Eye of Heart [COMPLETED]

By NinaMusIn

43.3K 3.2K 282

Buku Pertama dari Trilogi Heart Series Book I - Eye of Heart [Completed] Book II - Pieces of Heart [Complete... More

Part 1 : Kematian Ibu
Part 2 : Pemakamam
Part 3 : Sunset di Kala Itu
Bukan Update
Part 4 : Janji
Part 5 : Gadis Lolipop
Part 6 : Tersesat
Part 7 : Hal tak terduga
Part 8 : Pesta Dansa (1)
Part 9 : Pesta Dansa (2)
Part 10 : Pesta Dansa (3)
Part 11 : Ancaman Isaiah
Part 12 : Salah Paham
Part 13 : Hampir
Part 14 : Ingat Tujuan Kita
Part 15 : Tawaran dari Iblis Bermata Biru
Part 16 : Surat Wasiat
Part 17 : Cheon Kikka
Part 18 : Perpisahan
Part 19 : Isaiah Hotaru
Part 20 : Pertengkaran
Part 21 : Apakah Lampu Hijau Untuknya?
Part 22 : Ryu Kembali
Part 23 : Harus Bagaimana?
Part 24 : Jawaban Freya
Part 25 : Tolong Kikka
Part 26 : Bertemu Isaiah Hotaru
Part 27 : Kenyataan Pahit yang Harus Dihadapi
Part 28 : Serangan Alin
Part 29 : Jangan Kira Badai Sudah Berlalu
Part 30 : Ini Baru Permulaan
Part 31 : The Next Steps
Penting Wajib, Kudu Dibaca dan Respon!!!!!
Part 33 : Bisakah Debaran Ini Berhenti?
Part 34 : Kedatangan Sang Pemilik Ornamen Lotus
Part 35 : Tidak Ada Jalan Lain
Part 36 : Kemarahan Alin Atas Rahasia Ayahnya
Part 37 : Peringatan
Part 38 : Pernikahan dan Perpisahan
Part 39 : Tolong Katakan Inilah Kenyataannya
Part 40 : Monster [END]
Epilog

Part 32 : Kegoyahan, Teman Lama, dan Tekad

698 58 0
By NinaMusIn

Suara pisau, wajan, api, dan alat-alat masak lainnya menjadi bunyi merdu yang mengisi ruangan ini. Rempah-rempah dan bahan masakan yang dipadukan dengan sedemikian rupa sehingga menghasilkan aroma yang menggoda dan menggugah selera. Api yang dinyalakan menimbulkan udara panas yang tak jarang membuat orang yang memasak meneteskan keringat.

Satu per satu masakan yang sudah matang dikumpulkan ke depan ruangan itu. Tempat dimana masakan itu akan dinilai oleh sang guru wanita berusia tiga puluhan, mata hitamnya bergerak-gerak mengikuti gerakan para siswa yang sedang berkutat dengan masakan mereka. Ya. Hari ini adalah kelas memasak untuk siswa kelas XI-A Akademi Frisuki.

Dina Yuliana, itu nama guru wanita di kelas ini. Murid-murid disini biasanya memanggil dirinya Mrs. Dina. Tatapan Dina terpaku ke arah seorang gadis berambut merah jahe. Gadis itu sedari tadi tidak bergerak sedikitpun dari tempat memasaknya.

"Freya, kau sedang apa? Kenapa diam saja dari tadi?" Ryu bertanya sambil tetap membentuk nasi yang ada di tangannya. Ia berniat membuat onigiri untuk pelajaran ini.

Freya menatap Ryu, tersenyum. Ia harus menjawab bagaimana? Bilang bahwa ia tidak bisa memasak sedikitpun? Oh, entah apa tanggapan Ryu saat mendengarnya.

"Aku.. Tidak bisa memasak sedikitpun.." bisik Freya hampir tidak terdengar.

"Hm? Kau tidak bisa apa?"

"Aku tidak bisa memasak Ryu!" Freya menaikkan volume suaranya sedikit, orang-orang tidak akan mendengar ucapannya tadi tapi cukup membuat Ryu mengerti apa yang ia rasakan.

Ryu sedikit terkejut, tatapannya berubah. Ada sinar kekhawatiran disana. "Sungguh? Lalu bagaimana caramu makan selama ini? Tidak mungkin kau pesan makanan terus kan?"

"Aku makan masakan rumahan ko. Raka yang memasakkannya untukku," jawab Freya dengan nada suara sedikit malu-malu.

"Ah, I see," kata Ryu setuju saat melihat ke arah Raka, pria itu memasak dengan begitu ahli. Dari caranya menggoyangkan wajan hingga menuangkan bahan-bahan ke dalamnya selayaknya koki berbintang lima. Ryu berbalik menatap Freya kembali, "lalu bagaimana? Saat ini Raka tidak bisa memasak untukmu. Begitu juga denganku."

"Emm ... Bagaimana jika kau memberiku saran masakan apa yang mudah dimasak untuk pemula sepertiku?"

Pandangan Ryu terarah ke lantai sambil tetap membentuk onigiri yang ada di tangannya. Makanan apa yang mudah dimasak oleh Freya?

"Bagaimana kalau sashimi sederhana? Kau hanya perlu memotong-motong ikan saja. Tidak perlu dimasak. Untuk bumbunya bisa dari campuran bumbu yang sudah ada. Mudah ko," jawab Ryu dengan nada yakin.

Freya mengetuk-ngetukkan jarinya di meja. Cukup memotong ikan dan mencampurkan bumbu yang sudah ada, kedengarannya mudah.

"Ide bagus, sepertinya aku bisa. Langkah pertama apa?" tanya Freya dengan sikap siap yang menggebu-gebu.

"Ambil ikannya Freya, kau tahu ikan apa biasanya yang digunakan untuk sashimi?" Ryu tersenyum melihat tingkah Freya yang menurutnya sangat menggemaskan.

"Salmon?"

"Yup."

Segera Freya berlari dari tempatnya dan mengambil ikan salmon di tempat penyimpanan yang menurutnya paling segar.

"Selanjutnya?" tanya Freya lagi.

"Bersihkan ikannya, kemudian pisahkan daging dari durinya setelah itu iris tipis-tipis," jawab Ryu ditengah kesibukannya menata onigiri buatannya.

Freya mengangguk lalu segera melakukan apa yang dikatakan Ryu. Ia mencuci ikan itu dengan segala kemampuan yang ia bisa. Jangan sampai ada bakteri yang tersisa, pasalnya ikan ini disajikan dalam keadaan mentah. Setelah dirasa bersih dari segala bakteri Freya menempatkan ikan salmon itu di atas talenan kayu, ia mengambil pisau yang cukup besar dan tajam untuk memotong ikan tersebut.

Namun sayang beribu sayang. Bukan ikan yang terpotong justru jari Freya yang teriris pisau. Darah segar mengalir dari jemarinya yang mungil dan ramping, menetes dan mengenai ikan yang ia ingin buat. Syaraf-syaraf Freya mengirimkan sinyal kesakitan ke otaknya yang membuat ia melepaskan pisau tersebut.

Para siswa yang melihat kejadian itu terkejut dan panik melihat darah segar yang mengalir dari jemari Freya. Darahnya mengucur dengan deras, teriakan kepanikan bergema di ruangan tersebut. Ryu tidak kalah panik saat melihatnya, ia menghampiri Freya dengan terburu-buru kemudian meraih tangan Freya yang terluka dan membilasnya dengan air. Ryu memerintahkan murid yang lain untuk membawa kain apapun yang bersih. Setelahnya ia membalut luka Freya dengan cekatan agar darah yang mengalir tadi dapat berhenti.

"Astaga! Demi Tuhan Freya! Apa yang kau lakukan?" kata Ryu berulang-ulang setelah kejadian itu hingga ia membalut luka Freya. "Cepat ke UKS, lupakan soal masak-memasak. Tahu begini tidak kuizinkan kau memegang pisau."

"Aku bisa menggunakan pisau ko.." protes Freya, namun ia terdiam kembali saat Ryu memelototinya, "... bukan untuk memasak ... Tapi bela diri."

Ryu mengambil napas panjang. "Nanti kita bahas lagi, sekarang kau harus ke UKS. Saat ini juga," balas Ryu sambil membimbing Freya menuju UKS.

Freya berhenti.

"Ada apa?"

"Aku bisa sendiri, UKS tidak jauh. Lagipula onigiri buatanmu belum selesai Ryu."

"Persetan dengan onigiri!" kata Ryu geram. Namun mata Freya memancarkan sinar kekeras kepalaan yang tidak dapat dibantah. Mau bagaimana lagi, kali ini ia harus mengalah," Haahhh.. Baiklah. Jangan lupa kabari aku nanti."

Freya mengangguk. "Pasti." Ryu kembali ke tempatnya semula meninggalkan Freya, sementara Freya meminta izin ke Mrs. Dina untuk ke UKS.

Freya menghembuskan napas panjang setelah keluar dari ruang memasak. Ia kecewa dengan dirinya sendiri. Seorang perempuan tapi tidak bisa memasak. Justru yang ia bisa bidang bela diri. Freya menatap tangannya yang terluka, jika tidak menghancurkan atau membuat berantakan dapur pasti ia berakhir dengan melukai dirinya. Namun sekarang ia bertekad untuk bisa memasak! Bagaimana pun caranya. Jika itu tidak mungkin ia hanya perlu membuatnya menjadi mungkin.

Akhirnya Freya tiba di UKS, pintunya terbuka sebelum ia sempat membukanya. Tampak seorang dokter muda tampan yang keluar.

"Dr. Leo," sapa Freya.

Ia tersenyum, memperlihatkan sederetan gigi putihnya yang tersusun rapi. "Ah, Freya kembaranku.. Ada apa?"

Freya cemberut. "Huh, aku tahu nama kita sama tapi bapak, bisakah hentikan lelucon itu?"

"Hahahahahahaha, baik-baik. Lalu ada apa?"

Freya menunjukkan tangannya yang terluka. Muka Leo berubah menjadi pucat saat melihatnya.

"Astaga! Kenapa kau tidak bilang dari tadi?" Leo segera meraih tangan Freya yang lain dan membawanya ke dalam UKS. "Untunglah aku masih disini, baru saja aku mendapat panggilan darurat."

Dr. Leo mendudukkan Freya di kursi terdekat sementara dirinya mengambil barang-barang yang diperlukannya di lemari obat. Setelah semua terkumpul ia meletakkannya ke meja di samping Freya dan kemudian duduk di kursi yang berseberangan dengan gadis itu.

Ia meraih tangan Freya, membuka kain yang membelit luka gadis itu yang bertujuan untuk menghentikan darah mengucur. Saat Dr. Leo selesai membuka kaitan kain tersebut darah kembali mengalir walaupun tidak separah yang tadi.

Dengan cekatan Dr. Leo menangani luka tersebut. Membersihkannya dengan antiseptik lalu mengobatinya dan diakhiri dengan membalut perban pada luka tersebut.

"Selesai," Dr. Leo terlihat sangat lega, "kau kehilangan cukup banyak darah Freya. Mungkin beberapa menit lagi akan terasa pusing, jadi istirahatlah dulu disini sampai kau merasa lebih baik. Aku akan meminta izin kepada gurumu."

Freya mengangguk, ia memang sudah merasa agak pusing. "Doc, bisakah kau menyampaikan kepada temanku Ryu bahwa aku baik-baik saja dan ia tidak perlu khawatir?"

"Tentu, kujamin ia tidak akan menganggumu untuk istirahat."

Sebenarnya ia tidak menggangguku Doc, aku hanya perlu sedikit istirahat sebelum pulih kembali. Jika aku kembali dan sempoyongan itu akan lebih merepotkan. Tapi baiklah, terserah kau, batin Freya.

"Terima kasih," kata Freya tulus.

Dr. Leo bangkit dan meninggalkan Freya. Banyak hal yang harus ia lakukan. Sementara Freya berjalan menuju kasur yang tersedia di UKS. Ada satu kasur yang menarik perhatiannya. Kasur itu berada di sudut ruangan, dengan jendela terbuka di atasnya. Freya dapat melihat angin sejuk yang bertiup membelai gorden hijau toska yang menggantung disana. Itu akan menjadi tempat sempurna baginya untuk istirahat.

Ruangan ini memang dilengkapi dengan pendingin ruangan yang memadai, tapi Freya lebih suka berada di tempat dimana angin bertiup. Mengingatkan dirinya akan tempatnya dibesarkan dulu, bersama ibunya yang baik hati. Sarah.

Freya merebahkan dirinya di kasur tersebut. Merasakan hangat saat dirinya terbaring di sana. Hangat? Batin Freya bertanya-tanya.

Ada sesuatu yang salah. Segala benda yang ada di sini seharusnya dingin. Kecuali..

Freya menyingkapkan selimut, ia hampir melompat karena terkejut saat melihatnya. Miki. Pria itu di sana, dengan wajahnya yang terlihat begitu damai dalam tidur. Freya harus segera pergi dari sana, sebelum Miki menyadari keberadaannya. Seharusnya begitu. Tapi yang terjadi adalah sebaliknya, tangannya berkhianat, terulur ke wajah tampan yang ada di hadapannya. Mengelus ringan pipi dan turun ke bibir Miki dan berhenti.

Lalu mata biru kehitaman itu terbuka, menatap Freya dengan begitu tajam. Sebelum Freya sempat terkejut ia sudah mendapati dirinya di putar. Pergelangan tangannya dikunci oleh kedua tangan kekar Miki. Ia melihat Miki menatapnya dari atas dengan pandangan tidak dapat terbaca.

Kaki-kaki Miki mengunci kaki Freya, Freya berada di bawah Miki. Pria yang sudah ia sakiti karena perasaannya yang tidak stabil. Dan dari tatapan pria itu Freya tahu, Miki tahu apa yang ia lakukan tadi. Oh sialan, hei hati bisakah kau tidak bimbang sembarangan? Lihat bagaimana ulahmu, Freya membatin kembali.

"Kali ini apa maumu Freya? Kau sudah menolakku dengan sangat jelas. Saat aku mengharapkanmu karena kau belum memilih Ryu kau justru langsung memilihnya tanpa memikirkannya lagi. Apakah begitu menyenangkan mempermainkanku?" rahang Miki mengeras, ia menahan amarahnya. "Dan yang kau lakukan tadi.." Miki menggertakkan giginya, kemarahannya rupanya sudah mencapai puncak. "Kau menolakku Freya, kau sudah memiliki Ryu. Orang yang kau cintai itu. Lalu bisakah kau hentikan ini? Tatapanmu itu? Sikapmu yang seolah-olah masih menginginkanku. Kau tidak bisa memiliki semua Freya, pilih. Dan Ryu yang sudah terpilih. Jika tujuanmu untuk menyakitiku maka itu berhasil. Sebaiknya kau jangan lagi berani untuk melakukan itu. Aku muak."

Setelah mengucapkan kata tersebut Miki melepaskan Freya, ia bangkit dan keluar dari UKS dengan membanting pintu dengan kasar. Freya terdiam, tidak tahu harus bagaimana. Matanya terasa panas. Ia terduduk di kasur yang masih menyimpan kehangatan Miki. Memeluk kedua kakinya dan meringkuk.

Dadanya sesak, godam tak kasat mata terus memukulinya. Ia bahkan tidak sanggup mengeluarkan sebuah suara. Airmata terus mengalir dalam kebisuannya. Apa yang ia rasakan saat ini lebih sakit beribu kali lipat dibandingkan lukanya saat teriris pisau dan meneteskan dengan deras darah segar.

Akupun bertanya-tanya Miki. Bisakah aku menghentikan tingkahku yang memuakkan itu? Tidak bisakah aku berhenti bersikap seperti perempuan yang tamak? Sebenarnya apa yang terjadi?

Pikiran Freya berkecamuk. Tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi pada dirinya. Ia sangat ingin bersama Ryu, tapi sebagian hatinya terus mengejar Miki.

Plok! Plok! Plok! Plok!

Suara tepukan tangan terdengar tiba-tiba. Freya mendongak dengan air mata terus bercucuran. Dan yang ia lihat adalah perempuan yang paling tidak ingin lihat. Alin.

"Kau sungguh hebat Freya," pujinya. "Aku tadinya berniat menyiksamu karena sudah mempermainkan Miki dan juga Ryu. Tapi itu tidak perlu." Alin hampir tertawa. "Kau sudah membuat neraka untukmu sendiri. Tinggal menunggu waktumu untuk hancur. Senangnya aku tidak perlu bersusah payah."

Sinar mata Alin tampak begitu senang, tanpa belas kasihan sedikitpun untuk Freya. Memangnya ia pantas untuk dikasihani? Siapapun yang melihat sikapnya ini pasti akan muak. Alin, ia datang dengan tiba-tiba dan pergi begitu saja.

Freya sendirian di sana, dengan perasaan campur aduk dengan kejadian yang baru terjadi padanya. Ia tidak bisa berada di sini. Belum tentu Ryu akan mendengarkan Dr. Leo. Bagaimana jika Ryu kesini dan melihatnya dalam keadaan seperti ini?

Jadi Freya turun dari kasur, menggoyang-goyangkan kakinya. Ia menyingkirkan rasa pening yang menjalarinya. Ia harus segera pergi dari sini jika ia tidak ingin melukai siapapun lagi karena sikapnya yang memuakkan. Apalagi jika orang itu Ryu.

Freya berjalan dengan sembarangan, tidak peduli ke arah mana ia pergi. Membiarkan kakinya yang lemas membawanya. Entah sudah berapa jauh ia berjalan.

"Freya?" panggil sebuah suara yang sangat familiar bagi Freya.

Freya mendongakkan kepala dan mendapati seorang gadis Cina menatapnya dengan raut wajah cemas.

"Lin.." bisik Freya, ia memaksakan kakinya yang lemas berjalan lebih cepat ke arah gadis itu. Setelah dirasa cukup cepat ia meraih gadis itu dan memeluknya. "Darimana saja kau? Aku hampir tidak melihatmu hampir dua tahun ini Lin.. Kau menghilang tiba-tiba saat semester dua lalu, dan bahkan saat kita sudah hampir naik kelas dua belas kau baru muncul?"

"Ceritanya akan panjang Freya."

---**---

Mereka memilih taman indah dengan bunga-bunga bermekaran dan menebarkan bau harum yang sangat menenangkan. Keduanya hampir tidak bicara saat tiba disana.

"Mengapa kau tidak terlihat hampir dua tahun ini Lin?" tanya Freya akhirnya.

Lin mengambil napas panjang. "Ada beberapa hal rumit yang terjadi di rumahku. Jadi aku harus kembali ke Hongkong."

"Selama itu?"

"Aku tidak bisa menjelaskan bagaimana detailnya, tapi itu benar-benar keadaan darurat."

"Baiklah.. Lalu kau akan kembali lagi bersekolah disini?

Lin tersenyum pahit. "Tidak Freya, aku kesini untuk mengurus kepindahanku ke Hongkong secara permanen."

Freya menunduk saat mendengarnya, sahabatnya yang ia kira kembali justru akan pergi darinya.

"Kau mau pamitan untuk terakhir kalinya kepadaku dan Raka?" Freya tersenyum getir.

"Kepadamu ya.. Kepada Raka tidak," Lin segera melanjutkan perkataannya sebelum Freya bertanya kembali,"Mungkin kau sudah tahu bahwa aku menyukai Raka. Semenjak dia muncul di tempatku."

"Lalu aku bertemu lagi dengannya di Akademi Frisuki, ia menjadi semakin tampan dan kuat sejak terakhir kali aku melihatnya," Lin tersenyum sangat manis saat itu,"Tapi ada juga hal yang tidak berubah, ia masih selalu memperhatikanmu dan hanya dirimu. Tidak ada ruang lagi untuk orang lain. Aku mencoba untuk menariknya. Tapi justru itu malah membahayakanmu. Dan ekspresi Raka saat itu.." Lin mengernyit. "Aku tahu apa yang dilakukan Raka padamu bukanlah karena perasaan cinta seorang pria kepada wanita. Tapi tetap saja, tidak ada kesempatan untukku. Jadi aku menyerah.. Dan menerima apa yang akan terjadi. Aku tidak bisa memaksa terus menerus, aku tidak ingin kau jadi terluka karena sikapku. Kau juga orang yang penting untukku. Dan mungkin salah satu alasanku menyukai Raka karena sikapnya yang memperlakukanmu. Berharap ia dapat melakukan hal yang serupa untukku."

Lin menyeringai sambil menepuk ringan kedua pipi Freya dengan tangannya yang ramping, "Cerialah Freya! Santai saja! Aku tidak apa-apa ko, kudengar kau juga terlihat begitu bahagia dengan tunanganmu Ryu. Berbahagialah.. Kau mencintainya bukan?"

Freya mengangguk.

"Apapun yang menyebabkan ekspresimu seperti tadi jangan biarkan hal itu menghalangimu bersama orang yang kau cintai. Kita tidak tahu sampai kapan kita dapat bersamanya Freya. Kuatkan dirimu Freya, kau lebih dari ini. Aku tahu," Lin tersenyum sangat lembut, "Berbahagialah.. Jika kau berbahagia maka Raka pun juga akan bahagia.. Aku sangat senang jika kau bersedia melakukannya untukku. Selamat tinggal Freya Leonara, senang berkenalan denganmu. Kuharap kita dapat bertemu lagi."

Lin berlalu pergi setelah mengucapkan perpisahan. Freya masih terdiam dan hanya dapat menatap kepergian gadis itu.

Lin, aku bahkan bukan orang yang pantas menerima semua kebaikan hatimu. Kau tidak tahu perempuan macam apa aku ini. Bahkan aku juga melukaimu tanpa sadar.

Freya tertawa renyah, ironis.

Tapi Lin, terima kasih atas semuanya. Kau benar, jika aku ingin menebus semua kesalahanku maka aku harus menguatkan hati menghadapi semua tantangan. Apa yang telah kutanam harus kutuai. Apapun itu. Tidak ada waktu untuk bimbang atau goyah.

Freya menatap langit biru yang cerah seraya membulatkan tekadnya.

---**---

To be Continued

Thanks for reading and your voment 😊

Continue Reading

You'll Also Like

913K 85.3K 52
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...
2M 9.5K 17
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...
1M 149K 49
Awalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong sa...
30.4M 1.7M 65
SUDAH TERSEDIA DI GRAMEDIA - (Penerbitan oleh Grasindo)- DIJADIKAN SERIES DI APLIKASI VIDIO ! My Nerd Girl Season 3 SUDAH TAYANG di VIDIO! https:...