Eye of Heart [COMPLETED]

Door NinaMusIn

43.3K 3.2K 282

Buku Pertama dari Trilogi Heart Series Book I - Eye of Heart [Completed] Book II - Pieces of Heart [Complete... Meer

Part 1 : Kematian Ibu
Part 2 : Pemakamam
Part 3 : Sunset di Kala Itu
Bukan Update
Part 4 : Janji
Part 5 : Gadis Lolipop
Part 6 : Tersesat
Part 7 : Hal tak terduga
Part 8 : Pesta Dansa (1)
Part 9 : Pesta Dansa (2)
Part 10 : Pesta Dansa (3)
Part 11 : Ancaman Isaiah
Part 12 : Salah Paham
Part 13 : Hampir
Part 14 : Ingat Tujuan Kita
Part 15 : Tawaran dari Iblis Bermata Biru
Part 16 : Surat Wasiat
Part 17 : Cheon Kikka
Part 18 : Perpisahan
Part 19 : Isaiah Hotaru
Part 20 : Pertengkaran
Part 21 : Apakah Lampu Hijau Untuknya?
Part 22 : Ryu Kembali
Part 23 : Harus Bagaimana?
Part 24 : Jawaban Freya
Part 25 : Tolong Kikka
Part 26 : Bertemu Isaiah Hotaru
Part 27 : Kenyataan Pahit yang Harus Dihadapi
Part 28 : Serangan Alin
Part 29 : Jangan Kira Badai Sudah Berlalu
Part 30 : Ini Baru Permulaan
Part 31 : The Next Steps
Penting Wajib, Kudu Dibaca dan Respon!!!!!
Part 32 : Kegoyahan, Teman Lama, dan Tekad
Part 33 : Bisakah Debaran Ini Berhenti?
Part 34 : Kedatangan Sang Pemilik Ornamen Lotus
Part 35 : Tidak Ada Jalan Lain
Part 36 : Kemarahan Alin Atas Rahasia Ayahnya
Part 38 : Pernikahan dan Perpisahan
Part 39 : Tolong Katakan Inilah Kenyataannya
Part 40 : Monster [END]
Epilog

Part 37 : Peringatan

705 60 0
Door NinaMusIn

Bulan purnama bersinar dengan indah. Ribuan bintang bertebaran di langit, beberapa membentuk sebuah rasi bintang jika kita amati lebih teliti.

Di bawah sinar rembulan seorang pemuda bersandar pada dinding gerbang. Rambut coklat terangnya tetap berkilau saat cahaya samar sang rembulan menerpa.

Lampu mobil menyorot sang pemuda. Menyilaukan pandangannya karena terbiasa dalam cahaya redup.

Seorang gadis keluar dari pintu mobil Ferrari merah yang baru saja sampai. Dalam keremangan si pemuda tidak dapat melihat dengan jelas, tapi ia tahu satu hal yang pasti akan gadis itu. Kesedihan.

Si gadis membungkuk pelan kepada sang supir sebelum mobil tersebut pergi meninggalkan tempat ini. Setelah mobil tersebut hilang dari pandangan gadis tadi berlari cukup cepat hingga mencapai ke arah si pemuda dalam sekejab.

Si pemuda hendak menyapa dahulu gadis tadi tapi tak sempat. Ia mendapati dirinya sudah dipeluk dengan erat.

"Alin ada apa?" Miki hampir kehilangan keseimbangan saat Alin tiba-tiba memeluknya.

"Nothing."

Hening. Suara jangkrik terdengar. Hal yang langka terjadi di kota besar seperti ini. Kemudian Miki teringat, posisi sekolah ini yang dikelilingi oleh hutan. Berarti hal tadi tidak langka.

Alin melepaskan pelukannya. Ekspresinya tidak bisa ditebak atau dibaca sama sekali.

"Ayo kita masuk," kata Alin datar.

---**---

Tiga bulan lewat tiga hari lagi waktu kelulusan. Freya tidak tahu mengapa ia terus menghitung mundur hari semenjak ia mengetahui kebenaran yang diketahui Keir. Ia gelisah. Jantungnya terkadang berdetak tidak normal, berpacu dengan cepat tanpa alasan yang jelas.

Apakah ia sangat gugup menghadapi kelulusan nanti? Ya. Freya sangat takut jika setelah menjadi Helper sekalipun identitasnya belum jelas. Memangnya kenapa? Setelah dipikir-pikir itu bukanlah hal besar.

Kecuali kemungkinan dirinya harus berpisah dari Ryu dan mendapati semuanya sia-sia. Ryu berkata akan mengusahakan mereka tetap bersama tapi tetap saja semuanya tidak akan berjalan dengan mudah.

Apalagi Freya belum tahu jelas hal-hal apa yang dikerjakan seorang Helper secara spesifik. Hal-hal yang berkenaan dengan itu kerahasiaannya sangat dijaga.

Freya menepuk kedua pipinya dengan cukup keras. Syaraf-syaraf yang berada di pipinya mengirimkan sinyal sakit kepada otak.

Berhenti berpikir kawan, jalani saja sebaik yang kau bisa, Freya membatin.

Memikirkannya terus menerus juga tidak akan memecahkan masalah. Hal yang ia hadapi bukanlah sesuatu yang bisa diterka.

Freya bangkit dan berjalan keluar dari kamarnya. Sebelum pergi dari sana Freya menatap gaun berwarna biru muda yang dipilihkan Ryu untuknya. Sebagai tunangan Ryu Freya mendapat undangan khusus menghadiri pernikahan antara Keir dengan Seira. Padahal acara itu hanya mengundang orang-orang tertentu saja. Dan Freya harus tetap tinggal di asrama sementara murid lainnya tengah menikmati liburan mereka.

Kening Freya terasa berdenyut-denyut. Dalam khayalan terliarnya sekalipun ia tidak pernah membayangkan dirinya berada dalam situasi sekarang.

Begitu menyingkirkan tangan dari keningnya Freya mendapati sesosok manusia yang membuat darahnya berdesir bahkan setelah dirinya memberikan hati untuk orang lain. Siapa lagi jika bukan Miki.

Mata gadis itu membelalak selama dua detik. Terkejut mendapati sosok yang berdiri tak jauh darinya.

"Miki.." kata Freya dengan suara nyaris tidak terdengar.

Jarak Freya dengan Miki kini hanya beberapa meter.

"Oh Freya, lama tidak bertemu," sapa Miki.

Freya hampir-hampir tidak dapat menyembunyikan rasa terkejutnya. Miki menyapa dirinya? Setelah pria itu memilih berada di kelas yang berbeda semenjak kenaikan kelas XII?

"Ya, lama tidak bertemu," balas Freya. Freya terburu-buru berjalan melewati Miki. "Maaf aku harus segera ke Cafetaria Yeon."

Tanpa terduga Miki menahan tangannya begitu Freya melewati pria itu. Otomatis Freya memalingkan wajahnya untuk menatap Miki. Rona merah menjalari pipi gadis itu begitu mendapati Miki menatapnya dengan pandangan seperti dulu. Pandangan penuh cinta dan tekad untuk menempuh bahaya seperti apapun jika Freya memilih bersama dirinya.

Ini salah. Sangat salah. Freya tidak seharusnya merasakan perasaan ini lagi. Darahnya terus berdesir mengirimkan perasaan tak nyaman pada dirinya. Jantungnya berdebar-debar tak karuan menatap Miki.

Lutut Freya melemas, tidak mampu menahan dirinya untuk berdiri tegak berhadapan dengan sosok membingungkan yang berada di depannya ini.

Tidak! Freya sadarlah! Kendalikan dirimu! Batin Freya terus bersuara memberi peringatan, namun tubuhnya bergeming. Freya terhanyut pada tatapan lekat Miki padanya. Terkadang ia mendapati pandangannya mengatur dan gelap.

Sebuah suara menyadarkan Freya.

"Miki? Kau belum kembali juga?"

Miki melepaskan pegangan tangannya pada Freya, dan Freya buru-buru membuat jarak aman antara dirinya dengan Miki.

"Ah tadi ada yang harus kubicarakan dengan Freya sebentar," jawab Miki. Alin berjalan semakin dekat ke arah mereka.

"Sudah selesai?" tanya Alin lagi.

"Ya."

Alin paham, ia berjalan melewati Freya yang masih terpaku untuk berbuat sesuatu. Sementara Miki setia berjalan bersama gadis itu. Saat pandangan Alin dan Freya bertemu ada sesuatu yang berbeda. Ada sesesuatu yang berubah dari cara gadis itu menatap Freya.

Dan Freya tidak tahu apa itu.

Freya menyingkirkan segala pikiran yang menyeruak tiba-tiba dan membuatnya pusing. Ia terus berjalan menuju Cafetaria Yeon tanpa melihat ke belakang lagi.

Sesampainya di Cafetaria Yeon Freya menemukan sosok yang sudah menunggunya. Pria itu memegang daftar menu dan melihat setiap tulisan dengan detail hingga alisnya bertaut dan keningnya berkerut.

"Maaf aku lama," kata Freya sambil memposisikan diri di kursi yang berhadapan dengan pria itu.

"Aku juga belum lama sampai. Tenang saja Freya," pria itu menurunkan buku menu dan menyerahkannya pada Freya.

"Ryu, terima kasih untuk gaunnya. Itu indah sekali. Tapi selanjutnya kumohon tidak perlu repot-repot melakukan sesuatu untukku," Freya meraih buku menu.

"Omong kosong. Kau tunanganku, kekasihku. Aku tidak melihat hal itu merepotkan sama sekali."

Freya berusaha tersenyum. Walaupun bibirnya terasa sedikit gemetar. Ia mengalihkan perhatiannya dari Ryu dan melihat daftar menu.

"Aku memesan sama sepertimu saja," Freya menyerahkan kembali daftar menu ke Ryu.

Ryu memberi sinyal pelayan untuk menghampiri mereka kemudian memberitahu pesanan mereka.

Si pelayan mengangguk sebelum meninggalkan tempat itu.

Sementara benak Freya berkeliling nun jauh disana. Debaran aneh saat melihat Miki belum juga hilang. Waktu telah berjalan cukup lama dan seharusnya perasaan itu sudah hilang ditelan waktu. Tapi tidak, perasaan itu masih sama dan bahkan menguat saat melihat Miki lagi. Kepala Freya sakit dan terus berdenyut-denyut. Ia tidak tahu harus bagaimana memberitahu Ryu.

Bahwa sebagian hatinya masih menginginkan Miki. Bahwa setelah Ryu begitu mencintainya dengan segenap jiwa raganya Freya justru tidak bisa berhenti berdebar pada pria lain. Bahwa ternyata ia tidak bisa mencintai Ryu seperti pria itu mencintainya.

---**---

Ryu menyantap makanan dengan lahap. Sesekali ia tersenyum saat pandangan matanya bertemu dengan Freya.

Ia harus tampak baik-baik saja dan menyembunyikan hatinya yang sakit bukan main. Kejadian tadi terus terbayang dan berputar dalam pikirannya.

Ryu terlihat gelisah saat Freya belum muncul juga di Cafetaria. Ini sudah lewat dari waktu yang dijanjikan.

Tiba-tiba seorang gadis menghampiri dirinya. Gadis teman masa kecilnya, Alin.

Ada sesuatu yang berubah dari diri Alin, sebagai orang yang cukup lama bersama gadis itu Ryu dapat menebaknya dengan mudah.

"Kau tidak makan? Ini hampir lewat jam makan malam loh Ryu," sapa Alin.

Ryu menggeleng. "Tidak, aku sedang menunggu Freya. Kami berjanji untuk makan bersama."

"Begitu?," Alin terdiam sejenak. "Bukankah dari yang kudengar gadis itu belum juga hapal denah sekolah ini?"

Ryu bangkit tiba-tiba. "Kau benar, aku harus menjemputnya."

"Keberatan aku ikut denganmu? Hanya sampai kau menemukan gadis itu."

Ryu berpikir sejenak. "Tentu. Tidak masalah. Tapi kau memangnya sudah makan?"

"Sudah. Kau begitu sibuk dengan ponselmu sampai tidak menyadari aku duduk di meja tepat di depanmu."

"Maaf," Ryu tertunduk sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Tidak apa-apa. Ayo," ajak Alin.

Ryu mengikuti Alin keluar dari Cafetaria. Setelah berjalan cukup jauh Ryu menangkap sosok Freya. Ia berniat memanggil gadis itu tapi kemudian ia mengurungkan niatnya.

Langkah Freya tiba-tiba terhenti. Wajahnya seperti melihat hantu. Dan detik berikutnya jantung Ryu sepertinya berhenti berdetak.

Freya memang pernah memperingatkan dirinya mengenai hal tersebut. Tapi bukankah waktu berjalan cukup lama? Dan tidak ada hal yang berubah sama sekali?

"Tenanglah Ryu," Alin menepuk bahu Ryu, mencoba menenangkan pria itu dari rasa terkejutnya.

Ryu terdiam.

Alin menghembuskan napas panjang. "Aku tidak tahu apa yang terjadi antara kau, Miki, dan gadis itu. Tapi sebagai sahabat sekaligus teman masa kecilmu biarkan aku beri satu nasihat." Alin menatap mata Ryu dengan sungguh-sungguh,"Benarkah Freya mencintaimu dengan cara seperti yang kau pikirkan? Apakah itu cinta sungguhan? Bukan karena gadis itu berutang sesuatu padamu. Atau.. Apakah kau yakin gadis seperti Freya kebal akan feromonmu? Kau tahu, hanya aku gadis yang kebal terhadap feromonmu, dan aku mencapainya dengan susah payah."

Ryu masih terdiam. Menatap kosong ke arah di depannya, tempat dimana Freya tengah bersama Miki dan gadis itu menatap Miki dengan tatapan yang belum pernah gadis itu lakukan pada Ryu.

Alin benar, lalu bagaimana? Melepaskan Freya begitu saja? Setelah bersusah payah mendapatkan gadis itu? Setelah kenangan akan gadis itu yang sama sekali ia tidak bisa lupakan?

Ryu menelan ludahnya dengan susah payah, hatinya teriris-iris setiap detik. "Aku yakin dia mencintaiku dengan cara yang sama aku memcintainya," ujar Ryu berbohong.

"Begitukah? Aku senang mendengarnya," Alin berjalan mendahului Ryu. "Kalau begitu kembalilah ke Cafetaria. Kau tentu tidak ingin gadis itu tahu kau melihat kejadian barusan, nanti suasana diantara kalian menjadi canggung. Pergilah, akan kutahan mereka beberapa menit."

Ryu mengangguk dan berjalan dengan cepat meninggalkan Alin. Membawa hatinya yang menuju kehancuran.

---**---

To be Continued

Halo readers xD
Bagaimana menurut kalian part ini? Sekitar 2 atau 3 part lagi tamat. Dan author masih belum berubah pikiran untuk memprivate endingnya.. Maaf sebesar-besarnya untuk readers yang keberatan. Author juga maunya di publik aja.. Cuma setelah menimbangnya dengan masak-masak akhirnya diputuskan untuk di private..
Semoga readers maklum dengan keputusan author.. 🙇🙇🙇🙇

Sincerely,

Nina

Ga verder met lezen

Dit interesseert je vast

16.9M 751K 43
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
7.4M 227K 46
Beberapa kali #1 in horror #1 in thriller #1 in mystery Novelnya sudah terbit dan sudah difilmkan. Sebagian cerita sudah dihapus. Sinopsis : Siena...
979K 146K 49
Awalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong sa...
3.4M 26.4K 47
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...