Eye of Heart [COMPLETED]

By NinaMusIn

43.3K 3.2K 282

Buku Pertama dari Trilogi Heart Series Book I - Eye of Heart [Completed] Book II - Pieces of Heart [Complete... More

Part 1 : Kematian Ibu
Part 2 : Pemakamam
Part 3 : Sunset di Kala Itu
Bukan Update
Part 4 : Janji
Part 5 : Gadis Lolipop
Part 6 : Tersesat
Part 7 : Hal tak terduga
Part 8 : Pesta Dansa (1)
Part 9 : Pesta Dansa (2)
Part 10 : Pesta Dansa (3)
Part 11 : Ancaman Isaiah
Part 12 : Salah Paham
Part 13 : Hampir
Part 14 : Ingat Tujuan Kita
Part 15 : Tawaran dari Iblis Bermata Biru
Part 16 : Surat Wasiat
Part 17 : Cheon Kikka
Part 18 : Perpisahan
Part 19 : Isaiah Hotaru
Part 20 : Pertengkaran
Part 21 : Apakah Lampu Hijau Untuknya?
Part 22 : Ryu Kembali
Part 23 : Harus Bagaimana?
Part 24 : Jawaban Freya
Part 25 : Tolong Kikka
Part 26 : Bertemu Isaiah Hotaru
Part 27 : Kenyataan Pahit yang Harus Dihadapi
Part 28 : Serangan Alin
Part 29 : Jangan Kira Badai Sudah Berlalu
Part 30 : Ini Baru Permulaan
Part 31 : The Next Steps
Penting Wajib, Kudu Dibaca dan Respon!!!!!
Part 32 : Kegoyahan, Teman Lama, dan Tekad
Part 33 : Bisakah Debaran Ini Berhenti?
Part 34 : Kedatangan Sang Pemilik Ornamen Lotus
Part 35 : Tidak Ada Jalan Lain
Part 36 : Kemarahan Alin Atas Rahasia Ayahnya
Part 37 : Peringatan
Part 39 : Tolong Katakan Inilah Kenyataannya
Part 40 : Monster [END]
Epilog

Part 38 : Pernikahan dan Perpisahan

893 62 5
By NinaMusIn

"Selamat Mr. Keir atas pernikahannya. Kuharap kau bahagia. Selalu." Freya memeluk Keir dan pria itu membalasnya. Kemudian Freya berpindah, mengucapkan hal serupa pada Seira sang kepala sekolah dan memeluk wanita itu.

Setelah mengucapkan selamat kepada mempelai pengantin Freya turun dari tempat tadi dan berjalan menjauhi pusat keramaian yang membuatnya pusing.

Ryu mengikuti Freya di belakang. Menjaga gadis itu agar tidak limbung.

"Kau tidak apa-apa? Kau pucat Freya."

Freya menggeleng. "Tidak aku hanya sedikit pusing dengan keramaian ini. Tapi tak masalah, sebentar lagi aku akan pulih."

Ryu meragukan jawaban gadis itu, ia meletakkan tangannya di kedua bahu gadis itu, memapahnya menuju tempat yang tidak seramai ini.

Freya mengikuti Ryu dengan patuh, sambil berjalan ia melihat aula sekolah yang disulap menjadi sebuah tempat resepsi bak kerajaan. Dengan desain klasik dan melodi lembut yang mengalun. Freya bersyukur Ryu menyiapkan gaun untuknya, ia tidak tahu harus bagaimana jika memakai gaun yang ia miliki.

Banyak sekali tamu yang hadir di acara ini. Ryu bilang hanya segelintir orang yang diundang dalam pernikahan Keir. Tapi jumlah tamu undangan hampir seribu orang! Dan itu yang dimaksud segelintir orang?

Ryu mendudukkan Freya di kursi yang tersedia. Ia berlutut di depan gadis itu sambil memijat-mijat ringan tangan Freya.

"Merasa lebih baik?" tanya Ryu, mata birunya berkilat-kilat khawatir.

"He eh," Freya tersenyum.

Ryu bangkit dan duduk di kursi sebelah gadis itu. Ia menyandarkan kepala Freya di bahunya. "Lebih baik lagi?" tanya Ryu dengan senyuman nakalnya.

"Iya," bisik Freya di telinga Ryu.

Freya merasakan perasaan nyaman menyebar di tubuhnya. Waktu terasa berhenti untuknya, keramaian yang membuatnya pusing perlahan menghilang. Menyisakan dirinya dan Ryu.

Mata Freya menangkap sosok yang dikenalinya. Buru-buru ia menegakkan dirinya.

"Tidak apa-apa, santai saja," ujar si wanita, ia memakai kimono yang sangat kontras di tempat ini. Mengingat para tamu undangan memakai pakaian khas barat.

"Jadi kau tunangan anakku yang itu? Senang bertemu denganmu," sapa pria yang tengah menggamit Hotaru dengan intens.

Untuk beberapa detik Freya membeku saat melihat sosok pria itu. Ia terpana melihat rupanya yang bak pangeran dalam dongeng. Rambut pirang keemasan yang berkilau dipadu dengan mata biru cemerlang seindah biru samudra.

"Senang bertemu denganmu juga.. Lord Isaiah." Freya menyambut tangan pria itu dengan susah payah. Menyadarkan dirinya kembali dari keterkejutannya.

"Tidak perlu seformal itu nona. Panggil saja aku Mr. Isaac." Isaac melirik putranya yang masih menempel pada Freya. "Dan jika kau berkenan nona, maukah kau ikut ke meja keluarga kami? Aku ingin sekali berbincang-bincang denganmu."

"Tentu," jawab Freya. Freya bangkit dari tempat duduknya dan mau tak mau Ryu ikut bangun dan mengikuti Freya yang tengah berjalan menuju meja khusus keluarga Isaiah. Tepatnya keluarga Ryu.

"Kau yakin sudah baikan?" tanya Ryu hampir berbisik.

"Iya. Kau tidak perlu mencemaskanku Ryu."

"Jangan memaksakan diri Freya." kali ini nada suara Ryu meninggi.

"Ryu sayang, percayalah aku sudah lebih baik. Dan lagi, ini kesempatan langka, orangtuamu datang jauh-jauh kesini dan kau menyiakan-nyiakan momen seperti ini?"

"Ya, ya, ya. Asalkan kau senang," Ryu memutuskan mengalah.

Freya tersenyum kepada Ryu sebelum memperhatikan kembali Hotaru dan Isaac. Freya menatap kedua orang itu secara bergantian. Hotaru wanita Jepang yang anggun dan sangat cantik. Yamato Nadeshiko, Freya yakin itulah sebutan orang-orang Jepang untuk wanita seperti Hotaru. Tidak hanya itu Freya bisa melihat ada semangat, keteguhan, dan keberanian luar biasa dalam diri wanita itu.

Pandangan Freya beralih ke Isaac. Ayah Ryu, Freya hampir tidak bisa menahan rona merah yang kian menjalari pipinya setiap ia memandang pria itu. Isaac luar biasa mempesona. Dirinya adalah gambaran sempurna untuk melukiskan pangeran tampan di dongeng-dongeng. Rambut pirangnya begitu indah, dengan mata biru yang dalam. Tubuhnya tinggi semampai dengan otot-otot yang terpahat sempurna yang dapat terlihat walaupun ia dalam balutan jas.

Sekilas Freya melirik ke arah Ryu. Jadi itu asal Ryu mendapatkan mata biru cemerlang yang menawan. Sekarang Freya mengerti alasan Ryu begitu tampan dengan perpaduan sempurna antara Timur dan Barat. Ayahnya seperti pangeran dalam dongeng dan ibunya begitu pantas disebut sebagai Yamato Nadeshiko.

"Silakan duduk nona," kata Isaac membuyarkan lamunan Freya.

"Terima kasih," balas Freya sambil memposisikan dirinya. Ia hampir tidak sadar sudah tiba di tujuan.

"Jadi, ceritakan padaku bagaimana putraku selama ini?" tanya Isaac dengan tangan menopang dagunya.

Freya memandang Ryu sekilas. "Awalnya aku sempat salah paham dengannya. Tapi perlahan aku menyadari betapa baiknya ia."

"Biar kutebak," Isaac menyandarkan punggungnya di kursi. "Pasti karena ia berasal dari Isaiah."

"Bisa dikatakan seperti itu." Freya berusaha tersenyum.

Isaac tertawa kecil. "Jujurlah nona, aku bisa menebak begitu pertama kali melihatmu. Tipe gadis sepertimu adalah tipe-tipe gadis yang sangat anti dengan keluarga Isaiah. Persis seperti istriku dulu." Isaac melingkarkan tangannya di bahu Hotaru sambil tersenyum nakal.

Hotaru mencubit punggung tangan Isaac dengan anggun. Ia melemparkan senyum peringatan kepada suaminya.

"Sayang, jangan bicara yang bukan-bukan disini," Hotaru memperingatkan dengan nada penuh ancaman sambil tetap tersenyum.

Isaac meringis kesakitan untuk beberapa detik sebelum kembali duduk tegak.

"Kira-kira seperti itulah nona."

Freya mengangguk. "Aku mengerti Mr. Isaac. Ngomong-ngomong bisa berhenti memanggilku nona? Anda meminta saya jangan bersikap terlalu formal tapi Anda sendiri bersikap demikian."

"Jadi aku harus memanggilmu apa?" tanya Isaac lagi.

"Freya," jawab Freya cepat.

"Baik ... Freya ya," Isaac melirik Ryu. "Hei nak, kenapa kau pendiam sekali?"

Ryu menyipitkan matanya. "Bagaimana aku bisa berbicara sementara ayah sangat antusias disini. Lihat, ibu juga sama diamnya denganku. Kami tahu ayah sekali kau tertarik mengetahui sesuatu kau akan mendominasinya."

"Heh dasar anak ini," Isaac memiting leher Ryu, memberi jitakan ringan pada kepala putranya.

Hotaru tertawa-tawa sambil berusaha menghentikan Isaac, sementara Ryu menggeliat dan berusaha lepas dari cengkraman ayahnya.

Melihat kejadian itu Freya tahu bahwa keluarga Ryu adalah keluarga yang hangat dan sangat bahagia. Kasih sayang melimpah pasti dicurahkan kapanpun itu.

Freya merasakan perutnya berputar dan tidak nyaman membayangkan dirinya dapat menghancurkan kebahagian Ryu. Ia telah melakukan sesuatu yang sangat buruk.

"Permisi, maaf sepertinya saya harus pergi ke toilet sebentar," kata Freya seraya bangkit dari kursinya.

"Tentu. Tidak apa-apa," jawab Hotaru.

Ryu berhasil melepaskan diri dari ayahnya. "Mau kuantarkan?"

"Tidak Ryu, terima kasih. Aku bisa sendiri. Nikmatilah waktumu, aku tidak akan lama ko."

"Baiklah," jawab Ryu dengan enggan.

Freya menundukkan kepala kepada Isaac dan Hotaru sebelum meninggalkan kursi khusus keluarga mereka.

Begitu keluar dari aula tempat resepsi Freya berpegang pada tembok untuk menyangga tubuhnya yang begitu lemas. Perutnya terasa bergejolak, ia rasa asam lambungnya meningkat hingga mencapai kerongkongannya. Membuat Freya ingin memuntahkan makanan yang ia makan.

Freya mencapai toilet dengan susah payah. Ia berkumur dan membasuh wajahnya dengan air dingin dari kran.

Perutnya masih terasa bergejolak. Asam lambungnya pun tidak juga turun. Freya menatap refleksi dirinya dalam cermin. Gadis di cermin menatapnya, dengan mata biru gelapnya yang sendu.

"Sudah berapa lama? Sampai kapan kita akan seperti ini? Ryu adalah orang yang baik. Sampai kapan kita memberinya harapan palsu?" Freya bertanya pada gadis di cermin. Namun gadis itu hanya terdiam mengikuti gerak-gerak dirinya. Freya menyambar tisu dan menyeka wajahnya. Ia tergesa-gesa keluar dari toilet.

Pandangan Freya mengabur. Kadang di sudut matanya terlihat gelap. Kepalanya berdenyut-denyut. Begitu sadar kakinya tak mampu untuk menjaga Freya tetap tegak. Freya merasakan dirinya kehilangan keseimbangan dan terjatuh.

---**---

Dering ponsel terdengar. Menghentikan percakapan yang tengah terjadi di keluarga Isaiah.

"Sebentar," Isaac meraih ponselnya dan berjalan ke tempat lain.

Setelah berapa lama ia kembali. Wajahnya terlihat panik.

"Ada apa sayang?" tanya Hotaru.

Isaac menjatuhkan dirinya di kursi. "Biasa, ada sedikit masalah di bisnisku," Isaac menatap Ryu,"Apakah Freya masih lama? Aku ingin berpamitan padanya sebelum pergi."

"Aku tidak tahu," Ryu terdiam sejenak. "Jangan-jangan.."

"Jangan-jangan apa?" Isaac heran melihat putranya berdiri tiba-tiba.

"Ayah berangkat saja, nanti akan kusampaikan salammu padanya."

"Hei Ryu! Jelaskan dulu padaku!" Isaac mengeraskan sedikit suaranya karena Ryu berjalan dengan terburu-buru.

"Kurasa ia tersesat! Freya memiliki masalah dengan mengingat denah sekolah ini!" jawab Ryu sebelum menghilang dari ruangan tersebut.

Isaac melongo. "Apa?"

Hotaru cekikikan. Berusaha menahan tawanya. "Astaga. Kukira tidak ada seorang pun yang tidak bisa menghapal denah tempat ini. Pantas saja Ryu bersikeras menemani gadis tadi."

Isaac ingin membalas ucapan istrinya, tapi ponselnya berdering lagi. Panggilan dari nomor yang sama.

"Kurasa aku tidak bisa menunggu gadis itu kembali, sepertinya keadaan disana sedang gawat." Isaac menatap Hotaru sedih.

"Pergilah sayang, aku akan menemanimu. Aku masih mempunyai beberapa hari lagi sebelum kembali mengurus bisnis keluargaku di Jepang," Hotaru menggenggam lengan Isaac.

"Benarkah?"

"Ya."

"Kalau gitu tunggu apalagi!" Isaac menarik Hotaru hingga wanita itu berdiri. Merangkul pinggang wanita itu dengan posesif sambil membimbingnya keluar dari ruangan. "Kenapa kau tidak bilang dari tadi. Jarang ada kesempatan seperti ini, kau tahu aku hampir mati setiap berjauhan denganmu. Entah berapa kali aku ingin ke Jepang dan membawamu kembali ke Inggris. Menculikmu dari ayah mertua." Isaac tersenyum nakal.

Hotaru kembali mencubit Isaac. "Salah siapa seperti ini. Jika kau tidak kehilangan kendali saat itu ayah tidak akan marah dan mengajukan perjanjian itu. Lagipula sebentar lagi semuanya akan selesai."

"Maaf sayang," Isaac mendaratkan ciuman ringan di pipi putih Hotaru.

Isaac teringat. Karena terlalu senang Hotaru menerima lamarannya ia kehilangan kendali akan hasratnya. Ayah Hotaru memergokinya dan begitu sadar ia sudah terlempar keluar. Genjirou Shimizu, ayah Hotaru marah besar. Alhasil Genjirou memberi syarat ketika Isaac ingin menikahi Hotaru. Hotaru harus berada di Jepang selama enam tahun mengurus bisnis keluarganya.

Isaac ingin sekali menyuarakan ketidak setujuan saat itu, namun ia tahu. Mau tak mau ia harus menerimanya. Salahnya kehilangan kendali.

"Oh ya," seru Isaac tiba-tiba, "Freya, gadis itu ... Kau memang bilang aku akan terkejut saat melihatnya. Aku tidak menyangka gadis yang dicintai putra kita memiliki wajah itu."

Kening Hotaru mengerut. "Akupun demikian. Aku tidak tahu apakah hal ini adalah yang terbaik. Atau justru takdir sedang mempermainkan kita."

"Kau sudah mencari tahu mengenai gadis itu?"

"Sudah, dan tak banyak yang kutemukan. Informasi yang penting justru berasal dari gadis itu. Dia bilang Sarah Azalea adalah nama ibunya."

Isaac hampir melompat karena terkejut, "Kau yakin?"

"Itulah yang kuharapkan."

"Sebentar lagi, waktu perjanjian selesai. Kau bisa menyelidiki hal itu lebih lanjut," ujar Isaac.

"Ya," Hotaru mengangguk pelan.

---**---

Freya sudah mempersiapkan dirinya untuk membentur lantai. Namun sepasangan tangan kokoh menahannya, badan atletis orang itu menyangga tubuh Freya. Freya kenal dengan tangan dan tubuh itu, ia pernah menyentuhnya. Begitu membalikkan badan dugaannya terbukti. Miki. Pria itu disini, muncul disaat perasaannya sedang kalut.

Miki menatap Freya seperti dulu, tatapan penuh cinta. Freya hampir membalasnya dengan tatapan sama, namun buru-buru ia menutupinya. Berdoa semoga Miki tidak melihatnya.

"Terima kasih sudah menolongku," kata Freya, ia terburu-buru meninggalkan tempat itu.

Miki menahan tangan gadis itu, menghentikan Freya kabur darinya.

"Sebelum kau kabur, bisakah kau jelaskan padaku mengapa kau masih menatapku seperti itu hingga kini?"

Freya tersentak. Namun ia tidak berani menjawab sedikitpun.

"Kau tahu, aku sudah mencoba merelakanmu bersama Ryu sejak hari itu. Aku bahkan berusaha membencimu untuk menghilangkan perasaanku padamu," sorot mata Miki terlihat sedih.

Freya tahu, Miki berusaha mengacuhkannya. Membencinya. Pria itu menatapnya dengan dingin tak lama setelah Freya menghancurkan perasaannya.

"Tapi sekeras apapun aku berusaha, perasaan itu tidak pernah hilang. Kenapa? Kenapa kau memberiku harapan? Kenapa kau tetap memberiku tatapan seperti itu? Bahkan hingga kini," Miki meraih Freya, mendekap gadis itu. Menundukkan kepalanya dan menyapu bibir gadis itu dengan lembut.

Freya terkejut. Begitu bibirnya bertemu bibir Miki dirinya seperti tersenyum aliran listrik. Ia harusnya melepaskan diri dan mendorong Miki jauh-jauh. Tapi ia justru melingkarkan tangannya di leher Miki. Membuka bibirnya dan membalas ciuman pria itu dengan rasa lapar yang hampir sama.

Miki mendorong Freya ke arah tembok agar ia lebih leluasa mencium gadis itu. Ia memeluk pinggang gadis itu dengan sebelah tangannya dan mulai memperdalam ciumannya. Manis. Nyaman. Serta mempunyai efek candu yang kuat. Itulah kenikmatan yang ditawarkan oleh bibir gadis itu.

Entah sudah berapa lama mereka berciuman. Waktu seakan berhenti. Dan hanya ada mereka berdua. Miki menyelusuri tubuh Freya dengan bibirnya. Awalnya kening, mata, pipi, hingga turun ke dagunya. Begitu bibir Miki sedang menjelajahi leher Freya, Freya membeku.

Detik berikutnya Miki terlempar jauh dari tempatnya berpijak. Sebuah pukulan keras yang tiba-tiba mengentakkan pria itu hingga jatuh tersungkur ke lantai.

Freya telah melihat mimpi buruknya menjadi kenyataan.

"Jelaskan padaku, saat aku bertanya kau lebih menyukai aku atau dia apakah kau menjawab dengan jujur?" tanya pria itu sedingin es. Mata biru cemerlangnya menggelap.

Freya tidak tahu harus berkata apa. Semuanya terlihat kabur. Lidahnya kelu. Ia tidak bisa menahan tubuhnya yang gemetaran.

"Maafkan aku Ryu ..." kata Freya lemah, hampir terisak. Tapi gadis itu menahan dengan gigih agar airmatanya tidak jatuh. Sadar bahwa ia tidak pantas menitikkan air mata setetespun.

Ryu tidak menjawab apa-apa. Pandangannya tertuju ke lantai. Miki yang terduduk di lantai pun tidak berani untuk bersuara.

Ryu mengangkat wajahnya, menatap mata Freya dalam-dalam. "Kau tahu? Aku memang mengatakan cintaku akan cukup untuk mengisi lubang di hatimu. Tapi Freya, lain ceritanya jika kau mencintai orang lain. Apakah kau memilihku karena rasa kasihan? Atau karena rasa tidak enak karena janji kita?"

Freya menggeleng. Masih tidak bersuara. Sulit sekali memilih kata yang tepat untuk menenangkan Ryu di saat dirinya sedang kalut dan kacau. Freya berani bertaruh Ryu pasti melihat semuanya. Oh Tuhan, apa yang ia takutkan terjadi. Seharusnya ia segera menolak Miki, atau lari secepat kilat meninggalkan pria itu. Tapi saat Miki menyentuhnya seakan Freya terhipnotis. Ia menginginkan Miki dengan cara yang sangat aneh.

Ryu mendekat, meraih tangan Freya dan melepaskan cincin bertakhtakan permata biru diatasnya. Freya membelalak.

"Sudah berakhir. Pertunangan ini. Aku melepaskanmu, Freya Leonara. Tidak perlu khawatir aku akan menyerangmu. Sejak lama aku sudah belajar dengan keras mengendalikan hasratku dan berhasil," Ryu menatap Freya dingin, "berbahagialah, dengan apapun yang kau inginkan. Kuharap kau tidak perlu menempuh jalan berputar-putar untuk mencapainya."

Ryu membalikkan badan, menatap nanar ke arah Miki.

"Dan kau," desisnya,"Jangan berani menyebutku teman ataupun sahabatmu lagi. Kupastikan saat kau melakukannya akan kupatahkan tangan dan kakimu."

Setelah melontarkan ancamannya Ryu pergi meninggalkan tempat itu dengan kasar. Freya jatuh terduduk begitu Ryu tidak terlihat. Miki yang khawatir bangkit dan mencoba mendekati Freya.

"Jangan mendekat!" bentak Freya,"pergi! Pergi dari sini! Tinggalkan aku sendiri!"

"Tapi Freya.." Miki mengulurkan tangannya.

"Pergi!" Freya menepis tangan Miki dengan kasar. "Kau tidak dengar aku bilang apa? Pergi!!!! Tinggalkan aku sendiri!!!!" Freya berteriak membentak Miki sekuat tenaga hingga tenggorokannya terasa sakit.

Miki mengalah, ia pergi sesuai keinginan Freya. Menatap Freya dengan sedih sebelum menghilang.

Airmata yang sedari ia tahan mengalir seperti sungai. Dadanya sesak. Freya hampir tidak mampu untuk bertahan. Ia merasa hampir mati.

Freya mengutuki dirinya. Ia adalah gadis pengecut yang paling jahat dan kejam. Menyakiti Ryu yang begitu mencintainya. Dan yang terburuk, perasaanya terhadap Ryu maupun Miki tak satupun yang hilang.

Ia mencintai Ryu, menginginkan Ryu bersamanya. Tapi ia tidak bisa berhenti merasakan perasaan aneh yang membuatnya terhipnotis saat bersama Miki. Dia menginginkan Miki juga.

Freya sadar dirinya tamak dan sangat serakah. Tapi ia tak mampu mengatasinya. Freya mencintai Ryu dan menginginkan Miki.

Buku-buku jari Freya memutih. Gadis itu meremas gaunnya dengan kencang. Menahan dadanya yang terkoyak dan tercabik-cabik setiap detiknya. Ia menangis tersedu-sedu. Suara tangisnya menggema di lorong yang sepi.

---**---

To be Continued

Vote dan komen ditunggu.. Dua part lagi tamat ya.. Sekali lagi terima kasih kepada Readers yang bersedia membaca..

Nina

Continue Reading

You'll Also Like

14.7M 1.5M 53
[Part Lengkap] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] [Reinkarnasi #01] Aurellia mati dibunuh oleh Dion, cowok yang ia cintai karena mencoba menabrak Jihan, cewek...
753K 69.1K 50
{Rilis in :1 February 2021} [Fantasy Vampire series] Ivylina terjebak di sebuah Museum kuno di negara Rumania dan terkunci di kamar yang penuh dengan...
7.8M 734K 69
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA, SEBAGIAN PART DI PRIVAT ACAK. TERIMAKASIH] _________________________________________________ (16+) Hanya kisah kedua pasang...
6.6M 496K 57
Menceritakan tentang gadis SMA yang dijodohkan dengan CEO muda, dia adalah Queenza Xiarra Narvadez dan Erlan Davilan Lergan. Bagaimana jadinya jika...