Jodoh Pasti Bertemu

By tikhands

402K 11K 434

Viska mencintai teman semasa SMA-nya. di saat reunian itu berlangsung, ia bingung harus datang atau tidak. ta... More

P.1 - Bertemu Dengannya
P.2 - Aku mencintainya Sejak dulu, hingga sekarang
P.3 Reunian
P.4 First Kiss
P.6 Viska Maafkan Aku
P. 7 - Batal
P.8 - Alvist Proctor Carlen
P.9 - Aku Menyayanginya
Part 10 - Dream
P. 11 - Indonesia. Farlant!
P.12 - Merindukanmu
P. 13 - Aku Mencintaimu
P. 14 - Emas Putih
P. 15 - Dia, Farlant!
P.16 - Marriage
Spesial part

P.5 - Tahu Diri

23.8K 664 15
By tikhands

haloo selamat malam. maaf ini ngaret banget dan terimakasih yang sudah vote dan bercuap-cuap di dalam kolom komentar, di tunggu lagi yah hahaha. dan maaf juga kalau part ini sangat sangat mengecawak hehehe. silahkan dibaca :)

-----------------------

Farlant POV

              Sudah dua minggu setelah kejadian dimana aku mencium bibirnya, merasakan dirinya menegang saat sentuhan ringan dari bibirku menelusup masuk dengan lancang kedalam rongga mulutnya. Dan lusanya, aku malah bertemu lagi dengannya. Aku mencoba untuk menghindarinya dengan caraku sendiri, membuatnya membenciku mungkin adalah hal yang tepat.

              “Sayang, kita harus kerumahku sekarang. Viska dan Raissa sudah berada di sana. Mama dan Papamu sedang berada di perjalanan.” Ergh. Kebiasaan sekali gadis ini masuk ke dalam ruanganku tanpa memberikan salam.

              “Lalu, apa hubungannya denganku?” Aku bangkit dari kursi empuk yang beberapa bulan lalu resmi menjadi milikku.

              Khanza berdecak kesal, menghampiriku dan berdiri di depanku. “Kau lupa? Ini pernikahan kita dan kita harus berada di sana untuk membicarakan langsung konsep pernikahan kita pada Viska nantinya.” Terdengar nada kesal disana. Aku tak perduli, bukan aku yang menginginkan pernikahan ini tapi keluargaku dan juga kerluarganya. Oh iya, aku lupa ini juga keinginan Khanza.

              “Khanza, bukankah Viska sudah mengetahui betul bagaimana konsep pernikahan yang kau inginkan? Lagian, dia mau mengurus konsep yang mana lagi?” pertanyaan itu membuat Khanza mendelik kearahku. Ya Tuhan, apa ini godaan sebelum menjelang acara pernikahan kami seminggu lagi?

              “Kau ini kenapa sih? Niat tidak menikah denganku?” Tanyanya dengan nada kesal. “Aku hanya ingin kita berdua disana. Melihat kerja Viska yang menerapkan konsep diimajinasinya dengan dunia nyata. Itu saja. Kenapa kau tak mau melihatnya?” Baiklah. Khanza benar-benar marah sekarang. Aku malas jika harus beradu mulut dengan seorang gadis. Kuputuskan untuk mengindahkan keinginannya.

***

Viska POV

              Hari ini aku harus menebalkan hatiku agar tak rapuh. Benteng itu sudah kubuat sedari beberapa minggu yang lalu dan tak akan kubuat runtuh dengan mudahnya karena aku akan bertemu lagi dengannya di hari ini.

              Dengan ditemani Raisaa, aku memberanikan diriku melangkah masuk ke dalam sebuah rumah mewah bak istana di negeri dongeng. Pantas saja gadis itu meminta konsep pernikahannya seperti di negeri dongeng, rumahnya yang mewah ini saja sudah mewakili konsep utamanya.

              Mataku kini dimanjakan dengan pemandangan super cantik di taman belakang rumah Khanza yang super besar itu. Rumput yang hijau menjadi alasnya, bunga penuh warna-warni yang ada di setiap sudut taman dan sepertinya bukan pekerjaan yang sulit untuk mendekorasi taman ini menjadi sebuah resepsi pernikahan seperti di negeri dongeng.

              “Raissa, Viska.” Aku langsung menoleh saat mendengar namaku disebut begitupun dengan      Raissa yang berada di sudut taman, melihat bunga anggrek berwarna ungu yang menempel di pohon.

              “Bibi Martha.” Raissa langsung berlari kecil menuju wanita yang sudah memasuki usia setengah abad itu sementara aku hanya tersenyum tipis dan mengikuti langkah kaki Raissa. “Bibi, aku merindukanmu. Bagaimana kabarmu Bi?” Tanya Raissa saat gadis itu sudah melepaskan diri dari Bibi Martha.

              Aku memberikan senyum tipisku pada Bibi Martha saat aku sudah berada di belakang Raissa. “Bibi baik. Kalian bagaimana? Sudah lama sekali kita tak bertemu.”Bibi Martha seperti mengingat pertemuan terakhir kita.

              “Aku baik, Bi. Tapi Viska sepertinya sedang tidak baik.” Raissa melirikku yang sudah berdiri disampingnya. Gadis ini selalu saja pintar membongkar bagaimana suasana hatiku kepada Bibi Martha.

              “Jangan dengarkan dia, Bi. Aku baik, sangat baik.” Aku mengucapkannya dengan sangat yakin, seolah meyakinkan Bibi Martha bahwa tak ada sesuatu yang tidak baik didalam diriku. Padahal hatiku saat ini tengah remuk karena Farlant yang sabtu ini benar-benar melenggang dipernikahan. Mengucapkan janji suci di depan pendeta dan semua orang yang menghadiri pernikahannya nanti. Dan malangnya, akulah yang akan membawakan cincin pernikahan Farlant, menyaksikan secara lebih dekat bagaimana prosesi penyematan cincin itu.

              Khanza, gadis itu memintaku untuk membawakan cincin itu untuk mereka, padahal aku sudah menolak mati-matian karena akulah yang akan sibuk dengan segala macam pernikahannya yang akan berlangsung di gereja juga di istananya ini. tapi gadis itu tetap saja tak mau mendengar apa yang aku ucapkan.

              “Syukurlah.” Senyum itu masih terulas manis di wajah tua Bibi Martha yang sudah terlihat beberapa keriputan disekitar pipinya.

              “Hei Bocah Tengik, mau apa kau disini?” Raissa langsung menatap sosok pria paruh baya yang berdiri di ambang pintu kaca, membuat bibirnya mengerucut melihat pria yang sudah lama tak ditemuinya namun masih memanggilnya seperti itu.

              “Hei Paman Tua, jangan kau panggil aku Bocah Tengik lagi. Aku sudah dewasa tahu, usiaku sudah memasuki dua puluh lima tahun.” Kesal Raissa membuatku tertawa kecil melihat dua manusia yang masih sama seperti dulu. Paman Daud sangat senang memanggil Raissa dengan Bocah Tengik, entahlah apa alasannya yang pasti mereka memang dekat karena Paman Daud yang tak memiliki anak perempuan, dan setahuku Raissa seringkali bercerita mengenai hal pribadinya pada Paman Daud.

              “Aku tak perduli. Mana Bayu?” Tanya Paman Daud yang sudah berdiri di samping Bibi Martha.

              “Untuk apa kau menanyakan Bayu?” Tanya Raissa dengan curiga. Aku sendiri tak mengerti mengapa Paman Bayu sangat senang menggoda Raissa dengan membawa-bawa nama Bayu.

              “Bukankah kau berpacaran dengannya?” seketika kulihat bola mata Raissa menatap tajam pada Paman Daud, aku dan Bibi Martha hanya memandangi mereka tak mengerti. “Hei, jangan kau pikir aku tak tahu jika kau dan Bayu berpacaran beberapa minggu ini. kau pikir mentang-mentang kau tak pernah bertemu denganku, aku tak tahu apa yang terjadi denganmu Bocah Tengik.” Jelas Paman Daud yang membuatku dan Bibi Martha menaruh senyum jail pada Raissa. Raissa sendiri kini benar-benar menatap Paman Daud sangat tajam.

              “Paman, kau tak bercanda kan?” Tanyaku pada Paman Daud.

              “Viska sayang, yang kukira kau akan menjadi menantuku tapi ternyata putraku dengan mudahnya menerima perjodohan ini hanya dengan sebuah ancaman kecil, aku tak pernah berbohong denganmu bukan? Jadi tanyakan saja pada Bayu, dia yang memberitahukanku semuanya.” Aku diam. Bukan, bukan karena pernyataan Paman Daud mengenai hubungan Bayu dengan sahabat cantikku ini namun karena pernyataan Paman Bayu yang beliau bilang bahwa beliau berfikir akulah yang akan menjadi menantunya.

              Ya Tuhan, apa sebegitu kentaranya aku menyukai Farlant? Sampai-sampai Paman Daud berfikir jika aku akan menjadi menantunya nanti. Ancaman? Perjodohan? Jadi Farlant menikah dengan Khanza bukan karena hatinya?

Khanza POV

              Sedekat apa hubungan Viska dan juga Farlant saat SMA dulu? Mengapa calon Ayah mertuaku sempat berfikir bahwa Viskalah yang akan menjadi menantunya. Ya Tuhan, sepertinya aku belum benar-benar mengenal siapa Farlant dan siapa keluarganya padahal kami sudah bersama selama satu tahun lebih namun mengapa aku sama sekali tak mengetahui bagaimana keluarga ini bisa sedekat itu dengan Viska. Apa mereka pernah berpacaran?

              “Khanza, Farlant. Kalian sudah datang ternyata.” Suara calon Ibu mertuaku membuat sebuah senyum tipis muncul dibibirku sebenarnya sedikit kaku sih. Dan kulihat Farlant yang matanya malah tertuju pada Viska yang kini menundukkan kepalanya.

              “Iya Bu. Ibu dan Ayah sudah lama?” Tanyaku yang kini berdiri disamping Ibu.

              “Belum. Untung saja ada Viska dan juga Bocah Tengik ini, jadi kami tidak bosan apalagi Ayah dan Ibumu masih ada di Kuala Lumpur.” Ayah menunjuk Raissa saat mengatakan Bocah Tengik. Dan Raissa dengan tajam menatap bola mata Ayah serta seringaian yang muncul di bibir Ayah.

              Aku tertawa kecil. Mataku kini teralih pada Viska yang masih menundukkan kepalanya. “Vis, bagaimana? Apa taman ini bisa dirubah menjadi seperti yang kuinginkan?” tanyaku yang berhasil mengangkat kepala Viska. Gadis itu tersenyum tipis sembari menyapu seluruh taman ini.

              “Tentu saja. Jika Farlant tak menyukai warna pink, maka aku akan menghiasinya dengan bunga mawar biru, mawar putih dan juga bunga lavender. Mawar biru berarti sebuah imajinasi dan misteri. Seperti yang kau katakan, kau selalu berimajinasi untuk menyulap pernikahanmu seperti di negri dongeng dan inilah mimpimu yang segera menjadi kenyataan. Mawar putih sendiri merupakan sebuah ketulusan cinta, dan disini karena adanya cinta tulus kalian maka pernikahan ini terjadi. Dan yang terakhir bunga lavender melambangkan kecantikan wanita. Dan tentu saja, ia melambangkan dirimu. Semua mata akan tertuju padamu, Khanza.” Jelas gadis itu dengan sebuah senyum. Aku merasa senyum itu sangat berbeda dengan senyum yang pertama kali kulihat. Tapi entahlah, mungkin hanya perasaanku saja.

              “Menurutmu bagaimana?” Tanyanya yang kusambut dengan senyum tipis.

              “Aku setuju. Lalu bagaimana dengan gerejanya?” Aku menggiringnya untuk duduk di gazebo dekat dengan kolam renang di sisi kiri taman. Ayah, Ibu, Raissa dan Farlant mengikuti kami dari belakang.

              “Aku akan memenuhinya dengan warna putih, karena disini acaranya sangat sakral, bunga yang digunakan juga bunga mawar putih begitupun dengan buket yang akan kau bawa.” Kami duduk di gazebo. Aku mengangguk mengerti.

              “Baiklah. Kalau begitu cari kereta kuda berwarna putih juga ya. Aku mau saat pulang dari gereja, aku dan Farlant menggunakan kereta kuda.” Pintaku. Viska mengangguk mantap. Aku yakin, Viska bisa mewujudkan impianku.

***

Author POV  

              “Bagaimana kabarmu?” Pertanyaan itu keluar dari bibir Falant saat ia mengantar Viska untuk pulang. Khanza dan kedua orang tuanya-lah yang memaksanya untuk mengantar gadis yang sangat ingin dilupakannya itu. Raissa sendiri sudah pulang dengan dijemput Bayu.

              “Aku baik. Kau sendiri?” Viska balik bertanya, membuat sebuah senyum getir terukir manis disana.

              “Aku sangat tidak baik. Sabtu ini aku harus mengucapkan janji pernikahan di depan pendeta dan juga para tamu. Namun, hatiku sendiri belum bisa menerimanya. Andai saja gadis yang kunikahi adalah kau, mungkin saat ini perasaanku akan jauh lebih baik.” Ungkapnya yang membelokkan mobilnya kearah kiri, memarkirkan sedan hitam metaliknya di pelataran cafe yang terlihat sangat sederhana namun sangat nyaman jika ia berkunjung kesana.

              “Perlahan tapi pasti, kau akan mencintainya Farlant.” Ungkap Viska yang menatap mata Farlant begitu dalam. Ia mencoba meyakinkan Farlant dalam melanjutkan hubungan pria tampan itu dengan gadis cantik yang saat ini merangkap menjadi sahabatnya namun hatinya sendiri masih saja rapuh saat mengingat hal yang menyakitkan itu.

              “Aku mencintaimu, namun aku tak bisa membatalkan ini semua. Maafkan aku, karena dari dulu aku hanya menjadi pria pengecut dibalik dari sosok yang menjadi sahabat yang menjagamu.” Farlant menundukkan kepalanya, menyesali segala sikap pengecut yang dimilikinya.

              “Sudahlah Farlant, lupakan saja semuanya. Kita memang ditakdirkan untuk menjadi sepasang sahabat, tidak lebih. Jadi hapus saja rasa cintamu itu dan biarkanlah Khanza masuk kedalam hatimu, memberikan warna baru bagi hari-harimu nanti.” Viska tersenyum penuh pengertian. “Terimakasih sudah mencintaiku dan menjadi sahabatku. Sekarang, mari kita menjalin sebuah persahabatan tanpa adanya lagi sebuah cinta.” Lanjut Viska membuat sebuah senyum tercetak manis di bibir Farlant meskipun Viska tahu, senyum itu bukanlah sebuah senyum kebahagiaan melainkan sebuah senyum penuh dengan luka dan rasa sakit yang tertahan karena tak bisa diluapkan begitu saja.

              “Mari kita turun. Aku sudah lapar.” Ajak Farlant. Viska mengangguk dan keduanya keluar dari dalam mobil Farlant.

Viska POV

              Biarkan saja rasa yang kau miliki perlahan terhapus oleh cinta yang datang dari Khanza, asalkan aku tak menyakiti hati Khanza itu sudah cukup. Dan saat ini aku mendapatkan sebuah PR besar dari sebuah takdir. Menghapusmu dari dalam hidupku.

              Mungkin, aku harus pergi dari sini, meninggalkan semua kenangan manis yang tercetak di setiap sudut kota Bandung. Yah, mungkin meninggalkan Bandung adalah pilihan yang tepat dan aku harus cepat-cepat mengurus semuanya. Setelah pernikahanmu dengan Khanza, aku akan benar-benar menghilang dari sini. Kemanapun, asal tak ada kenangan diantara kita.

Hai selamat bertemu lagi
Aku sudah lama menghindarimu
Sialku lah kau ada di sini
*courtesy of LirikLaguIndonesia.Net
Sungguh tak mudah bagiku
Rasanya tak ingin bernafas lagi
Tegak berdiri di depanmu kini

Sakitnya menusuki jantung ini
Melawan cinta yang ada di hati

Dan upayaku tahu diri tak selamanya berhasil 
‘pabila kau muncul terus begini
Tanpa pernah kita bisa bersama 
Pergilah, menghilang sajalah lagi

Bye selamat berpisah lagi
Meski masih ingin memandangimu 
Lebih baik kau tiada di sini

Sungguh tak mudah bagiku
Menghentikan segala khayalan gila
Jika kau ada dan ku cuma bisa

Meradang menjadi yang di sisimu
Membenci nasibku yang tak berubah

Dan upayaku tahu diri tak selamanya berhasil 
‘pabila kau muncul terus begini
Tanpa pernah kita bisa bersama 
Pergilah, menghilang sajalah lagi

Berkali-kali kau berkata kau cinta tapi tak bisa
Berkali-kali ku telah berjanji menyerah

Dan upaya ku tahu diri tak selamanya berhasil
Dan upaya ku tahu diri tak selamanya berhasil
‘pabila kau muncul terus begini
Tanpa pernah kita bisa bersama
Pergilah, menghilang sajalah
Pergilah, menghilang sajalah
Pergilah, menghilang
 sajalah lagi

(Maudy Ayunda – Tahu diri)

Continue Reading

You'll Also Like

4.7K 648 60
Takdir tiada yg bisa menebak, seperti dua insan yg tuhan pertemukan lewat ketidak sengajaan. Kemudian Lewat syair syair puisi di utarakannya isi hati...
283 64 12
Bertemu di tempat yang sama dengan mood berbeda. "Kukira orang yang menyukai langit luas adalah orang yang hatinya mellow dan romantis. Nyatanya tid...
11.7K 2.7K 51
"Kalau memang perbedaan antara kita berdua menjadikan kontra sama Bapakmu, aku nggak masalah, Uli. Apapun yang terjadi nanti, kita tetap jalani berdu...
3.4M 26.8K 47
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...