalah sayang. Kamu tuh manusia biasa, gak kayak aku." Melvin mengambil kotak perkakas P3K di nakas dan mengobati luka kecil akibat tajamnya gigi taring Melvin. Dia perhatian banget.

"Jadi beneran kamu makhluk jadi-jadian gitu ya?"

Melvin mencubit pipiku spontan, "Jadi-jadian? Emangnya aku setan?!" rengutnya. Kini Melvin melingkari jari tanganku dengan kain kasa.

"Maaf, aku kan gak tau. Aku kira di zaman teknologi secanggih ini gak ada lagi makhluk kayak gitu," ujarku sambil melihat gerakan tangan Melvin yang telaten saat membalutkan perban kecil. Taraaa, luka tadi pun sudah tertutup dengan sempurna.

"Sayang kamu tau Vicky Delano?" tanya Melvin.

Aku mengangguk, "Penyanyi itu kan?"

"Iya, dia vampire." jawab Melvin singkat membuat mulutku menganga. What? Demi apa?

"Serius?"

"Dua rius malah. Terus kamu tau gak dengan usaha Simpons Bakery?" tanya Melvin lagi. Aku pun langsung mengangguk. Tentu saja aku tahu, aku sering beli rotinya sih. Empuk enak gitu. Tapi, jangan-jangan..

"Keluarga Simpons juga vampire," jawab Melvin cepat seakan tahu apa yang barusan aku pikirkan.

"Astaga, masih banyak lagi?"

Melvin lagi-lagi mengangguk, "Iya, masih banyak pake banget. Tapi mereka sengaja nyembunyiin identitas mereka supaya orang-orang gak tau. Kebayang kan kalo sampe ketauan, dunia bakal kacau."

"Oh gitu. Eh tapi tunggu! Berarti seluruh keluarga kamu juga dong?" tuduhku langsung. Melvin cuma tersenyum, dia lalu mengambil bingkai foto keluarganya yang berada di atas nakas.

"Semuanya kecuali Mamaku. Mama hanya manusia biasa kayak kamu. Kamu tau kan Papa aku?" Melvin menunjuk foto Papanya, "Dia sama kayak aku, setengah vampire dan setengah serigala juga. Tapi kalo Papa yang lebih mendominasi itu wolf-nya sedangkan aku vampire-nya. Papa tahan gak minum darah 4-5 bulan tetapi aku gak tahan walaupun baru 2 bulan." jelas Melvin panjang lebar.

Aku masih bingung, kira-kira apa yang terjadi dengan mereka ya kalo gak minum darah?

"Apa kamu pernah nahan hasrat untuk gak minum darah, Vin?" tanyaku iseng-iseng.

"Sering, bahkan sampe demam tinggi dan pingsan. Aku kadang iri dengan saudara kembarku, lihat yang ini." tunjuk Melvin ke arah laki-laki yang berdiri dengan tampang flat di foto itu. "Dia wolf. Dia sama sekali gak minum darah," lanjut Melvin.

"WHAT? Wolf? Serigala beneran?"

"Iya sayang. Dia bisa berubah wujud jadi wolf, keturunan asli dari kakek-ku." jawab Melvin.

Aku cuma menggeleng-gelengkan kepala saja, astaga, tidak bisa dipercaya. Di zaman modern kayak gini? Tapi kalau dipikir-pikir keren juga kalau buat nakutin orang.

"Kenapa kembaran kamu gak minum darah? Terus cewek ini kembaran kamu juga kan?" tanyaku ikut-ikut menunjuk foto itu.

"Gak lah, dia kan wolf. Jadi, dia gak punya rasa 'haus' seperti kami. Nah, sedangkan ini, namanya Deira, dia juga kembaranku. Kami kembar tiga sayang. Kalo kamu tanya Deira minum darah apa gak, ya dia minum. Karena dia half vampire, keturunan nenekku." jelas Melvin sambil sesekali mengusap pipiku.

Wihh, keren. Dengerin cerita Melvin malam-malam begini seru juga.

"Melvin, aku masih bingung. Dulu aku pernah nonton film kalo vampire tuh hidupnya abadi, bener gak sih? Jadi kamu gak mati-mati dong." ucapku nyerocos. Ups, maaf kalo aku kelepasan. Aku penasaran banget sih.

"Hm, iya itu bener kalau vampire murni. Tapi kalo kami bukan, sayang. Kamu gak liat ya urat nadi aku? Terus kamu pernah gak ngerasain detak jantung aku? Pasti pernah kan?" tanya Melvin membuatku refleks mengangguk. "Kami seperti manusia biasa honey, tapi mungkin lebih awet muda." lanjutnya.

"Mama kamu manusia biasa, udah punya anak tiga gede-gede pula, kok masih kelihatan kayak gadis gitu sih?" tanyaku heran. Waktu itu aku sempet ngepoin hp Melvin tergeletak tak sengaja di atas meja, ada foto gadis cantik di galeri fotonya.

"Kamu lihat dimana?"

"Hape kamu." jawabku. Melvin menyodorkan ponselnya dan menyuruhku mencari foto itu. Tak perlu susah karena foto Melvin cuma sedikit. Foto selfie dia aja gak ada.

"Nih yang ini."

Melvin tiba-tiba tertawa, "Hahaha, ini? Ya ampun yng. Foto ini emang udah lama banget, pas Mama aku masih kuliah. Aku ambil foto ini dari hp Papaku dulu. Nih foto Mama yang terbaru, agak gendutan sih, bentar ya liat di instagram Mama dulu." Melvin mengotak-atik hp nya sebentar, aku cuma bisa menunggu sambil mengerucutkan bibirku.

Iri? Tentu saja, Mama Melvin cantik banget sih. Pantesan Papa Sean kelihatan cinta mati begitu.

"Nah yang." Melvin kembali memberikan ponsel itu kepadaku. Emm...

HAH? SAMA AJA BO'ONG! Ini mah masih cantik banget. Kulit putih mulus perawatan, rambut kinclong sering ke salon. Ahh, minder.

"Mama aku suka banget selfie. Hahaha," kata Melvin sambil tertawa.

Aku pun melihat foto-foto lainnya di instagram Mama-nya itu, Atika D. Franklin. Wuih namanya Indonesia banget. Memang kebanyakan iya, foto selfie. Terus banyak juga foto candid Papa Sean, foto mereka saling cium pipi, dan ada juga foto mereka berdua di depan Eiffel, menara pisa, bahkan di depan candi Borobudur. Tapi foto itu agak lama karena terlalu di bawah. Terus Mama-nya Melvin ternyata sosialita. Followers-nya banyak. Malah foto terakhir yang ia upload, ada lebih 1000 komentar. Aku baca sekilas, kebanyakan komentar iri dari haters karena ia menjadi salah satu keluarga Franklin.

"Wajahnya aja masih sama, Vin. Awet muda banget! Ughh iri," kataku sambil memberikan ponsel itu ke Melvin lagi.

"Hehe, jangan iri dong sayang. Kamu juga awat muda kok, kan kemarin nelen darah aku." katanya frontal. Aku terdiam sebentar. Seketika memori ingatan tentang kejadian itu kembali menghampiri otakku. Rasa mual juga terasa diperutku. Bayangkan! Aku dipaksa minum darah oleh pria jadi-jadian ini.

"Kok bisa kayak gitu?" tanyaku penasaran. Melvin tersenyum misterius, dia lalu menaikkan kedua bahunya ke atas.

"Rahasia. Ayo makan dulu. Kita kan belum makan sayang. Liat tuh sudah jam 8, nanti aja ngobrolnya dilanjutin," lirik Melvin ke arah jam dinding kamarnya. Astaga, aku lupa. Aku juga belum mandi.

"Tapi kan aku belum masak gara-gara kamu marah gak karuan tadi," ucapku sambil beranjak dari tempat tidur. Melvin pun ikut-ikutan.

"Siapa juga yang ngambeknya lama huh?" Melvin mencubit pipiku, "Kamu mandilah duluan, aku pesen makanan dulu." suruh Melvin sambil mengusap pucuk kepalaku. Lalu tanpa aba-aba, dia mengamit daguku lembut dan mencium bibirku.

ASTAGA! Jantungku..

"Aku tunggu diluar sayang."

Itulah ucapan terakhir yang ku dengar darinya sebelum Melvin keluar dari kamar. Dia tidak tau ya kalo aku deg-deg-degan kayak gini? Huh.

Ngomong-ngomong, aku masih tidak menyangka kalau kami sudah baikan. Padahal tadi kami sempat mengalami masa-masa kritis yang hampir menuju perkelahian, untung saja Melvin sabar. Apa sekarang aku boleh mengakuinya sebagai pacar? Boleh dong. Kenapa gak? Toh, Melvin aja nganggep aku kayak gitu. Lagipula, aku suka Melvin kok. Dia tuh so sweet unyuk-unyuk gitu. Ahh gemes!! Beruntungnya aku dapet pacar kayak dia. Udah cogan, baik, sabar, perhatian. Siapa juga yang gak mau.

Melvin, aku padamu!

*****

Pukul setengah 10 malam, aktivitasku dan Melvin akhirnya selesai semuanya, maksudku makan dan mandi. Perut sudah terisi membuat kepala kembali bisa berpikir jernih. Hehe.

Melvin juga sudah pakai baju tidurnya yang berwarna biru tua itu, kelihatan lucu plus ganteng banget. Ughh, dia kan emang selalu ganteng. Sedangkan aku memakai dress tidur berwarna pink dengan pola polkadots di sepanjang kainnya. Entahlah, Melvin membelikan baju tidur yang model beginian semua.

Ngomong-ngomong, aku lagi duduk di atas kursi santai di balkon kamar Melvin. Pemandangan kota di malam hari dan angin sepoi-sepoi membuatku nyaman duduk di sini. Apalagi ini kan kawasan apartemen elite, jadi jarang ada orang yang lewat di bawah. Kehidupan pribadi setiap orang di apartemen ini dijaga dengan baik.

Melvin tadi menyuruhku untuk menunggunya di balkon, katanya dia ingin membuat cokelat panas dulu sebelum melanjutkan perbincangan kami tadi. Malam ini sepertinya jadi malam quality time pertama kami. Soalnya, aku dan Melvin tak pernah mengobrol banyak sebelumnya.

"Sayang," panggil Melvin membuatku menoleh. Dia tengah membawa dua mug berukuran besar dengan asap mengepul di atasnya. Lantas aku membantunya dan menaruh mug itu ke atas meja.

"Coba berdiri dulu hon," suruh Melvin. Aku bingung tapi menurut saja. Sedangkan Melvin, dia menaruh bantal kursi di sandaran tangan dan berjalan ke ranjang untuk mengambil selimut. Lalu ia duduk di kursi itu dengan posisi memanjang dan menepuk-nepuk bagian tengahnya. "Duduk sini deh," katanya.

HAH? Kalau begitu, otomatis dia memelukku dari belakang dong.

"Kok gitu sih? Duduknya sampingan aja kayak tadi," kataku. Melvin menggeleng dan menarik pergelangan tanganku membuat tubuhku langsung terduduk di antara kedua pahanya. Aihh, aku malu!!

"Kalo duduk sampingan, kayak di bis sayang. Nah kalo gini kan romantis." Melvin menyampirkan selimut tadi ke depan pahaku. Kini tubuh kami sudah tertutupi selimut yang berguna melindungi dari angin malam yang dingin. Tapi lama kelamaan, aku gak tahan posisi begini. Deket banget..

"Tapi aku gak nyaman, Vin." belaku.

Aku ingin beranjak tapi Melvin melingkarkan tangannya di perutku. Dia mendekap tubuhku dari belakang, erat tapi tidak terlalu kuat. Pelukannya membuatku melting.

"Dibuat nyaman aja sayang. Emm, kamu wangi banget sih yng." Melvin menyingkirkan rambutku ke sebelah kiri dan setelah itu..

ARGH!! Dia menciumi leherku dari belakang, membuatku refleks menggeliatkan badan.

"Melvin, geli!"

"Hehehe, tapi suka kan?" tanyanya usil. Aku mencubit pahanya kuat. Dia cuma mengaduh kesakitan dengan suara-suara yang dibuat manja.

"Mesum banget. Kalo gini, gak usah duduk di balkon aja tadi." kataku sambil mengambil mug yang berisi coklat itu dan meminumnya sedikit. Melvin cuma terkekeh, tiba-tiba dia menggerakkan tanganku ke arah bibirnya supaya aku menyuapinya dengan coklat panas itu. Zzzz, punya dia kan ada.

"Enak disini, sayang. Angin sepoi-sepoi ditemani dengan gemerlap lampu-lampu dari jalanan di ujung sana, rasanya nyaman banget sambil peluk kamu kayak gini." kata Melvin dengan suara sexy-nya itu. Dia masih menyembunyikan kepalanya di ceruk leherku.

Jujur, aku juga menikmati suasana ini. Berada dipelukannya mengajarkanku apa artinya kenyamanan dan kesempurnaan cinta. Duh, kenapa jadi nyanyi?

"Sayang, maaf ya tentang yang tadi. Aku tau kamu pasti masih kesel. Aku gak sadar bilang kayak gitu ke kamu, pikiranku kacau banget pas tau kamu anaknya Gerald Barclays." Melvin mengeratkan pelukannya, dia bicara dengan nada bersalah membuat hatiku semakin baper.

Iya, emang aku masih kesel tapi ya lupakan saja. Manusia emang pernah berbuat salah kan. Memangnya malaikat yang gak pernah melakukan kesalahan?

"Aku maklum kok. Maafin juga kalo aku nyembunyiin ini dari kamu. Aku tau kalo kamu dan Papa Sean benci sama ayah aku waktu itu. Jadi aku makin takut untuk ngasitau kamu," jawabku. Melvin berdeham singkat, dia menaruh dagunya dipundakku.

"Kita sama-sama salah kalo begitu. Sayang, kamu belum cerita tentang keluarga kamu daritadi. Kok kamu bisa kerja di Club malam? Memangnya ayah kamu gak ngelarang?" tanya Melvin penasaran.

"Aku kabur dari rumah, Vin. Udah lebih dari dua mingguan aku pergi dari rumah. Karena gak ada pekerjaan yang nerima lulusan SHS, jadi aku di ajak Mary kerja di Club untuk sementara sampai aku ketemu om-om mesum yang ngajak aku pulang ke apartemennya waktu itu," sindirku. Melvin tertawa pelan lalu dia mencubit pipiku gemas.

"Bisa banget ya. Untung kamu ketemu aku, jadi kamu gak perlu lagi di tempat sialan itu."

"Itu cuma kebetulan kok." sergahku.

"Baby, di dunia ini gak ada yang namanya kebetulan. Itu semua udah di atur oleh Yang Maha Kuasa." Ucapan Melvin sok banget deh. "Oh ya, kenapa kamu bisa kabur dari rumah?" tanya Melvin lagi.

Aku terdiam sebentar, apa aku harus memberitahunya? Aku malu, tapi kami sudah berjanji untuk tidak main rahasia-rahasiaan lagi mulai sekarang. Oke deh, aku akan curhat sejujur-jujurnya.

"Hem, begini. Waktu itu aku di ajak ayah ke pertemuan para pengusaha di Jepang. Kata ayah, ada yang ingin berkenalan denganku. Ya aku nurut aja toh ayah juga gak pernah macem-macem sebelumnya. Rupanya ayah ingin menjualku ke Mr. Tanaka supaya dia menang tender. Mr. Tanaka langsung aja setuju, ya dia liat aku aja ampe ngiler gitu." jelasku panjang lebar. Melvin mendengarku sangat antusias, kadang alisnya mengekerut tanda tak suka.

"Yang pasti, aku sedih dan kecewa banget dengan ayah aku. Ini pasti gara-gara hasutan jalang matre sok cantikan itu. Dia emang wanita ular jahat yang suka nyiksa aku kalo ayah gak ada di rumah. Besoknya aku kabur aja pas tengah malem dari jendela." lanjutku. Terdengar Melvin menghela nafas pelan, dia memelukku lebih erat seperti ingin membuatku tenang.

"Maaf sayang. Aku gak tau kalo hidup kamu sesulit itu. Coba kita bertemu lebih awal, pasti tidak akan begini jadinya." kata Melvin.

"Maksudnya apa?"

"Sebenernya aku di undang ke pertemuan itu, tetapi aku terlalu malas bertemu dengan ayahmu, jadi Jhon yang menggantikan," jawabnya.

"Hah? Jhon yang sekretaris kamu waktu itu?" tanyaku seru. Aku tak tahu kalau ada Jhon waktu itu, apa aku yang gak sadar ya? Rame banget sih.

"Iya, Jhon. Memangnya kenapa? Apa kamu suka dengannya!?" Melvin kelihatannya marah. Ya walaupun Jhon ganteng juga, tapi hatiku sudah kecantol dengan Melvin sih. Jadinya kegantengan Jhon gak terlalu mempengaruhiku.

"Bukan gitu. Aku gak sadar aja kalo ada Jhon disana, jadi aku kaget aja. Pasti Jhon udah tau pas aku ketemu dia pagi kemarin."

"Mungkin. Tapi dia gak ngomong apa-apa sebelum aku tanya tadi. Mungkin dia mau aku mengetahuinya sendiri." Jawaban Melvin membuatku angguk-angguk kepala saja. Ternyata Jhon baik juga. "Oh ya hon, yang kamu sebut jalang matre sok cantikan itu siapa?" tanya Melvin.

Aku tertawa denger logat Melvin ngomong 'matre' tadi, walaupun dia fasih berbahasa Indonesia, tapi percayalah aksen baratnya masih terasa.

"Dia ibu tiriku. Jahat kayak ibu tiri di film-film gitu, aku benci dengannya. Ayahku jadi ikutan jahat setelah nikah sama dia." jawabku jujur.

"Jadi dia biang kerok masalah kamu selama ini ya?"

"Baru 2 tahun kok, ayah menikah lagi setelah ibuku meninggal. Dan tebak, waktu itu ayah ketemu jalang itu di Club malam! Entahlah, ayah kayaknya udah dipelet sama dia," ujarku sambil mengerucutkan bibir. Melvin tidak bertanya lagi, dia ikutan diam setelah mendengarkan ceritaku. Aku rela membayar berapapun hanya untuk tau apa yang ada di isi kepalanya itu.

"Melvin, maaf." Aku tidak tau kenapa, hanya saja kata itu meluncur sendirinya.

"Kenapa tiba-tiba minta maaf sayang?" kata Melvin setelah ia sadar dengan aksi berpikirnya tadi.

"Gak tau, aku ngerasa banyak salah aja sama kamu."

Melvin mengusap pucuk kepalaku, "Kamu gak salah apapun kok sayang. Malah aku yang harusnya minta maaf." katanya sambil mencium pipiku sekilas.

Kami diam beberapa saat sambil memandangi pemandangan kota Oslo di malam hari. Ku akui, aku tak pernah merasa sebaik ini sebelumya. Apalagi sejak ibuku tiada. Aku seperti menemukan induk baru yang bisa menyayangiku dengan tulus. Aku .. bahagia.

"Sayang, kamu mau tau apa penyebabnya aku dan Papa membenci ayahmu?" tanya Melvin tiba-tiba. Aku terkejut sebentar, aku ingin tau sebenarnya, tapi aku juga terlalu takut tuk mendengarnya. Lantas aku hanya mengangguk kecil menanggapi pertanyaan Melvin tadi.

"Maaf sebelumnya kalo aku bertanya seperti ini, apa kaki kanan ayahmu pincang?"

Kok Melvin tau? Kaki kanan ayahku memang pincang. Kata ayah, dia jatuh dari tangga dan kakinya tidak bisa pulih seperti semula.

"Iya, kenapa kamu bisa tau?" tanyaku. Melvin tersenyum kecut sambil mengusap tanganku.

"Itu karena Papa yang membuatnya seperti itu," jawab Melvin membuat hatiku tertohok. Papa Sean.. Kenapa? Tapi tidak mungkin Papa melakukan itu tanpa sebab.

Aku dan Melvin saling berpandangan dengan alis yang bertaut. Dia seperti tau apa yang ada di pikiranku sekarang. Mengapa Papa Sean sampai tega membuat kaki ayahku cacat seumur hidup?

"Karena ayahmu, Gerald Barclays adalah dalang dari penculikan Mamaku 18 tahun lalu."

DEG!

Jantungku seakan berhenti berdetak seperkian detik mendengar ucapan Melvin barusan. Apa aku tak salah dengar? Ayah? 18 tahun lalu? yang berarti aku baru lahir. Pantas saja aku tidak tau, apalagi ayah dan ibu tidak pernah bicara hal itu padaku. Hem, tentu saja tidak pernah.

"Melvin.."

"Iya, aku tau kamu baru lahir sayang. Aku terlalu egois menyalahkanmu karena hal itu. Maaf, karena peristiwa itu sampai sekarang keluarga kami sangat membenci keluargamu." kata Melvin sendu. Dia terlihat sangat frustasi sekarang.

"Bagaimana? Bagaimana itu terjadi?" tanyaku. Aku pun ikut menanggung malu. Astaga, ayah. Kenapa kau tega melakukan tindakan kriminal itu?

"Sebenarnya aku kurang tau detailnya, aku diberitahu oleh bodyguard kami setelah Mama pulang ke rumah. Lagipula dulu aku masih kecil sayang." Melvin mengambil nafas panjang sebelum kembali bercerita, "Waktu itu, saat ada pesta besar-besaran dari kerabat dekat Papa, kalau tidak salah di Rusia, Mama izin ke toilet sebentar. Papa ingin menemaninya waktu itu tapi Mama menolak karena terlalu malu, tidak mungkin ke toilet saja ditemani, itu kata Mama. Tapi setelah 15 menit, Mama tidak kunjung kembali, jadi Papa menyusulnya. Dan saat itu, Mama sudah tidak ada."

Aku mendengarnya dengan sangat antusias. Aku juga tak berniat menyela ucapannya.

"Di situ Papa sangat kacau sampai pesta itu dibubarkan saat itu juga. Tidak lebih dari 24 jam, tempat Mama di sekap, ditemukan oleh pihak FBI. Kamu tau, Papa sampai menyewa FBI waktu itu. Ya, kamu pasti tau di sana ada ayahmu dan temannya, Henderson. Papa sangat marah, sangat-sangat marah. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana nasib ayahmu dan si Henderson waktu itu." kata Melvin. Aku menutup mulutku dengan kedua tangan, kalau begini, aku tidak bisa membela ayah lagi. Ini 100% kesalahannya dan jika aku menjadi Papa Sean, aku pun juga bertindak seperti itu.

"Kontrak kerja dengan Barclays dan Henderson diputus secara sepihak. Ayahmu sempat ingin dimasukkan ke penjara tetapi ayahmu sanggup membayar denda puluhan milyar dollar saat itu untuk menyuap dan menjaga nama baiknya. Aku tau dari bodyguard kami, usaha ayahmu merintis dari awal, dan mungkin dia menghalalkan segala cara untuk berhasil lagi." ujar pria yang sedang memelukku ini.

Aku hanya menunduk, aku terlalu malu saat ini. Sekarang aku tau alasan kenapa aku bisa tinggal di Indonesia selama 15 tahun lebih bersama Paman dan Bibi, ternyata ayah dan ibu sedang mengalami masa sulit karena tindakan bodoh ayah sendiri.

"Maafkan aku Melvin, aku tidak tau. Maaf.." ucapku terus menunduk. Mungkin aku juga tidak sanggup untuk bertatap muka dengan Papa Sean sekarang.

"Tidak sayang. Ini bukan salahmu." Melvin menarik daguku dan mengecup bibirku sekilas. "Kejadian itu sudah sangat lama, bahkan Mama sudah lupa, hm mungkin. Mama juga tidak pernah mengungkit hal itu." kata Melvin seraya tersenyum. Senyumannya sungguh manis membuatku ikut tersenyum juga.

"Tapi bagaimana kalau Papa Sean tau? Apa Papa akan membenciku?" tanyaku takut. Tatapan Melvin menerawang jauh. Aku rasa, dia juga tidak tau bagaimana jika hal itu benar-benar terjadi.

"Aku tidak tau sayang, tapi berjanjilah satu hal. Apapun yang terjadi dengan kita ke depannya, jangan pernah menyerah dengan hubungan ini. Berjanjilah padaku," tatap Melvin serius ke mataku.

Aku mengangguk, "Aku berjanji. Tapi bagaimana denganmu? Apa kamu mau berjanji?"

Melvin mencium bibirku lama tapi tidak sampai melumatnya, "Pasti. Aku berjanji sayang. Apapun yang terjadi, aku tak akan pernah melepaskanmu." kata Melvin sambil memelukku erat. Ucapannya membuat senyum di wajahku. Aku sangat senang mendengarnya. Oh Tuhan, terima kasih.

Melvin melepaskan pelukannya dan sedikit memberikan ruang untukku supaya aku bergerak. Aku melihat ke belakang. Melvin mengusap pipiku lembut lalu ia tersenyum sangat sangat manis.

"I Love You," katanya pelan. Aku termangu. Melvin barusan menyatakan cintanya padaku.

Belum puas dengan keterkejutanku, kini aku merasa wajah Melvin semakin dekat dan jantungku semakin cepat berdetak pula. Lalu lambat laun, aku merasa bibir lembut nan tipis miliknya menyapu permukaan bibirku. Dia menciumku. Ciumannya begitu lembut seperti usapan bulu. Merayuku perlahan supaya aku membalasnya. Ya dia berhasil, aku terbuai. Aku pun ikut menggerakakan bibirku perlahan, mengulum bibir dan bawahnya perlahan. Melvin begitu. Dia terasa sangat menikmati ciuman kami. Ciuman yang lembut dan penuh kasih sayang.

Malam ini adalah malam spesial untukku. Terima kasih Melvin. Aku juga mencintaimu.











TBC





Rampung 4015 KATA. Bagaimana menurut kalian? Jangan baper liat ciumannya wkwkkw

Oh ya yang inget dengan kecelakaan Melvin di umur 13 tahun, perusahaan Henderson yang dalangnya kan? Itu karena dia dendem sama Sean. Belum puas dia jadi gitu deh. wkwk pikir aja sendiri. masih banyak pesan tersiratnya loh. hehe

NO EDIT ya. Aku gak sabar buat publish nya sih xD

oh, jangan bingung. kalo melvin-keyla ngomong pake bahasa indo gaul, dia emg lagi ngmg kayak gitu. tapi kalo mereka bicara pake bahasa indo baku, bayangin aja dia lagi ngmg pake english, oke.

Thanks! Jangan lupa komen! :P

Continue Reading

You'll Also Like

2.1K 447 7
Di dunia ini terdapat tiga ras yang mendominasi untuk saat ini, ras iblis, ras vampire dan satu lagi manusia, ketiganya memiliki perbedaan yang signi...
1.2M 9.5K 5
McMoran adalah keluarga terpandang di negeri ini dengan kekayaan yang melimpa mereka mengangkat seorang gadis bernama Alianna. Dan saat itu juga Alia...
54K 3.1K 17
Seorang omega cantik dan mungil itu harus terjebak di sebuah sel yang mengerikan, orang tua nya menjual dirinya ke penagih hutang agar terbebas dari...
171K 8.9K 12
(M/n) komori adalah kakak dari yui komori. Saat yui di kirim kerumah sakamaki bersaudara untuk di jadikan pengantin wanita. (M/n) di suruh ayahnya un...