The Number You Are Trying to...

By expellianmus

6.6M 364K 63.4K

Katanya, aku genius dan hidupku kelewat serius. Padahal aku tidak merasa seperti itu. Oke, aku memang pern... More

Chapter 0: the number you are trying to reach is saying thank you
Chapter 0.5: the number you are trying to reach is unreachable--don't try again
Chapter 1: the number you are trying to reach is a freak
Chapter 2: the number you are trying to reach is curious
Chapter 3: the number you are trying to reach doesn't speak in human language
Chapter 4: the number you are trying to reach receives some messages (finally)
Chapter 5: the number you are trying to reach is calling the wrong number
Chapter 6: the number you are trying to reach is very weird
Chapter 7: the number you are trying to reach says 'russell' not 'ransel'
Chapter 8: the number you are trying to reach has a tutor
Chapter 10: the number you are trying to reach has a tutor, not a husband
Chapter 11: the number you are trying to reach receives and gives money
Chapter 12: the number you are trying to reach meets arka's jane bennet
Chapter 13: the number you are trying to reach eats a half-boiled egg
Chapter 14: the number you are trying to reach is a liar
Chapter 15: the number you are trying to reach meets mamah ira
Chapter 16: the number you are trying to reach's sister is the goddess of debt
Chapter 17: the number you are trying to reach is a genius level 15
Chapter 18: the number you are trying to reach isn't the only one who curious
Chapter 19: the number you are trying to reach asks for pink roses coin purse
Chapter 20: the number you are trying to reach isn't as good as pempek
Chapter 21: the number you are trying to reach is not reachable-try again!
Chapter 22: the number you are trying to reach is a feiht--not a thief
Chapter 23: the number you are trying to reach receives a purse!
Chapter 24: the number you are trying to reach is adapting
Cover
Chapter 25: the number you are trying to reach's mom finds her way back
Chapter 26: the number you are trying to reach receives pj
Chapter 27: the number you are trying to reach meets someone unexpected
Info dan Kalian Mau Apa?
Penjualan Khusus
Sold Out (Pemesanan Khusus)
Sudah Mulai Beredar
Ayo Ketemu + Ig

Chapter 9: the number you are trying to reach is not hestia

221K 17K 2.3K
By expellianmus

chapter 9: the number you are trying to reach is not hestia


Titan Prometheus, merasa iba kepada makhluk-makhluk kecil yang dibuatnya dari tanah liat--makhluk-makhluk yang disebut manusia. Manusia saat itu, hanya bisa berlindung di gua mereka. Oleh karena itu, Prometheus berniat meminta izin kepada Zeus untuk mengambil sedikit api dari perapian Hestia--untuk diberikan kepada para manusia.

Sayangnya, Zeus menolak keinginan Prometheus. Menurut Zeus, jika manusia diberi api untuk memasak, menghangatkan diri, menyalakan obor, dan melakukan hal-hal lain, manusia akan membangkang kepada para dewa.

Karena merasa kasihan, Hestia, dewi perapian, memutuskan untuk memberi Prometheus apinya. Prometheus pun memberikan api itu kepada para manusia. Namun, karena perbuatannya itu, dia dihukum oleh Zeus.

Tapi, tidak ada satu dewa atau dewi pun yang menaruh prasangka buruk terhadap Hestia. Semua dewa dan dewi menyayangi Hestia yang baik hati. Karena kebaikan hatinya itu pula, Hestia merasa bertanggung jawab dan akhirnya mengambil tugas untuk menjaga semua perapian--termasuk perapian milik para manusia.

[.]

"Jadi, menurutmu, gimana cerita Hestia di buku itu?" tanya Mama.

Sekarang, aku dan Mama sedang menikmati makan malam. Seperti biasa, kami membahas buku-buku yang aku atau Mama sedang baca. Malam ini, kami memutuskan untuk membahas buku yang sedang kubaca. Setelahnya, kami berencana membaca The Old Man and The Sea karya Ernest Hemmingway.

Omong-omong, sekarang aku sedang membaca buku mitologi yang diberikan Mama waktu itu. Sebenarnya, aku sudah membaca setengahnya. Tapi, Mama ingin kami membahas bab pertamanya saja--yang bercerita tentang Hestia.

"Menurutku, cerita yang ini masuk akal," komentarku.

"Emangnya, itu cerita Hestia versi yang mana?" tanya Mama.

"Versi dia memberi api kepada Prometheus," jawabku.

Mama mengerutkan keningnya. "Kamu suka versi yang itu? Mama lebih suka versi Prometheus mencuri api itu dari Hestia."

"Kenapa?" tanyaku.

"Karena, menurut Mama, Hestia tidak terlalu suka adanya perubahan. Hestia memang dewi yang paling bersahaja dan segalanya. Tapi dia pun, memutuskan untuk menjadi dewi yang tidak pernah menikah, kan? Kenapa? Karena dia tidak mau kalau menikah nanti, dia ditinggal oleh para dewa yang memang selalu berselingkuh. Jadi, dia tidak suka perubahan. Dia hanya mau menjaga perapian dan menjaga kehangatan rumah," jelas Mama. "Oleh karena itu, agak janggal juga kalau dia mau memberikan api kepada Prometheus. Dia kan tahu, kalau manusia bisa membawa perubahan besar."

Aku terdiam, memikirkan ucapan Mama. Setelah beberapa saat aku berkata, "Tapi agak janggal juga kalau dia tidak tahu Prometheus mencuri api dari perapiannya. Hestia kan, selalu berada di sekitar perapian. Kalau dia tidak memberi api itu kepada Prometheus, pasti dia pura-pura tidak melihat ketika Prometheus mengambil apinya."

"Menurut Mama tidak begitu," kata Mama. "Wajar-wajar saja kalau Hestia tidak tahu apinya dicuri. Toh, setiap dewa-dewi Yunani pasti pernah melakukan kesalahan."

"Tapi, memangnya kenapa kalau Hestia ingin membantu Prometheus? Kalau dia tidak ingin ada perubahan di hidupnya dalam hal menikah, punya anak, dan segalanya--bukan berarti, dia tidak ingin ada perubahan lain di hidupnya kan?"

Mama menatapku lalu tertawa. "Kalau kamu mengubah satu hal di hidupmu, lama-lama seluruh hidupmu akan berubah," katanya. "Lihat Hestia. Sekarang, manusia sudah jarang menggunakan perapian alami. Teknologi modern mengambil alih dunia. Dia tersisihkan."

Aku mengerutkan kening. Apa ucapan Mama itu benar? Buktinya, aku sedikit mengubah diriku di sekolah, tapi di rumah, aku tetap Aira yang Mama tahu. Aku tidak berubah di rumah.

Sebelum aku bisa membuka mulut untuk menyangkal ucapan Mama, Mama berkata, "Oh ya, Mama tiba-tiba ingat. Tadi Mama dengar-dengar, mau ada olimpiade lagi, lho. Kamu ikut, ya?"

"Ma, aku baru masuk SMA. Nanti-nanti aja, deh."

"Kenapa? Biasanya kamu semangat ikut olimpiade," kata Mama, heran. "Lagian, olimpiadenya juga masih agak lama, kok. Masih beberapa bulan lagi."

Aku memikirkan tawaran Mama. "Aku ngewakilin sekolah atau gimana?" tanyaku. Jangan sampai aku mewakili sekolah. Bisa gawat. Kalau begitu, teman-temanku bakal tahu aku bukan anak biasa-biasa saja.

Mama mengangkat bahu. "Kurang tahu juga, sih. Tapi emang ada bedanya?" tanya Mama.

"Ya, enggak, sih," jawabku, bertolak belakang dengan apa yang ada di pikiranku.

Mama meletakkan sendok dan garpu di atas piring kosongnya, kemudian menepukkan kedua tangannya satu kali. "Oke, kalau gitu, sekarang ayo baca The Old Man and The Sea!"

[.]

Setelah selesai membaca The Old Man and The Sea, Mama beranjak ke ruang kerjanya untuk melanjutkan perkerjaan. Sementara aku pergi ke kamar untuk membaca buku tentang aksioma. Aku juga berencana membaca Wuthering Heights dan David Copperfield.

Sekarang, aku bingung harus membaca buku yang mana lebih dulu.

Saat aku memasuki kamar, pandanganku langsung jatuh ke ponsel yang tergeletak di atas kasur. Benda itu bergetar dan layarnya menyala. Aku meraih ponsel tersebut, lalu mengecek pesan yang masuk.

Rio: Pak Guru Rio di sini. Bapak mau ngajarin bahasa gaul. Udah siap blm?

Aku tidak bisa tidak tertawa. Absurd sekali.

Aira: hahaha

Kemudian, ada pesan dari Kalila.

Kalila: Eh, eh, bsk gw mau cerita soal gw sama Viara td siang. Ingetin ya

Aira: Oke

Kemudian ada pesan dari... Arka? Dari mana dia dapat LINE-ku? Oh, pasti dari nomor teleponku.

Arka: Jangan lupa A Tale of Two Cities-nya ya.

Aira: Jangan lupa Great Expectations-nya ya.

Aku baru akan meletakkan ponselku, ketika benda itu bergetar lagi.

Rio: Mau mulai belajar skrg? Gue gabut

Aira: Gue ada kerjaan

Rio: Kan lo tadi udh bilang iya

Sebelum aku bisa mengetikkan balasan, ponselku bergetar.

Incoming Call
Arka

Tunggu.

Arka?

Kalau yang menelepon Rio, aku bisa mengerti. Mungkin dia sudah kebelet belajar atau apa. (Apa virus belajarku menular?) Tapi ini... Arka?

Aku menatap layar ponselku yang masih menyala. Akhirnya, aku menjawab panggilan itu.

"Halo?" kataku.

"Ais--eh, halo," balas Arka, tampak kaget. Setelah beberapa saat, aku mendengarnya tertawa. "Ya ampun, maaf Aira. Saya salah sambung."

"Oh," kataku lalu tertawa. "Serius? Kok bisa?"

"Nama kamu mirip sama nama orang yang mau saya telepon," jawab Arka sambil masih tertawa. "Tadi waktu saya telepon dia, enggak diangkat. Waktu saya pencet nomornya lagi, kayaknya saya malah pencet nomor kamu yang ada di atas nomor dia. Maaf ya, ganggu."

Aku tidak bisa tidak tertawa. "Pertama kali saya telepon kamu, juga begitu kejadiannya."

"Iya, saya masih ingat," balas Arka. "Kamu mau telepon Rio, kan?"

"Iya," jawabku.

Kemudian hening. Aku menjauhkan ponsel dari telingaku untuk melihat layarnya. Masih tersambung.

"Maaf ya saya ganggu kamu," kata Arka setelah beberapa saat.

Aku tertawa. "Enggak apa-apa."

Kenapa Arka tidak mengakhiri panggilannya? Ini jadi semakin aneh. Daripada membuang-buang waktu, aku memutuskan akan mengakhiri panggilan ini. Aku baru akan mengatakan sesuatu, ketika Arka angkat bicara.

"Saya mau nanya sesuatu sama kamu," kata Arka. "Boleh, kan?"

"Boleh."

"Kamu baca novel-novelnya Jane Austen?" tanya Arka. "Pride and Prejudice?"

"Iya, saya baca beberapa novelnya--termasuk Pride and Prejudice," jawabku, sedikit berbohong, karena akan aneh kalau aku bilang aku sudah membaca semua novel Jane Austen waktu kelas tiga SD. "Kenapa?"

"Ingatkan saya soal masalah Jane Bennet dan Charles Bingley di Pride and Prejudice," kata Arka. "Tentang Charles yang mengira Jane tidak membalas perasaannya."

Walaupun pertanyaannya aneh, aku tetap menjawab, "Di Pride and Prejudice, Jane Bennet terlihat biasa-biasa saja dan bisa dibilang, terlihat tidak menganggap Charles lebih dari teman, karena dia tidak mau Charles tahu kalau dia punya perasaan untuk Charles--dia takut Charles tidak membalas perasaannya atau dianggap terlalu serius."

Arka terdiam beberapa saat, kemudian berkata, "Menurut kamu, apa semua kasus perempuan yang terlihat biasa-biasa saja, memang karena si perempuan itu memiliki pikiran seperti Jane?"

Aku mengerutkan kening. Oke, Arka bertanya kepada orang yang salah. Tahu apa aku soal hal-hal seperti itu?

Tapi aku berusaha tetap menjawab. Lagi pula, setiap pertanyaan kan, ada untuk dijawab. Atau setidaknya, untuk dipikirkan jawabannya.

"Saya tidak terlalu yakin," jawabku. "Bisa saja perempuannya memang tidak tertarik. Dan bukan hanya tidak tertarik dengan si lelaki--bisa saja, si perempuan tidak tertarik menjalin hubungan--seperti Hestia."

Arka tertawa. "Saya ragu ada banyak perempuan lain yang berpikir seperti Hestia."

"Athena dan Artemis perawan," ceplosku.

Arka tertawa lebih keras. "Ya sudah, terima kasih untuk jawabannya. Malam, Aira."

"Malam."

Kemudian panggilan berakhir. Aku menatap layar ponselku yang kini sudah hitam. Tapi tidak lama kemudian, layar itu menyala lagi, menampilkan pesan yang masuk.

Rio: Karena lo enggak mau belajar, gue kasih PR aja, ya.
Rio: Coba jawab ini artinya apa (btw ini masih gampang lho)
Rio: Lo mena1 dan rupa1 gue gakuna
Rio: Besok kasih tau gue jawabannya

Aku menatap layar ponselku kemudian tertawa. Ini tambah absurd.

Aira: OK.

Walaupun aku tidak yakin aku tahu apa yang dia maksud.

Tapi, rupanya berbicara dengan orang-orang menyenangkan juga. Maksudku, membaca buku memang masih jauh lebih menyenangkan. Tapi seperti yang sudah kusadari, ada beberapa hal yang tidak bisa kudapatkan dari buku.

Omong-omong soal buku, aku melirik ke arah jam yang terpaku ke dinding kamar.

Tidak. Aku baru saja membuang-buang waktu lagi.

Buru-buru, aku melompat dan mengambil beberapa buku sekaligus untuk kubaca.

Tanpa kuniatkan, kata-kata Mama tadi terngiang di benakku.

"Kalau kamu mengubah satu hal di hidupmu, lama-lama seluruh hidupmu akan berubah. Lihat Hestia. Sekarang, manusia sudah jarang menggunakan perapian alami. Teknologi modern mengambil alih dunia. Dia tersisihkan."

Aku tidak berubah. Iya, kan? Aku bukan Hestia. Aku tidak akan tersisihkan.[]

a.n
Kaliaan, jawab pertanyaan Rio ya di komen. Inline di chat-nya Rio aja biar gampang. Nanti aku acak jawabannya terus yang dapet aku kasih sesuatu HAHAHA. Gajelas abis tapi gapapalah ya wkwk. Batasnya sampai aku post chapter 10. Jadi, sebelum aku post chapter 10, silakan berpartisipasi. Just for fun HEHE.

4 Juni 2016

Continue Reading

You'll Also Like

468K 79.1K 40
Altair, Amerta. yang sama-sama tak pernah nyata. *** Ada yang harus ditinggalkan, ketika semua sudah tak lagi sejalan. Ketika semua rahasia pelan-pe...
16.9K 2.9K 25
"dari saya, semoga kamu nggak terganggu dengan pesan-pesan saya ini, ya. untuk kamu." © 2020 by mouly dree & radarneptunus
536K 26.1K 73
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
266K 42.6K 62
[The Jakarta Series 1.5] ✦ written in lowercase ✦ seandainya bukan karena proposal kegiatan classmeeting yang harus diajukan esok harinya, jaka yakin...